...SELAMAT DATANG...
...PERNIKAHAN TUAN MUDA KEJAM...
...🍃🍃🍃...
.......
.......
Sebelum baca follow Author dulu ya beste🥰
Jangan lupa like, komen, hadiah and juga Vote
^^^“Aku akan selalu mendapatkan hidup ini untuk kebahagiaanmu dan untuk muara cinta kita. Dan ingin kusampaikan bahwa aku sangatlah bahagia bisa memilikimu.^^^
^^^Kamu mungkin memegang tanganku untuk sementara waktu, tetapi kamu memegang hatiku selamanya.„^^^
...🍁🍁🍁🍁...
Brigitta 'Perempuan kuat dan tangguh' Brigitta yang kerap di panggil Gita adalah perempuan dengan sifat seperti arti namanya.
Namun tidak saat ini setelah musibah yang menimpah nya secara berkelanjutan. Kini dirinya bukan lagi dirinya yang dulu. Gita yang selalu ceria, pemberani, kuat, serta tangguh seketika lenyap ditelan bumi.
Orang tua yang sangat dicintai dan dibanggakan pergi meninggalkan nya untuk selamanya, karena kecelakaan yang tak pernah dibayangkan.
Saat itu orang yang sangat dibutuhkan hanya Saudara laki lakinya.
Tapi semua berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan nya. Kakaknya yang egois malah pergi meninggalkan Gita sendiri. Semua aset keluarga dibawah kendali Sang kakak.
Saat itu Gita hanyalah seorang mahasiswa yang baru 3 bulan menginjakan kaki di universitas impiannya.
Disaat Gita membutuhkan seseorang untuk berada disisinya untuk memberikan semangat namun, satu pun tidak ada yang peduli. Sahabatnya yang dulu selalu ada, kini pergi tanpa kabar.
Keluarga dan kekayaan yang dulu dimiliki Gita telah hilang. Bahkan kini salah satu anggota geraknya mengalami kelumpuhan sementara.
Mendengar kabar itu semua orang kini menatap nya sebelah mata sahabat sendiri saja pergi apalagi teman teman bahkan orang lain mana ada yang peduli.
Walaupun kini Gitta tidak seceria dan sekuat dulu, tapi karena tekad dan mimpinya dia berusaha. Dengan berbekal kepintaran yang ia miliki
bisa meneruskan beasiswa full yang ia dapatkan ketika dia mendaftar sebagai mahasiswa baru dulu.
Selama berkuliah dia hidup sendiri, tidak ada teman apalagi sahabat. Hidup dengan beasiswa. Dan menyibukkan hari dengan bekerja paruh waktu. Walaupun hari itu sangat sulit dijalani oleh seorang Brigitta.
5 tahun berlalu begitu cepat. Kini Gita sudah bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar.
Bekerja di perusahaan, menemukan orang orang baru. Disinilah hidupnya mulai terbuka lagi, mulai berinteraksi dengan orang orang, tidak ada yang membuliy atau mengejeknya seperti yang selama ini ia rasakan saat berkuliah.
Semua itu tidak ada.
Gita sekarang sudah memiliki teman. Hampir setahun Gita bekerja sebagai karyawan tetap. Hari hari nya sudah semakin mudah. Beberapa bulan terakhir ini Gita sudah banyak tersenyum seakan semua masalah benar benar hilang.
Tapi tak disangka hari yang baru ini akan di rampas lagi. Apa dia akan di buliy lagi? Dicampakkan? Atau di benci?
Tidak....
Tapi lebih tepatnya dijual.
Kakak nya yang tiba tiba muncul dan mengaku sebagai saudara setelah sekian lama meninggalkan nya, malah kembali untuk mengusiknya.
"Kak aku tidak mau! Kalau kakak benar benar ingin menggap ku sebagai saudara lagi, jangan lakukan ini!"
Gadis itu tersungkur di lantai. Sambil meneteskan air mata nya.
"Apa kau benar benar akan menghancurkan perusahan Ayah? Ini satu satunya peninggalan almarhum. Apa kau setega itu?"
"Apa maksud mu kak? 5 tahun kau mencampakkan ku. Tidak pernah ada dan tidak mengangapku. Selama ini kakak hanya memikirkan diri sendiri. Tapi kenapa saat kakak jatuh malah datang padaku?"
Brigitta berdiri sambil menghapus air matanya.
"Selama ini kakak kemana? Kenapa pergi begitu saja? Kenap..."
"Apa kau bisa tidak banyak bicara dan setuju saja dengan perkataan ku? Kau pikir selama ini aku pergi karna apa hu?"
Berjalan mendekat.
"Kau yang menyebabkan ayah dan bunda meninggal. Apa kau tak tau sebenarnya aku benci sangat membencimu. Seharusnya kamu bersyukur aku datang menemui mu hari ini!" Tambahnya.
"Apa? A-ku menyebabkan ayah bunda meninggal? Apa maksud mu kak? Apa kau sudah gila? Jelas jelas aku juga ikut jadi korban."
"Jangan mengarang cerita, jelas jelas kamu tidak terluka. Sebaiknya kau persiapkan dirimu. Aku akan menjemputmu nanti malam. Ingat! tidak ada alasan menolak.
Jika kau menolak aku tidak segan segan melakukan yang kulakan seperti dulu. Kau pikir aku berubah?
Sekarang aku lebih dari itu!!"
Dengan langkah cepat pria berbadan tegap kini telah menghilang dari pandangan Gita.
"A-apa salahku...." Menjatuhkan tubuh kelantai memeluk lutut dan menenggelamkan kepala diantaranya.
"Aku baru saja memulai hidup baru ku. Kenapa masalah datang lagi? Tuhan kenapa, kenapa harus aku yang mengalaminya?"
👣👣👣
Brigitta berdiri di depan cermin memandang wajahnya yang sangat tidak bersemangat.
Walaupun terlihat hari ini ia mengenakan gaun putih se lutut dan rambut bergelombang terurai sampai ketiak.
Cantik namun akan lebih cantik bila ia tersenyum.
Kakinya melangkah meninggalkan kamar berukuran kecil itu menuju pintu luar. Lebih tepatnya teras tempat kontrakannya.
Selang beberapa waktu seorang pria mengenakan jas turun dari mobil putih.
Siapa lagi kalau bukan Bisma Yeriko, saudara kandung yang kejam.
"Akhirnya mengalah juga!" Katanya pelan sambil berjalan mendekat ke arah gadis yang tengah berdiri dengan wajah datar.
"Kenapa? Jangan cemberut! Nanti sampai disana tersenyum lah jangan menghancurkan suasana. Lagi, jangan nanti mencoba menolak. Ia kan saja semuanya. Kau mengerti?"
Tidak ada jawaban.
"Apa kau dengar?"
Tidak ada jawaban malah tatapan tidak suka yang di lontarkan.
Secepat kilat tangan yang tadinya berada dalam kantong celana kini berada di atas kepala Gita.
Tangan itu menjambak kuat rambut panjang bergelombang itu.
"Awu.. lepaskan kak!"
"Apa kau sudah mulai berani denganku huh!"
"Tidak tidak aku akan melakukan semua yang kau katakan tapi kumohon jangan sakiti aku lagi." Tangan itu akhirnya terlepas.
"Nah gitu dong. Ayo cepat masuk mobil! Mereka pasti sudah menunggu."
Dengan sedikit berlari Gita membuka pintu mobil dan masuk dengan cepat.
Dia tidak mau kejadian di masa lampau terulang lagi.
👣
"Selamat malam Pak Bisma
Akhirnya kalian datang juga. Apa benar ini nona Brigitta?" Wao cantik sekali.
Seorang pria paru baya dengan sopan menyambut Bisma dan Brigitta.
"Apa? Apa pria tua ini yang akan..." Batin Gita.
"Pak Alvaro?" Tanya Bisma sambil menaikkan alisnya.
"Benar saya tangan kanan Tuan besar Janes Lakeswara. Mari kita bicara sambil duduk." Tersenyum sambil menggerakkan isyarat tangan untuk duduk.
Kenapa nama Lakeswara sangat familiar ya?
Gita yang masih bengong, akhirnya tangan itu ditarik oleh Bisma hingga ia spontan tersadar dari lamunannya.
"Bagaimana apa anda setuju?" Kata Bisma sambil melirik ke arah Gita.
Saat ini tak usah di tanyakan, air mata Gita sudah hampir menetes. Tidak habis pikir kalau kakak kandungnya akan menjual nya pada om om.
"Ya lumayan. Saya akan sampaikan pada tuan besar. Mereka tidak bisa hadir karena mereka sangat sibuk."
" Hem, sayang sekali padahal saya ingin mengenalkan secara langsung. Tapi tidak masalah pernikahan tetap berlanjut bukan?"
Bisma berkata dengan santai sambil tersenyum lebar.
...
" Baiklah Pak Bisma saya tidak bisa berlama lama semua persiapan akan diatur oleh keluarga mempelai pria."
Bisma hanya bisa memanggut anggut kepalanya tanda setuju.
"Terimakasih sudah bersedia datang. Permisi." Tinggal lah dua insan sedang duduk disana.
"Apa kakak serius akan menjual ku kepada pria tua?" Dengan berani Gita memulai pembicaraan.
"Tidak perlu bertannya saksikan saja semua yang terjadi. Kau hanya perlu tersenyum dan menyetujui semuanya!"
Dengan cepat Bisma berdiri dan pergi meninggalkan Gita yang masih terdiam mematung.
Tega sekali! Jika Ayah Bunda masih ada semua ini tidak akan pernah terjadi. Air mata yang ditahan sedari tadi akhirnya keluar diiringi dengan suara kecil yang sesenggukan.
👣👣👣
"Bagaimana apa tadi kau sudah bertemu dengan gadis itu?" Kata Janes dengan posisi tangan mengetik laptop yang ada di hadapannya.
"Sudah Tuan. Gadis itu bahkan lebih cantik dari yang terlihat di foto. Namun dari raut wajahnya seperti nya dia tidak senang Tuan."
Sambil tunduk Alvaro mendekat ke arah Janes.
"Apa Tuan mudah sudah mengetahui hal ini? Maaf Tuan jika saya lancang dalam bertannya." Sambungnya dengan posisi menundukkan kepala.
"Anak itu." Kini Janes menghentikan kerjanya sambil melipat kedua tangan tepat di depan dagunya.
"Biar aku yang mengatur nya. Sekarang kamu boleh pergi!" Tanpa melihat wajah tuannya Alvaro dengan cepat menundukkan kepalanya tanda hormat dan berlalu pergi.
"Lico gimana dengan perkembangan Lakeswara Group? Apa semua aman?"
Seorang pria muda tampan dengan wajah tajam dan datar itu berdiri menatap luar dari kaca jendela sambil menyeruput kopinya.
"Semuanya Aman Tuan. Tapi saya dapat info bahwa Tuan besar merencanakan Pernikahan untuk Anda."
Kini Pria gagah itu beralih duduk di sofa ruangannya sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja.
"Tuan besar sudah merencanakan semuanya. Pernikahan ini tidak mungkin gagal. Semua asisten tuan Janes sudah berjaga di sekitar untuk mengawasi, Tuan." Karena tatapan tajam itu akhirnya dengan cepat Lico menundukkan kepalanya.
Sudah berapa kali?
Papa selalu saja memojokkan ku dengan pernikahan. Apa dia tidak lelah dengan semua ini?
Tok tok tok
Lico dengan cepat berlari ke arah pintu dan membukanya.
"Maaf Tuan menggagu. Di bawah ada Tuan Janes ingin bertemu dengan Tuan Jasson."
"Baiklah kamu boleh pergi." Setelah membungkuk memberi hormat kepada Lico.
Lico langsung menutup pintu tersebut.
"Gawat Tuan. Seperti nya Tuan besar sangat cepat bereaksi. Tuan besar ada di bawah sekarang."
"Biarkan saja. Sebentar lagi pintu itu juga akan terbuka." Tepat hanya hitungan detik pintu itu terbuka tanpa di ketok.
Lico dengan cepat membungkuk memberi hormat.
Kini Jasson berdiri sambil menatap Pria paru baya yang semakin mendekat ke arahnya.
"Bagaimana kabar mu?"
"Seperti yang Papa lihat." Jasson kembali duduk.
"Kau pasti sudah tau maksud kedatangan Papa kesini dari sekertaris mu ini kan?" Tanya Janes sambil menatap Lico.
"Hemm."
"Tidak ada alasan menolak jas, karena Pernikahan akan diadakan minggu depan. Di Hotel yang baru diresmikan."
" Apa? Yang benar saja Pa.
Minggu depan?"
"Supaya kamu tidak kabur dan memikirkan cara untuk menggagalkan pernikahan. Kali ini kau tak boleh menolak Jas. Apa kau tidak kasihan dengan mama?"
"Pa jangan mengancam ku dengan membawa bawa mama!"
"Papa tidak mengancam tapi mama yang mengatakan nya. Pulang lah sudah 3 tahun kau berada disini. Apa kau tidak merindukan mama?"
Aku sangat merindukannya.
"Papa tidak peduli dengan pendapat kamu. Tapi yang jelas pernikahan ini akan berlangsung. Papa sudah menyiapkan pesawat pribadi untuk mu. Besok kau harus berangkat!"
Dengan cepat Janes melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.
Jasson terdiam sesaat.
Dia juga sepertinya akan mengalah kali ini.
Ini sudah kali ke-lima Papanya merencanakan pernikahan.
Dia juga sangat merindukan sang mama. Perempuan yang sangat dia cintai.
"Lico apa hari ini ada meeting?"
Dengan wajah biasa Jasson berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya.
Kenapa dengan Tuan muda tidak biasanya dia bereaksi seperti ini. Apa yang sebenarnya dipikirkannya.
"Ada Tuan."
Kini Lico mendekat ke arah Jasson.
"Apa sebenarnya yang direncanakan Tuan muda?"
Jasson menatap Lico dengan tatapan tajam nya.
"Hem tidak. Eh hanya ada satu meeting untuk hari ini Tuan. Pukul 19.00 nanti.
Jika tidak ada yang Tuan sampaikan lagi, saya akan segera pergi."
Seperti nya tuan muda akan menyetujui semua ini. Aku jadi kasian dengan gadis yang nantinya akan dinikahi Tuan muda.
"Ayah Bunda, Gita datang membawa bunga kesukaan ayah Bunda. Lihat cantik kan?
Ayah Bunda minggu depan Gita akan menikah. Sebenarnya Gita senang dengan kata Pernikahan tapi bukan cara seperti ini.
Gita ingin menikah dengan laki laki yang Gita cinta dan mencintai serta menyayangi Gita. Bukan malah menikah secara terpaksa dengan cara yang salah."
Gita meletakkan bunga yang ia pegang lalu mengusap usap batu nisa almarhum ayah Bunda nya.
"Gita benar benar tidak kuat hidup sendiri. Kenapa Ayah Bunda meninggalkan Aku secepat ini kenapa dulu Aku tidak ikut pergi bersama kalian. Kenapa hanya Aku yang selamat."
Suara tangis kini mulai kencang gadis cantik itu meletakkan kepalanya di atas batu nisan sambil menangis sepuasnya.
Menceritakan semua yang ia rasakan kepada batu nisan.
👣👣👣
"Ceroboh!! Menangani kasus kecil saja tidak bisa. Apa kau ingin mempermalukan ku di meeting tadi hu?" Melemparkan sekumpulan kertas tepat di wajah pria yang duduk berlutut di depannya.
"Tuan ampuni saya. Saya tidak sengaja Tuan. Tolong ampuni saya."
"Lico lakukan tugas mu!"
Plak plak plak
Dengan kuat Liko menampar pria yang berada di depannya.
"Jangan menampakkan wajah mu lagi di perusahaan ini. Kamu di pecat!"
"Tuan tuan kumohon jangan pecat saya! Jika saya di pecat tidak akan ada perusahan yang menerima saya. Bagaimana nasib keluarga saya?"
"Berani kau bicara!"
Jasson menatap Lico.
"Ayo cepat keluar sekarang. Jangan memancing kemarahan Tuan muda."
"Tuan kumohon... Ampuni saya."
Krang gelas yang tadinya utuh di atas meja kini menjadi serpihan di atas lantai.
"Hei, apa perlu aku yang menyeret mu?"
Kini Jasson berdiri.
"Cepatlah jangan mempersulit ku." Lico menyeret paksa pria tersebut hingga keluar ruangan segera Lico menutup pintu.
"Berdiri!!"
Dengan cepat pria itu berdiri.
Bukk Bukk dua tonjokan dengan ringan melayang pada kedua pipi pria tersebut.
"Apa kau lupa dengan siapa kau berhadapan? Apa otak mu tidak di pake lagi? Kenapa kau mempersulit keadaan, hu!
Kemasi barang mu dan cepat keluar!!"
Lico kembali membuka pintu dan masuk keruangan Jasson.
"Maaf kan saya Tuan yang sudah lalai.
Hal ini tidak akan terulang lagi." Lico menundukkan kepalanya.
"Sudahlah... Persiapkan semua yang penting untuk penerbangan ku besok pagi."
"Baik Tuan."
Sebenarnya hal ini bukanlah hal yang mengejutkan. Sudah sering terjadi. Bahkan lebih parah juga pernah terjadi.
Itulah Jasson Pria muda kejam. Di umur 28 ini dia sudah menjabat sebagai CEO bukan baru lagi. Dia menjabat sudah 5 tahun. Dan tiga tahun belakang ini, dia sudah memiliki group sendiri dari usaha dan kerja keras nya.
Bahkan namanya tidak asing di telinga orang karena kehebatannya di usia muda yang memiliki cabang dimana mana. Tak heran juga dengan rumor yang beredar atas sikapnya itu.
Tak seorang wanita yang berani mendekat karena sikap kejam dan angkuhnya.
Dia juga dikenal sebagai pria yang tidak punya hati, arogan dan sangat keras kepala.
Wanita wanita hanya bisa mengaguminya dalam hati masing masing.
Tanpa bisa mendekat untuk menghangatkan hati sedingin es itu.
To be continued...
"kamu benar benar mencintai seseorang ketika kamu tidak bisa membencinya meskipun ia telah menyakitimu"
...Kehilangan seseorang yang kita cintai memang sangat menyakitkan tapi itu bukan akhir segalanya, kita bisa bahagia meski tanpa dia....
...🍁🍁🍁...
Seperti biasa pagi ini Brigitta melakukan pekerjaan nya dengan baik.
"Gita! Apa hari ini kau baik baik saja?"
"Saya baik baik saja Pak." Jawab gita diiringi senyum yang ia paksaan.
"Kenapa? Kamu sepertinya melakukan pekerjaan mu secara tidak ikhlas."
"Apa?" Spontan mulut itu terucap.
"Eh maaf Pak. Saya ikhlas kok."
"Kenapa? Kenapa kau berteriak?"
Kini Efendi mendekat.
Dengan cepat Gita berdiri. "Ada apa Pak?"
Kini Efendi meletakkan tangganya di kening Gita.
"Apa kau sakit? Kenapa wajahmu begitu pucat."
Gita duduk kembali. "Saya baik baik saja Pak. Saya akan melanjutkan pekerjaan saya." Dengan cepat Gita membuka map yang didepan nya.
Efendi hanya menghela nafas dan berlalu pergi.
Efendi ia lah atasan Gita. Pria muda Yang menjabat sebagai Direktur dalam bidang pemasaran. Tak heran dengan wajah tampan dan baik hati dia disukai banyak orang.
Tak jarang juga orang tahu kalau seperti nya Efendi menaruh hati pada Gita. Semenjak Gita pernah ikut meeting dan memenangkan nya dalam presentasi dalam bidang pemasaran Waktu itu.
Efendi awalnya hanya mengagumi kehebatan Gita tapi tak disangka seiring berjalan waktu dan terus bersama dalam kerja, membuat Efendi jatuh hati kepada seorang Gita.
Namun sebaliknya Gita hanya bekerja sebagaimana karyawan lain. Bekerja dan hanya berfokus pada usahanya.
🍀🍀🍀
Hari ini Jasson akan tiba di negara kelahirannya. Orang pertama yang ia temui ialah sang mama tercinta.
Kini wanita itu terbaring lemah di atas tempat tidur dengan tali infus yang melekat di tangannya.
Jasson mendekat dan duduk di pinggiran kasur sambil membelai puncak kepala wanita tersebut.
"Ma Jasson Pulang. Apa mama merindukan jasson."
Wanita tersebut merasakan gerakan dan membuka matanya.
"Jasson..." Kini matanya berbinar melihat siapa yang membelai rambut nya.
"Mama aku merindukan mu."
Kini air mata seorang jasson terjatuh untuk mamanya.
Jasson sangat lemah jika berhadapan dengan mamanya. Dia bukan jasson yang dikenal banyak orang. Jika seorang melihatnya pasti tidak akan percaya akan apa yang dilihatnya.
"Jangan menangis apa kau seorang pria cengeng? Mama baik baik saja."
Kini Monika mengusap pipi anaknya yang basa air mata.
"Mama merindukan anak mama. Kini ia sudah bertambah tinggi, lihat wajahnya semakin tampan dan berwibawa. Kau sudah dewasa sekarang."
Monika tersenyum dan melepaskan tangganya dari pipi jasson.
"Apa kali ini kau pulang untuk menikah? Apa kau sudah setuju?"
Lanjutnya sambil memandang wajah anaknya itu.
"Hem, Jasson datang untuk melihat mama. Karena Jasson sangat merindukan mama.
Apa mama sudah makan?" Jasson mengalihkan pertanyaan karna saat ini dia tidak ingin membahas soal pernikahan.
"Hem, apa kau membawa oleh oleh untuk mama."
Katanya sedikit terpaksa karena anaknya mengalihkan pertanyaan tentang pernikahan.
"Jelas dong ma. Mana mungkin jasson tidak membawa oleh oleh untuk orang yang paling jasson cintai."
🍀
"Tuan, putra anda sudah tiba. Sekarang dia berada di Mansion untuk menemui Nyonya."
" Biarkan dia bebas dulu. Kita lihat apa yang akan direncanakannya pada pernikahan kali ini."
Apa jasson akan kabur? Tapi hal itu tidak mungkin, karena dia sekarang berada dekat dengan Sang Papa.
Atau Jasson akan mengancam dan menakut nakuti gadis yang akan nikahi? Seperti yang telah dia lakukan sebelumnya?
"Gita nanti kita pulang bareng ya! Aku akan mengantar mu."
Efendi langsung berlalu pergi. Dia tidak ingin ada penolakan dari Gita.
"Anak itu kebiasaan. Seenaknya,
mentang mentang dia atasan kita." Kata Jeni temen sekerja Gita yang duduk disampingnya.
Hem, hanya helaan nafas yang Gita keluarkan.
Matahari kini tak nampak tapi bulan kini bersinar untuk menggantikan nya.
Gita masuk kedalam mobil Efendi dengan terpaksa. Jika dia memberi alasan mungkin saat ini dia akan berdiri dan beradu suara dengan Efendi.
Untuk mencegah itu yang nantinya menghabiskan waktu lebih baik Gita mengalah saja.
"Apa kau sudah makan malam?" Efendi memulai obrolan yang dari tadi hanya hening.
"Sudah."
"Sayang sekali padahal aku ingin mengajak mu makan bersama."
"Terimakasih Pak."
"Kenapa kamu begitu formal. Santai saja, ini tidak di kantor panggil saja aku Fendi."
"Tapi saya tida terbiasa. Saya tidak bisa Pak."
"Hem baiklah terserah kamu saja."
Kini mobil itu berhenti tepat di depan kediaman Gita.
"Terimakasih Pak sudah mengantar saya. Maaf merepotkan."
Gita menunduk dan keluar dari mobil.
"Tidak sama sekali. Aku malah senang bisa mengantar mu."
Dari kejauhan seorang melihat interaksi antara Gita dan Efendi. Setelah Gita masuk barulah orang itu pergi.
....
"Hari ini Nona Brigitta bekerja seperti biasa dia pulang bersama atasannya. Dan setelah saya selidiki ternyata laki laki itu menyukai nona Brigitta Tuan."
"Bagaimana dengan Brigitta?"
"Nona tidak merespon. Nona mengangapnya sebatas rekan kerja saja Tuan."
" Tetap awasi dia. Jangan sampai ada yang melukainya. Dia harus tetap aman. Jangan biarkan jasson menyakiti nya. Kamu paham!!"
"Paham Tuan." Alvaro membungkuk memberi hormat lalu pergi meninggalkan Janes sendiri.
🍀🍀🍀
"Lico bagaimana, apa perusahaan di negara T masih aman?"
Jasson membaringkan kepalanya di sofa dekat jendela kaca.
"Semuanya aman Tuan." Lico berjalan mendekat sambil memegang map di tangannya.
"Ini data data tentang gadis yang akan menikah dengan Tuan."
Jasson menegakkan kepalanya dan menerima map tersebut.
Jasson membolakkan matanya.
"Apa ini?! Apa Papa serius mau menikah kan ku dengan wanita kampungan ini?"
Jasson membalikkan setiap lembaran.
"Apa kau tidak salah orang?"
Tangan dan mata masih fokus pada lembaran kertas.
"Itu memang data wanita yang akan menikah dengan Tuan. Saya tidak salah orang Tuan."
"Apa apaan dia mau di jual. Wanita macam apa ini. Wanita murahan!"
Karena harta dia menerima menikah denganku? Dimana harga dirinya sebagai wanita?"
Batin Jasson.
"Saya juga heran kenapa Tuan besar memilih nona Brigitta. Padahal wanita sebelumnya semua dari keluarga terpandang dan berkarir tinggi. Ini sangat jauh diantara mereka." Kini Lico mendekat ke arah Jasson.
"Tapi tuan, seperti nya dia berbeda. Dia bukan wanita murahan seperti yang anda katakan. Dia bukanlah wanita yang menebar pesona, dia juga wanita baik dan manis"
"Diam lah jangan memujinya apa papa yang menyuruh mu?"
Jelas jelas tertulis, dia dijadikan sebagai jaminan atas perusahaan milik kakaknya,
Untuk mendapat kembali perusaahan terpandang. Dan Brigitta menyetujui nya.
"Tidak tuan. Sebenernya nona terp.."
"Sudahlah pikirkan rencana untuk menggagalkan pernikahan. Aku tidak sudih menikah dengan wanita murahan ini." Map yang tadinya ditangan terlempar kasar ke atas meja.
"Tapi tuan. Itu tidak akan mudah dan tidak akan mungkin."
"Apanya yang sulit ini bahkan kau sendiri yang menangani juga bisa." Tidak seperti wanita sebelumnya wanita dari keluarga keluarga yang terpandang dan berkarisma. Harus Jasson yang bertindak untuk menggagalkan.
Namun kalau wanita ini jasson menyerahkan pada Lico.
.
"Tuan hari ini nona akan datang ke mansion untuk menghadiri acara makan malam yang diselenggarakan tuan besar. Apa anda akan hadir?"
"Kamu sudah tau jawabannya. Pergilah pikirkan cara untuk membatalkan pernikahan ini."
Lico langsung menunduk dan pergi.
🍀🍀
Brigitta berdiri di depan pintu kontrakan sebelumnya ada yang mengetuk. Setelah ia buka ternyata orang orang bertubuh besar dan berjas hitam tengah berdiri di hadapannya.
"Ada apa? Siapa kalian?" Dipastikan saat ini Brigitta takut setengah mati. Apalagi melihat wajah wajah yang memandangnya sangat tajam. Namun tak berapa lama orang yang pernah dilihat juga ada disana.
Apa dia akan membawaku sekarang. Aku belum siap apa apaan ini?
"Nona ikutlah dengan kami! Tuan besar sudah menunggu anda!"
Menunggu? Tuan besar? Ada apa ini?
"Apa maksud anda?"
"Ikut lah dengan saya anda akan tau setelah Anda sampai disana." Ucap Alvaro mendekat.
"Tidak aku tidak mau. Jangan macam macam saya bisa saja meneriaki kalian agar di kepung warga."
"Nona. Kami tidak bermaksud jahat ikut lah dengan kami. Pak Bisma sudah mengizinkan Kami untuk menjemput Anda."
Mendengar nama itu akhirnya dengan terpaksa. Gita menutup pintu kontrakan nya dan mengikuti para pria tersebut.
Sebelum nya Brigitta di bawa ke spa untuk melakukan perawatan dan di dandani secantik mungkin. Setelah itu barulah mereka pergi ke mansion.
..
Setelah turun dari mobil alangkah terkejutnya Brigitta melihat pemandangan di depannya.
Astaga besar sekali. Sebenarnya untuk apa aku kesini. Dan berdandan seperti ini?"
"Nona mari!" Kata Alvaro membuyarkan lamunan Gita.
Dengan cepat Gita mengekor dari belakang.
Wah wah mata Brigitta serasa sangat nyaman memandangi sekelilingnya yang tampak seperti berada di sebuah istana.
Kini Brigitta sampai di meja yang sangat panjang yang berisikan banyak makanan mata Brigitta berhenti di mata yang menatap dirinya. Pria paru baya yang duduk di kursi depan besar itu.
"Brigitta kemari!!" Janes dengan suara berat terseyum melihat Brigitta.
Dengan cepat Brigitta sedikit berlari mendekat sambil menundukkan kepala.
Apa pria ini yang akan menikah denganku? Batin Gita.
"Duduklah jangan menunduk seperti itu."
"Baik Tuan." Dengan cepat Gita duduk dan menatap ke arah depan tampa berani menatap pria di samping nya.
"Saya sudah mendengar semua tentang mu. Apa kau benar benar bersedia untuk menikah dengan putra saya?"
Dengan cepat Gita memalingkan wajahnya menatap Janes.
Apa? Putra? Jadi bukan dia dan bukan pria tadi?
Kini mata Gita mencari sosok laki laki yang akan menikah dengan nya.
"Dia tidak disini. Sedang ada meeting, mungkin dia akan terlambat datang." Ucap Janes seperti tau apa yang di cari Brigitta.
Gita hanya tersenyum dan diam menatap depannya.
"Jadi Bagaimana apa kau setuju dengan pernikahan ini?"
To be continued....
🍁Jangan lupa like and vote ya guys 🍁
"Jadi Bagaimana apa kau setuju dengan pernikahan ini?"
Brigitta hanya bisa menganggukan kepala sambil tersenyum paksa.
"Mari makan dulu. Mungkin kau sudah lapar. Jasson pasti akan lama jadi kita makan duluan saja!" Kata Janes setelah tadi Alvaro membisikkan kalau jasson tidak akan datang.
Setelah makan Janes mengajak Gita duduk di ruang utama.
Gita sedikit was was dan Canggung berada disana.
"Jangan terlalu tegang saya tidak sejahat seperti yang kau pikirkan. Saya calon mertuamu, mana mungkin saya mencelakakan calon menantu ku."
Gita hanya tersenyum sambil memandangi ruangan tersebut. Matanya terhenti saat melihat foto keluarga yang tergantung di dinding ruangan tersebut.
Dia melihat 5 orang berada di foto. Seorang wanita cantik yang sudah lanjut usia duduk di kursi. Di belakang nya ada laki laki muda tampan menggandeng seorang wanita cantik dan diantara mereka ada sepasang suami istri.
Melihat itu Janes berdiri dan mendekat ke arah foto.
"Kemari lah!"
Dengan cepat Gita berdiri dan melangkahkan kakinya mendekat.
"Ini foto 10 tahun yang lalu. Ini Almarhum ibu. Tepatnya Omanya Jasson." Tunjuk nya pada wanita yang duduk di kursi.
"Ini Jasson dan Morisa mereka anak kebanggaan kami."
Tunjuk Nya pada laki laki tampan dan gadis cantik.
"Dan ini saya waktu itu saya masih muda dan tampan bukan? Sekarang sudah Tua berkeriput." Gita menatap pria yang disampingnya.
Keriput apanya? Wajahnya terawat dan masih terlihat muda.
"Dan ini istri saya. Saya sangat mencintai nya."
"Dimana mereka Tuan? Sedari tadi aku tidak melihat mereka." Brigitta memberanikan diri lalu memalingkan wajahnya menatap kembali pada foto tersebut.
"Jangan panggil Tuan. Sebentar lagi saya akan menjadi mertuamu panggil papa saja. Kau mengerti!"
"Baik Pa." Sangat mudah tapi sedikit bergetar.
"Morisa saat ini sedang kuliah di negara B satu tahun lagi dia akan menyelesaikan kuliahnya. Dan Istri saya Dia, em dia berada di kamarnya."
"Di kamarnya?" Brigitta keceplosan dan langsung menutup mulutnya.
"Hem, dia sedang sakit. Sudah 4 tahun dia dirawat. Tidak pernah keluar mansion lagi."
Brigitta jadi merasa sedih. Entahlah jika seseorang merasa sedih akan seseorang yang dicintai, Brigitta serasa teringat pada Ayah Bundanya orang yang sangat ia cintai.
"Apa kau ingin menemuinya?"
Brigitta dengan cepat menatap Janes.
Dia jadi tidak enak hati sudah mengatakan itu.
Karena tidak ada respon akhirnya Janes mengajak Gita ke kamar Istrinya.
Gita terkejut dan menutup mulutnya. Wanita cantik pucat berbaring lemah di atas tempat tidur dengan infus melekat di tangganya.
"Sayang..."
Wanita itu membuka matanya.
"Hem." Katanya sabil tersenyum.
"Lihat siapa yang aku bawa untuk mu." Janes menyuruh Gita untuk mendekat.
"Siapa dia Pa? Cantik sekali."
Brigitta tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
"Dia calon mantu kita. Cantik bukan? Apa kau suka?"
"Hem, sini nak mendekat lah aku ingin menyentuh pipi yang manis itu."
Janes berdiri dan membiarkan Gita mengambil posisinya.
"Imut sekali. Siapa namamu?
Brigitta Bu."
"Nama yang bagus coba panggil Mama pasti akan lebih bagus."
Gita menatap Janes seperti menayangkan apa maksud nya.
"Panggil isteri saya dengan sebutan Mama." Katanya sambil tersenyum.
Brigitta menatap kembali wanita di depannya.
"Namaku Brigitta M-a." Ucapnya gugup
"Manis sekali. Kenapa kamu begitu cantik. Aku jadi merindukan Morisa."
"Sayang, aku pergi dulu. Kalian bicara saja. Tapi ingat jangan lama lama. Kamu harus banyak istirahat. Brigitta tolong jaga mama ya!"
"Iya Tu- ia Pa." Jawabnya sambil tersenyum.
Janes akhirnya pergi dan menugaskan satu asisten untuk berjaga di depan pintu.
Setelah bercerita banyak akhirnya Monika tertidur sangking asiknya mendengar setiap ucapan Brigitta.
Gita pun akhirnya keluar kamar dan segera asisten tadi mengikuti Gita dan menghantar nya sampai di depan pintu mobil.
"Nona masuklah Anda akan di antar sampai rumah dengan selamat."
Tanpa ber basa-basi Gita masuk dan benar saja di dalam sudah ada supir yang langsung menyalakan mobilnya.
Selama di perjalanan Gita memikirkan semua ucapan calon mama mertuanya itu.
Tak terbayangkan senyuman indah terpancar dari wajahnya.
"Sudah lama sekali aku tidak merasakan kebahagian ini. Bunda lihat lah ada wanita seperti dirimu. Baik dan mudah senyum."
"Apa pernikahan ini tidak seperti yang kubayangkan? Apa pernikahan ini adalah kebahagiaan? Kuharap pernikahan ini adalah kebahagiaan."
Gita mengingat ucapan mertuanya, 'Jasson anak yang baik dan penyayang. Dia anak yang perhatian' Kalimat itu membuat Gita tidak sabar untuk melihat secara langsung bagaimana sosok jasson itu.
...
"Bagaimana Lico. Apa acara untuk besok sudah dibatalkan?"
Lico sedikit menunduk selama ini dia tidak melakukan apapun untuk menggagalkan pernikahan. Karena setiap Lico menghampiri Gita, dia selalu di jaga oleh asisten Janes secara diam diam.
"Kenapa kamu diam. Apa kau tidak mendengarkan ku bicara?"
"Maaf Tuan aku.."
"Apa, Maaf? Kenapa ada kata itu. Apa kau tidak bisa mengurus satu gadis saja?"
Bruk...
Pukulan pada meja tersebut bergema di dalam ruangan.
"Tuan tenang lah saya akan jelaskan. Asisten Tuan besar sangat banyak
Saya tidak bisa masuk untuk menggertak nona. Semua sudah dibawah kendali Tuan Janes."
"Dasar tidak becus! Kenapa tidak memberi tahuku? Besok adalah hari H gimana caranya menyelesaikan ini semua hu? Dasar tidak berguna!" Jasson keluar sambil membanting pintu dengan sangat keras.
Dengan cepat Lico mengejar Tuannya yang sedang mengamuk.
"Tuan Anda mau kemana?" Tanya Lico menghentikan gerakan Jasson saat memegang handle mobil.
"Mencari gadis murahan itu?"
"Memang nya anda tahu dimana nona?"
"Dia ada dimana?" Eh malah..
"Dia sedang bekerja Tuan."
"Dimana?"
"Tuan tenang kan diri anda dulu saya akan menghantar anda kesanah. Bila perlu saya akan membawanya kesini. Tapi jangan seperti ini. Bayak mata mata dari Tuan Janes. Sangat sulit untuk bertemu gadis itu."
Kini Jasson melihat sekeliling dan benar saja dibalik sana ada beberapa pria yang me mata-matai nya.
"Apa papa sudah gila?" Jasson mengambil handphone dari saku celana.
"Halo Pa."
("....")
"Biarkan Lico menjemput calon istri ku. Aku ingin bicara dengannya."
("...")
"Papa tenang saja aku tidak akan macam macam."
("....")
"Papa kenapa, aku hanya ingin berkenalan dengan nya. Bukan kah besok aku akan menikahinya?"
("....")
"Baik."
Jasson membuka pintu mobilnya.
"Tuan anda mau kemana?"
"Bawa gadis itu ke apartemen. Aku akan menunggu disana."
"Tapi Tuan."
"Jangan banyak bicara, lakukan saja perintah ku!! Papa mengizinkannya. Tidak ada mata mata lagi. Cepat pergilah!!"
"Baik tuan." Lico menundukkan kepalanya Sampai mobil Jasson tidak terlihat lagi.
Sebenarnya apa yang anda rencanakan Tuan?
"Kenapa kesini Tuan? Bukannya kita akan bertemu dengan Papa Janes?"
"Nona akan bertemu dengan Tuan Jasson. Mari ikut dengan saya."
Benarkah apa aku akan bertemu dengannya sekarang? Seperti apa dia?
Gita tersenyum mengikuti langkah kaki pria yang tidak dikenalinya. Tadinya pria itu memaksa untuk ikut dengannya.
Sebelumnya ia mengatakan bahwa Tuan Janes yang mencari nya tapi setelah sampai tujuan malah berkata kalau calon suaminya yang akan menemuinya.
Kini Brigitta duduk di sofa ruangan utama apartemen tersebut.
Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat dari arah belakang.
Sontak Gita berdiri dan membalikkan badannya menatap pria tampan yang kini berjalan mendekat ke arahnya.
Tersenyum
Tampan dan gagah sekali. Sangat berbeda dengan yang difoto. Tapi kenapa tatapannya, wajahnya sangat menyeramkan seperti itu. Tidak sama seperti yang dikatakan mama monik.
Kini Jasson duduk di sofa sambil menatap gadis yang masih bengong menatap nya.
"Saya tau saya tampan, tapi jangan sampai aku melihat mata itu terus melotot!"
Brigitta menelan salivanya. Sungguh suara berat itu membuat nya merinding.
Brigitta hendak duduk kembali.
"Siapa yang menyuruh mu duduk. Tidak tau sopan santun!"
Gita segera menaikkan kepalanya menatap pria tersebut.
Astaga kenapa dia se menyeramkan ini?
"Kenapa? Kau berani menatap ku lagi?"
Kini Gita menundukkan kepalanya.
"Kemari!!"
Gita melangkah kan kakinya mendekat.
Kini jantungnya berdetak kencang sangking takutnya.
"Berlutut sekarang juga!"
Entahlah Gita tidak berpikir lagi langsung duduk di lantai tepat di depan kaki jasson.
Tangan jasson kini menarik dagu Gita
"Kenapa kau setuju menikah denganku hu?" Jasson sudah tau tapi dia ingin mendengar langsung dari orangnya.
"A- Aku terpaksa." Katanya tapi mata nya tak mampu untuk memandang orang di depannya.
"Terpaksa? Pandai bersandiwara." Jasson menghempas hingga Gita tersungkur di lantai.
Kini air mata lolos tanpa izin dari kelopak mata indah itu.
"Kau menagis? Aku baru memulai pemanasan kau sudah menagis? Cengeng." Kini jasson menatap lekat gadis yang tersungkur di lantai.
"Kau tau jika kau menikah denganku. Aku akan lebih kejam dari ini. Mungkin saja kulit mu yang mulus ini akan menjadi kasar, wajah mu yang putih ini akan hitam dan rambut mu ini akan menjadi kribo habis."
Jasson seolah olah membayangkan bagaimana semua itu akan terjadi. Sangatlah lucu pikirnya.
Brigitta kini merapikan posisinya dan berkata. "Kenapa anda kejam sekali?"
"Lico pertanyaan apa ini? Bahkan dia tidak mengenalku. Tapi dia dengan mudah mau menikah dengan ku."
Lico tersentak dan memandang Tuannya itu.
"Apa kau berani menikah denganku. Tiap hari aku akan menyakiti mu. Membuat air mata mu berhamburan sampai habis. Tiap hari aku akan meninggalkan bekas pukulan di tubuhmu. Apa kau mau?"
Masih dengan tertunduk Gita menggeleng gelengan kepalanya.
"Jadi sekarang apa mau mu? Apa kau masih mau menikah denganku!!"
Suara lantang itu bergema membuat dua orang yang berada disana seperti terseyat akan kata kata yang membuat terkejut.
Hening dan kini suara isak tangis sudah terdengar.
"Hei gadis bodoh apa kau mendengar saat aku bicara?"
Kini tangan Jasson mencekam kuat pipih Gita.
"Apa sesakit itu? Hingga kau tampak terlihat menyedihkan?" Jasson melepas cengkraman nya dan menatap Gita tajam.
"Lihat aku! Apaa kau ingin menikah denganku?"
Gita memberanikan diri menatap mata tajam itu.
"Ya, aku akan menikah dengan Anda."
Jawaban yang seketika membuat Lico panik namun Jasson malah menyeringai dengan mata menyepelekan.
"Lihat lah Lico, betapa rendahnya dia. Bahkan setelah aku menyakiti dan mengancamnya dia malah tetap akan menikah denganku." Kini Jasson mendekatkan wajahnya menatap Gita.
"Apa kau sungguh menggilai kekayaan keluarga ku. Samapi merelakan harga diri dan tubuhmu untuk disakiti. Cih betapa murahnya dirimu."
Kini jasson membenarkan posisi duduknya. Lalu menatap Gita.
"Jangan jangan selama ini kau sudah melakukan hal menjijikkan di luar sana. Menjual dirimu untuk uang dan setelah dirimu tidak bersih lagi kau berani mendekati keluarga ku. Hanya karena uang?
Apa orang tuamu mengajarkan mu melakukan hal itu?
Oh, atau orangtuamu mewarisi sifatnya untuk mu?"
Plak..
Tamparan yang membuat Lico terkejut bahkan jasson juga menatap tajam mata itu.
"Apa yang anda lakukan nona." Kata lico dari sebrang sana kini jantungnya tidak karuan.
"Apa kau tidak ingin hidup lagi? Lico lakukan tugas mu!" Sebelum Lico melangkah kan kakinya Brigitta langsung berdiri sambil merapikan pakaian dan rambutnya.
"Cukup ya! Aku sedari tadi menahan semua hinaan mu terhadap diriku. Tapi aku tidak akan diam jika kau menghina orang tua ku. Kau pikir sehebat apa dirimu hu?" Kini Gita sudah hampir kehabisan suaranya.
"Dengar baik baik jika bukan karena ancaman kakakku, aku juga tidak sudih menikah dengan pria angkuh seperti mu! Yang bicara tampa ada bukti yang jelas, yang bisanya mengarang tampa mengetahui yang sebenarnya. Kau..."
"Diam!!! ....
To be continued....
🍁 Jangan lupa like and komen ya guys 🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!