"Selamat pagi anak-anak. Ibu perkenalkan guru teknik rekayasa mesin berat, pengganti sementara Pak Joko..!!" kata Bu Ani.
"Baik Bu.."
Tak lama seorang pria gagah masuk ke dalam kelas. Mata murid wanita yang hanya berisi dua orang langsung melotot tak terkecuali dengan Asya.
"Silakan bapak memperkenalkan diri, saya tinggal dulu..!!" kata Bu Ani.
"Baik Bu, terima kasih"
~
"Selamat pagi. Perkenalkan.. saya Enrico Jordan Bana. Kalian bisa panggil saya Pak Rico"
"Selamat pagi Pak Rico."
"Kamu yang duduk paling belakang. Siapa namamu?" tegur Bang Rico.
"Saya Asya.. Pak Rico." jawab Asya dengan genitnya.
Bang Rico langsung nyengir melihat ulah tengil gadis belasan tahun itu.
"Kenapa Pak Rico tanya-tanya? Naksir?" tanya Asya tanpa takut sedikitpun. Bahkan dengan nakalnya Asya mengangkat rok jauh di atas paha. Sorak riuh murid pria pun terdengar membahana.
Ya Tuhan.. kurang ajar sekali anak ini, ingin sekali ku sentil ginjalnya. Apa orang tuanya tidak kerepotan memberi makan bocil tengil ini.
Bang Rico mendekati Asya kemudian membisikan sesuatu di telinga gadis pecicilan itu.
"Maaf.. selera saya nggak ada yang gagal. High class dan level steak premium. Bukan nasi campur macam ini"
Mata Asya langsung berkilat kesal tak terima dirinya di hina pria yang baru saja ia temui pertama kali itu.
"Biar saja nasi campur, yang penting aku nggak jomblo. Hahaha.." tawa Asya seakan meledek Bang Rico yang memang berstatus jomblo.
Bang Rico menarik nafas panjang tak ingin menanggapi ocehan bocil di sampingnya tapi saat Bang Rico melenggang pergi, kaki itu menjegal Bang Rico. Untung saja Bang Rico adalah pria yang sigap hingga dirinya tak sampai terpelanting jatuh dan meruntuhkan harga diri nya. Bang Rico melirik Asya tapi gadis itu hanya memonyongkan bibirnya seakan memberi cium jauh untuk Bang Rico dengan genitnya.
"Sepertinya sambutan untuk saya kali ini amat sangat indah sekali. Pesan saya untuk kalian.. Orang tua kalian menyekolahkan kalian dengan biaya yang mahal, banting tulang agar kalian jadi manusia yang berguna bagi Nusa Bangsa dan agama. Ibarat kata.. orang tua kalian jual ayam di kampung adalah untuk kasih pintar anak mereka di kota.. bukan mau buat anak mereka punya otak ayam" kata Bang Rico membuat seisi ruangan menunduk.
"Jadilah manfaat buat orang lain dari ilmu yang kalian petik, bukan malah menjadi beban keluarga"
...
Hari ini para murid sibuk membicarakan guru baru mereka yang bisa di bilang killer.
"Iya, Begitu ada suara berisik di kelas, penghapus papan tulis bisa melayang sampai ke mulut kita" kata Wardoyo teman Asya.
"Masa kita mau buang air kecil saja di kasih waktu hanya lima menit. Lewat dari sepuluh menit, push up"
"Iya benar, tapi Pak Rico pilih kasih. Kalau Mikha yang ijin ke toilet di kasih waktu sepuluh menit. Nggak adil" gerutu Wardoyo lagi.
"Ampun paakk..!!" pekik seorang murid saat kerah baju belakangnya di tarik oleh Pak Rico.
~
"Supra ketahuan merokok di toilet Pak" kata Bang Rico saat kepala sekolah menanyai alasan kenapa Suprayitno di suruh menghisap lima buah 'rokok' yang terbuat dari pelepah kulit jagung secara bersamaan.
"Kalian ini benar-benar bengal. Ya sudah Pak.. lanjutkan saja hukum mereka. Biar mereka tau arti disiplin dan tanggung jawab" kata Kepala sekolah.
Di balik pintu ruang BK, Asya dan kawan-kawan sangat geram karena kawan mereka si Supra sudah tertangkap basah.
"Eehh Asya.. Pak Rico orangnya kaku sekali. Kau khan player, bisa tidak.. kau taklukan hati Pak Rico?" tanya Wardoyo seolah meledek Asya.
"Kamu meremehkan aku??" Jawab Asya.
"Tapi Sya.. Pak Rico itu ganteng banget, bagaimana kalau ulahmu yang main-main itu malah membuatmu jatuh cinta?" tanya Mikha cemas.
"Aku nggak akan jatuh cinta. Aku hanya cinta sama Bang Manan." jawab Asya dengan penuh sukacita.
"Ya sudah.. laksanakan tugasmu..!! Taruhan seratus ribu per orang kalau kamu bisa menarik perhatian Pak Rico. Buat kita nggak susah, nggak ada PR, nggak ada tugas apalagi praktikum" kata Wardoyo.
"Setuju..!!"
...
Pulang sekolah. Siang itu terasa sedikit lebih dingin karena baru saja turun hujan.
Asya menunggu saat para guru pulang. Tak lama Bang Rico menuju parkiran motor dan memakai helmnya.
Asya berjalan berniat menghentikan motor Pak Rico.. tapi baru akan melaju ketengah jalan bersiap mengangkat roknya, motor Pak Rico melaju dengan kencang melintasi genangan air hingga percikannya mengenai seragam sekolah Asya.
"Aaaaaaaaaaaa.."
"Dasar guru menyebalkan..!!!" teriak Asya dengan jengkel.
Dari spion, Bang Rico bisa melihat Asya yang sedang marah-marah di tengah jalan.
"Anak ingusan, bau kencur saja mau kerjain aku. Ilmu kamu itu masih cethek, masih mentah, tidak ada seujung upil ku" gumam Bang Rico.
dddrrttt.. ddrrttt.. ddrrrtttt..
Bang Rico melihat ponselnya, ada panggilan telepon masuk dari Dan Wira.
"Selamat siang Dan..!! Ijin arahan"
"Kamu di mana?"
"Ijin.. kembali dari liang semut merah" jawab Bang Rico.
"Ke rumah saya dulu. Ada tugas..!!"
"Siap Dan..!!"
...
"Saya mau buat pertunangan antara putri saya dengan pengusaha bernama Manan. Kamu sebarkan undangan ini ke anggota mu agar di teruskan ke pemilik nama undangan..!!" perintah Dan Wira.
"Siap..!!"
"Papaaaaa.." terdengar suara teriakan dari luar yang membuat Pak Wira kaget. Lebih kaget lagi Bang Rico saat tau teriakan itu berasal dari Asya.
"Kamu kenapa Asya??? Siapa yang buat kamu jadi berantakan begini???" tanya Papa Wira.
Tak sengaja mata Bang Rico dan Asya saling bertatapan.
"Ada luwak jelek yang buat Asya celaka" jawab Asya.
"Waahh.. nggak benar ini. Siapa dia?" tanya Papa Wira.
"Guru gadungan"
"Haahh..." Papa Wira bengong menerka.
"Masa seorang guru tega mencelakai muridnya."
"Namanya juga guru khilaf" jawab Asya ketus.
.
.
.
.
"Rico.. tolong besok tanyakan ke sekolah Asya... siapa yang sudah menyiram baju Asya dengan lumpur..!! Kamu khan mengajar disana juga" perintah Dan Wira.
"Ijin.. Yang di maksud Mbak Asya itu saya"
"Ya Tuhan.. memangnya ada apa sampai kamu siram putri saya??" tanya Dan Wira tak habis pikir.
Bang Rico terdiam seolah menjawab segalanya bahwa putri dari Komandan lah yang sudah membuat ulah.
"Oke.. saya paham. Kemungkinan putri saya yang berulah" kata Dan Wira.
"Berhubung kamu satu sekolah dengan putri saya.. Saya minta tolong sama kamu untuk sekalian mengawasi putri saya Asya.
"Siap laksanakan Dan" jawab Bang Rico.
***
Bang Rico merokok dan menjauh dari ruangan karena tidak ingin memberi contoh yang buruk pada murid-muridnya. Ia bersandar mengingat kisah hidupnya. Mulai tahun ini dirinya sudah beranjak tenang sejak beberapa bulan yang lalu kehilangan sosok wanita yang begitu ia cintai.
Saat sedang asyiknya menghembuskan asap rokok, ia melihat Asya bersandar dan berjongkok di samping toilet sambil terburu-buru membuka sesuatu yang ia ambil dari saku bajunya. Gelagatnya begitu aneh.
Asya merokok? Tapi sejak dua Minggu ini aku melihatnya.. dia memang sedikit aneh. Tingkahnya random sekali. Sepertinya Papa dan Mamanya tidak pernah kurang memberinya kasih sayang, tapi kenapa Asya jadi begitu?.
Asya terus menghembuskan asap dari bibirnya. Bang Rico membuang puntung rokoknya dan menghampiri Asya.
"Beraninya kamu merokok di sekolah. Ayo ikut saya..!!" tegur Bang Rico.
"Apa merokok itu berdosa?" tanya Asya.
"Merokok tidak dosa, tapi alangkah lebih santun kalau perempuan tidak mendekati dan mengkonsumsi rokok" jawab Bang Rico.
"Wanita santun tidak di lihat dari rokoknya Pak ganteng" Asya terus menghisap rokok dan menghembuskan dengan kasar.
"Kamu punya paru-paru, punya jantung, punya rahim. Jaga aset berharga mu. Masa depanmu masih panjang..!! Jadilah orang yang banyak bersyukur" ucap Pak Rico.
"Harus bersyukur karena apa? Karena ternyata Bang Manan membohongi ku?" tanya Asya.
Kening Bang Rico berkerut. Nanti malam adalah acara pertunangan Asya dengan Manan tapi sekarang Asya terpuruk sendirian.
"Bohong apa?" tanya Bang Rico.
"Dia bukan pemilik perusahaan, tapi hanya sopir pemilik perusahaan. Hutangnya dimana-mana. Tabunganku senilai enam puluh juta di ambil.. dan........."
"Apalagi??" tanya Bang Rico.
"Pokoknya aku nggak bisa bilang ke Papa. Papa pasti malu dan marah sekali" jawab Asya frustasi.
"Nanti saya bantu bilang ke Pak Wira" kata Bang Rico.
...
Siang hari rumah Asya sudah penuh dengan hiasan bunga. Asya langsung menangis masuk ke dalam kamar.
"Kenapa Asya?" tanya Papa Wira langsung pada sopirnya.
"Siap.. tidak tau Dan"
"Ijin Komandan, apa komandan berkenan kalau saya minta waktu sebentar?" tanya Bang Rico.
"Ayo..!!"
:
"Apa benar begitu? Darimana kamu tau??"
"Ijin Dan.. saya mendengarnya sendiri dari Mbak Asya" jawab Bang Rico.
Kepala Pak Wira rasanya pening berputar-putar. Bagaimana bisa dirinya kecolongan soal identitas dan jati diri Manan. Pengusaha yang begitu ia inginkan karena tidak ingin memiliki menantu seorang tentara sama seperti dirinya.
"Asyaaaaa...!!!!!!!" panggil Pak Wira dengan wajah meradang.
~
"Kenapa kamu bisa bertemu pria bejat seperti Manan????" bentak Pak Wira.
"Ini semua karena Papa. Aku suka sama Bang Nando. Tapi Papa melarangnya"
"Nando itu Abangmu.. Asya. Dan lagi Nando sudah punya pilihannya sendiri." kata Pak Wira.
"Abang yang tidak ada pertalian darah. Papa hanya ingin menantu pengusaha atau apapun asalkan tidak tentara"
"Kamu tidak tau rasanya hidup dalam lingkup tentara. Berat sekali Asya. Papa nggak mau kamu terbebani dengan semua itu. Hidup dengan mereka tidak lurus-lurus saja. Kamu lihat mama mu itu. Sering sekali depresi karena sering tidak tahan berada di lingkungan kita" kata Pak Wira.
"Itu semua karena Papa. Papa yang buat Mama sering nangis karena Papa sering teringat mantan Papa"
"Cukup Asya..!!!! Jangan lancang kamu..!! Mantan yang kamu tuduh itu adalah istri pertama Papa" jawab Pak Wira.
"Saya mohon Ijin keluar Dan" Bang Rico merasa tidak enak dalam perdebatan ayah dan anak ini.
Baru saja Bang Rico akan melangkah pergi. Pak Wira melepas ikat pinggang nya dan bersiap mencambuk gadis cantik itu.
"Papa sudah memberimu kebebasan untuk memilih dan Papa juga setuju kamu meminta pertunangan ini Asya. Tapi kamu buat malu Papa. Apa kata orang kalau tau ternyata calon menantu Papa seorang maling"
Melihat cambuk itu berayun.. Rasanya hati Bang Rico tak tega melihatnya. Ia berlari dan mendekap erat tubuh Asya hingga cambukan itu mengenai tubuhnya.
"Rico.. apa-apaan kamu????" bentak Dan Wira.
"Ijin Dan. Jika komandan berkenan. Ijinkan saya menggantikan Manan."
"Gila kamu Rico"
"Saya akan membalas semua hutang budi saya pada Komandan" jawab Bang Rico.
"Saya tidak pernah meminta balasan apapun dari kamu, termasuk hal seperti ini Rico. Saya bantu kamu itu tulus, tanpa ingin kamu balas dalam bentuk apapun"
"Saya juga tulus komandan. Di dunia ini tidak ada yang saya cari lagi. Segala apa yang saya miliki tidak ada artinya lagi. Tuhan pun tau, mungkin hanya hela nafas dan satu nyawa yang saya punya untuk pertaruhan tindakan saya ini. Tapi saya janji.. hanya ada satu hati untuk putri Komandan. Asya.. Naresha Irania Rintis Biru"
.
.
.
.
"Jangan Geer ya..!! Asya nggak suka sama Pak Rico"
"Kau pikir aku suka denganmu? Aku kasihan dengan bapakmu.. punya anak merepotkan sepertimu" jawab Bang Rico sembari memakai pakaian batiknya.
"Dengar ya Pak, pertunangan ini hanya untuk menyelamatkan wajah papaku. Selanjutnya.. jangan meminta hal lebih" ucap Asya dengan lantang.
Bang Rico tersenyum licik.
"Boleh saja kalau alam semesta ini mengijinkan. Tapi kalau takdirmu itu hidup sama saya.. bersiaplah kau akan nyengir kuda seumur hidupmu.. bocah ingusan"
"Ha.. ha..ha.." Asya menirukan tawa nakal meskipun tawa itu penuh kejengkelan.
jduuugh...
Asya melompat sampai keningnya menghantam dagu Bang Rico.
"Allahu Akbar.. kamu ini orang apa bukan???????" Bang Rico menyentuh bibirnya yang berdarah karena ulah Asya.
"Rasakan.. ini baru seujung kuku rasanya menjadi tunangan ku" jawab Asya tanpa rasa bersalah.
"Oohh begitu, lihat saja kamu.. kalau saya nggak bisa buat kamu kapok..!! Jangan panggil saya Rico" ancam Bang Rico.
"Okee.. lihat saja nanti"
...
"Alhamdulillah.." Bang Rico menitikan air mata meskipun jalannya harus seperti ini.
Papa Wira menepuk bahu Bang Rico.
"Terima kasih banyak Rico."
"Sama-sama"
"Sekarang kita ke depan. Para tamu undangan taunya ini adalah pesta pertunangan kamu sama Asya" ajak Papa Wira.
~
"Mulai sekarang harus nurut sama Abang, kurangi tingkah pecicilan mu itu Asya" kata Mama Dinda.
"Kenapa harus nurut sama Abang. Apa tidak ada emansipasi wanita?" tanya Asya masih belum bisa menerima kehadiran Bang Rico dalam hidupnya.
"Huusshh.. jangan bicara aneh-aneh begitu." tegur keras Mama Dinda.
"Asya nggak mau seperti Mama yang di duakan papa karena terlalu mencintai Mama Adinda"
"Asyaaaa..!!! Jangan pernah bicara begitu lagi. Papamu bisa drop lagi kalau mendengarnya. Bagaimana pun juga Mama Adinda itu Mama kandungmu" Dinda sampai menangis mendengar ucapan putrinya.
"Asya sangat menghormati Mama Adinda. Tapi Asya juga tidak rela melihat tangis Mama karena Papa tidak bisa membagi perasaan. Asya sayang Mama.. Mama Asya hanya satu.. Mama Dinda."
"Sayang.. mama juga sangat menyayangi mu" Mama Dinda memeluk Asya dengan erat.
"Ayo sekarang kita ke depan. Para tamu sudah menunggu" ajak Mama Dinda.
:
"Maaf ya, pihak percetakan salah cetak nama." alasan Papa Wira menghindari pertanyaan rekannya meskipun itu terdengar tidak mungkin, tapi melihat 'tunangan' Asya adalah perwira muda, maka orang-orang tak lagi mempermasalahkan hal ini lagi.
Bang Rico masih menata perasaannya atas perubahan statusnya hari ini. Ada seulas senyum ringan terlihat dari paras wajah tampannya. Ia menghembuskan nafasnya agar terasa lebih lega.
Beberapa saat kemudian Asya muncul dari balik tirai. Jantung Bang Rico jedag jedug kencang melihat cantiknya sang gadis yang akan melengkapi hidupnya mulai hari ini.
Saking terpesonanya Bang Rico.. dirinya sampai tak melihat Bang Yudha yang memberikan microphone padanya.
"Lamar dulu anak orang, baru bisa di sanding..!!" tegur Bang Yudha menyadarkan Bang Rico.
Bang Rico kelabakan sampai keringat dingin dengan senyum salah tingkah di hadapan tamu undangan. Terus terang dirinya juga bingung karena tak ada persiapan apapun untuk hubungan ini.
"Bismillah..!!" ucapnya memulai percakapan ini.
"Assalamualaikum.. Bapak dan Ibu Wiranegara. Langsung saja.. terus terang kedatangan saya kesini untuk meminang putri Pak Wira............"
"Wa'alaikumsalam.. karena bukan saya yang aka menjalaninya.. ada baiknya Rico tanyakan sendiri pada yang bersangkutan" jawab Papa Wira.
Mendengar itu, Bang Rico menghela nafasnya apalagi si cantik Asya sudah melengos sebal tak ingin melihat wajah Bang Rico.
"Burung camar.. burung kutilang. Ada tupai masuk masuk lubang. Dek Asya cantik di hati Abang.. bolehkan sekarang Abang meminang?"
Suara riuh tawa terdengar. Letda Rico yang terlihat tegas dan serius ternyata bisa juga merayu seorang gadis.
"Buah kecapi.. buah kedondong. Di ambil satu, di tarik ikal. Abang Rico belajar rayu dong.. biar nggak terdengar bualan gombal" jawab Asya tak mau kalah.
Bang Rico tersenyum gemas apalagi dirinya tau Asya menahan betul tingkahnya yang pecicilan.
"Ayo Ric.. hajaaarr..!!!!!" Bang Yudha memberi semangat untuk juniornya itu.
"Rindu untuk kamu"
Hawa dingin menusuk tulang dalam keseharian.
Ada gadis menyapa dalam senyuman
Mengisi hari yang kosong penuh beban.
Mata bulat, bibir mungil, paras menawan..
Ingin ku mendekatinya..
Kutau raganya tak sejujur perasaan
Gadis kecil menangis dalam kepalsuan.
Asya gadis kecilku
Biarkan aku yang memelukmu
Biarkan aku yang melindungimu
Kuikhlas kan apa adanya dirimu..
Seperti ikhlasnya takdir menyatukan diriku dan dirimu.
Asya tertegun mendengar deretan kata yang Bang Rico ucapkan. Sungguh Bang Rico memahami tangis di balik tawanya, tapi ia tidak ingin menjadi lemah di hadapan Bang Rico.
"Bisa di jawab Neng geulis?" tanya Bang Rico tidak sabar dengan prosesi ini.
"Jika semua pada tujuan yang baik, tidak ada alasan Asya menolak pinangan Abang. Asya menerima pinangan Abang dengan hati terbuka." jawab Asya.
:
"Ya Tuhan.. Kemana cincinnya?" Bang Rico merogoh kantong dengan tergesa tapi cincin yang di belinya tadi tak kunjung di temukan.
"Cep.. kamu ada cincin cadangan nggak? saya lupa taruh cincinnya" bisik Bang Rico pada Prada Acep.
"Ijin Dan.. ada. Komandan mau pakai dulu?"
"Iya mana..!!"
Acep segera melepas cincin di tangannya dan menyerahkan pada Bang Rico.
"Ini Dan"
Bang Rico menerimanya, tapi seketika itu juga matanya melotot kesal.
"Kok cincin tengkorak????? Saya mau tunangan, bukan mau jadi dukun santet Cep..!!!!"
"Siap salah"
"Push up kamu..!! Malah nambah beban pikiran saya aja kamu ini cep..!!" gerutu Bang Rico dengan geramnya.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!