“Sorry, sorry gaes.. awas.. awas..!!” teriak Nia di sepanjang koridor kampus.
“Mama kenapa gak bangunin Nia sih?? Mampus kalo gue telat lagi nih.”
Nia terus berlari sekuat tenaga menuju kelas nya.
Bruukkk..!!!!
“Aaww...!! kalo jalan lihat-lihat donk..!!” seru Nia sambil mengelus pantatnya yang mencium lantai.
Nia mendongakkan wajahnya, kaget sekaligus tertegun melihat orang yang berdiri di hadapannya. Pria berbadan tinggi, berkulit putih, dengan garis rahang yang tegas dan alis hitam legam.
“Eh.. Pak Satya... Ma..maaf Pak.. saya terburu-buru.. tidak melihat Bapak” ujar Nia dengan wajah merah padam menahan malu.
“Hmm...” Satya hanya berdehem kemudian berjalan memasuki kelas, meninggalkan Nia yang masih terduduk di lantai..
“Ishhh.. dingin banget siy.. untung ganteng...” ujar Nia berdiri perlahan membersihkan bagian belakang celananya.
“Eh. .eh.. dosen gue.. dosen kelas gue itu..!! mampus gue..!!” sesal Nia baru menyadari Satya, dosen kelas jam pertamanya sudah memasuki kelas.
Nia diam-diam mengendap memasuki kelas, duduk diantara mahasiswa lainnya.
Nyaris saja Nia menaruh bokongnya di kursi, Satya menegurnya.
“Kamu mau apa..?” tanya Dosen itu dengan tatapan dinginnya.
“Duduk Pak...” nyengir Nia tanpa dosa.
“Berdiri di sudut kelas, kamu dilarang ikut kelas saya.” Perintah Pak Satya kemudian.
“Tapi pak....” protes Nia terhenti saat Satya menatapnya dengan tatapan mematikan.
Nia mendengus pelan, berjalan ke sudut kelas dan berdiri disana.
“Biarin deh gue disini, yang penting masih bisa liat pujaan hati gue..” pikir Nia
Satya kembali melanjutkan materinya, sedangkan Nia justru merasa mendapat anugerah karena bisa puas memandangi dosen pujaan hatinya tanpa harus disibukkan dengan mencatat materi.
Saat Nia masih sibuk memandangi Satya, Tiba-tiba dosen itu mengalihkan pandangannya, berbalik menatap Nia. Semakin dalam, semakin dalam, dan semakin lekat. Perlahan Satya mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Nia di sudut kelas.
“Hari ini, kamu cukup diam disini, kamu boleh memandangi ku sepuasnya, jangan berisik dan jangan nakal” Satya mengacak pelan rambut Nia.
Sesaat Nia terbuai dengan sapuan hangat Satya, bahkan aroma mint segar nafasnya menyeruak memenuhi indra penciuman Nia.
“Nanti malam saya akan menjemputmu di rumah, kita akan makan malam bersama, oke sayang...?? kamu mau..??” tanya Pak Satya kemudian mengedipkan satu matanya.
“sayang....?? Pak Satya manggil gue sayang..??” batin Nia tersipu
Nia mengangguk cepat.
“Saya mau pak... saya mau.. SAYA MAU PAK..!!!” ucap Nia lantang dengan tangan yang terangkat keatas.
Sontak seluruh isi kelas serta Satya yang berdiri di dekat mejanya beralih menatap Nia yang masih berdiri di pojokan.
“Kamu mau apa..??” Tanya Satya masih berdiri di posisinya.
Nia berdiri diam mematung, tertegun melihat seisi kelas yang menatapnya serentak dengan pandangan aneh.
Nia melirik ke kiri dan ke kanan, tiba-tiba saja ia merasa blank. Otaknya seakan tidak mampu mencerna apa yang terjadi.
“Kamu mau apa...?” tanya Satya kembali.
“Eh... nggak pak. Nggak mau apa-apa. Nggak jadi pak.” Jawab Nia sekenanya.
“Huuuuuuuuuu...” sorakan dalam kelas semakin membuatnya menundukkan kepalanya.
Nia yang tersadar dari lamunannya berkali-kali merutuki kebodohannya yang bisa larut dalam kehaluannya di siang bolong, di dalam kelas, di depan Satya...!!!!
“Sial...!!! umpat Nia dalam hati malu.
Satya kembali melanjutkan materinya yang tertunda, sedangkan Nia masih berdiri dipojok kelas, dengan raut wajah yang menahan malu. Dia bahkan tidak berani sekedar mengangkat kepalanya melihat Satya mengajar.
Setelah 90 menit kelas pun selesai, Satya dan mahasiswa yang lain berhamburan ke luar kelas.
Nia berjalan gontai menuju kursinya yang disambut cekikikan sahabat-sahabatnya.
“Loe emang diajak apaan siy,Ni.. kok mau-mau gitu..??” sindir Nindya yang jelas-jelas tidak bisa berhenti tertawa melihat wajah malu Nia.
Nia hanya diam mengatur nafasnya dan mengode menyuruh teman-temannya untuk diam.
“Capek ya Ni..? Nih minum air gue, masi baru kok belum gue minum.” Ujar Ayu memberikan air mineral yang dibelinya tadi.
Nia langsung meminum air yang diberi Ayu, menyisakan tinggal setengahnya saja.
“Buseeet... haus bu..??” seloroh Nindya yang masih tertawa cekikikan.
“Dasar loe, seneng banget liat temen menderita.” Balas Nia yang akhirnya berhasil mengatur nafasnya
“Lagian ya, udah tahu kelas Pak Satya, masih aja loe berani telat, udah gitu nge halu pula di tengah pelajaran..!! Loe emang hebat,Nia....!!!” timpal Nindya bertepuk tangan.
Semua penghuni di kampus itu tahu, meskipun Satya adalah dosen yang memiliki wajah tampan, tubuh atletis dengan tinggi badan 180cm, ia juga terkenal dengan sebutan Dosen killer yang tidak menerima keterlambatan dan indispliner sedikitpun.
Namun meskipun begitu, sebutan Dosen idola kampus tetap tersemat di belakang namanya, Satya Aryadika.
“Loe bangun kesiangan gara-gara abis nge halu doi sepanjang malam kan..?? ya kan..??” tanya Nindya menggoda Nia.
Nia tersenyum, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Gila loe ya, udah sepanjang malam nge halu, pagi ini sempat - sempatnya nge halu juga..!! segitunya loe ama tu dosen.” kata Nindya.
“Ya mau gimana lagi, hati gue udah tertambat ama Si Dosen Tampan Pak Satya. mau loe bilang dia killer kek, kulkas kek, es batu kek, gue mah bodo amat..!! Pak Satya tetep di hati gue.” Ucap Nia tersenyum sendiri mengingat sosok Satya.
Nindya dan Ayu hanya mampu menggeleng - gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Nia.
Mereka berdua sudah tidak kaget lagi dengan kebucinan sahabatnya itu.
Sejak awal masuk kuliah, tepatnya pada pertemuan kelas pertama dengan Satya, Nia sudah langsung jatuh hati pada dosen itu.
Cinta pada pandangan pertama, sekaligus cinta pertama bagi Nia.
“Udah ah.. kantin, kantin!! Keburu nge halu lagi nih anak..” ajak Nindya berdiri menggandeng Ayu berjalan menuju kantin.
Nia mendengus kesal, namun juga ikut berdiri mengikuti kedua sohibnya itu.
"Eh... bentar.. bentar... loe mau kemana..??" tanya Nindya melihat Nia yang mengekor mereka berdua ke kantin.
"Ya ke kantin lah!! mau kemana lagi emang...??" sahut Nia tanpa dosa.
"Tuh kan Ay... kebanyakan nge halu tuh temen loe..."
Ayu hanya menghela nafas, tersenyum kecut melihat Nia.
Nia mengerutkan kedua alisnya, tidak paham dengan arah pembicaraan kedua temannya.
"Kenapa sih...??" tanya Nia kepo.
"Loe tadi disuruh ke ruangan Pak Satya, Nia... tahu tuh mau di kasih apaan..?? dikasih cinta kalik.." jawab Nindya.
"Hah..?? beneran gue disuruh ke ruangannya..?? kok loe gak bilang dari tadi sih...?? doi udah kelamaan donk nungguin gue..."
"Whoooiiii... nge halu terus aja loe...!! udah, sana.. sana..." seloroh Nindya.
Nia pun berbalik arah menuju ruangan Satya. Walau terlihat bar-bar dan agresif, sebenarnya nyalinya cukup ciut juga jika harus bertemu langsung dengan dosennya itu.
Bahkan degup jantungnya kini lebih keras dari suara langkah kakinya sendiri.
Tok ... tok.. tok..
"Masuk.." suara Satya terdengar dari dalam ruangan.
"Permisi pak." Nia masuk dan berdiri di dekat sofa ruangan Satya.
"Duduk.." Satya menunjuk kursi di depan mejanya.
Nia melangkahkan kakinya duduk di kursi yang dimaksud Satya.
Satya memberikan lembaran kertas dan diterima Nia dengan mata terbelalak.
"50 soal...??!!!" pekik Nia spontan.
"Itu hukuman karena kamu tadi sudah berani terlambat masuk kelas saya." terang Satya datar.
"Tapi kan Pak, saya tadi sudah berdiri selama jam pelajaran di pojokan." protes Nia.
Satya hanya diam, lalu menyodorkan kembali selembar kertas kepada Nia.
"Lho pak...??" Nia kembali terbelalak menerima 20 soal tambahan.
" Kumpulkan besok pagi di ruangan saya sebelum jam 9 pagi."
Nia terkaget hingga melongo dengan mulut terbuka.
"Ada interupsi...?? atau masih kurang soalnya..??" tanya Satya datar.
Nia serta merta menggeleng cepat. sebelum dosennya itu berubah pikiran.
"Tidak pak.. tidak.. ini sudah sangat cukup pak.. terimakasih." Nia segera berdiri beranjak keluar dari ruangan Satya.
"Saya permisi pak." ucap Nia kemudian.
Satya menganggukkan kepalanya dengan sedikit sunggingan di sudut bibirnya, tepat setelah Nia keluar dari ruangannya.
## hai reader, ini adalah karya pertama author.mohon maaf jika masih agak kaku..
mohon dukungan like nya ya. koment dan saran membangun juga ditunggu lho. terimakasih..
Matahari bersinar cerah, seolah tersenyum senang, walau panas menyengat kami tetap gembira..
Alarm pagi Nia terus saja berbunyi, tapi bahkan penghuni kamar itu belum bergerak sedikitpun. Tugas kuliah yang menumpuk membuatnya harus begadang lagi. Hingga pukul 2 dia belum juga memejamkan matanya.
“Nia..... bangun sayang..... sudah pagi ini!!!” pekik Mama Dessy dari luar kamar.
“Ya ampuuuun, anak gadis ini masih belum bangun juga...???” Mama dessy perlahan masuk ke kamar Nia sambil membuka jendela kamar.
Membiarkan udara segar memasuki kamar Nia.
Itu satu- satunya jurus ampuh sang mama jika tidak bisa membangunkan putri manisnya itu.
“Mamaaaa... dingin ma... Nia masih mengantuk”
Nia hanya menggeliat tanpa membuka matanya.
“Hey, anak gadis mama katanya hari ini ada kelas pagi. Mau telat lagi..?? bangun yuk, sebentar lagi waktu subuh mu habis sayang...”
Nia langsung melompat kaget dari tidurnya. Bergegas untuk mandi dan menunaikan kewajibannya.
Ia tidak ingin terlambat lagi, lalu mendapatkan hukuman dan setumpuk tugas lagi.
Sudah cukup tugas kemarin dari Satya membuatnya begadang semalaman.
“Kenapa sih tuh dosen harus jam pertama...??” gerutu Nia di sela aktivitas mandinya.
Nia tampak segar setelah selesai mandi, walaupun matanya masih benar-benar terasa berat.
Nia memasukkan bukunya ke dalam tas, mengecek kembali tugas dari Satya.
Memastikan dengan sempurna bahwa tugas itu sudah masuk kedalam tas, dan tidak tertinggal.
“Bisa panjang nih urusan kalau sampai tugas ini ketinggalan.. hii..” Nia bahkan bergidik ngeri tidak berani membayangkan akan menerima hukuman apalagi jika tugasnya sampai tertinggal.
Setelah memastikan semuanya oke, Nia turun ke bawah. Membantu mamanya di dapur .Walaupun sudah ada bi' Tini,tapi mama nya selalu berusaha memasak sendiri makanan untuk keluarganya.
Dengan setengah mengantuk Nia membantu mamanya menata meja makan. Mamanya yang sedari tadi berkutat di dapur sesekali melihat kearah Nia yang terkantuk-kantuk di meja makan.
“Tolong panggilkan papamu dong sayang, sarapannya sudah siap” ujar mama sambil menuangkan air putih kedalam gelas.
“Papa disini sayang....”
Pak Wijaya sang pemilik rumah turun sambil memperbaiki dasinya. Mama Dessy yang melihat suaminya turun langsung menghampiri dan memperbaiki dasi di leher suaminya.
“Makasih sayang...” Pak Wijaya mengecup kening istrinya.
“Cieeee... yang pagi-pagi udah mesra aja...”Celetuk Tiara dari lantai atas melihat kemesraan orang tua nya di pagi hari.
Dia langsung melesat turun mendahului papa mamanya seraya duduk disebelah kakaknya
“Kak, ngantuk banget siy mukanya. Jelek tau!!”
Nia masih enggan menjawab pertanyaan adiknya. Dirinya benar-benar mengantuk pagi ini.
“Udah, cepetan sarapan terus berangkat sekolah. Jangan godain kakakmu terus, dia lagi banyak tugas, makanya sampe begadang gitu” ujar mama dessy menyela.
“Pa, Ma, Nia berangkat ya... Assalamualaikum” pamit Nia seraya berdiri dan mencium pipi kedua orang tuanya.
“E.. eh... eh bareng kak!! Nebeng..!!!”
Tiara berdiri dengan roti lapis di mulutnya. Meminum susunya lalu ikut berpamitan pada orang tua nya.
“Assalamualaikum pa..ma... “
Tiara berlari mengejar kakaknya yang sudah berada di halaman depan.
“Walaikumsalam...” jawab keduanya bersamaan
Pak Wijaya dan istrinya hanya menggeleng kepala melihat 2 anak gadisnya itu.
Mobil Nia memecah jalanan pagi yang belum seberapa macet. Jam masih menunjukan pukul 06.30 pagi.
Dia masih sempat mengantarkan adiknya yang masih SMA itu sebelum melesat sendiri ke kampusnya.
“Kuliah seberat itu ya kak...??” tanya Tiara dengan polosnya.
Nia menoleh sekilas pada adiknya yang duduk disebelah kemudi.
“Gak lah... siapa bilang..??” jawab Nia tersenyum namun masih fokus menyetir.
“Tuh Tiara lihat kakak sering banget begadang, tugas-tugas numpuk katanya, bahkan weekend aja masih
sering ngerjain tugas ini itu.”
“Mau berat atau enggak, yang pasti dinikmatin aja dek... tugas banyak sih ya berat, tapi masih banyak hal-hal menyenangkan lainnya di kampus. Ntar deh kalau kamu udah masuk kuliah, baru bisa ngerasain sendiri. Nikmati masa kuliahmu, karena nanti kalau sudah lulus, sudah bertambah umur, itu bakalan jadi suatu kenangan yang indah.”
“Apalagi kalau kamu punya seseorang yang kamu sukai di kampus... beeeeh, tambah semangat pasti kuliahnya.” Sambung Nia.
“Kakak udah punya pacar ya...??” selidik Tiara.
“Belum.” Jawab Nia cepat.
“Kakak naksir seseorang deh pasti....” selidik Tiara semakin menjadi.
“Apa sih kepo...” Nia mengacak rambut Tiara.
“Motor kamu kemana dek...??
“Pinky sakit kak, masuk UGD kemarin dia, tau berapa lama sembuhnya”
“Hahahaha...”
Nia tertawa mendengar julukan motor Tiara. Ya memang motor matic pink kesayangan adiknya itu benar- benar pinky menurut kakaknya. Dengan stiker hello kitty di kanan kiri body nya.
“Ya udah, kamu boleh nebeng kakak sampe pinky mu itu sembuh. Tapi dengan satu syarat...”
Tiara mendengarkan kakaknya dengan serius. Syarat apa yang diinginkan kakaknya itu.
“Beliin kakak Boba tiap pulang sekolah. Oke..??!!”
Nia mengerlingkan matanya.
“ Ah kakak... kepotong donk uang jajanku” rengek Tiara, niat mau mendapatkan tebengan gratis namun malah berakhir dengan pemalakan kakaknya.
“Hahahaha”
Nia tertawa menang mendengar rengekan adiknya. Tangannya kembali mengacak lembut rambut adiknya.
Dia begitu gemas dan sayang dengan adik perempuan satu-satunya itu.
Tak lama setelah mengantar adiknya, mobil Nia memasuki pelataran kampus. Nia tiba benar-benar lebih awal kali ini.
Ia langsung masuk ke kelasnya, setelah sebelumnya menumpuk tugasnya di ruangan Satya. Ia melihat hanya beberapa gelintir orang yang baru datang. Sahabat-sahabat gengnya belum ada yang menampakkan batang hidung mereka.
Nia membuka ponselnya dan duduk di kursi depan. Tak lama berselang Nindya dan Ayu datang.
“Nia... buset rajin amat loe” teriak Nindya dari arah pintu
“Jelas rajin donk Nin, kan ini kelasnya Pak Satya. Masak iya Nia mau telat. Ya gak Ni...???” Ledek Ayu sambil duduk di samping Nia.
“Lagak loe Ni.. Gak inget yang kemarin...?” seloroh Nindya
“ Eh, kemarin loe disuruh apaan ke ruangannya doi...??” sambung Nindya kepo.
Nia memasang wajah sendunya, memulai drama, “ Ya ampun, gue dikasih tugas banyak banget donk... 50 soal..!!! Pas gue mau protes, eh malah ditambahin lagi 20 soal. Gila kan tuh dosen...??”
“ Gila...!!! serius loe...??” pekik Nindya kaget.
Ayu membelalakkan matanya, ikut bergidik ngeri.
“Dan harus dikumpulin pagi ini sebelum jam 9...!!!” lanjut Nia mendramatisasi, walaupun semua benar adanya.
“Wah... benar-benar tuh dosen.. Gila.. amit-amit deh... jangan sampe gue telat.” Seloroh Ayu.
“Eh, tapi Gila gitu loe tetep cinta kan...?? ya gak sih..??” Nindya mengerlingkan matanya.
“Ya iyalah... kan udah gue bilang, cinta gue cuma untuk Pak Satya seorang. Udah terlalu dalam perasaan gue ke doi. Udah terlanjur susah buat berhenti.” Jawab Nia yakin.
“Tapi Pak Dosen kan belum tentu suka sama loe Nia..” kata Ayu.
“We never know what will happen baby...” jawab Nia dengan senyum nakalnya.
“Lagak loe... nge halu aja loe terus, bisa jadian ama dosen freezer bin killer ” timpal Nindya.
“Bin tampan...!!” potong Nia
Mereka tergelak bersama. Mengingat peristiwa kemarin yang benar-benar membuat Nia menahan malu di depan teman-teman dan pujaan hatinya.
“Pagi semuanya...” suara khas seorang pria dan langkah kaki terdengar dari sudut pintu
## Hai reader, ini adalah karya pertama Author, mohon maaf kalau masih agak kaku ya..
Like dan koment sangat membantu Author untuk lebih semangat lagi berkarya. Terimakasih..
“Pagi semuanya....” suara dari ujung pintu itu mengagetkan mereka bertiga.
“Anjir, kaget gue..!!! gue kira Pak Satya tau gak loe. Dasar...” Nindya benar-benar kaget. Takut kalau-kalau Pak Dosennya itu mendengar perkataan Nindya tadi.
“Apaan sih Nin..?? hai Nia, muka loe kucel banget..?? loe habis begadang...?? gak baik tau anak gadis begadang.”
“Masak siy Nik..??” Nia membuka tas nya, mencari cermin dan melihat wajahnya. Niko benar, wajahnya
terlihat sedikit pucat, mungkin karena efek begadang tadi malam
Nia memulas bibirnya dengan lip tint, agar tidak terlalu pucat. Niko memperhatikan Nia sedari tadi
yang sibuk merapikan dandannya.
Niko sahabat Nia dari kecil. Orang tua mereka bersahabat sejak lama. Membuat Niko dan Nia pun akrab
dari kecil. Niko adalah tempat Nia berkeluh kesah, selain Nindya dan Ayu pastinya. Niko juga jadi salah satu teman Nia yang dapat diandalkan.
Apalagi orang tua mereka saling mengenal. Tidak jarang orang tua Nia “menitipkan” anaknya untuk diawasi
oleh Niko. Niko senang-senang saja merasa dititipi oleh orang tua Nia, itu berarti orang tua Nia percaya padanya.
“Ehm... Pagi semuanya..”
Langkah kaki sepatu dari arah pintu membuyarkan lamunan mereka.
Segera mereka duduk dengan tenang mengikuti kelas mencekam di pagi itu.
“Pagi pak...” seru mereka kompak.
“ Oke kita mulai kelasnya. Kemarin saya cek, masih ada yang belum mengumpulkan tugasnya ya.
Jangan lupa deadline nya hari ini jam 12 siang. Jangan terlambat.”
“Wait.. wait... tugas apaan..?!! kok jam 12 sih..?? gue kok jam 9 sih..?? wah, gue dikerjain ama tuh dosen...???" Batin Nia yang kebingungan mendengar perkataan Satya.
Setelah 90 menit berada dikelas yang mencekam, akhirnya kelas pun usai. Para mahasiswa membuang nafas
mereka. Merasa terbebas dari belenggu penjara.
Lain halnya dengan Nia, Selama pelajaran berlangsung senyum selalu menghiasi wajahnya. Bahkan 90 menit
terasa singkat untuknya.
“Lah, kok udahan siy...?? cepat banget..” celetuk Nia sambil memanyunkan bibirnya. Wajahnya kembali
sendu.
“Buset deh Ni, gue udah merasa terpenjara 90 tahun..!!! loe bilang cepat banget... hadeeeeh..” Nindya
benar-benar tidak habis pikir dengan Nia.
Nia yang merasa dipelototi teman-temannya itu hanya bisa nyengir aja.
“Udah nih, kumpulin ke Pak Satya”
Niko menyerahkan setumpuk kertas pada Nia. Sambil berlalu bersama Nindya dan Ayu kearah kantin.
“Lah kok gue...??” pekik Nia
“Emang siapa lagi Nia..?? kan elo PJ nya..emang tadi gak denger Pak Dosen ngomong apa..?? dasaaaar....!!
Gue tunggu di kantin, buruan...!!” teriak Nindya jauh di depan sana. Ayu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
Tok... tok... tok....
“Masuk”
Haduh jantung gue, tolong tenang ya..jangan keras-keras... ketahuan doi kan gak lucu.
Nia selalu saja masih deg-degan saat menemui pujaan hatinya itu. Padahal ini bukan pertama kalinya dia
masuk ke ruangan itu.
“Permisi pak..”
“Mm..”
“Ini tugasnya yang tadi pak...”
“Taruh saja disitu” Pak Satya menunjuk meja di depannya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
Nia mendengus kesal. Lagi-lagi dia merasa Pak satya itu terlalu dingin dan cuek padanya.
Nia maju ke depan menaruh tumpukan kertas itu di meja Pak Satya lalu langsung pamit menuju pintu untuk keluar.
“Saya permisi pak.”
Pak satya tidak menjawab dan masih asyik fokus dengan laptopnya. Sesaat sebelum membuka pintu ruangan, Nia menoleh ke arah Pak Satya.
“Fokus bekerja boleh pak, tapi jangan sampai terlambat makan ya pak.”
Senyuman cantik nan tulus merekah di bibir Nia. Satya langsung mendongakkan wajahnya. Melihat senyumannya sekilas tepat sebelum Nia melangkah keluar ruangan.
Bibir Satya melengkung sedikit setelah Nia benar- benar menghilang dibalik pintu.
Selalu saja ia merasakan hatinya berdesir aneh saat melihat senyuman Nia, begitu hangat dan
tulus.
Namun Satya tidak ingin begitu terlarut dan memikirkan hal itu. Ia lebih memilih kembali fokus dan berkutat
lagi dengan laptopnya.
Nia celingukan setibanya di kantin. Matanya memutari isi kantin mencari keberadaan teman-temannya. Dari jauh dia melihat Ayu melambaikan tangan padanya.
“Lama amat siy say... ngapain aja loe ama si dosen..??” cerocos Ayu sambil terus memakan siomay yang
dipesannya.
“Mau ngapain lagi emang...?? Ya ngumpulin tugas lah..!!” sahut Nia, dengan senyum-senyum sendiri.
“Loe masih menaruh hati ama dosen itu Nia..??”” tanya Kevin yang dari tadi juga bergabung bersama
mereka.
Nia hanya mengangguk sambil mulutnya sibuk memakan bakso yang ada di mangkok Niko.
“Yah... patah hati lagi dong gue.. hiks.. hiks.. hiks..” canda Kevin sedih
“Mending loe ama gue aja,Nia. Gue bakalan membahagiakan loe. Gak akan gue biarin loe bersedih apalagi
mengejar cinta yang tak pasti, karena cinta gue udah pasti buat loe.” Lanjut Kevin menggoda Nia.
“Apaan siy Vin..!Lagak Loe...” seloroh Nindya dan Ayu yang justru mencemooh kevin.
“Yeeee...kenapa emang, loe gak percaya ama gue Nia...??” tanya kevin sok bertampang sedih.
“Iya Vin, iya.. gue percaya.. tapi loe telat. cinta gue uda kepentok ama si dosen ganteng itu.” Seru Nia yang
masih saja asyik memakan bakso milik Niko.
“ Masih mau lagi baksonya...?? gue pesan ya...” tawar Niko melihat Nia begitu lahap memakan
baksonya.
“Loe pesan lagi aja, ini gue yang makan, kelamaan nunggu yang baru”
Niko hanya geleng-geleng kepala seraya berdiri lalu kembali memesan seporsi bakso.
Hubungan Nia dan Niko memang sedekat itu. Bahkan sering kedekatan diantara mereka disalah artikan
oleh orang lain.
Selain sahabat dan teman terdekat mereka, siapapun akan mengira bahwa Niko dan Nia adalah memang
sepasang kekasih.
Bahkan dulu Nia pernah dilabrak oleh teman satu kampusnya yang ternyata menaruh hati pada Niko, yang
mengira Nia adalah cewek yang tebar pesona pada Niko.
“Nia, entar malem jadi acara di rumah loe..??” tanya Niko sesaat setelah Nia menghabiskan baksonya.
“ Jadi deh kayaknya. Entar loe juga ikut kan..?? ikut ajalaaaah, ya...??? males banget gue kalo gak
ada temen ngobrol.”
“Emang ada apa Nik..??” tanya Kevin menelisik
“ Orang tua Nia ngadain acara makan malam gitu, ngundang relasi bisnisnya. Mempererat persaudaraan gitu
katanya. Bokap Nyokap gue juga diundang” jelas Niko yang akhirnya bisa menikmati baksonya sendiri.
“Orang tua kalian emang sudah sahabatan dari dulu ya...??” tanya
Kevin
“He’em... makanya gue kenal Niko juga dari kecil. Dia sering main di rumah gue.”
Mereka bertiga hanya manggut- manggut mendengar penuturan Nia.
Tak heran jika Niko dan Nia memang sedekat itu, karena sudah berteman sejak kecil, pikir mereka.
“ Udah, ayo buruan ke kelas” ajak Niko yang baru saja menghabiskan baksonya.
Mereka pun bangkit meninggalkan kantin, dan menuju kelas selanjutnya.
Di perjalanan, sepulang dari kampus, Nia merasakan ada yang aneh dengan mobilnya, yang tiba-tiba
berjalan dengan tersendat-sendat.
Tidak Ingin terjadi hal-hal yang lebih membahayakan dirinya, Nia memilih menepikan mobilnya, di jalan yang masih belum terlalu jauh dari kampus.
Di tepi jalan yang panas, Nia menggerutu dan mendengus kesal setelah menyadari kalau mobil
miliknya lagi ngambek alias mogok.
“Duh, ngimpi apa gue semalem. Sial gini!! Kualat ama Tiara kali yak tadi pagi ngeledek motornya”
Cuaca siang ini begitu terik, keringat mengucur deras di kening Nia. Segera dia menelpon Tiara untuk
menyuruhnya pulang sendiri karena Nia tidak mungkin menjemputnya.
Sesaat setelah ia mematikan teleponnya ada mobil yg berhenti tepat di depannya.
Tin... tin... tin...
Kaca mobil itu turun perlahan. Nia menundukkan wajahnya. Melihat siapa gerangan orang di dalam mobil
itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hai Reader yang baik hati, ini adalah karya pertama Author, maaf jika masih agak kaku ya..
Jangan lupa like dan koment supaya author lebih semangat lagi dalam berkarya. Terimakasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!