"Jangan sentuh saya......!!!"
Gadis bertubuh mungil, berkulit putih, dan berambut panjang itu bertriak sekencang mungkin, dia tidak ingin di sentuh oleh laki-laki yang tentunya bukan suaminya.
Gadis kecil bertubuh mungil itu ketakutan, bahkan dia menutupi bagian d*d*nya mengunakan kedua tangannya.
Laki-laki bertubuh kekar ini terus menatap gadis kecil itu dengan sorot mata penuh kepemilikan, kini laki-laki itu mendekatkan tubuhnya ke tubuh gadis kecil berkulit putih itu.
"Bagaimana, aku tidak menyentuhmu? Sedangkan ibumu yang matre itu sudah menjual dirimu padaku gadis manis," kata laki-laki bertubuh kekar, bibirnya begitu sexy, kulitnya yang putih membuat ketampanannya begitu terpancar.
Gadis kecil terdiam, tubuhnya gemetaran, bahkan matanya tidak berani menatap mata laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
"Mama, apa salahku? Aku saja baru lulus SMA, aku ingin kuliah tapi mama menjualku pada laki-laki yang tidak pernah aku kenal sama sekali," gadis kecil menangis dalam hatinya.
"Katakan siapa namamu?" tanya laki-laki bertubuh kekar, sambil memegang dagu gadis kecil ini dengan satu tangannya.
"Lepaskan saya tuan," lirih gadis kecil itu dan pelupuk matanya sudah mengeluarkan air mata.
"Aku tanya siapa namamu?!" Sentak laki-laki bertubuh kekar dengan suara menggema.
Tubuh gadis kecil ini begitu gemetaran, bahkan rasanya begitu takut. "Namaku Ayumi Maharani," jawabnya dengan suara lirih.
"Ayumi..."
"Kamu begitu cantik."
Laki-laki bertubuh kekar itu, menyapu bibir mungil Ayumi dengan satu jarinya. "Aku lihat, bibir kamu begitu manis," kata laki-laki itu membuat Ayumi semakin takut.
"Tuan, saya mohon lepaskan saya..." Ayumi kembali memohon, tapi laki-laki bertubuh kekar ini hanya tertawa kecil.
"Aku tidak akan melepaskanmu, aku sudah membayarmu dengan mahal dan kamu itu adalah gadis bayaranku," tandasnya dengan tegas.
"Gadis Bayaran Tuan Muda."
"Ingat itu, jangan sampai kamu tidak patuh padaku!!"
Suara laki-laki bertubuh kekar itu begitu menggema, membuat Ayumi semakin ketakutan.
Erina memang sangat jahat pada Ayumi, Erina adalah ibunya Ayumi, bahkan karena terobsesi ingin punya uang banyak, Erina sampai menjual Ayumi ke laki-laki kaya, padahal Ayumi baru lulus SMA dan niatnya ingin melanjutkan kuliah. Tapi karena sang ibu yang begitu jahat tega menjualnya, entah apa yang akan terjadi ke depannya? Ayumi juga tidak tahu dan dia hanya bisa menahan rasa takutnya dalam hatinya.
"Ibu, mengapa kamu tega sekali padaku, apa salahku?" rintihnya dalam hati.
"Tuan, saya akan mengembalikan uang tuan, tapi saya mohon lepaskan saya!" Ayumi kembali memohon pada laki-laki bertubuh kekar ini.
Laki-laki bertubuh kekar ini hanya mengeluarkan tawanya, dalam hatinya kamu mau mengganti uangku darimana? Sedangkan kamu ini hanya gadis kecil yang baru saja lulus sekolah.
"Lupakan ucapan konyolmu itu, percuma kamu tidak akan mampu menganti uang yang sudah aku bayarkan pada ibumu yang murka itu....." Tandas Ziko dengan nada meremehkan.
Ziko Atmadja, laki-laki berusia 27 tahun, dia adalah pengusaha muda terkaya di kotanya, namun hidupnya selalu kesepian karena kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya, Ziko hidup di rumah mewah miliknya sendiri, dari dulu hingga sekarang Ziko hanya di temanin dengan para Art yang dia gaji untuk mengurus rumahnya dan memasak untuk dirinya setiap hari.
"Memang berapa yang tuan bayarkan untuk ibu saya?" tanya Ayumi, suaranya terdengar lirih karena merasa takut.
"1 Miliar, itu untuk DP saja dan seterusnya saya harus memberikan uang pada ibumu yang mata duitan itu, dan perlu kamu tahu, kenapa aku mau membelimu karena dari awal aku melihatmu aku sangat ingin milikimu gadis kecil," terang Ziko tangannya membelai pipi Ayumi dengan mesra.
Sungguh Ayumi merasa jijik sekali dengan kelakuan laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
"Jangan sentuh saya!!" pinta Ayumi dengan nada ketus, lagi-lagi Ziko hanya tertawa kecil.
"Ingat kamu adalah milikku, ibumu wanita j*l*ng itu sudah menjual anak gadisnya padaku, pada Ziko Atmadja...." jawab Ziko, dengan begitu m*s*m Ziko mengecup pipi Ayumi dengan lembut.
"Pipimu begitu mulus...." lirihnya dengan suara agak mend*s*h, terdengar sangat menjijikkan bagi Ayumi.
"Haruskah aku menikmati tubuh mulusmu ini, sekarang?" tanya Ziko, sambil membelai lembut rambut Ayumi.
Ayumi berusaha menjauhkan tubuhnya dari Ziko, rasanya Ayumi ingin sekali kabur dari kamar mewah milik laki-laki m*s*m ini, tapi Ayumi tidak bisa melakukan apa-apa selain pintu kamar terkunci rapat, pengawal juga begitu banyak dan penjagaan diluar rumah begitu ketat.
"Saya mohon, jangan sentuh saya tuan, saya masih suci...." Ayumi menangis, dalam hati Ayumi juga terus berdoa.
Senyum Ziko semakin lebar, ternyata gadis kecil di hadapannya ini masih suci dan Ziko merasa beruntung.
"Bagus, aku suka..."
"Bisa kamu katakan lagi gadis kecil!"
Ziko mendekatkan wajahnya semakin dekat, lalu tangannya memainkan rambut panjang Ayumi dengan jari-jari kekarnya.
Tiba-tiba Ziko mendorong Ayumi, hingga Ayumi jatuh tepat di atas tempat tidurnya, lalu Ziko menindih tubuh mungil Ayumi.
"Apa, kamu sudah siap?" bisik Ziko, laki-laki suaranya terdengar m*s*m.
Ayumi semakin takut, apa yang harus dia lakukan? Kenapa, ibunya begitu tega pada dirinya?
"Tuan, sebelum kita melakukan lebih, saya boleh minta sesuatu?" tanya Ayumi, sambil menahan bibir Ziko dengan tangannya agar tidak sampai sampai mencium bibir yang selama ini dia jaga.
"Katakan.....!!" Pinta Ziko tegas.
"Saya mau......" Ayumi terlihat ragu-ragu untuk mengucapkan perkataannya.
"Mau apa? Katakan!" Sentak Ziko kesal.
"Tuan, saya mau kita....."
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
"Mau apa? Katakan!" Sentak Ziko kesal.
"Tuan, saya mau kita....."
"Kamu mau bicara tidak? Jangan memperlambat perkerjaanku, kamu tidak tahu yang di bawa sana sudah meronta-ronta," terang Ziko semakin kesal.
Seketika Ayumi berpikir, yang dibawa siapa? Ayumi melirik ke bawa, tapi Ayumi tidak melihat ada siapa-siapa. "Tidak ada orang sama sekali, lalu yang dibawa siapa?" gumam Ayumi dalam hati sambil sibuk berpikir, yang dibawa itu siapa?
"Tuan, saya mau tuan menikahi saya saja! Saya tidak mau di sentuh oleh laki-laki yang bukan suami saya," tutur Ayumi tanpa melihat mata Ziko.
Ziko lagi-lagi tertawa, sungguh haruskah dia menikahi gadis kecil yang hanya ingin dia miliki tubuhnya saja? Ziko mau membayar mahal juga karena Ziko menyukai tubuh mulus Ayumi, lalu sekarang Ayumi malah meminta dirinya untuk di nikahi.
"Baiklah, aku akan menikahimu, tapi jangan pernah kamu harapkan cinta dariku, kamu itu hanya gadis bayaran dan tugasmu hanya di atas ranjang untuk memberikan kepuasan padaku, apa kamu setuju?" tawar Ziko, lalu dia membenarkan posisinya dan kini Ziko berbaring di samping Ayumi.
Ayumi memejamkan matanya, lalu dia menarik nafasnya dengan pelan.
"Saya setuju tuan," jawab Ayumi pelan.
"Daripada aku harus memberikan tubuh suciku kepada laki-laki yang bukan suamiku, mungkin memilih untuk minta dinikahi itu lebih baik, biarpun aku tidak tahu tahu seperti apa hidupku ke depannya? Yang penting aku tidak harus menjadi wanita j*l*ng seperti ibuku." Batin Ayumi dalam hatinya.
"Ikutlah denganku!!" Ziko beranjak dari tempat tidurnya, lalu Ayumi juga ikut beranjak dari tempat tidur.
"Mau kemana?" tanya Ayumi bingung.
"Bukankah kamu meminta aku menikahimu, ayo kita menikah hari ini juga!" Ziko menarik tangan Ayumi dengan kasar.
"Hari ini! Lalu ibu saya?" Ayumi terkejut.
"Wanita itu tidak perlu tahu tentang pernikahan kita, dimana ayahmu?" tanya Ziko ketus.
"Saya tidak tahu ayah saya, ibu bilang ayah saya sudah meninggal tapi saya tidak pernah tahu makamnya dimana?" jawab Ayumi, matanya berkaca-kaca, kenapa hidupnya begitu menyedihkan seperti ini?
Ziko mengangguk, lalu dia kembali menarik tangan Ayumi dengan kasar dan membawa Ayumi keluar dari dalam kamarnya.
"Baiklah, maka kita lakukan pernikahan ini secara rahasia, ingat kamu bukanlah istri dari Ziko Atmadja, kamu hanyalah gadis bayaranku yang sudah aku bayar mahal, jadi biarpun kita sudah menikah nanti jangan berharap aku akan mencintaimu, lalu jika aku pulang membawa seorang wanita atau gadis, ingat kamu tidak boleh banyak bicara dan kamu juga tidak boleh bilang kalau kamu ini adalah istriku!" tandas Ziko sambil menatap Ayumi dengan sorot mata tajam.
Ayumi mengangguk pelan, lalu Ziko langsung mengajak Ayumi ke KUA menaiki mobilnya, hari ini juga Ziko akan menikahi Ayumi seperti yang di inginkan oleh Ayumi ini, gadis kecil yang malang.
Sesampainya di KUA Ziko dan Ayumi langsung masuk ke dalam, Ziko hanya memakai kemeja warna biru dongker dan celana panjang warna hitam sedangkan Ayumi memakai dress berwarna pink muda.
Hari ini akhirnya Ziko dan Ayumi resmi menikah, pernikahan mereka juga hanya di saksikan oleh saksi dari orang-orang KUA saja.
Setelah selesai proses pernikahan Ziko langsung mengajak Ayumi pulang ke rumahnya, di dalam mobil Ayumi hanya diam saja sambil memperhatikan jalanan yang begitu macet hari.
Hidupnya yang malang membuat Ayumi tidak bisa melanjutkan kuliah, Ayumi juga tidak bisa mengejar cita-citanya karena ibunya yang begitu tega menjual dirinya kepada laki-laki kaya.
Sesampainya dirumah Ziko, Ayumi dan Ziko sama-sama turun dari dalam mobil, lalu mereka sama-sama masuk ke dalam rumah Ziko.
"Ayo ikut denganku....!!" Ziko menarik tangan Ayumi dengan kasar.
Beberapa Art yang ada di rumah Ziko melihat perlakuan Ziko pada Ayumi, namun mereka tidak ada yang berani mengatakan apapun atau mereka akan di pecat oleh Ziko dalam sekejap jika berani mengeluarkan suara sedikit saja.
"Tuan....tangan saya sakit," lirih Ayumi tapi Ziko tidak perduli, dia malah menarik tangan Ayumi semakin keras.
Kini sesampainya di dalam kamar, Ziko langsung mengunci pintu kamarnya, lalu Ziko mendorong Ayumi ke atas kasur dengan kasar.
"Brukkkkkk....."
"Achhh, kenapa dia begitu galak seperti singa, ibu aku takut." Rintih Ayumi dalam hatinya.
Ziko tiba-tiba mendekatkan dirinya kepada Ayumi, kini Ziko sudah berada di atas Ayumi.
"Tuan...tuan mau apa?" tanya Ayumi, jantungnya berdebar sangat kencang, rasanya takut sekali.
"Aku sudah membayarmu, jadi kamu diamlah!!" Sentak Ziko, membuat Ayumi seketika terdiam.
Ziko semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ayumi, dia hampir saja mencium bibir mungil Ayumi tapi tiba-tiba ponselnya berdering, membuat Ziko menghentikan aksinya dan langsung membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Sialan, siapa yang menelponku di saat sedang seperti ini?" Gumam Ziko, sambil melihat siapa yang menelpon dirinya.
Melihat yang menelpon dirinya, buru-buru Ziko mengangkat telpon itu dan pergi dari samping Ayumi.
Entah siapa yang meneleponnya? Ziko bahkan meninggalkan Ayumi yang sudah berada di atas ranjang begitu saja.
"Kamu tidurlah! Aku ada urusan," kata Ziko dan langsung bergegas pergi keluar dari dalam kamarnya.
Entah Ziko ini mau kemana? Tapi Ayumi merasa sangat lega sekali, akhirnya hari ini dia bisa selamat dari Ziko.
Bersambung
terimakasih para pembaca setia
Entah Ziko ini mau kemana? Tapi Ayumi merasa sangat lega sekali, akhirnya hari ini dia bisa selamat dari Ziko.
Setelah Ziko benar-benar pergi, Ayumi membenarkan posisinya menjadi duduk, Ayumi terdiam dan sorot matanya terlihat begitu sedih.
"Ibu, kenapa kamu lakukan ini padaku? Padahal ada Kak Sisil yang jauh lebih dewasa dan lebih tua dariku, kenapa harus aku? aku yang masih polos dan tidak mengerti apapun, aku takut ibu." Ayumi meneteskan air matanya, hatinya sedih mengingat perlakuan sang ibu sangatlah berbeda di saat ibunya memperlakukan Sisil yang tidak lain adalah kakaknya dengan begitu baik.
Tiba-tiba ponsel milik Ayumi berdering.
Ayumi mengambil ponselnya yang ada di dalam tas kecil yang dia bawa, dan ternyata Erlina yang menelpon Ayumi, Ayumi menggeser tombol hijau yang ada di ponselnya, lalu menaruh ponselnya di telinganya.
"Hallo ibu...."
"Ayumi, kamu harus melayani Tuan Muda Ziko Atmadja dengan baik, ingat jangan membuat kesalahan apapun, karena Tuan Ziko sudah membayar mahal dirimu!"
"Ibu, Yumi takut, Yumi ingin pulang."
"Tidak ada kata pulang, jika kamu berani pulang maka ibu akan memb*n*hmu!"
Erina memberikan ancaman pada Ayumi, lalu dia langsung mematikan saluran telponnya begitu saja.
Sungguh hati Ayumi semakin sedih, ibu mana yang tega menjual anaknya? Mungkin hanya ibunya saja yang begitu kejam karena gila akan uang, hingga kebahagiaan anaknya tidak pernah dia pikirkan, bahkan mental Ayumi yang masih terlalu muda saja tidak Erina perdulikan. Karena yang terpenting dalam hidupnya adalah uang, uang dan uang saja.
Ayumi hanya bisa menangisi meratapi nasibnya, hingga beberapa lama akhirnya Ayumi tertidur pulas di atas kasur milik Ziko.
****
Di sebuah club malam elit, Ziko terlihat asik berpesta dengan teman-temannya, bahkan Ziko minum hingga mabuk.
"Ziko, Evelin dari kemarin mencarimu, kamu kemana saja?" tanya Erik, yang tidak lain sahabat Ziko.
"Untuk apa dia mencariku?" tanya Ziko dengan begitu malas.
"Entahlah, bukankah kalian punya hubungan spesial?" timpal Riko dengan santai.
"Tahu tuh Rik, Ziko mengelak kalau dia punya hubungan spesial dengan Evelin," sahut Erik sambil meneguk minuman yang ada di tangannya.
Ziko hanya menghela nafas kesal, lagian bukan hanya Evelin saja yang di gosipkan dekat dengan Ziko, banyak gadis cantik yang memang berlomba-lomba ingin menjadi kekasihnya, hanya saja Ziko terlalu malas mengurusi gadis-gadis itu.
"Tidak ada hubungan spesial dengan siapapun aku," jawab Ziko tegas. Sambil meneguk minuman yang memabukkan itu Ziko menikamatinya dengan begitu nikmat.
"Lalu, kamu beberapa hari ini tidak muncul, aku tanya kamu kemana saja?" Erik kembali bertanya pada Ziko.
"Aku ada bisnis, biasalah orang sibuk, tidak seperti kalian yang pengangguran," jawab Ziko sambil meminum minuman yang dia pegang.
"Kita ini pengangguran sukses," sahut Riko sambil tertawa karena terpengaruh minuman yang memabukkan itu.
Kini mereka asik berpesta, bahkan Ziko juga tidak ingat dengan Ayumi, saat ini Ziko sudah terpengaruh minuman dan tentunya mabuk berat.
Inilah kebiasaan Ziko setiap malam, saat kedua sahabatnya ini menelpon dan mengajak dirinya minum tanpa menunggu lama pasti Ziko akan datang untuk minum bersama mereka.
Malam menunjukkan pukul 10 malam, Ziko, Erik dan Riko yang sudah terpengaruh dengan minuman yang memabukkan ini, mereka terkapar di sofa bar, untung saja Ziko selalu menyewa ruangan VVIP untuk dirinya dan kedua sahabatnya untuk mabuk-mabukan jadi mereka aman dan tentunya tidak akan ada yang menganggu mereka, apalagi para wanita j*l*ng, mereka tidak akan bisa masuk tanpa izin dari Ziko langsung.
*****
Malam semakin larut Ayumi tiba-tiba terbangun dari tidurnya, dia melihat ke sisinya tapi tidak ada Ziko di sampingnya.
"Tuan Ziko, kemana?" tanyanya pada diri sendiri.
Ayumi membenarkan posisinya menjadi duduk, tiba-tiba perutnya merasa lapar karena dari tadi Ayumi belum makan apa-apa.
"Aku lapar sekali."
"Lebih baik aku makan dulu saja."
Ayumi beranjak dari tempat tidur, lalu dia turun dari atas ranjang tempat tidur dan langsung pergi menuju keluar kamar.
"Nona, mau kemana?" tanya seseorang membuat Ayumi kaget dan menghentikan langkah kakinya.
"Maaf bapak siapa?" tanya Ayumi pelan.
"Saya Pak Han, saya di tugaskan untuk menjaga Nona di saat Tuan Muda tidak ada dirumah," jelas Pak Han.
Ayumi mengangguk, saat ini dirinya merasa sebagai tawanan Tuan Muda.
"Kalau seperti ini hidupku pasti tidak akan tenang," batin Ayumi dalam hatinya.
Sebelum Ziko pergi, Ziko menungaskan Pak Han untuk berjaga di depan kamarnya agar Ayumi tidak kabur.
Ayumi mengangguk. "Saya lapar pak, saya mau ke dapur," kata Ayumi dengan nada lembut.
"Nona tunggu di meja makan saja, biar saya suruh Asih siapkan makanan untuk Nona, Nona jangan sampai pergi ke dapur nanti Tuan Ziko marah," jelas Pak Han dan Ayumi hanya mengangguk.
Ayumi duduk di kursi meja makan, sedangkan Pak Han menuju ke dapur untuk menyuruh Asih menyiapkan makanan untuk Ayumi.
Setelah beberapa lama akhirnya makanan sudah siap, lalu Asih langsung membawa makanan itu ke meja makan.
Ayumi menikmati makanannya hanya sendirian, rasanya sangat kesepian sekali di rumah sebesar dan semewah ini dia hanya makan sendirian.
Para Art juga tidak berani ikut makan di meja makan padahal Ayumi sudah menawari para Art yang saat ini sedang berdiri sambil melihat Ayumi sedang makan, rasanya canggung sekali tapi mau bagaimana lagi? Ini semua adalah perintah dari Tuan Muda Ziko, dan para Art juga ada ruang makan khusus untuk mereka.
Setelah selesai makan, Ayumi langsung kembali ke kamar.
Di kamar Ayumi hanya duduk di atas kasur sambil bengong, padahal sudah larut malam tapi Ziko belum pulang juga.
Setelah beberapa lama terdiam, Ayumi membaringkan tubuhnya ke tempat tidur, lalu dia memilih tidur daripada nungguin Ziko pulang.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!