Go Hera adalah seorang gadis cantik ,cerdas dan juga sangat berbakat. Dia memiliki double eye, hidung mancung, kulit putih dan juga tinggi semampai bak seorang model. Hera di besarkan di keluarga kaya raya yang kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan. Hanya saja ayahnya yang merupakan CEO di sebuah perusahan besar, kerap kali berganti istri. Hera merupakan anak pertama Go Myung Jin dan Bae In Ha, sejak kecil dia selalu di manjakan oleh ibu dan juga ayahnya. Hingga pada saat Bae In Ha meninggal dunia, Hera kecil yang ramah juga periang, berubah menjadi anak yang dingin dan sulit untuk bergaul dengan anak-anak yang lain. Sejak saat itu juga Hera lebih memilih untuk hidup mandiri tanpa campur tangan sang ayah.
Ketika memasuki bangku sekolah menengah sampai ke perguruan tinggi, Hera hanya mengandalkan beasiswa, sekarang dia sudah lulus S2 jurusan fashion design di NewYork . Hari ini adalah hari dimana dia harus kembali ke negaranya. Iya, karena kuliahnya sudah selesai, dia berencana kembali ke korea untuk membeli sebuah apartemen kecil dan juga mencari pekerjaan baru di sana. Yuppps .. di NewYork Hera memang kuliah sambil kerja dan sesekali mendapat proyek design pakaian yang sengaja di tawarkan oleh dosen pembimbingnya. Selain itu Hera masih memiliki warisan peninggalan mendiang ibunya, Bae In Ha.
Kini Hera telah sampai di Bandara International Incheon ia memakai dress rajut yang ia balut dengan coat yang warnanya hampir senada dengan baju yang ia kenakan, rambutnya dia biarkan tergerai indah , make up yang sederhana membuat kesan fresh di wajahnya yang cantik. Tidak lupa sepatu boat hitam melekat cantik di kakinya. Menjadi seorang designer merupakan hal yang sangat baik bukan, karena dengan keahliannya itu, hal-hal yang menyangkut fashion menjadi sangat mudah, bukan hanya make up , membuat style ootd sudah menjadi hal biasa untuk Hera.
Sesekali orang-orang menatapnya dengan tatapan kagum. Siapa yang tidak suka dengan kecantikan Hera yang bak seorang dewi, hanya saja Hera terkadang risih dengan tatapan-tatapan seperti itu. Dia menganggap orang-orang terlalu berlebihan dan dia lebih memilih untuk bersikap cuek dan acuh tak acuh. Kini Hera sudah sampai di depan bandara. Dia lekas mencari taksi untuk mengantarnya ke pusat kota seoul.
kenapa memilih seoul?.
bukan hanya karna itu tempat kelahirannya, tapi banyak kenangan tentang dia dan ibunya disana . Menurut Hera dengan keahlian dan juga latar belakang pendidikannya saat ini, sangat cukup untuk mengantarkannya ke beberapa perusahaan fashion besar yang ada di negaranya.
"Pak! tolong antar saya ke Hotel Royal," ucapnya kepada sopir taksi yang dia naiki.
"Baik Nona," ucap sopir itu ramah.
Pandangan Hera berpendar tatkala wanita itu menempelkan tubuhnya dipintu taksi dan menatap keluar jendela, pikirannya kembali ke masa-masa dimana dirinya dan Bae In Ha masih sering bermain dan berjalan-jalan dikota itu. Ingatannya masih berpusat pada saat Bae In Ha tersenyum dan tertawa bersamanya, sebuah kenangan indah yang sampai kapanpun tidak akan pernah hilang dari memori dan juga hatinya. Dia sangat menyayangi In Ha, siapa yang tidak akan sayang kepada ibu yang sudah melahirkan dan merawatnya sejak kecil. Air matanya menetes , kepiluan melanda hatinya saat ini, entah apa yang sedang di pikirkannya namun kesedihan tergambar dengan jelas diwajah cantiknya yang sangat jarang tersenyum. Hera masih asik berlarut dalam pikirannya saat ini, sampai pada akhirnya suara sopir taksi membuyarkan lamunannya.
"Maaf Nona, kita sudah sampai."
"Ah baiklah Pak, terimakasih," Hera membuka pintu mobil kemudian mengambil koper yang sudah sopir taksi itu keluarkan dari dalam bagasi, matanya tertuju pada sebuah bangunan besar nan tinggi di hadapannya saat ini. Langkah Hera terhenti di depan meja resepsionis , dia memesan kamar kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya sambil menyeret sebuah koper yang berukuran cukup besar.
"Akhhh capek nya," Hera membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk yang membuatnya merasa nyaman. Ingin rasanya dia segera tidur dan menghilangkan penat yang sejak tadi dia rasakan. Mata Hera kembali terbuka saat suara perutnya memaksa wanita itu untuk segera bangun dan memberi makan cacing-cacing yang sedang merajuk didalam perutnya. Mau tidak mau Hera berjalan ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Kualitas Hotel ini memang bagus, siapa saja yang menginap di sini pasti akan sangat betah karna selain besar, kamarnya juga sangat bersih dan wangi.
Tiga puluh menit kemudian Hera sudah siap dengan pakaian kasual dan juga tas selempang yang bertengger manis di bahunya, dia tidak banyak menggunakan riasan karna memang dia lebih suka tampil apa adanya.
Hera sudah sampai di sebuah restoran bergaya Korean klasik yang terletak tak jauh dari hotel tempatnya menginap.
"Permisi Nona, ini buku menunya!" seorang pelayan wanita menyerahkan buku menu kepada Hera. Setelah lima menit membolak balikan halaman di buku menu tersebut, akhirnya Hera memutuskan untuk memesan Gimbap, Jjangmyeon dan juga yuja cha.
Tidak butuh waktu lama sampai makanan yang dipesan Hera tersaji diatas meja, Hera memulai dengan meneguk sedikit Yuja cha, kemudian berlanjut ke Jjangmyeon dan Gimbap. Wanita itu mengangguk anggukan kepalanya tatkala merasakan makanan kesukaannya saat dia masih kecil belum berubah rasa sama sekali. Setelah semua makanannya tandas, Hera memutuskan untuk pergi jalan-jalan sebentar, dia memang sengaja tidak makan di restoran hotel karena ingin melihat suasana kota yang sudah lama dia tinggalkan. Lama dia berkeliling, akhirnya Hera berhenti di sebuah taman kota yang masih ramai oleh pengunjung, banyak di antara mereka yang membawa pasangan atau anaknya untuk sekedar berjalan jalan.
Hera duduk di sebuah kursi taman , wanita itu mendongakkan wajahnya menatap langit luas yang rindu akan sebuah cahaya bintang, suasana kota yang gemerlap dengan lampu dari bangunan-bangunan pencakar langit membuat para bintang tidak dapat menunjukkan sinarnya kepada orang-orang yang ada di bumi. Lama Hera menatap langit kelam itu, sampai pada akhirnya buliran bening meluncur jatuh melewati pipi putihnya , Hera menangis tanpa suara, hatinya sakit bagai tercabik, sebuah kota kelahiran yang seharusnya jadi tempat untuk dia pulang malah menjadi luka yang sangat dia benci. Hera ingin sekali meninggalkan kota ini, namun lagi-lagi bayangan di mana dia yang sedang bermain dengan In Ha seolah melarangnya untuk pergi terlalu lama.
"Ibu, apa aku harus tinggal di sini? apa pilihan ku tepat? aku tidak ingin menemui baji*an yang telah merampas kebahagiaan kita, aku ingin menghilang dari pandangannya untuk selamanya."
"Bu, aku harap ibu sudah bahagia di atas sana, lupakanlah semua kesakitan yang pernah ibu alami di sini! aku menyayangimu bu, aku mencintaimu," Hera memejamkan matanya saat sesak kembali menghantam dadanya. Dia ingin meraung namun ini adalah tempat umum, wanita itu memukul dadanya beberapa kali sambil menggigit bibir bawahnya berharap itu akan mengurangi sesak yang sedang dia rasakan. Menangis tanpa suara memang sangat sulit dan sangat menyiksa.
Masih tahap revisi. Maaf untuk ketidak nyamanannya.🙏🙏
To Be Continued..
Ada banyak Bab yang masih belum aku revisi. Maaf untuk ketidak nyamanan nya ya. 🙏
Hai Readers, jangan lupa like dan komen nya ya.
ini Karya baru Author jangan lupa mampir ya.
Alexander Kim adalah seorang CEO muda di Estate Grup. Perusahan yang mencakup bisnis fashion designer , perhotelan dan juga pusat Perbelanjaan, seperti mall dan masih banyak bisnis properti lainya. Alexander merupakan anak pertama dari Kim Tae Jon, pemilik Estate yang sesungguhnya. Kenapa namanya Alexander? Karena ibu dari Alex merupakan perempuan asal Amerika Serikat Jessica Elle Jhonson, seorang Master di bidang fashion yang namanya sudah banyak di dengar orang baik di dalam maupun di luar Korea.
Alex atau yang sering di panggil Tuan Alex oleh para karyawannya adalah seorang CEO yang dingin dan tidak pernah perduli dengan keadaan di sekitarnya. Namun wajahnya yang tampan membuat para karyawan wanita lupa betapa dingin dan Kejamnya atasan mereka.Tinggi Alex sekitar 188 senti meter membuat tubuhnya proposional bak seorang Pangeran dari Negri Dongeng. Hidung mancung, kulit putih, alis yang tebal dan tegas, membuat para wanita melupakan di mana posisi mereka berada. Bibirnya yang merah , tidak tebal dan juga tidak tipis membuat wajahnya terlihat sempurna.
"wajah yang di impikan banyak wanita"
Alex Sebenarnya dulu adalah seseorang yang sangat aktif dalam pergaulan ,hanya saja setelah hampir sepuluh tahun dia bergelut di dunia bisnis membuatnya kehilangan banyak waktu untuk sekedar bermain atau berkumpul bersama teman - temanya. Pekerjaan yang membuatnya sibuk dan melupakan dunia bebas di luar sana membuat Alex sangat jarang berinteraksi dengan orang - orang, karena menurutnya itu hanya membuang-buang waktu.
Pacar?.
Jangan tanya!.
sudah sering Alex berpacaran dengan beberapa Wanita yang di kenalkan oleh orang tuanya. Namun Karna Alex yang cuek dan acuh tak acuh membuat para wanita itu mundur dengan sendirinya.
"Mamaaa!" bukankah aku sudah bilang, stop mengatur kencan buta untuk ku ma," Alex berucap sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Alex!" kau ini sudah besar nak, umurmu sudah 32 tahun, teman-teman sebayamu sudah banyak yang menikah, bahkan ada yang sudah memiliki anak. Ayolah ibu ingin segera menimang cucu nak.
"Maa!.. kenapa mama terus memaksa Alex menikah?
nikahkan saja Angela ma! dia juga sudah besar, sudah cukup umur, bulan ini dia berulang tahun yang ke 29 kan? suruh saja dia yang menikah! sekalian cetak anak yang banyak!" dengus Alex kesal karna hanya dia yang terus menerus di paksa menikah oleh sang mama.
"Yakkkkk! ........ Teriak Angela. "kau," tunjuk Angela mengarahkan garpu ke hadapan Alex.
"kau," enak saja menyuruhku menikah, aku gak mau ya, apalagi harus hamil dan memiliki seorang anak. Helowwww kecantikan ku yang bak seorang putri Raja bisa memudar nanti," Angela berucap masih dengan garpu di tangan nya.
"Cihh, cantik, cantik darimana? dari Hongkong? dasar MONYET sok kecakepan."
"Hei Alex! dasar kodok sialan muka secantik ini kamu bilang monyet? ngaca dong! liat muka lo yang udah kaya bandot tua itu," Angela berucap sambil berdiri berdecak pinggang, wanita itu sangat marah bahkan jika ada orang yang bisa melihat aura, mungkin dia akan melihat asap keluar dari telinga Angel.
"Dasar monyet item,"
"Dasar kodok burik."
"Cih, monyet ya monyet," ucap Alex.
"yakkkkk!" teriak Angela.
"Stoooppp!," teraik Jessica kepada anak-anaknya.
Telinga ku bisa pecah mendengar perdebatan kalian.
Kim tae jon hanya menggeleng geleng kan kepalanya sambil tersenyum, mungkin di mata orang lain keluarga mereka adalah keluarga yang berisik. tapi menurut Kim Tae Jon keluarganya adalah keluarga paling harmonis di dunia.
"Sudahlah sayang jangan marah - marah terus! nanti kamu darah tinggi," Tae jon berusaha menenangkan Jessica.
"Hey - Hey Tuan Kim kau menyumpahi ku?"
Jessica berucap dengan mata yang berkilat marah.
"Tidak , bukan begitu sayang, Sebaiknya biarkan mereka berangkat kerja ya, Alex pasti sibuk sayang."
"Cihhh kau sama saja dengan mereka," dengus jessica kesal.
"Ya sudah ma Alex berangkat kerja dulu. Oo iyaa besok pagi Alex ada janji dengan klien di hotel Royal mungkin nanti malem Alex gak pulang, pulang ngantor Alex langsung ke hotel aja sekalian inspeksi."
"Dah mama," ucap Alex sambil mengecup kening ibu kesayangannya.
"Bye Papa," ucap Alex mengangkat tangan ke arah ayahnya.
"Ma, pa Angel juga berangkat sekarang ya, Angel ada pemotretan hari ini. Dah mama, papa," ucap angel sambil mengecup pipi ayah dan ibunya bergantian.
"Hati - Hati," ucap jessica mengingatkan.
"Iya," teriak Alex dan Angel bersamaan.
"Lihat anak - anak kesayangan mu Tae Jun. Kenapa mereka tidak mau mendengarkan ku. Aku menyuruh mereka menikah karna aku sayang sama mereka, aku gak mau kalo-kalo mereka betah menjomblo lebih lama lagi. Aku pengen kaya temen- temen juga Tae Jon, bisa pamer mantu sama cucu pas kita lagi arisan," Jessica berucap dengan ekspresi yang sedih tapi nada bicaranya mengisyaratkan kalo dia sedang marah.
"Sabar dong sayang,"Tae Jon berkata selembut mungkin supaya tidak memancing tanduk istrinya keluar.
"Biarkan mereka memilih pasangannya masing-masing, jangan terburu - buru, mereka berhak bahagia dengan orang yang mereka cintai."
"Aku tau Tae Jon tapi kapan mereka akan membawa mantu untukku ke rumah ini. Bisa lumutan aku nunggunya," Jesica berucap sambil menekuk wajah nya kesal.
"kau ini, yang namanya Jodoh, maut rejeki udah ada yang ngatur sayang , jangan takut semuanya akan datang di waktu yang seharusnya," Kim Tae jon berdiri dari kursi yang di dudukinya, kemudian melangkah mendekati istri tercintanya yang masih menekuk wajahnya kesal.
"Sabar sayang," Tae Jun meraih kedua tangan Jessica mengecupnya perlahan lalu berkata , "biarkan mereka merasakan ketulusan seperti apa yang kita rasakan."
"Hari ini aku ada meeting di kantor. Jadi berangkat agak pagian. Gak papa kan?" Tae Jon berucap sambil memandang wajah Jessica dengan tatapan sayangnya, meskipun mereka sudah berumur namun cinta di antara mereka tidak pernah berkurang.
" Gak papa Tae Jon pergi lah! kantor lebih butuh kamu," Jessica sangat tau kalau suaminya ini sangat menghargai pendapatnya, jadi kalau sampai dia berkata jangan atau tidak, Tae Jun pasti akan menuruti semua ucapannya.
"Terimakasih istri ku sayang, your the best," ucap Tae Jon sambil mengecup bibir Jessica.
"Sudah sana! kelakuan mu masih saja kaya anak ABG apa kamu gak malu sama anak-anakmu?" Jessica berucap sambil menuntun suaminya keluar dari rumah supaya Tae Jon bisa cepat-cepat pergi ke kantor.
*****************
Lain dengan keuda orang tuanya, lain juga dengan kedua anaknya. Alex dan Angela seakan tidak pernah puas saling menganggu sampai perdebatan mereka di lanjutkan di halaman rumah.
"Hey monyet! sok sibuk banget lo. Emang ada gitu orang yang mau jadiin monyet kaya lo model majalah mereka?" Alex masih belum puas menggoda adik perempuannya itu.
"Dihhh kodok burik sirik ya. Lo liat aja nanti apa lo bisa dapet istri yang lebih cantik, lebih pinter dan lebih populer dari gue?" Angela berucap dengan semangat yang men gebu - gebu. Angela tau meskipun kakak nya ini sosok laki-laki tampan yang banyak di puja oleh kaum wanita di luar sana, kakak nya bak patung tanpa hati, dingin se dingin es, entah wanita seperti apa yang akan melelehkan bongkahan es yang menyelimuti hati kakaknya tersebut.
Alex hanya tersenyum menampakan deretan giginya yang tersusun rapih dan putih.
"Tuh kan, kalah kan lo , gak bisa kan jawab omongan gue. Udah lahh capek ngomong sama kakak, aku mau pergi, sana kakak juga pergi! jangan mikirin kerjaan terus pikirin juga gimana caranya supaya mama gak ngomel-ngomel mulu," Angela lantas pergi memasuki mobil yang sudah berisi asisten dan juga sopirnya di dalam.
"Bye kodok burik," Angela berkata sambil melambai kan tangan ke arah Alex.
Alex hanya mengeleng - geleng kan kepalanya merasa heran dengan kelakuan Angela, menurut Alex Angela masih sangat ke kanak - kanakan, sikap dan tingkahnya selama ini masih jauh dari kata dewasa.
"Jalan pak!" ucap Alex pada sopir yang dari tadi sudah menunggunya .
"Baik tuan!" jawab Pak Jung .
********************
Setibanya di depan kantor Alex turun dari mobil. Dia lantas melangkah masuk ke dalam kantor yang memang menjadi pusat dari kantor cabang yang ada di korea.
"Selamat pagi Tuan!" sapa satpam yang berada di luar kantor Estate, satpam itu membungkuk ramah ketika Alex berjalan melewatinya.
Namun, tiba - tiba Alex menghentikan langkahnya. Alex kembali membalikan badannya menghadap satpam tersebut.
"Apa wohyun sudah datang Pak?"
"Sudah dari tadi tuan!" ucap satpam itu.
"Oh baiklah."
Alex kembali melangkahkan kakinya ke dalam perusahaan nya tersebut.
"Pagi Tuan!"
"pagi Tuan!"
sapa para karyawan. Alex hanya mengangguk sambil terus melangkahkan kakinya menuju lift khusus yang akan membawanya ke lantai paling atas di kantor tersebut.
Ting....
Alex melangkah keluar dari dari lift dan mulai menyusuri lorong yang akan mengantarkannya menuju ruangan CEO di Estate Grup.
Cklek..
Alex membuka pintu ruanganya dan seketika itu juga wohyun menoleh dan berdiri menghampiri Alex.
"Tuan!" ucap wohyun, "ada kabar kurang baik di perusahaan."
Alex tidak langsung menjawab atau menanggapi apa yang di sampaikan wohyun. Dia hanya berjalan melewati wohyun . Lalu melangkah mendekati mejanya, melepas jas yang ia pakai dan menyerahkannya kepada wohyun.
wohyun lantas mengambil jas tersebut dan menyimpan nya di gantungan yang sudah ada di ruangan tersebut.
Alex mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.
"katakanlah!" ucapnya sambil menatap wohyun. Lengan nya ia letakan di atas meja dengan jari jemari tangan yang saling bertaut.
to be continue.
Hai para reader.. jangan lupa like sama komen nya ya...Thank U, Thank U..😘😘😘
Kim Tae jon(papa Alex)
jessica (mama Alex)
Angela (adik Alex)
Nam wohyun (sekertaris sekaligus teman baik Alex)
Hayo jangan lupa like dan komen nya ya.
Author punya karya baru nih. jangan lupa mampir ya.
"Katakan lah!" sargas Alex kepada wohyun.
Wohyun sedikit ragu untuk mengatakan apa yang sedang terjadi, namun kare
na ini memang tugasnya mau tidak mau dia harus berani mengatakannya.
"Itu Tuan, kepala tim designer mengundurkan diri, setelah saya cari tahu ternyata dia pindah ke perusahaan saingan kita."
Alex tersenyum menyeringai,"Wolim Company?" tanyanya yakin.
Wohyun mengangguk mengiyakan apa yang baru saja di katakan Alex, "Iya Tuan, Wolim menawarkan gaji dan bonus yang tinggi, saya juga tidak mengerti karna setau saya gaji yang di berikan Estate juga cukup besar."
"Biarkanlah wohyun, toh memang sudah saatnya kita membuang designer tidak tau diri itu, berlama lama mempertahankannya juga tidak ada gunanya sama sekali."
"Tapi Tuan,"
"Wohyun stop manggil aku dengan sebutan tuan atau embel-embel apapun, kau memang bekerja di bawah kekuasan ku, tapi bukan berarti aku menganggap mu lebih rendah dariku, kau adalah sahabatku selama ini, kau juga terlihat lebih tua dariku, kau lebih cocok di panggil tuan."
"Cihhh kau ini terlalu narsis Lex. Mana ada aku terlihat lebih tua darimu, yang ada tu kebalikannya."
"Sudah lah, aku malas berdebat denganmu," potong Alex , "lanjut ke topik kita tadi! apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"kita cuma punya dua cara , yaitu, cari designer baru atau kita bujuk ibumu supaya beliau mau membantu kita."
"No, big no wohyun," ucap Alex sambil berdiri dari kursinya. sudah cukup mama membatu kita selama ini, mama udah gak muda lagi wohyun . Membayangkan mama yang harus kerja siang dan malam demi mencapai target yang sudah kita tentukan rasanya aku tidak tega."
"Tapi lex peluncuran busana baru tinggal satu bulan lagi, apa kita akan punya cukup waktu untuk mencari designer baru? yang kita cari itu bukan designer biasa, tapi designer utama untuk perusahaan ini Lex."
"Lakukan dan buat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Berapa lama kamu kerja di sisi saya wohyun? kamu masih belum ngerti cara kerja di sini?."
"Berubah jadi bos lagi," gumam wohyun dalam hati.
"Baiklah aku mengerti," ucap wohyun mengalah.
"Lakukan yang terbaik!" ucap alex sambil menepuk bahu wohyun. "Dan ya, nanti sore ikut bersamaku ke hotel roya! siapkan berkas -berkas yang di perlukan untuk kerja sama dengan perusahaan C! dan untuk agendaku siang ini?" Alex bertanya kepada wohyun.
"Siang ini tidak ada meeting atau pertemuan dengan klien. Kau hanya perlu memeriksa dan menandatangani beberapa dokumen yang ada di mejamu."
Alex lantas melirik ke arah meja kerjanya. "Shi*," umpat Alex, "Kau bilang CUMA wohyun, dokumen sebanyak itu CUMA katamu," tunjuk Alex ke arah tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjanya.
"kenapa tadi aku tidak melihatnya."
"Itu tugas anda Tuan," ejek wohyun,"Selamat bekerja, masih banyak yang harus saya lakukan," wohyun berucap sambil menyunggingkan senyum penuh kemenangan kepada Alex.
Wohyun berlalu pergi meninggalkan Alex yang kesal karna merasa wohyun sedang menjahilinya.
"Sialan kau wohyun," ucap Alex sambil berjalan menuju meja kerjanya. Alex mendudukkan diri dan mulai membaca dokumen tersebut satu per satu .
At The Hotel.
Hera berjalan di lorong hotel tempat di mana kamarnya berada wanita itu terus menunduk sambil mengaduk- ngaduk isi tas yang di pakainya.
Namun tiba - tiba ...
"Brrruk!, kepala Hera yang Sendari tadi menunduk terbentur dengan sesuatu yang keras, namun ia tau itu bukan pintu atau tembok.
Hera refleks terjungkal ke belakang membuat bokongnya mendarat dengan cukup keras di atas lantai. Hera meringis saat merasakan nyeri di area bokongnya.
"ishhh menyebalkan," umpat Hera merasa kesal.
"Anda tidak apa- apa Nona?" tanya laki-laki yang berdiri di hadapan Hera dan mengulurkan tangannya untuk membantu Hera berdiri.
Hera hanya menatap tangan itu sekilas, kemudian beranjak berdiri tanpa menerima uluran tangan laki- laki itu.
"Jalan itu pake mata bukan pake dengkul," dengus Hera sambil berdiri dan berlalu pergi tanpa melihat laki - laki yang menurutnya sudah membuatnya jatuh tersungkur di atas lantai.
Laki - Laki itu hanya tersenyum melihat betapa sombong dan arogannya wanita yang sudah menabraknya.
Beberapa saat yang lalu...
"Wohyun bagai mana hasilnya? apa ada yang kurang baik? bagai mana komentar pelanggan di hotel kita," ucap Alex kepada wohyun yang berjalan berdampingan dengannya .
wohyun yang sedang memegang dan membaca laporan di tabletnya berkata ,"semuanya baik Lex, tidak ada komentar negatif dari pelanggan tetap maupun pelanggan baru di hotel ini."
"Bagus, terus periksa jangan sampai ada yang terlewat! Jangan sampai pelanggan kita tidak puas dengan pelayanan atau pasilitas yang kita berikan di si...
belum sempat Alex menyelesaikan ucapannya .
Bughhh...
seorang wanita menabraknya dari arah depan membuat wanita itu terjungkal kebelakang.
Alex sempat memperhatikan wanita itu, kemeja berwarna biru langit yang dipadukan dengan jeans dan sepatu boat hitam serta rambut yang di ikat tinggi membuatnya terlihat sangat cantik dengan tampilan yang sederhana, "Cantik" gumam Alex dalam hati. Ya meskipun Alex baru melihatnya sekali ini, Alex tidak menyangkal kalau wanita yang tengah terduduk di depannya itu memang cantik.
"Ekhemmm," wohyun berusaha menyadarkan Alex yang hanya diam menatap wanita yang telah menabraknya .
Alex kembali tersadar kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah wanita yang sudah membuatnya terpaku untuk beberapa saat.
******
"Naksirr bos," ucap wohyun yang sengaja menggoda bosnya tersebut.
"Jangan sembarangan bicara wohyun," Alex tidak terima dengan apa yang di katakan wohyun kepadanya, meskipun mungkin iya dia menyukai gadis yang baru saja di lihatnya, tapi akan sangat memalukan jika dia mengakuinya sekarang.
"Kalo mau aku bisa mencari tau informasi gadis yang tadi bos, dia lumayan cantik, cocok jika di sandingkan denganmu," wohyun berucap lagi.
"Sudahlah, jangan bicara yang tidak- tidak wohyun," timpal Alex.
Wohyun berjalan cepat men sejajarkan jalannya kembali bersama Alex.
" Kalo kau tidak mau, buat ku saja," ucap wohyun cengengesan.
"Terserah kau saja wohyun."
"Aku sudah bilang ya, jangan nyesel nanti."
Alex menghentikan langkahnya lalu menatap wohyun dengan tatapan bossy nya,"kau mau ku pecat wohyun!" ancam Alex penuh penekanan.
" Tidak bos, tidak."
"Lanjutkan pekerjaanmu! Aku mau kembali ke kamarku," ucap Alex berlalu pergi meninggalkan Wohyun.
Wohyun hanya meng geleng - gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Wohyun tau kalau Alex memang tertarik dengan gadis yang baru mereka lihat. Alex memang hanya banyak bicara dengan keluarganya dan wohyun. Selain mereka, Alex lebih memilih cuek dan tidak terlalu perduli.
*****************
Hera yang sudah menemukan kunci kamarnya mulai membuka pintu dan masuk ke dalam kamar, dia mendudukkan diri sebentar di atas ranjang, membuka tas selempang yang ia pakai dan menaruhnya di atas nakas.
Hera beranjak berdiri lalau melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan diri lalu berganti pakaian.
setelah selesai, Hera mengambil laptop dari dalam salah satu tasnya, kemudian membawa laptop itu ke atas ranjang.
Hera menyandarkan punggungnya di senderan ranjang, kakinya ia selonjorkan , lalu menaruh laptop di atas kedua pahanya.
Wanita itu mulai membuka laptop tersebut. Mengetikan sesuatu di sana.
Iya. Hera mulai memasukan lamaran kerjanya ke beberapa perusahaan yang memang ada lowongan untuk seorang designer sepertinya di sana.
Setelah di rasa selesai, Hera menutup kembali laptopnya dan menyimpannya di atas nakas di samping tempat tidur.
Hera merebahkan dirinya , lalu menarik selimut sampai menutupi dadanya.
"Good Night Hera," ucap nya pada diri sendiri, kemudian Hera mulai memejamkan matanya dan memulai berpetualang dalam mimpi indahnya malam ini.
Sementara di sisi lain. Alex yang sendari tadi berkutat dengan laptop di meja yang ada di kamarnya mulai meregangkan otot- otot tubuhnya, sesekali Alex memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
Alex menutup laptopnya lalu beranjak berdiri melangkah kan kakinya ke arah jendela besar yang ada di kamarnya.
Alex memandang keluar jendela , matanya menatap jalanan yang penuh dengan mobil dan orang - orang yang ber lalu lalang di trotoar. sesekali bayangan wanita yang ia temui tadi kembali melintas di benaknya.
To Be Continued.
Author masih gak tau apa yang sedang Alex pikirkan ya. jadi untuk part kali ini, segini dulu aja.
Happy reading para reader sama.. jangan lupa Like, komen, hadiah , sama vote nya ya...
ma'af kalo masih banyak typo...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!