NovelToon NovelToon

Kesabaran Ku Membawa Cinta

Akad nikah( Awal dari kisah yang baru )

Tidak terasa waktu terus berputar dan sekarang adalah waktunya Wiyah akan berganti status dari seorang gadis menjadi seorang istri.

Ya sekarang adalah hari di mana Wiyah dan Fazar akan menikah. Walaupun waktu begitu sangat cepat tapi Fazar sudah mempersiapkan semuanya, agar pernikahan mereka terkesan baik-baik saja tanpa terlihat adanya paksaan.

Keluarga Fazar juga sudah mengetahui pernikahan Fazar membuat mereka begitu sangat antusias menantikan pernikahan itu.

Termasuk Sisi yang begitu sangat senang mengetahui pernikahan putranya.

Walaupun Sisi merasa sedih karena tahu gadis kalau gadis yang Fazar nikahi adalah gadis yang Fadil cintai. Terkesan begitu sangat membingungkan tapi ada alasan di Balik pernikahan mereka.

Apalagi saat Sisi mengetahui ternyata gadis yang Fazar nikahi adalah gadis yang pernah menolongnya saat Sisi hampir tertabrak oleh mobil. Pantas saja saat Fadil mengatakan nama dari gadis itu Sisi merasa sangat tidak asing, eh ternyata gadis itu adalah Wiyah gadis yang pernah menolongnya.

Bagaimana dengan Fadil dia begitu sangat bahagia dan juga sedih. Bahagia ketika mengetahui kalau Wiyah mau menikah dengan Fazar. Sedangkan Merasa sedih karena sekarang gadis yang dia cintai sudah tidak bisa iya miliki karena akan berstatus sebagai istri orang atau lebih tepatnya akan menjadi kakak iparnya.

Rasanya Fadil begitu tidak ikhlas tapi itu adalah kenyataan yang memang benar adanya.

" Sekarang berusahalah untuk melupakannya Dil, karena sebentar lagi dia akan menjadi istri dari abang mu, dan juga kakak ipar mu. Sekarang kamu harus fokus pada kesehatan mu, jangan pernah memikirkan hal yang lain." Gumam Fadil menatap lurus ke depan.

Saat Fadil Sedang melamun, Bunda Sisi masuk kedalam ruangan Fadil. Bunda Sisi bisa melihat putranya itu masih berada di atas kasur, tapi tidak berbaring seperti kemarin melainkan Fadil bisa mendudukkan tubuhnya.

"Apa kamu udah siap nak?" Tanya Sisi lembut sambil mengusap kepala Fadil.

Fadil tersenyum menanggapi Ucapan Sisi." Udah Bun, Aku udah siap." Jawab Fadil sambil tersenyum." Coba Bunda lihat, sekarang aku terlihat begitu sangat tampan kan, ya walaupun kepalanya gundul." Ucap Fadil sambil terkekeh.

Bunda Sisi bisa melihat kalau putra keduanya itu sudah terlihat tampan menggunakan kemeja warna putih walaupun wajah pucat nya masih terlihat."Anak Bunda memang tampan dari dulu, walaupun tidak ada rambut di kepalanya." Sambung Sisi."Apa kamu yakin kuat untuk menghadiri acara pernikahan abang mu, nak?" Tanya Sisi memastikan kalau putra itu kuat untuk menghadiri pernikahan Fazar, sebelum Fadil melakukan penerbangan ke kota J.

"Insya Allah Bun, aku kuat." Jawab Fadil."Aku Juga mengunakan kursi roda."

"Jika kamu lelah, jangan memaksakan dirimu nak." Ucap Sisi mendapatkan anggukan dari Fadil.

Ceklek.

Suara pintu terbuka membuat Fadil dan Bunda Sisi melihat kearah pintu yang terdapat dokter Faris di sana. Zain dan Rido, juga ikut masuk kedalam.

"Di mana pengantin prianya?" Tanya bunda Sisi saat melihat kalau ketiganya, datang tanpa kehadiran Fazar atau Fazri di sana.

Mereka sedang menyusul Bun, katanya ada hal yang penting." Jawab Rido menjelaskan.

"Dia itu, mau nikah masih saja sibuk dengan pekerjaannya." Ucap Sisi mengelakkan kepalanya heran dengan putra pertamanya.

Dokter Faris melangkah mendekati ranjang Fadil."Aku akan memeriksa kondisi Fadil, setelah itu kita bisa pergi untuk mengantarkan Fazar ke rumah pengantin wanita." Ucap dokter Faris melangkah mendekati Fadil untuk memeriksanya, kalau Fadil bisa melakukan perjalanan jauh setelah akad nikah Fazar."Sepertinya kondisi mu sangat baik untuk menghadiri acara pernikahan Fazar dan bisa melakukan penerbangan Hari ini juga." Jelas Dokter Faris setelah memeriksa kondisi Fadil.

"Aku sudah menyiapkan beberapa perawat di jet pribadi bang Fazar, takut saat kondisi Fadil tiba-tiba saja memburuk saat melakukan penerbangan, Fadil bisa langsung di tangani." Sambung Rido membuat bunda Sisi mengangguk mengerti.

Tidak lama suara pintu terbuka membuat mereka melihat ke arah pintu, mereka yakin kalau yang datang adalah Fazar.

Tapi saat pintu terbuka, yang masuk bukanlah Fazar melainkan Fazri."Mana abang mu Fazri?" Tanya Sisi melihat kearah pintu.

"Ada di belakang Bun, bentar lagi masuk." Jawab Fazri. Tidak lama pintu kembali di buka dan yang datang, orang yang mereka tunggu dari tadi.

"Apa kalian sudah siap?" Tanya Fazar melihat kearah keluarganya, yang sedang terdiam menatap kearahnya.

Orang yang berada di ruangan menatap kearah Fazar karena hari Fazar semakin tampan dari biasanya. Apalagi setelan Jas putih yang di padukan dengan dalaman kemeja berwarna hitam, membuat kadar ketampanannya semakin terlihat.

"Kenapa kalian Malah melihat ku seperti itu?" Tanya Fazar yang merasa bingung dengan tingkah keluarganya.

Sedangkan Orang di ruangan itu hanya tersenyum."Ngga ada apa-apa Zar." Jawab mereka bersamaan.

"Sebaiknya, kita harus berangkat sekarang karena mereka pasti sudah menunggu kita." Ucap Fazar mendapatkan anggukan dari orang yang berada di ruangan itu.

Fazar melangkah mendekati Fadil untuk membantunya turun dari ranjang rumah sakit. Tapi di saat Fazar akan membantu Fadil untuk turun dari ranjang, Fadil mengehentikan nya."Biar mereka saja yang membantuku, bang, untuk turun dari ranjang. Soalnya Abang sudah rapi, takutnya jas yang Abang pakai berantakan karena membantu Fadil turun." Cegah Fadil saat melihat Fazar melangkah kearahnya.

"Ngga apa-apa Dil, abang cuman mau membantumu turun dari ranjang dan hal itu tidak akan membuat jas abang berantakan." Jawab Fazar. Fazar tetap melangkah mendekati adiknya itu, dan membantunya turun dari kasurnya. Fazar juga membantu Fadil untuk duduk di kursi roda yang sudah di siapkan.

"Makasih bang." Ucap Fadil tulus, dengan senyuman dibibir nya.

Sedangkan orang yang berada di ruangan itu menatap haru kearah Fazar. Karena apa yang Fazar lakukan kepada adiknya, itu sebagai tanda kalau Fazar begitu sangat menyayangi Fadil.

"Baiklah Mari kita pergi." Semuanya mengangguk kecil, lalu mengikuti langkah Fazar yang sedang mendorong kursi roda Fadil keluar dari ruangan rawat Fadil.

Hampir semua orang yang berada di rumah sakit itu memerhatikan Fazar dan rombongannya, saat mereka sudah berada di lobby rumah sakit.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Sedangkan di sisi lain tepatnya di kediaman Haidar.

Keluarga Haidar begitu sangat sibuk saat pernikahan Wiyah. Walaupun tidak banyak orang yang datang, karena hanya ada beberapa tetangga saja yang datang dan para saksi.

Sedangkan keluarga yang lainnya, tidak bisa menghadiri pernikahan Wiyah karena mereka begitu sangat sibuk dengan pekerjaan mereka apalagi pernikahan Wiyah terbilang dadakan. Begitupun dengan Jambri yang tidak bisa datang karena pekerjaannya yang tidak bisa di tinggalkan, atau di bilang Jambri sedang melakukan pengobatan. Sedangkan Jabir juga tidak bisa menghadiri pernikahan Wiyah karena sedang berkuliah dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Sedangkan Widya dan keempat saudara Wiyah sampai sekarang tidak memiliki kabar yang membuat mereka tidak bisa menghadiri pernikahan Wiyah.

Walaupun tidak terlalu ramai tapi ruangan tamu Sudah di sulap begitu sangat indah saat akan melakukan akad nikah nantinya.

Ya Mungkin seperti itu ya.

Kita masuk kedalam kamar pengantin wanita.

Seorang gadis cantik, yang sudah di rias begitu sangat cantik. Walaupun dengan make up yang terlihat natural, tapi tetap memperlihatkan kecantikan alaminya.

Gadis itu sedang menatap dirinya di cermin rias, menatap dirinya yang jauh berbeda dari biasanya, karena hari ini Wiyah jauh lebih cantik dengan make up yang tidak terlalu tebal.

"Aku tidak tahu seperti apa nantinya pernikahan ini. Tapi aku akan berusaha untuk mencintainya karena dia akan menjadi suamiku. Seh benci-bencinya dia kepadaku, Aku akan tetap berusaha mempertahankan rumah tanggaku bagaimanapun caranya." Gumam Wiyah sambil menatap pantulan dirinya di kaca.

Tidak lama Windi masuk ke dalam kamarnya. Windi Bisa melihat kalau gadis yang selama tiga tahun dia jaga kini akan menikah dan tanggung jawab mereka akan mereka berikan kepada suaminya.

"Masya Allah, acil Wiyah cantik banget." Puji Fanesya saat melihat acil nya yang terlihat cantik.

Wiyah yang mendengar suara keponakannya melihat kearah samping karena sekarang Fanesya sedang berada di sampingnya.

"Makasih Fanesya, kamu juga cantik." Puji Wiyah balik sambil menatap kearah anak keponakannya itu.

"Makasih Acil Wiyah." Ucap Fanesya sambil tersenyum malu-malu.

Sekarang giliran Windi yang melangkah mendekati Wiyah."Masya Allah, adiknya kakak sekarang terlihat begitu sangat cantik." Puji Windi sambil mengusap lembut kepala Wiyah yang tertutup oleh hijab.

Melihat kakaknya membuat Wiyah langsung memeluk Windi." Makasih kak. Karena sudah mau menjagaku, menyanyiku, memberikanku setiap kasih sayang yang tidak bisa aku dapatkan." Ucap Wiyah begitu sangat tulus memeluk kakaknya itu. Windi yang mendapatkan pelukan dari adik iparnya membalas pelukan Wiyah dengan lembut bahkan matanya ikut berkaca-kaca. Wiyah melepaskan pelukan Wiyah, memegang bahu gadis itu lalu mendorong nya dengan pelan agar Windi bisa menatap kearah Wiyah.

Windi bisa melihat mata Wiyah kini mulai berkaca-kaca karena ingin menangis."Kakak menyayangimu seperti apa kakak melakukannya kepada adiknya kakak dan juga adiknya mas. kakak menyayangimu tulus." Jawab Windi sambil mengusap air mata Wiyah yang hampir menetes mengunakan tisu."Sudah, Jangan nangis Wiyah nanti make up nya luntur. Sekarang waktunya kamu bahagia karena hari ini adalah hari pernikahan mu." Ucap Windi dengan tersenyum, agar Wiyah tidak terlalu tegang menghadapi pernikahannya.

Di luar kamar.

Rombongan pengantin pria telah sampai.

Fazar membawa dokter Faris, Zain, Rido Fazri dan Sisi. Sedangkan Fadil di dorong mengunakan kursi roda.

Bukan hanya mereka saja yang datang, melainkan beberapa bodyguard perempuan atau laki-laki datang menjadi rombongan pengantin laki-laki sambil membawa seserahan yang di sebut mahar.

Kedatangan mereka di sambut oleh beberapa orang di sana yang dari tadi menunggu kedatangannya.

Saat Fazar masuk kedalam, Fazar mendadak gugup, apalagi saat Fazar duduk berhadapan dengan penghulu di tambah dengan Haidar di sana.

"Kenapa aku tiba-tiba menjadi gugup kaya gini ya?" Batin Fazar yang merasakan kalau keringat dingin mulai keluar membasahi telapak tangannya karena rasa gugupnya.

"Apakah acara boleh di mulai?" Tanya seorang pria membuat pak penghulu mengangguk mengiyakan.

Sebelum akad nikah di mulai terdengar suara merdu seseorang sedang melantunkan ayat Al-Qur'an yang di lantunkan begitu sangat merdu membuat ruangan yang tadi tegang aga sedikit lebih tenang.

Fazar dan para tamu lainnya begitu sangat terhanyut dalam suara merdu orang itu.

Sampai beberapa menit akad nikah pun di mulai. Fazar mulai memegang tangan penghulu dan......

Dengan sekali tarikan nafas, Fazar berhasil menghafalkan kalimat akad itu dengan lancar.

Sahhh

Kini Wiyah dan Fazar telah resmi menjadi suami istri yang sah secara hukum dan agama.

Wiyah yang berada didalam kamar bisa mendengar kalimat yang Fazar ucapkan, hanya bisa memejamkan matanya, karena sekarang dia telah resmi menjadi istri orang dan berganti status baru, yaitu istri.

Setelah akad kini ruangan itu di penuhi oleh suara lantunan doa yang di bacakan setelah akad nikah selesai.

Wiyah yang mendengar itu antara sedih atau bahagia, semua itu menjadi satu."Ya Allah berikanlah aku kekuatan untuk menjalani rumah tanggaku tanpa adanya kata perpisahan. Berikan aku kekuatan sebagai seorang istri yang bisa menerima kelebihan dan kekurangan suamiku." Batin Wiyah berdoa agar rumah tangganya bisa dia jalani dengan ikhlas tanpa perpisahan sampai maut yang memisahkan mereka.

Sedangkan Fadil memejamkan matanya saat mendengar kalau gadis yang dia cintai kini telah resmi menjadi istri dari abangnya dan sekarang sudah menjadi kakak iparnya."Semoga kalian bahagia Bang, Wiyah." Gumam Fadil sambil mengusap air matanya yang menetes.

Bersambung.

Harap bijak dalam membaca karena

Banyak typo yang bertebaran.

Jangan lupa like komen dan vote nya biar author Makin semangat buat up.

keberangkatan Fadil ke kota J.

Bunda Sisi yang melihat bagaimana sedihnya putra keduanya itu saat mendengar kalau kini gadis yang Fadil cintai telah resmi menjadi istri dari abangnya.

Bunda Sisi tau bagaimana sakitnya, tapi putranya masih bisa kuat menerima semuanya, Karena bunda Sisi tahu ini yang terbaik. Bunda Sisi bisa merasakan bagaimana sedihnya Fadil sekarang.

"Dil, apa kamu baik baik saja?" Tanya bunda Sisi lembut menatap kearah Fadil.

Fadil hanya mengangguk dengan senyuman dibibir nya."Ya bun, Aku ngga apa apa. Hanya saja aku terharu, karena sekarang abang bisa menikah."

Tapi lain di mulut maka lain di hati. Jika di mulut Fadil merasakan kebahagiaan, tapi tidak dengan hatinya yang sangat sedih saat melihat gadis yang dia cintai kini telah sah menjadi istri orang. Padahal Fadil sendiri yang meminta gadis itu, untuk menikah tapi entah kenapa Fadil merasakan nyeri pada dadanya.

"Ayo dek, kita keluar." Ajak Windi menatap Wiyah. Wiyah hanya mengangguk mengikuti ajakan Windi.

Windi menuntun Wiyah untuk keluar dari kamarnya menuju ruang tamu, tempat dimana akad nikah langsungkan. Saat Wiyah keluar, semua mata tertuju kepadanya yang kini berpenampilan berbeda, karena sekarang Wiyah terlihat jauh lebih cantik.

Fazar bisa melihat gadis yang baru saja sah menjadi istrinya terlihat begitu cantik. Sampai sampai Fazar menatap nya tanpa berkedip."Cantik." Gumam Fazar tanpa dirinya sadari. Sampai pikiran kembali sadar apa yang telah dia ucapkan barusan."Kenapa kamu mengatakan itu Zar! Ingat dia hanya gadis yang kamu nikahi karena adikmu!" Batin Fazar berusaha menolak dirinya, agar tidak memuji kecantikan dari Istrinya itu.

Bagaimana dengan Fadil. Fadil mengagumi kecantikan dari gadis yang di cintai kini sudah berstatus sebagai Istri dari abangnya.

Wiyah melangkah dengan sangat anggun ke arah Fazar. Sesampainya di samping Fazar, Wiyah duduk di sebelah pria yang kini sudah sah menjadi suaminya.

Fazar bisa melihat istrinya yang kini sudah berada di sampingnya, Sedangkan kepalanya masih dia tundukkan karena gugup.

Penghulu menyuruh Fazar untuk memasangkan cincin di jari manis Wiyah,

dan hal itu membuat Wiyah mengangkat kepalanya untuk menatap kearah Fazar yang kini telah sah menjadi suaminya.

Fazar ikut menatap kearah Wiyah.

Setelah itu mengambil cincin yang berada atas meja.

Mungkin seperti ini ya.

Fazar mengambil satu cincin untuk memasangkannya di tangan Wiyah. Pria itu menatap istrinya yang baru saja sah beberapa menit yang lalu.

Wiyah yang melihat itu tiba-tiba merasa ragu tapi tetap berusaha untuk mengangkat tangan nya secara perlahan.

Fazar yang melihat itu dengan lembut meraih telapak tangan Wiyah, lalu dengan perlahan memasangkan cincin kejari manis istrinya.

Wiyah bisa merasakan getaran aneh saat Fazar menyentuh tangannya dan memasangkan cincin itu kejari manisnya, karena hal itu membuat Wiyah menatap Fazar lalu meraih tangan Fazar, setelah itu menciumnya seperti yang dilakukan istri lainnya.

Sedangkan Fazar mengangkat tangan kirinya lalu menyimpan nya di atas ubun-ubun istrinya, untuk melantunkan sebuah doa di atas ubun-ubun istrinya.

Sekarang giliran Wiyah yang memasangkan cincin ke jari Manis Fazar, Walaupun dengan ragu Wiyah memasangkan cincin itu ke jari manis Fazar. Wiyah menatap suaminya itu walau ragu.

Setelah cincin itu terpasang, Fazar memegang bahu istrinya lalu mencium kening istrinya dengan lembut. Semua yang berada di ruangan itu tersenyum sambil bertepuk tangan.

Fadil yang melihat itu merasa begitu sangat sakit di bagian dada kirinya, Tapi mau bagaimana lagi kisa cinta nya tidak seindah yang dia pikirkan.

🌹🌹🌹🌹🌹

Acara terus berlanjut, Kini semua yang berada di ruangan itu mengucapkan selamat untuk kedua pengantin baru, termasuk bunda Sisi yang begitu sangat senang dengan pernikahan keduanya.

" Selamat sayang. Bunda ngga nyangka kalau kamu bisa menjadi menantu bunda." Ucap bunda Sisi begitu sangat bahagia sampai-sampai membuat bunda Sisi memeluk Wiyah dengan sayang lalu mencium kening menantunya itu.

Wiyah yang di pelupuk bisa merasakan kehangatan pelukan seorang bunda yang selama berapa tahun ini ia tidak dapatkan, Walaupun kakaknya Windi selalu memeluknya memberikannya pelukan kasih sayang seperti ibu nya, tapi pelukan itu tidak senyaman pelukan dari ibunya.

Bunda Sisi melepas pelukannya, menatap kearah menantunya yang hanya tersenyum." Selalu bahagia nak." Ucap bunda Sisi.

Bunda Sisi beralih menatap kearah Fazar."Bahagiakan dia Zar, Jangan pernah membuatnya menangis atau membuatnya terluka!" Ucap Sisi yang seperti memperingatkan putranya itu. Sedangkan Fazar hanya mengangguk dan mengatakan saja

Kini giliran Haidar yang datang menemui adiknya itu."Jadilah istri yang baik dek, dan tidak membantah perkataan suamimu. Jangan meninggikan suara ke suamimu ketika kamu sedang marah atau kesal, turuti apa kemauan suamimu dan selalu berada di sampingnya ketika dirinya sedang jatuh. Bangunkan dia dengan caramu, temani dia dan jangan tinggalkan dia sendiri dan jadilah istri yang membawa suaminya ke surganya Allah." Nasehat Haidar membuat Wiyah hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Mata Wiyah mulai berkaca-kaca karena begitu sangat bahagia mendapatkan kakak seperti Haidar yang selalu mengingatkan sesuatu hal yang penting seperti ini.

Haidar menatap kearah Fazar."Tuan, tolong jaga adik saya. Jangan sakiti dia dan jika dia salah tolong tegur dia dengan cara yang lembut." Ucap Fazar menatap kearah Fazar sambil menengkupkan kedua tangannya di atas dada.

Fazar hanya mengangguk lalu memegang tangan Haidar."Saya akan menjaganya karena sekarang dia adalah istriku." Jawab Fazar berusaha untuk tersenyum walaupun terasa sangat kaku.

"Terimakasih, tuan."

Windi menatap adiknya itu."Jadilah istri yang baik dek, Bahagiakan suaminya. Jadilah obat dari semua lukanya." Nasehat Windi lalu memeluk tubuh adiknya itu.

Wiyah membalas pelukan dari Windi."Iya kak, Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk suamiku dan menjadi obat untuk setiap luka nya." Jawab Wiyah. Windi melepaskan pelukannya lalu melihat kearah Fazar."Jaga dia, tuan, berikan dia penjelasan jika dia berbuat salah." Ucap Windi melihat kearah Fazar. Sedangkan Fazar hanya mengangguk.

Setelah keluarga yang lain. Kini giliran Rido, Zain, Dokter Faris dan juga Fadil yang masih berada di posisinya yaitu di atas kursi roda.

"Selamat tuan, Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah." Doa Zain, Fazar hanya tersenyum.

"Selamat bang." Ucap Rido memeluk Fazar seperti pria pada umumnya. Fazar hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Rido.

Rido melihat kearah Wiyah."Selamat ya kakak Ipar." Ucap Rido sambil menengkupkan kedua tangannya dan Wiyah membalasnya dengan cara tersenyum dan melakukan hal yang sama seperti Rido.

"Selamat bro, Atas pernikahan Lo." Ucap Dokter Faris yang memeluk Fazar seperti Rido tadi.

"Makasih Ris, Lo sudah mau menemani kami." Jawab Fazar yang kembali tersenyum.

Dokter Faris melihat kearah Wiyah, dengan tersenyum tanpa mengatakan apapun.

Setelah semua orang. Kini giliran Fadil yang datang mengunakan kursi roda dan di dorong oleh bodyguardnya, menghampiri Fazar."Selamat bang, atas pernikahannya. Makasih abang sudah mau mengabulkan permintaanku dan impianku." Ucap Fadil tulus tidak lupa dengan senyumannya yang penuh luka disana.

"Tidak usah berterimakasih Dil, karena abang akan melakukan apapun itu yang terpenting kamu bisa sembuh."

"Selalu bahagiakan dia bang." Ucap Fadil kembali dengan mata tertuju kearah Wiyah, yang membuat Fazar hanya menganggukkan kepalanya saja.

Fadil kembali melihat kearah Wiyah."Selamat Wiyah. Maaf soal yang kemarin."

Wiyah hanya tersenyum."Iya kak Fadil. Kak Fadil ngga salah di masalah kita kemarin." Jawab Wiyah."Cepat sembuh kak Fadil."

" Makasih Wiyah." Rasanya Fadil ingin memeluk gadis itu, Tapi sepertinya tidak mungkin, karena Fadil tidak akan bisa melakukan hal itu.

🍁🍁🍁🍁🍁

Setelah acara ijab Kabul selesai, kini giliran Fadil yang akan pergi ke kota J untuk melakukan pengobatan.

Keberangkatan Fadil ke kota J, akan di antar oleh bunda Sisi dan Juga Rido. Karena Fazar yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya selama tiga atau empat bulan kedepannya karena sedang ada kendala di pekerjaan nya.

Sedangkan Fazri sedang bersekolah, membuat Fazri tidak bisa ikut bersama dengan bunda nya dan juga kakaknya di kota J.

Pengantin yang baru saja sah beberapa jam yang lalu kini berada di dalam mobil untuk mengantarkan kepergian ketiganya ke bandara. Apalagi kepergian mereka mungkin lebih lama karena menemani Fadil untuk berobat.

"Kenapa kalian harus ikut? Seharusnya kalian beristirahat, Karena kalian pasti lelah setelah acara ijab qobul tadi. Seharusnya itu kalian beristirahat bukannya ikut ke bandara." Omel bunda Sisi, yang begitu sangat protes dengan kelakuan Fazar. Bukannya beristirahat saat selesai melakukan ijab qobul. Malahan putranya itu ikut mengantarkan mereka ke bandara. Bahkan Fazar langsung membawa istrinya untuk ikut.

Fazar yang mendengar omelan dari bundanya itu hanya bisa menghembuskan nafas sabar." Ngga apa-apa Bun. kami juga tidak terlalu cepak, maka dari itu aku ingin mengantarkan kalian langsung ke bandara aku ingin memastikan kepergian adikku."

Bunda Sisi mengerti, bagaimana kwartirnya Fazar kepada adiknya, Tapi yang membuat bunda Sisi protes, karena Fazar membawa istrinya yang pasti saja sangat lelah karena baru saja selesai menjalankan pernikahan mereka beberapa jam yang lalu."Bunda tahu Zar. Kamu pasti kwartir dengan kondisi Fadil makanya kamu ingin memastikan kalau Fadil sesampai di bandara dengan selamat. Tapi kamu juga baru saja menikah, pasti tau kalau istrimu itu pasti lelah kan. Seharusnya itu kamu tidak mengajaknya untuk ikut mengantarkan kami kendaraan." Jelas bunda Sisi sambil melihat kearah Wiyah yang dari tadi mendengarkan perbincangan mereka tanpa mengatakan apapun.

Fazar menoleh dan menatap kearah istrinya yang duduk di sebelahnya. Fazar masih ingat ketika dirinya memaksa istrinya itu, untuk ikut mengantarkan keberangkatan bunda dan saudaranya ke bandara, sampai-sampai melupakan rasa lelahnya.

"Maaf ya sayang, kamu harus ikut karena suamimu itu." Ucap bunda Sisi tidak enak hati saat menatap kerah Wiyah.

"Tidak apa-apa Bun. Aku senang bisa mengantarkan kak Fadil pergi ke bandara dan Kak Fazar juga tidak memaksakanku untuk ikut." Jelas Wiyah. Walaupun sebenarnya Fazar yang memaksanya untuk ikut. Tapi Wiyah tidak mempermasalahkan itu, karena Wiyah juga merasa senang bisa ikut mengantarkan keberangkatan Fadil.

"Kamu sangat sabar sayang dan mengerti suamimu. Bunda semakin bersyukur kalau kamu adalah menantunya bunda." Ucap Sisi seperti begitu sangat bangga dengan menantu nya itu.

Pantas saja Fadil sangat mengagumi sosok seperti menantunya dan tidak ingin melihat gadis itu untuk menikah dengan orang lain. Ternyata sebaik ini gadis pujaan hati Fadil, sampai-sampai membuat Fadil menyuruh abangnya untuk menikahi gadis pujaan hati ternyata karena ini alasnya.

Sedangkan Fadil yang dari tadi mendengarkan perbincangan dari belakang hanya mendengarkan saja tanpa ikut menyambung.

Fadil yang duduk di depan berdampingan dengan supir hanya bisa melihat kearah depan, Tanpa mengeluarkan satu kata pun. Karena bosan, Fadil membuka ponselnya untuk melihat sosial medianya yang selama seminggu lebih tidak ia buka.

Saat Fadil sedang melihat-lihat, tidak sengaja Fadil menekan satu lagu, yang langsung berputar begitu saja. Di tambah dengan suara ponselnya yang tidak ia kecilkan membuat lagu itu bisa terdengar oleh ketiganya.

Lagu yang hampir sama dengan cerita Fadil membuatnya Fadil begitu sangat sedih saat terhanyut dalam lagunya.

( Cinta yang luar biasa )

Waktu pertama kali

Kulihat dirimu hadir

Rasa hati ini inginkan dirimu

Hati tenang mendengar

Suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku

sangka

Rasa ini tak tertahan

Hati ini selalu untukmu

Terimalah lagu ini dari orang biasa

Tapi cintaku padamu luar biasa

Aku tak punya bunga

Aku tak punya harta

Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu

Hari hari berganti

Kini cintapun hadir

Melihatmu memandangmu bagai bidadari

Lentik indah matamu

Manis senyum bibirmu

Hitam panjang rambutmu anggung terikat

Rasa ini tak tertahan

Hati ini slalu untukmu

Terimalah lagu ini

Dari orang biasa

Tapi cintaku padamu luar biasa

Aku tak punya bunga

Aku tak punya harta

Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu

Terimalah lagu ini

Dari orang biasa

Terimalah lagu ini

Dari orang biasa

Tapi cinta ku padamu luar biasa

Aku tak punya bunga

Aku tak punya harta

Yang kupunya hanyalah hati yang setia

Yang kupunya hanyalah hati yang setia

Terimalah cintaku yang luar biasa tulus padamu.

Lagu yang begitu sangat penuh makna di kehidupan percintaan Fadil yang begitu sangat rumit, Tapi Fadil begitu ikhlas menerimanya.

Fazar dan bunda Sisi bisa mendengar lagu itu yang memiliki arti tersendiri untuk Fadil.

Termasuk Fazar yang begitu sangat mengerti apa arti dari lirik lagu itu.

🌹🌹🌹🌹🌹

Sesampainya di bandara, Fazar mengantarkan kepergian keluarga nya dengan pelukannya hangatnya.

"Hati hati Bun, kalau sudah sampai langsung kabari." Ucap Fazar sambil mencium punggung tangan bunda nya.

"Iya Zar, nanti bunda kabari kalau sudah sampai di kota J." Jawab Sisi."Bunda titip menantu bunda ya. jangan sakiti dia!" Ucap Sisi kembali sambil menatap anaknya itu dengan sedikit ancaman.

"Iya Bun."

Bunda Sisi beralih kearah menantunya." Bunda berangkat ya sayang. Kalau kamu di sakiti oleh suamimu langsung lapor ke bunda, biar bunda yang urus." Wiyah hanya mengangguk mengiyakan.

"Iya bunda." Jawab Wiyah tersenyum. Bunda Sisi memeluk tubuh Wiyah setelah itu melepaskan nya kembali. Padahal baru saja menjadi menantunya, Tapi bunda Sisi harus meninggalkan menantunya.

Kini giliran Fadil dan Rido yang berpamitan ke Fazar dan Wiyah. Fadil yang mengunakan kursi roda, harus di bantu oleh bodyguardnya yang lain.

"Aku berangkat bang, doain yang terbaik agar, aku bisa sembuh seperti sediakala." Ucap Fadil berpamitan kepada Fazar.

Fazar membungkukkan tubuhnya untuk menatap kearah Fadil lebih dekat lagi."Hati-hati Dil. Abang akan selalu mendoakanmu yang terbaik, agar kamu bisa sembuh seperti sediakala. Maaf abang ngga bisa menemanimu saat melakukan pengobatan di kota J." Jawab Fazar yang begitu sangat sedih karena tidak bisa mengantarkan Fadil untuk berobat ke kota J."Insya Allah, kalau perkejaan abang sudah selesai, Abang akan menyusul kalian kesana." Ucap Fazar kembali. Fazar memeluk Fadil kembali sebelum adiknya benar-benar pergi."Cepat sembuh, kami akan menunggumu di sini." Fadil hanya mengangguk mendengar permintaan Fazar.

Fazar melepaskan pelukannya lalu beralih ke Rido."Abang titip Fadil, kalau terjadi sesuatu langsung kabari Abang."

"Iya bang, Aku akan mengabari abang jika terjadi sesuatu. Kalau gitu Kami pergi." Pamit Rido yang mendapatkan anggukan dari Fazar.

"Zar, Bunda pergi. Assalamualaikum."

Ketiganya pergi bersama dengan para bodyguardnya yang lain ke Jet pribadi miliki Fazar.

Sedangkan Fazar dan Wiyah terus melihat kearah ketiganya, yang kini sudah menghilang dari pandangan mereka.

Setelah kepergian Fadil dan bundanya, Fazar menoleh kearah istrinya. Tatapan yang tadi biasa saja, kini berubah menjadi menyeramkan. Sedangkan Wiyah yang menyadari tatapan itu menjadi takut sendiri.

Fazar melangkah meninggalkan Wiyah tanpa mengatakan sesuatu dan Wiyah yang menyadari itu dengan cepat mengikuti langkah suaminya."Kak Fazar tunggu! Kakak mau kemana?" Tanya Wiyah di sela-sela langkahnya.

Fazar yang mendengar panggilan itu mengehentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap kearah Wiyah."Kenapa kamu mengikuti?!" Tanya Fazar dengan tatapan yang begitu sangat menyeramkan.

Wiyah yang melihat tatapan Fazar, seketika nyalinya langsung menciut dan menundukkan kepalanya"Maaf kak." Jawab Wiyah menundukkan kepalanya karena takut dengan tatapan Fazar.

"Hahaha!" Fazar tertawa sinis saat mendengar jawaban dan panggilan dari istrinya itu." Apaaa?! Kak Fazar? Panggilan yang bagus! Tapi kamu lupa aku menikahi kamu karena apa?!" Tanya Fazar dengan tersenyum sinis. Senyumannya yang begitu sangat menyeramkan, membuat Wiyah semakin menunduk takut."Aku menikahi kamu karena permintaan adikku! Jadi jangan harap aku akan menganggapmu sebagai istriku! Kamu hanya wanita sok suci yang mau menjebak adikku karena harta!" Ucap Fazar menatap Wiyah dengan benci."Jadi jangan pernah memanggil ku dengan sebutan menjijikan itu!" Ucap Fazar memperingati, dengan penuh penekanan didalam bicaranya. Setelah mengatakan itu, Fazar melangkah meninggalkan Wiyah yang masih menundukkan kepalanya. Pria itu meninggal gadis yang baru saja sah menjadi istrinya dengan hati yang kembali terluka tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Ya Allah, Kenapa harus begini. Baru saja satu hari kami menikah, Tapi aku sudah mendengar kata-kata kasar dari suamiku." Lirih Wiyah, dengan air mata yang kini mengalir, karena merasa sakit pada dadanya, karena luka yang suaminya berikan.

Saat Wiyah mengangkat kepalanya, Wiyah bisa melihat kalau orang-orang di bandara itu memerhatikan dirinya.

Merasa di perhatikan. Wiyah cepat-cepat penghapus air matanya dan kembali melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan bandara itu.

"Ya Allah. Kuatkanlah hati ini, Saat aku berusaha untuk merebut hati suami ku." Batin Wiyah di sela-sela langkahnya."Aku harus bisa mencintaimu karena kamu adalah suamiku, sebesar apapun kamu membenciku." Batin Wiyah yang berusaha untuk menguatkan dirinya setelah kejadian tadi.

Sesampainya di parkiran Wiyah sudah tidak melihat keberadaan mobil Fazar di sana. Wiyah yakin kalau suaminya itu pasti sudah meninggalkannya di bandara, tanpa mengantarkannya kembali kerumah.

Wiyah yang melihat taksi lewat langsung menghentikannya, agar dirinya bisa pergi ke rumah kakaknya Haidar.

"Pak, Jalan X." Ucap Wiyah yang sudah berada di dalam mobil.

" Baik mbak."

Kuat ketika aku harus di hadapkan dengan persoalan yang begitu sangat rumit di kehidupan ku. Disaat aku harus bisa menghadapi setiap masalah yang aku hadapi dengan tenang dan kuat. Membuatku percaya kalau aku bisa menyelesaikan setiap masalah yang aku hadapi.

Bersambung.

Harap bijak dalam membaca karena

Banyak typo yang bertebaran.

Jangan lupa like komen dan vote nya biar author Makin semangat buat up.

Kotak kado dan sebuah surat.

Kata orang pernikahan adalah tempat di mana kita memalui kehidupan bahagia bersama dengan pasangan yang kita cintai. Tapi berbeda dengan yang di rasakan oleh Wisyah Hanifah Putri yang menikah hanya karena paksaan.

Seharusnya pernikahan yang dia impikan adalah pernikahan yang bahagia. Tapi kini pernikahan itu, seperti mimpi saja karena permintaan seseorang.

Sanggup tidak sanggup, pasti semua orang akan menjalani yang namanya berumah tangga. Termasuk dirinya juga harus menjalani rumah tangga yang mungkin akan rumit.

Baru saja satu hari menikah, tapi Wiyah sudah mendapatkan rasa sakit karena penghinaan dari suaminya, yang menyakiti nya secara batin. Rasanya Wiyah tidak sanggup jika berumah tangga dengan pria yang benar-benar tidak bisa menerima kehadirannya. Tapi mau bagaimana lagi Wiyah sudah terjebak di dalamnya.

"Baru saja satu hari menikah, tapi aku sudah meneteskan air mata hanya karena suamiku tidak mau menerima pernikahan ini." Batin Wiyah begitu sangat sedih mengingat perkataan dari Fazar yang begitu sangat menyakitkan. Sampai menusuk ke uluh hatinya. Wiyah tahu tidak ada cinta di dalam pernikahannya. Tapi yang Wiyah inginkan yaitu di hargai oleh suaminya, walaupun pernikahan mereka terkesan pemaksaan dan tanpa adanya cinta.

Wiyah sadar pernikahannya hanya karena menerima permintaan dari Fadil, Tapi seharusnya Fazar mau menerimanya walaupun pernikahan mereka di dasari karena keterpaksaan."Ya Allah berikan aku kekuatan Agar aku bisa menghadapi kehidupan rumah tanggaku yang begitu sangat rumit." Batin Wiyah menatap keluar jendela.

🌺

Di sisi lain.

Mobil melaju melewati jalan yang tidak terlalu ramai.

Seorang pria yang baru saja berganti status berapa jam yang lalu tampak tenang duduk di kursi belakang, sedangkan pandangannya lurus ke dapan. Pria itu tidak memikirkan bagaimana dengan perasaan gadis yang baru saja sah beberapa jam yang lalu menjadi istrinya, Tapi dia malah memberikan nya luka dengan cara menghina istrinya

"Aku merasa kasian dengan nona Wisyah. Baru saja sah menjadi istri dari tuan, tapi tuan sudah meninggalkannya sendiri di bandara. Aku ngga tau seperti apa hubungan mereka nanti." Batin Zain yang melirik ke arah Fazar lewat kaca spion. Sedangkan tuannya itu hanya terdiam saja."Aku tidak tahu masalah apa yang anda hadapi, tuan. Tapi melihat bagaimana tuan Fazar meninggalkan nona Wisyah, membuat aku yakin kalau mereka memiliki masalah." Batin Zain yang sesekali melirik kearah Fazar lewat kaca spion.

Zain tidak tahu apa yang tuan nya itu hadapi, Tapi melihat bagaimana Fazar meninggalkan Wiyah membuat Zain yakin kalau suami, istri itu sedang memiliki masalah. Padahal baru saja menikah dan itupun belum cukup satu hari tapi sudah ada pertengkaran.

Didalam mobil, keduanya hanya diam. Karena tidak ada yang membuka suara. Mereka sama-sama berada di dalam pikiran mereka masing-masing, tanpa ada yang membuka suara.

🌺

Sesampainya tempat tujuan. Wiyah turun dari taksi lalu memberikan selembar uang kepada supir taksi itu."Makasih pak."

Supir taksi itu menerima uang dari Wiyah."Iya mbak, sama sama." Jawab supir itu sebelum pergi.

Wiyah berusaha tenang, agar saat dirinya sampai di rumah, kakaknya Haidar tidak akan bertanya aneh-aneh, kenapa ia pulang ke rumah tanpa adanya Fazar.

Wiyah tidak mau membuat kakaknya itu bertanya, kenapa ia pulang sendiri dan Fazar tidak mengantarkan nya.

Wiyah kembali menyusuri gang kecil itu sendiri. Jika tadi ada Fazar dan keluarga suaminya, maka sekarang Wiyah hanya sendiri.

Sesampainya di depan rumah, Wiyah bisa melihat kalau rumahnya tidak seramai tadi, saat dia pergi meninggalkan rumah itu. Wiyah berusaha untuk tersenyum, membuat dirinya tegar seperti tidak terjadi sesuatu, padahal nyatanya sangatlah sulit.

"Acil Wiyah!" Panggil Rafa menghampiri acil nya itu, saat melihat kalau Wiyah kembali kerumah. Wiyah yang melihat keponakannya itu tersenyum. Rafa melihat kesamping Wiyah, seperti sedang mencari sesuatu.

"Kenapa Rafa?" Tanya Wiyah yang menyadari kalau Rafa sedang bingung seperti sedang mencari sesuatu.

Rafa menatap acilnya." Cil, mana om tampan?" Bukannya menjawab Rafa malah balik bertanya dengan wajah bingungnya saat melihat kalau acil nya hanya datang sendiri tanpa kehadiran Fazar.

Sedangkan Wiyah yang mendengar pertanyaan Rafa, menjadi bingung saat anak laki-laki menyebut 'Om tampan'

Sampai ia mengingat kalau Rafa pasti sedang menanyakan soal Fazar, suaminya. Yang baru sah beberapa jam yang lalu. Tapi yang membuat Wiyah bingung, kenapa Rafa menyambutnya dengan sebutan 'Om tampan'

Wiyah yang tidak mempermasalahkan panggilan anak keponakannya itu, karena Wiyah mengakui, kalau suaminya memang tampan sama seperti panggilan anak keponakannya itu.

"Om tampan sedang ada kerjaan, Rafa. Makanya ngga ada disini." Jelas Wiyah, membuat Rafa mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti."Ayo masuk. Acil mau istirahat." Ajak Wiyah sambil melangkah masuk kedalam bersama dengan Rafa.

Terlihat tempat akad tadi masih sama seperti tadi, saat Wiyah meninggalkannya. Hanya saja tempat akad itu sudah lumayan rapi dari yang sebelumnya.

Windi yang baru keluar dari dapur, melihat kalau Wiyah sudah berada di rumah. Karena penasaran kapan adiknya itu kembali, Windi melangkah mendekatI Wiyah."Kapan datangnya dek? Terus suami mu mana?" Tanya Windi, saat Windi tidak melihat kehadiran Fazar disana.

"Baru aja kak. Tadi Kak Fazar ada urusan sebentar. Setelah mengantarkan ku, Kak Fazar pergi lagi, untuk menyelesaikan urusannya." Jelas Wiyah beralasan."Kata kak Fazar. Kak Fazar akan pulang nanti malam untuk mengajakku pulang kerumahnya." Lanjut Wiyah kembali beralasan, karena Wiyah berusaha untuk tenang agar Windi percaya dengan penjelasannya.

"Segitu penting kah pekerjaannya, dibandingkan dengan istrinya? Padahal mereka baru saja menikah beberapa jam yang lalu." Batin Windi yang tidak habis pikir dengan suami adiknya itu, yang lebih memilih pekerjaannya di bandingkan dengan istrinya.

"Kalau gitu Wiyah istirahat dulu. Pasti capek kan, karena habis acara ijab qobul, Wiyah langsung mengantarkan mertuamu ke bandara tanpa beristirahat terlebih dahulu, saat selesai ijab qobul." Suruh Windi menatap adiknya dengan lembut.

"Iya kak." Jawab Wiyah tersenyum." Kalau gitu Wiyah istirahat dulu." Ijin Wiyah yang ingin melangkah ke kamarnya, tapi harus terhenti saat Windi kembali memanggilnya.

"Wiyah ini dari Fadil. Katanya sih untuk kamu dek." Windi memberikan satu kotak kado yang terbungkus rapi dengan kertas kado." Tadi Fadil ingin memberikan nya langsung ke kamu. Cuman karena Fadil lupa, makanya Fadil nitipin nya ke kakak untuk dikasihkan ke kamu."

Wiyah mengambil kotak kado yang tidak terlalu besar dari tangan Windi." Makasih kak."

"Iya dek, sama sama." Jawab Windi. Wiyah kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam kamarnya. Sesampainya di dalam kamar Wiyah melangkah kearah kasurnya, lalu merebahkan tubuhnya.

"Rasanya capek banget." Keluh Wiyah menatap langit-langit kamarnya."Baru saja menikah tapi serasa seperti belum menikah. Apakah ini yang namanya pernikahan, tapi tidak di inginkan."

Wiyah melirik kearah kotak yang masih berada ditangannya. Wiyah merasa penasaran dengan kotak itu, membuat ia terbangun. Wiyah mendudukkan tubuhnya dan dengan tubuh beredar di sandaran kasur.

Wiyah membolak-balik kotak yang terbungkus rapi itu."Apa isinya?" Gumam Wiyah yang terus menatap kotak di tangannya."Daripada penasaran, lebih baik buka aja ya?" Ucap Wiyah dengan penasaran, sambil membuka bungkus kado itu. Saat kertas kado nya terlepas. Wiyah mendapatkan satu kotak hitam dari balik kertas kado yang membungkusnya tadi.

Wiyah yang penasaran membuka kotak hitam itu, dan betapa terkejutnya ia, saat melihat isi dari kado yang Fadil berikan. Kado yang Fadil berikan hanya sebuah buku dan Wiyah tentu saja mengenal buku siapakah itu."Kenapa buku diary ku bisa berada didalam sini? Lalu kenapa kak Fadil sendiri yang memberikan nya?" Gumam Wiyah bingung menatap buku diary nya dengan cara membolak-balikkan nya."Apa kak Fadil menemukannya? dan baru sempat mengembalikannya?" Gumam Wiyah yang masih menatap buku diary nya, yang sempat hilang tiga bulan yang lalu. Wiyah sudah mencari buku itu. Tapi ia tidak menemukannya dan karena hal itupun membuat Wiyah yakin kalau buku diary nya sudah hilang. Tapi entah kenapa, buku itu kembali lagi dengan cara terbungkus rapi.

Saat Wiyah sedang memerhatikan buku diary nya, Wiyah mendapatkan sebuah kertas yang terlipat rapi yang di selipkan di sebuah halaman buku kosong. Wiyah mengambil kertas itu, lalu membukanya.

Assalamualaikum dek Wiyah.

Jika dek Wiyah sudah membaca surat dariku itu artinya dek Wiyah sudah menerima kadonya yang berisi buku diary mu, yang tidak sengaja aku temukan tiga bulan yang lalu di dalam mobil ku .

Pasti kamu akan bertanya-tanya kenapa buku diary mu tidak langsung aku kembalikan padahal kita selalu bertemu setiap harinya.

Ya, itu karena aku tidak ingin mengembalikan buku diary mu. Lantaran aku sangat penasaran, membuatku membaca buku diary mu.

Maaf bukannya aku lancang tapi rasa penasaranku membuat aku membuka dan membaca buku diary mu yang terlihat menarik jika di perhatikan saja tanpa di baca Isi nya.

Tapi kalau aku bisa akui, Kamu begitu sangat pintar dalam hal melukis termasuk menyusun setiap kata yang tertulis di dalam setiap lembaran buku diary mu yang begitu sangat rapi.

Tapi tenang, Aku tidak membaca semuanya dek Wiyah, jadi dek Wiyah tidak perlu takut kalau aku mengetahui apa saja yang kamu tulis di dalam buku diary mu.

Sekali lagi maaf ya, aku membuka dan membaca buku diary mu tanpa seijin mu.

Wiyah melipat kertas itu. Memperhatikan buku diary nya yang hampir tiga bulan tidak ia temukan.

"Jika kak Fadil menemukan buku ini? Artinya setiap isi dalam buku ku sudah di Beca?" Gumam Wiyah yang masih membalik-balikan bukunya."Tapi jika itu betul? artinya Kak Fadil sudah membaca semua keluh kesahku di dalam buku ini? Jika itu benar, pasti sangat memalukan banget karena ada orang yang mengetahui rasa sakit ku selama ini." Gumam Wiyah yang begitu sangat malu karena bukunya di temukan oleh orang, apalagi orang itu sampai membacanya.

Wiyah membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Karena terlalu banyak berpikir, tidak berlangsung lama Wiyah memejamkan matanya lalu tertidur dengan buku masih berada di tangannya.

🌺

Di sisi lain.

Dua jam sudah Fazar dan Zain berkendara untuk menemui rekan bisnisnya. Fazar akan membahas soal proyek berada di Kota B. Yang mengalami kendala dan hal itu membuat Fazar harus turun tangan untuk memperbaiki semuanya. Karena hanya ia yang bisa menangani semuanya. Apalagi rekan bisnis Fazar melakukan kecurangan terhadap pembangunan proyek yang berada di kota B.

Sesampainya di depan klub, tempat di mana Fazar akan bertemu dengan rekan bisnis yang sudah berani melakukan kecurangan.

Fazar turun dari mobilnya, melangkah memasuki lobby klub, Sedangkan sekertaris Zain dengan setia mengikuti langkah tuannya itu sambil membawa berkas yang pasti sangat di butuhkan oleh tuannya m

"Zain, Apakah benar tempat ini yang dia sebutkan?" Tanya Fazar saat melihat tempat yang menurutnya sangat tidak nyaman ia lihat di matanya. Apalagi ini pertama kalinya dia menginjak tempat yang membuat matanya sakit, setelah tiga tahun yang lalu.

"Benar tuan, Di sini tempatnya."

"Apakah tidak ada tempat lain?" Tanya Fazar yang begitu sangat tidak nyaman saat memasuki klub itu, Walaupun tiga tahun yang lalu Fazar pernah memasuki tempat seperti ini. Tapi itu hanya sekali dan itu juga karena Fazar sedang patah hati.

"Tidak tahu juga tuan, Tapi Tuan Ardian menyuruh kita untuk kesini." Jelas Zain yang tahu kalau tuanya itu pasti tidak nyaman dengan tempat seperti ini.

Fazar membuang nafasnya kasar. Dengan terpaksa Fazar memasuki tempat yang membuat matanya sakit dan juga kupingnya hampir rusak.

Baru sampai di dalam klub Fazar sudah mendengar suara dentuman musik, yang membuat kupingnya sedikit sakit. Bau minuman yang begitu sangat menusuk sampai di indra penciuman mereka membuat kepala keduanya sedikit pusing.

Sampai Fazar mengingat tiga tahun yang lalu, bagaimana rasa ia meminum minuman haram itu dan membuatnya mabuk seperti orang gila.

Tidak mau memikirkan itu membuat Fazar melangkah menuju pintu lift.

Dengan langkah lebarnya Fazar memasuki pintu lift yang akan mengarah ke lantai tiga, tempat di mana rekan bisnisnya itu menunggunya.

Sesampainya di lantai tiga Fazar mulai mencari ruangan di mana mereka akan bertemu.

"Dimana ruangannya Zain?" Tanya Fazar saat mereka sudah sampai di lantai tiga.

"Mungkin di ruangan paling ujung tuan, Sesuai apa yang di katakan oleh tuan Ardian."

Mendengar Jawaban dari Zain, membuat Fazar kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan yang di maksud sekretarisnya itu.

Sampainya di depan pintu ruangan itu membuat Fazar menoleh kearah sekertaris nya."Apa benar ruangan yang ini Zain?" Tanya Fazar memastikannya.

"Benar tuan. Sesuai apa yang di katakan oleh tuan Adrian."

Mendengar jawaban dari Zain, membuat Fazar memberanikan dirinya untuk masuk kedalam ruangan itu dan dengan ragu membuka pintunya.

Tapi baru saja mereka berdua masuk, Fazar sudah di suguhkan dengan hal yang tidak berfaedah yang di berikan oleh rekan bisnisnya

Membuat keduanya membalikkan tubuh mereka." Dasar pria tidak tahu malu!" Geram Fazar saat menyaksikan kelakuan kurang berfaedah itu." Sepertinya mataku tidak suci lagi." Geram Fazar dan Zain secara bersamaan.

" Tuan Ardian Natan Ronaltan." Panggil keduanya.

Bersambung.

Banyak typo yang bertebaran, Harap bijak dalam membaca.

Jangan lupa like komen dan vote nya biar author Makin semangat buat up.

Salam manis dari author 😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!