NovelToon NovelToon

Adik Kandungku Melahirkan Anak Suamiku

Awal petaka

Sebut saja namaku Ratna, aku wanita muda berusia 20 tahun. Aku sudah menikah dan suamiku membawaku tinggal di kampung halamannya. Aku sangat senang memiliki suami yang kaya raya, baru menikah dia sudah menghadiahiku sebuah rumah yang telah lama aku idam-idamkan. Yang membuatku bertambah cinta, suamiku itu sangat royal pada keluargaku. Sehingga aku tidak perlu lagi banting tulang berjualan untuk menghidupi keluargaku di kampung, karena sudah diberi jatah yang berlipat-lipat darinya.

Aku menjalani hari-hari baruku dengan penuh suka cita, walaupun ibu mertuaku dan juga anak sambungku tidak terlalu menyukaiku. Aku tidak perduli, karena selain rumahku dan rumah mertuaku yang terpisah, suamiku juga sangat bertanggung jawab.

Setelah setahun aku tinggal dikampung halaman suamiku, aku mendapat kabar jika ibuku meninggal. Saat itu aku sangat sedih tidak bisa pulang menghadiri pemakaman ibu karena kondisiku yang tengah hamil muda dengan kandungan lemah, ya dokter tidak mengizinkanku untuk berpergian jauh karena kandunganku sangat lemah, bahkan beberapa kali aku keguguran sampai kini aku hamil lagi. Akhirnya suamiku yang kesana, dia yang mengurus semua keperluan pemakaman sampai acara pengajian 7 harian selesai. Saat itu aku senang dan merasa sangat bersyukur memiliki suami yang pengertian dan juga sigap dalam hal apapun.

Saat itu aku tidak menaruh curiga sedikitpun pada Puja dan juga mas Ilyas. Walaupun sebenarnya, ada rasa khawatir, karena mereka dirumah orang tua ku hanya berdua. Tapi entah aku yang terlalu bodoh, atau terlalu percaya, sehingga aku tak pernah sedikitpun menaruh rasa curiga. Aku tidak tahu jika itu akan menajadi awal mula petaka rumah tanggaku dengan mas Ilyas, aku tak pernah menyangka Puja akan menjadi duri didalam rumah tangga kami. Aku juga tidak pernah ingin itu terjadi, kebaikan dan juga kepolosanku dimanfaatkan oleh mereka untuk berselingkuh dibelakangku.

Setelah itu dia kembali pulang dengan membawa adikku satu-satunya, sebut saja namanya Puja, usianya saat itu baru 16 tahun. Memang aku yang meminta suamiku untuk mengajak Puja tinggal bersama kami, karena kami sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, ayah sudah lama meninggal lalu disusul ibu. Puja sudah tidak sekolah semenjak lulus sekolah dasar, dia memilih ikut bekerja dengan tetangga kami menyanyi dari kampung ke kampung sebagai biduan. Sebenarnya Puja sempat menolak diajak ke kampung suamiku, tapi aku meyakinkannya bahwa disini hidupnya akan lebih terjamin, karena suamiku bukanlah tipe pria yang pelit. Akhirnya dia setuju.

Hari-hariku berjalan dengan sangat baik, kedatangan Puja membuatku merasa terbantu, karena dia anak yang sangat cekatan membantu pekerjaanku dalam mengurus rumah tangga, Namun yang ku sesalkan, aku tidak dapat memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri karena lemahnya kandunganku. Untungnya suamiku sangat pengertian jadi aku merasa lega karena baginya itu tidak terlalu penting.

Sampai pada suatu malam aku bertanya iseng padanya.

"Mas, kok kamu kuat puasa selama 5 bulan?" tanyaku.

"Ya kenapa enggak kuat, kan udah ada Puja" jawabnya.

Aku memasang wajah serius namun sedetik kemudian dia tertawa.

"Serius banget muka kamu, aku cuma bercanda" ucapnya sambil mengelus rambutku.

Aku sudah menduga suamiku itu pasti sedang bercanda, tidak mungkin dia menghianatiku karena dia sangat setia dan juga kecantikan serta kemolekan tubuhku tidak akan membuatnya berpaling melirik wanita lain.

2

Semakin hari suamiku dan Puja adikku terlihat semakin akrab, mereka sering main badminton bersama, kadang terlihat ngobrol-ngobrol sambil tertawa ria, tapi tak sedikitpun aku curiga. Sebab suamiku selalu bilang kalau dia menganggap Puja sudah seperti adik kandungnya sendiri. Kadang-kadang jika sedang ada keperluan, suamiku yang selalu mengantar Puja karena Puja tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Sampai suatu ketika saat aku baru pulang dari pasar , aku memergoki adikku yang tengah berlenjeh manja sambil menonton film di handphone suamiku. Mereka tengah asyik dan serius menonton film itu. Aku merasa penasaran, lalu ku rebut paksa dari tangan suamiku. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat film yang sedang mereka tonton ternyata film porn* yang menampilkan adegan menjijikan.

"Mas, kamu ngapain sih nonton film kayak gini? sama Puja lagi!'' ucapku dengan nada tinggi.

"Sayaang, ini cuma film. Aku lagi kasih edukasi ke Puja supaya dia enggak terjerumus ke dalam pergaulan bebas." kata suamiku.

"Iya kak, tadi mas Ilyas cuma ngasih edukasi sama Puja" Puja menimpali.

"Tetep aja ini salah!" ucapku tak terima.

Suamiku langsung membawaku masuk ke dalam kamar, lalu mencoba merayuku sedemikian rupa, bodohnya saat itu aku percaya saja dengan ucapannya.

*******

Bulan berlalu semenjak kejadian itu kehamilanku sudah memasuki usia 9 bulan. Sore itu mas Ilyas baru saja pulang dengan wajah sumringah, aku memergokinya membawa paperbag yang entah apa isinya dan meletakkannya di atas lemari. Saat hendak keluar kamar dia terlihat kaget melihatku sudah didepan pintu.

"Mas, kamu udah pulang?" tanyaku pura-pura tak tahu.

"Eh, iya sayang hari ini kerjaan cepet beresnya." jawabnya. Terlihat sekali semburat kegugupan dari wajahnya, namun dia berusaha menutupi kegugupan itu dengan memegang perut buncitku dan mengajak bicara jabang bayi kami.

"Ya udah sayang, mas mandi dulu ya?" ucapnya.

Aku mengangguk. Dia berjalan memasuki kamar mandi, buru-buru aku memeriksa paperbag yang tadi di sembunyikan diatas lemari. Aku sangat penasaran, apa sih isinya?

"Hah!? ini punya siapa? dan buat apa?" ucapku tak percaya saat melihat isi didalam paperbag itu. Lingery sexy berwarna merah yang tentunya biasa digunakan pasangan untuk bercint*.

"Mas ini apa?!" todongku saat melihat mas Ilyas sudah selesai mandi.

"itu,, eh kamu dapat dari mana?" jawab mas Ilyas gelagapan.

''Dari atas lemari! ini buat apa? punya siapa?!" tanyaku sambil melempar baju haram itu ke dada suamiku.

Untuk sesaat suamiku terlihat kebingungan, namun kemudian dia tersenyum sambil mendekatiku.

"Ya ini buat kamu lah sayang, kan kamu mau lahiran, jadi bagus kalau kita sering melakukannya, biar gampang" ucapnya merayuku.

"Jangan bohong kamu mas! mana muat aku pake baju ini!" ucapku dengan tatapan nyalang.

"Oh ya ampun, aku lupa bilang sama penjualnya tadi kalau buat wanita hamil, tadi itu aku buru-buru sayang, udah ya kamu jangan marah. Beneran ini buat kamu sayang" mas Ilyas terus membujukku dengan semua rayuan maut dan tipu dayanya. Lagi-lagi aku percaya dan berfikiran positif, walau dalam lubuk hatiku masih merasa janggal.

Malam harinya aku tidur lebih awal, sebab aku sangat capek menyetrika pakaian-pakaian baju calon anakku. Ya, di usia yang sudah memasuki 9 bulan aku sudah mulai prepare menyiapkan segala keperluanku untuk melahirkan.

Tengah malam aku terbangun, saat merasakan haus yang teramat sangat, aku melihat suamiku tidak ada disampingku.

'Kemana mas Ilyas? ah mungkin sedang ke loging" batinku.

Aku beranjak untuk kedapur, namun saat melewati kamar Puja aku mendengar suara ******* dan erangan-erangan kecil. Ku tajamkan pendengaranku. Benar itu suara ******* orang yang sedang bercinta. Perasaanku jadi tidak enak, siapa yang bersama Puja didalam? pikiranku traveling kemana-mana. Baru saja aku hendak mengetuk pintu kamar Puja, tiba-tiba saja perutku terasa sangat sakit, aku kontraksi.

3

Aakkhh!! Aku memekik kesakitan. Sepertinya air ketubanku sudah pecah, karena aku merasakan ada air yang merembes di kakiku.

"Dek,tolong... tolong kakak dek, perut kakak sakit" aku berteriak meminta pertolongan pada Puja. Tapi pintunya belum juga terbuka.

"Dek, tolong kakak dek, perut kakak sakit kayaknya mau lahiran!" aku kembali berteriak meminta pertolongan sambil menggedor-gedor pintu kamar Puja. Entah apa yang sedang dilakukan Puja di dalam, sekian menit menunggu tak kunjung membuka pintunya.

10 menit kemudian, Puja baru membuka pintu kamarnya, aku sedikit merasa heran dengan rambutnya yang berantakan dan juga banyaknya bercak merah dilehernya itu yang terlihat seperti bekas hisap*n. Namun karena rasa sakit yang terus mendera mengalihkannya pada situasi darurat saat ini. Aku meminta Puja untuk membantuku, namun tiba-tiba mas Ilyas datang dari arah ruang tamu.

"Sayang, kamu kenapa? mau lahiran ya?" wajahnya terlihat sangat khawatir saat itu. Tapi mataku malah menangkap satu kejanggalan.

'Kenapa mas Ilyas memakai baju terbalik?' batinku.

Namun rasa yang sakit terus menyerang membuatku tak menghiraukan kejanggalan-kejanggalan itu. Sampai pada akhirnya malam itu aku dilarikan kerumah sakit terdekat. Alhamdulillah aku melahirkan secara normal, aku dan bayiku selamat tanpa kendala apapun. Bayiku berjenis kelamin laki-laki, dia sangat tampan seperti mas Ilyas. Bayi lelakiku itu ku beri nama Ikhsan. Aku sangat bersyukur atas kelahiran Ikhsan, aku merasa sangat bahagia.

Karena kesibukanku mengurus baby Ikhsan, aku sampai terlupa dengan kejadian malam itu saat aku mendengar suara-suara aneh dari kamar Puja. Saat ada kesempatan, aku langsung menanyakannya pada Puja.

"Dek, kakak boleh masuk?" tanyaku saat melihat Puja sedang rebahan dikasurnya.

"Iya boleh kak, sini masuk aja" katanya.

"Em, ini sebenarny kakak mau tanya soal kejadian waktu malam-malam saat kontraksi mau melahirkan." ucapku sedikir ragu.

"Iya, emang ada kejadian apa kak?" tanya puja.

"Malam itu kakak dengar suara ******* dari kamar kamu dek, terus kakak juga lihat banya bercak merah dileher kamu, apa kamu ngelakui....?"ucapanku mengambang di udara, sementara wajah Puja terlihat memerah.

"Maksud kakak apa sih? kakak nuduh aku berbuat yang enggak-enggak?! Kok kakak jahat banget sih!" ucapnya sedikit ngegas.

"Eh, enggak dek, kakak cuma mau mastiin, kalau kamu enggak salah ya tinggal jawab aja dek" kataku.

"Itu.... Puja nonton drakor terus ada adegan ranjangnya, puja enggak tahu kalau bakal ada adegan begitunya, terus ketiduran lupa matiin sama ngecilin volumenya. Kalau soal bercak merah, itu Puja habis kerokan kak, Puja masuk angin." jelasnya.

"Kamu enggak lagi bohong sama kakak kan?". tanyaku memastikan.

"Kakak kenapa sih sama adek sendiri curigaan! Kakak udah gak sayang sama aku? ya udah aku keluar aja dari rumah ini!" ancamnya.

Aku kaget dengan respon Puja.

"Enggak gitu dek, kakak minta maaf ya, kakak cuma enggak mau Puja terjerumus ke jalan yang salah" ucapku sambil membawanya kepelukanku.

"Kakak sayang kok sama Puja, sayaaang banget" ucapku.

Saat itu aku merasa sangat bersalah pada Puja, aku merasa sudah menuduhnya tanpa bukti dan aku merasa jadi kakak yang jahat. Aku sangat menyayanginya jadi memepercayai ucapannya begitu saja. Dan mungkin karena rasa sayangku yang terlampau besar padanya, Puja memanfaatkannya untuk berselingkuh dengan mas Ilyas dibelakangku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!