NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta HOT DUDA

Menyangkal Kenyataan

*Cerita ini hanya fiktif, jangan sangkut pautkan dengan suku, agama atau ras mana pun, mohon dukungannya ya kakak kakak,,,like, favorit jangan lupa, terimakasih, selamat membaca, semoga ceritanya bisa menghibur....

Tepat pukul 7 malam Erik sampai di rumah, setelah seharian lelah bekerja di kantor, namun harapan untuk di sambut hangat oleh sang istri hanya tinggal harapan saja, sang istri Citra tak berada di rumah, entah kemana dia pergi beberapa bulan terakhir ini memang istri kesayangannya itu jarang di rumah.

Erik bahkan menghubungi ponsel istrinya itu puluhan kali, namun tak pernah ada jawaban.

Citra seolah mengabaikan panggilannya begitu saja.

"Kamu dari mana saja sayang, jam segini baru pulang ?" Tanya Erik pada istrinya seraya melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 10 malam itu.

"Aku ada sedikit urusan dengan teman-teman ku," jawab Citra datar.

"Lain kali kalau mau pulang larut, ponsel mu di aktif kan, aku menghubungi mu berkali-kali tapi kamu tak bisa di hubungi," kata Erik lembut sambil berjalan mendekati istrinya yang sedang memereteli perhiasan yang menempel di tubuhnya.

Erik memeluk tubuh Citra dari belakang, samar samar tercium bau parfum khas maskulin di leher jenjang istrinya itu.

"Sayang, apa kamu mengganti parfum mu ?" Tanya Erik seraya menciumi leher mulus istri kesayangannya itu.

"Tidak ! Aku masih memakai parfum yang biasa," kata Citra menjauhkan bahu dan lehernya dari serangan ciuman suaminya yang bertubi-tubi, dan bila di biarkan, serangan Erik itu di pastikan akan menjelajahi ke semua bagian tubuhnya.

Erik hanya bisa menelan saliva nya dan menahan gairah yang di patahkan Citra begitu saja saat itu, lagi-lagi Citra seolah menolak bila di cumbu oleh nya.

Sudah hampir satu bulan ini Erik tak pernah mendapat jatah di ranjang dari Citra, selalu Ada saja alasan Citra menolak bila di ajak berhubungan, entah itu lelah, tidak mood dan lain sebagainya.

Untunglah Erik tak pernah mempermasalahkan hal itu, meski jujur saja dia harus menahan hasratnya, bahkan tak jarang dia harus bermain solo di kamar mandi demi menuntaskan gairah nya yang tak tersalurkan itu.

"Cit, sayang,,, aku rindu !" Bujuk Erik berusaha mendekati dan mencumbu istrinya itu.

"Erik tolong, aku cape, aku ingin istirahat !" Tolak Citra, sang istri yang berumur dua tahun lebih muda darinya itu.

Citra adalah cinta pertama bagi Erik, dia sangat mencintai dan menyayangi wanita yang di pacari nya semenjak mereka kuliah itu, sampai pada akhirnya mereka menikah dan usia pernikahan mereka kini telah berjalan hampir empat tahun lamanya.

Meski mereka belum di beri kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki momongan, mereka tak menjadikan itu suatu masalah besar, toh keduanya sudah pernah memeriksakan diri ke dokter dan hasilnya mereka di nyatakan sehat dan tak ada kendala atau masalah apa pun yang dapat menghambat mereka untuk miliki buah hati.

Erik itu bisa di katakan sangat tergila gila dan ter obsesi pada Citra, wanita cantik yang langsung dia cintai dari pertama kali mereka berjumpa di kampus.

Citra memang junior idola kampus saat itu, dan Erik juga senior yang di gilai banyak wanita karena ketampanan dan kepintarannya, belum lagi Erik yang merupakan pewaris tahta kerajaan bisnis property milik orangtuanya membuat banyak gadis berlomba untuk merebut hatinya, namun sayangnya hati Erik sudah terpaut erat pada sang junior idola kampus yang cantik jelita, sehingga saat mereka memutuskan untuk berpacaran, mereka di nobatkan sebagai pasangan raja dan ratu kampus yang sangat serasi.

Sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk menikah setelah Citra lulus kuliah.

Drrrt,,,,drrrrt,,,,

Suara getar ponsel Citra yang di simpan di meja kecil sebelah ranjangnya meminta untuk di angkat pemiliknya.

Citra membalikkan tubuhnya yang berbaring menyamping sambil membelakangi suaminya itu melirik ke arah Erik,

Setelah di pastikan Erik sudah terlelap, Citra mengendap endap keluar kamar pelan pelan sambil berjinjit agar suara langkahnya tidak membangunkan tidur Erik sang suami.

Erik yang ternyata hanya berpura pura tidur itu lalu membuka matanya, dia mengikuti langkah istrinya secara sembunyi sembunyi, terlihat dari kejauhan Citra berdiri di pinggir kolam renang sedang berbicara dengan ponsel tertempel di telinga nya, wajahnya sumringah, tawa nya tak lepas dari bibir merah yang lama sudah tidak dia sesapi lagi itu, entah dengan siapa dia berbicara dan apa yang mereka bicarakan, yang jelas Citra terlihat sangat bahagia di sepanjang percakapannya yang sudah memakan waktu sekitar lebih dari tiga puluh menit itu, namun masih belum juga selesai .

Bukan sekali dua kali Erik mendapati kelakuan Citra yang seperti itu, bahkan hampir setiap hari Citra juga selalu keluar rumah pagi dan pulang malam hari.

Bukannya tak curiga, hanya saja, setiap kali Erik bertanya, Citra pasti langsung marah dan tak terima, jadi, untuk menghindari pertengkaran, Erik memilih untuk diam.

Meskipun dalam diam nya dia juga tetap mengamati pergerakan istrinya di luar rumah.

Erik mengutus Kemal sang sahabat sekaligus asisten kepercayaan nya di kantor untuk mencari tahu dan membuntuti kemana saja istrinya pergi selama hampir sebulan ini.

"Hmm,," suara dehaman Erik mengejutkan Citra yang sedang asik bertelepon di tepi kolam renang.

Citra buru buru menutup ponsel nya, sikapnya terlihat jelas seperti maling yang baru saja tertangkap basah pemilik rumah.

"Ka- kamu belum tidur Rik?" Gugup Citra berbasa basi.

"Aku terbangun, dan kamu tak ada di sisi ku, aku mencari mu, rupanya kamu di sini!" Kata Erik menyembunyikan kecurigaan di hati nya.

"Ah, itu tadi teman ku yang sedang bermasalah dengan pasangannya, dia ingin curhat pada ku," ucap Citra memberikan alasan yang sudah pasti bohong.

"Hmm, ayo tidur sayang! Ini sudah larut malam," ajak Erik menggandeng pinggang ramping sang istri.

***

"Bos, apa anda yakin tak ingin melihat bukti hasil pengamatan saya pada Nyonya selama ini ?" Tanya Kemal seraya menyodorkan sebuah amplop besar berwarna coklat yang kemudian Kemal geletakkan begitu saja di meja kerja Erik, karena bos nya itu tak mau menerima amplop itu dari tangannya.

"Aku masih belum siap menerima kenyataan," jawab Erik mengusap kasar wajahnya.

"Sampai kapan ?" Kemal yang sudah bertahun tahun mendampingi Erik memang terkadang berperan sebagai kakak dan juga sahabat selain sebagai asisten yang selalu bisa di andalkan Erik dalam hal apa pun.

"Entah lah, aku tidak bisa hidup tanpa dia, aku sangat mencintai nya!" Ucap Erik menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya.

"Lihat lah dulu foto-foto itu, bagaimana pun kamu harus bersikap realistis," saran Kemal.

"Aku bahkan sudah bisa merasakan dan mengetahuinya meski tanpa melihat foto-foto itu, hati ku yakin Citra selingkuh!" Lirih Erik dengan suara sedikit tercekat, seakan menahan perih di dada nya.

"Lalu? Bos hanya akan berdiam diri? Menerima begitu saja?" Cecar Kemal merasa tak habis pikir dengan bos nya itu.

"Aku tak tau! Yang aku lakukan saat ini hanya bisa menyangkal kenyataan," jawab Erik.

"Ayo lah, wake up ! Hadapi kenyataan, jangan malah bersembunyi seperti pengecut," kesal Kemal, dia yang setiap hari melihat perselingkuhan Citra merasa tak terima bila Erik hanya menerima begitu saja kelakuan curang istrinya itu.

"Aku mencintainya, sangat mencintainya, aku akan menerima dan memaafkan apapun yang dia lakukan pada ku, yang penting dia tetap bersama ku!" Tegas Erik, kata katanya terdengar seperti putus asa, rasa cinta nya yang sangat besar untuk Citra sang istri membutakan mata, hati, dan pikirannya, bahkan logika nya seakan tak bisa berfungsi dengan baik bila itu berkaitan dengan sang istri tercintanya, Citra.

Erik tak peduli di bilang bodoh, tak peduli di bilang gila, yang dia tau, dia mencintai Citra tanpa syarat, dia bisa menerima apapun kekurangan Citra, bahkan saat dulu Citra jujur padanya sudah tak suci lagi, Erik tetap tak mengurungkan niatnya untuk mempersunting wanita cantik pujaannya itu.

Bagi Erik, selama dia masih bisa hidup bersama dengan Citra, hidupnya akan baik-baik saja.

Tolong Lepaskan Aku

Hari itu tak seperti biasanya, saat sore hari Erik pulang kantor Citra sang istri sedang menunggunya di rumah, sungguh hal yang sangat langka terjadi, biasanya ketika Erik pulang, hanya rumah yang kosong dan sepi yang dia temui, tak ada sambutan hangat dari istri yang di cintainya.

Perasaan Erik sungguh bahagia bukan main mendapati istri tercintanya menyambut dirinya saat pulang kantor, saat dirinya lelah seharian bekerja, dan kini mendapati wajah cantik Citra yang selalu di rindukannya itu ada di hadapannya saat ini.

Sungguh miris memang, sebegitu bahagianya Erik hanya karena mendapati istrinya ada di rumah saat dirinya pulang kantor, sementara untuk sebagian besar pasangan lain, itu suatu hal yang lumrah dan bukan hal yang istimewa.

"Erik, ada yang ingin aku sampaikan pada mu!" Kata Citra yang kini duduk di ruang tamu menunggu kedatangan suaminya pulang.

"Hey sayang, bahagia banget aku bisa liat kamu di rumah sore sore begini!" Sapa Erik mendekati Citra dan mengecup kening wanita itu dalam.

Sementara Citra hanya diam tanpa merespon apapun yang di lakukan suaminya itu terhadap dirinya, sikapnya hanya dingin seperti biasanya.

"Erik, bisa kita bicara,,,serius?" Pinta Citra seraya menepuk nepuk kursi kosong di sebelahnya mengisyaratkan agar suaminya duduk di sebelahnya.

Erik mengikuti arahan istrinya itu, dia duduk tepat di sebelah Citra, perasaannya sungguh sangat menghangat bisa duduk berdampingan dengan istrinya seperti itu, sudah lama rasanya dia tak duduk santai berdua dengan istrinya, karena kesibukan Citra di luar rumah.

"Apa yang ingin kamu bicarakan, sayang?" Tanya Erik sambil membelai rambut panjang Citra, dia sampai lupa, kapan terakhir kali dia membelai rambut wanita yang selalu membuat dirinya menggila itu.

"Kamu mau mobil baru? Tas baru?" Sambung Erik.

Citra hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Atau kamu mau liburan ke luar negeri lagi? Aku bisa menemani mu kali ini, aku akan mengosongkan jadwal ku khusus untuk menemani mu berlibur," ucap Erik ketika melirik sebuah koper besar teronggok di sudut ruangan.

"Erik, dengar! Aku ingin kita pisah!" Ucap Citra akhirnya, setelah dia mengumpulkan keberniannya untuk mengucapkan kata kata itu beberapa hari belakangan ini.

"Maksudnya, kamu ingin berlibur sendiri lagi, dan kita harus terpisah sementara lagi gitu?" Tanya Erik polos.

"Erik, aku ingin kita berpisah, bercerai!" Tegas Citra.

"Citra, sayang,,, apa maksud mu? Ada apa ini? Katakan, apa aku berbuat salah pada mu?" Erik terlonjak dari tempat duduknya.

Bagai di sambar petir, Erik sungguh terkejut mendengar keinginan istri tercintanya itu, dia sungguh tak menyangka kalau Citra akan mengucapkan kata kata itu padanya.

"Erik tolong, aku sudah tidak mencintai mu lagi, tolong lepaskan aku!" Pinta Citra menghindari tatapan mata Erik yang mengiba padanya.

"Demi Tuhan jangan katakan itu, katakan apa salah ku! Aku akan memperbaiki semuanya, aku akan melakukan apa pun itu demi kamu, asal kamu tak pergi dari ku !" Mohon Erik dengan mata yang berkaca-kaca.

"Erik aku sudah selingkuh, aku mempunyai laki-laki lain yang aku cintai," kata Citra mengungkap dosanya tanpa perasaan bersalahsama sekali.

Kata kata Citra terasa bagai sayatan sembilu di hati Erik, perih tiada tara, sekuat tenaga Erik menahan rasa sakitnya.

"Aku tau, dan aku sudah memaafkan mu, tolong jangan tinggalkan aku!" Ucap Erik mengiba.

"Aku tidak bisa, aku hanya ingin hidup bersamanya," tolak Citra tak bergeming.

"Kenapa? Aku sudah memaafkan dan melupakan semua kesalahan mu, tapi tolong tetap di sisi ku!" Erik memeluk erat tubuh Citra, seakan takut kalau istri kesayangannya itu meninggalkannya.

"Erik, tolong lepaskan, aku harus pergi, aku tak bisa bersama mu lagi!" Citra meronta ronta melepaskan diri dari kungkungan Erik yang menguasai tubuhnya.

"Tidak akan, aku tidak akan pernah melepaskan mu untuk siapa pun, kamu milik ku !" Pekik Erik semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Citra.

"Erik, lepaskan ! Kamu menyakiti ku, aku sedang hamil !" Teriak Citra, sontak saja Erik langsung mengendurkan pelukannya, dan menatap wajah Citra dengan tatapan bahagia.

"Ka- kamu hamil ?" Tanya Erik terbata-bata.

"Ya, dan itu anak nya, bukan anak mu!" Tegas Citra.

Sejenak pandangan mata Erik gelap seketika, otaknya tak dapat mencerna apa yang di katakan oleh istrinya barusan, Citra hamil dan itu bukan dari benihnya melainkan hasil dari hubungan gelap istrinya bersama selingkuhannya,

Oh tidak, pasti Tuhan sedang bercanda padanya saat ini, empat tahun Erik menanti kabar itu di tengah rumah tangganya, tapi kini dia malah mendapat kabar kehamilan istrinya dengan orang lain, sungguh bercandaan Tuhan kali ini sangat tidak lucu bagi nya.

"Sayang, Citra,,, tolong jangan bercanda!" Ucap Erik dengan pikiran yang sudah kalut dan tak bisa berpikir apapun.

"Aku tidak bercanda, ini serius, aku hamil, dan ini bukan anak mu, tapi hasil dari hubungan ku dengan pacar ku, bukan kah kita sudah lama tidak melakukan hubungaan suami istri?" Terang Citra menegaskan.

"Oke, kalau ini hanya masalah kehamilan mu, tinggalkan pacar mu, dan aku akan menganggap bayi yang ada di perut mu itu sebagai anak kandung ku, aku akan merawat, menyayangi, dan memberikan segalanya untuk anak itu asal kamu tetap bersama ku," lirih Erik.

"Erik,,, dengarkan aku baik baik, aku sudah tidak mencintai mu, aku mencintai ayah dari bayi yang ku kandung ini, dan aku bahagia bersama dia, apa kamu tak ingin melihat aku bahagia?" Kata-kata Citra seakan menabur garam pada luka hati suaminya itu.

Bagaimana tidak, Erik harus menerima kenyataan kalau istri tercintanya lebih bahagia bersama orang lain dari pada dengan dirinya.

"Sayang, apa sebenarnya salah ku, apa sebenarnya kurang ku? Aku bersedia memperbaiki diri demi agar kamu tak pergi dari hidup ku," tanya Erik pelan.

"Jujur, kamu tak ada salah pada ku, tak ada kurangnya juga di mata ku, kamu baik, kamu sabar, kamu perhatian, tapi,,, aku minta maaf, aku tidak bisa bersama dengan mu lagi, aku mencintai orang lain, aku bahagia saat bersama dia, maaf!" Sesal Citra, dia tau suaminya pasti sangat terpukul dan terluka dengan kejujurannya ini, tapi ini harus dia sampai kan agar Erik mengerti kalau kebahagiaan nya kini bukan bersamanya tapi bersama orang lain.

"Lalu bagai mana dengan aku? Bagaimana jika kebahagiaan ku itu bersama mu?" Lirih Erik seakan tak punya tenaga lagi untuk berdebat dengan istri yang sampai detik ini masih di cintainya itu meski dia tau kalau hati istrinya sudah tak berpaling lagi padanya.

"Erik, bukan kah kamu sering bilang kalau kamu mencintai ku, kalau kamu ingin selalu membuat ku bahagia, apa itu masih berlaku sekarang ?" Tanya Citra, yang lalu di jawab dengan anggukan kepala Erik sang suami yang suda di hianatinya.

"Kalau kamu benar benar mencintai ku dan ingin melihat aku bahagia, lepaskan aku, bebaskan aku!" Pinta Citra.

"Tidak, tidak mungkin aku tidak akan melepaskan mu!" Tolak Erik.

"Erik, kamu akan membuatku tersiksa seumur hidup ku jika kamu memaksa ku untuk tetap bersama mu, dan kamu pun akan sama tersiksanya dengan ku karena aku sudah tidak menginginkan mu lagi!" Jerit Citra kesal, dia merasa sangat kesulitan menjelaskan perasaannya pada Erik bahwa dia sudah tak ingin hidup bersama nya lagi, sedangkan Erik masih tetap keukeuh ingin mempertahankan Citra menjadi istrinya.

Tin,,,tin,,,,

Suara klakson mobil terdengar berulang dari halaman rumah mewah itu.

"Aku tak akan menuntut apa pun dari mu, rumah dan segala macam memang itu milik mu sedari awal, lagi pula aku yang memilih pergi dari sini, aku hanya membawa baju dan barang barang pribadi ku saja, Maaf sudah membuat mu kecewa dan mungkin terluka, aku yakin kamu juga akan menemukan kebahagiaan mu sendiri," ucap Citra panjang lebar.

Citra cukup tau diri untuk tidak menuntut apa pun pada suaminya, di samping dirinya yang memang berbuat salah dalam hal ini, harta kekayaan yang mereka miliki seperti rumah, mobil dan segala macam aset yang mereka punya adalah milik Erik sedari awal, dirinya tak berkontribusi apapun, karena dia hanya ibu rumah tangga biasa tak mempunyai bisnis atau pun pekerjaan di luar, karena memang Erik tak pernah mengijinkan dirinya untuk bekerja, semua kebutuhan Citra terpenuhi tanpa harus dia bekerja.

"Maaf aku harus pergi, terimakasih sudah terlalu baik pada ku selama ini," pamit Citra.

"Tunggu, siapa laki-laki itu?" Tanya Erik.

"Tanya lah pada asisten mu, aku yakin dia tau siapa laki laki yang sudah membuatku bahagia itu, bukan kah Kemal setiap hari di perintahkan untuk membuntuti ku?" Ucap Citra sambil tersenyum simpul dan meninggalkan rumah yang empat tahun ini jadi tempatnya mengarungi hidup bersama Erik yang sebentar lagi berstatus mantan suaminya itu.

Melepas Mu

Citra pergi di depan mata Erik begitu saja, seakan tak ada tenaga lagi bagi laki laki itu untuk mencegah agar istri kesayangannya itu tak pergi meninggalkan nya, bahkan rasanya segala upaya sudah dia tempuh termasuk bersedia menerima, mengurus dan membesarkan anak yang di klaim hasil perselingkuhan istrinya yang kini berada dalam perut Citra, namun Citra tetap bergeming, dia tetap pergi meninggalkannya, meremuk redamkan hatinya, dan dengan teganya mengaramkan bahtera rumah tangga mereka yang di bina selama 4 tahun lamanya dengan sengaja.

Citra bahkan pergi di jemput oleh selingkuhannya, di depan mata kepala Erik sang suami, meski laki-laki perebut istrinya itu tak turun dari mobil dan menampakkan wajahnya, namun hati suami mana yang tak perih hatinya jika menghadapi kenyataan pahit seperti itu.

Prang,,,!

Dalam sekejap barang-barang mewah dan mahal pengisi rumah yang kini telah di tinggalkan oleh nyonya rumahnya itu hancur berserakan, Erik melampiaskan kemarahan nya dengan menghancurkan segala yang ada di hadapannya saat itu, rasanya dia tak sanggup lagi menjalani hidup tanpa istri yang di sayanginya itu.

"Erik!" Panggil Kemal sedikit panik ketika baru saja tiba di kediaman Erik dan merasa kaget dengan apa yang di lihatnya saat ini, namun tak mendapati bos nya itu di sana.

Pemandangan rumah yang berantakan dengan tatanan barang yang sudah tidak pada tempatnya lagi, pecahan kaca bertebaran, membuat Kemal segera mencari keberadaan Erik di setiap penjuru rumah besar dan mewah itu.

"Erik!" Seru Kemal lagi,

Kemal memang biasa memanggil bosnya itu hanya dengan panggilan namanya saja jika tidak sedang berada di kantor.

Kemal menuju lantai atas tempat dimana kamar pribadi Erik berada, pintu kamar itu terbuka lebar, dan nasib kamarnya pun tak jauh beda dengan ruangan lainnya, hancur berantakan sehancur hati dan hidup Erik saat ini.

Namun tak di dapati juga sosok Erik di kamarnya itu, Kemal lalu kembali keluar dari ruangan itu, seorang pelayan menangis ketakutan di pojok ruang makan.

"Kenapa? Apa yang terjadi? Di mana tuan?" Tanya Kemal pada pelayan itu.

Wanita setengah baya yang bertugas mengurus kebutuhan dan kebersihan rumah mewah itu menunjuk ke arah ruang kerja Erik yang berada tak jauh dari ruang makan tempat mereka berada.

Kemal berlari ke ruang kerja Erik, dia takut laki-laki yang sedang meluapkan amarah nya itu merusak dokumen perusahaan yang sangat penting, dia akan sangat kewalahan memperbaiki semua nya jika sampai itu terjadi.

"Erik! Apa yang terjadi?" Tanya Kemal lemas saat melihat ruang kerja Erik yang penuh dengan draf kerja sama dan gambar rancangan Erik yang merupakan seorang arsitek terkenal itu semuanya berserakan di lantai dan sudah tak berbentuk semua.

"Bajingan itu,,, katakan siapa bajingan yang sudah berani mengambil Citra dari sisi ku?" Tanya Erik mencengkram kerah baju Kemal.

"Tunggu,,, tunggu,,, apa yang sedang kamu bicarakan ini?" Kemal melepaskan cengkraman Erik dari lehernya yang menarik kerah bajunya sekuat tenaga, membuat dirinya bak tersangka dalam gonjang-ganjing yang terjadi dalam hidup bosnya itu.

"Citra pergi, dia memilih laki-laki itu di banding untuk tetap tinggal di sini bersama ku," adu Erik pada asisten yang sudah sangat dekat dengan nya itu.

Kemal hanya menarik napasnya dalam-dalam, dia sudah bisa memprediksi kalau hal ini pasti terjadi, apa lagi dia yang selalu melihat bagaimana keintiman Citra dengan selingkuhannya itu setiap hari, Kemal sudah bisa menduga, kalau Citra pasti akan meninggalkan bos nya yang bucin setengah mati itu.

"Laki-laki itu bernama Roni Permana, usianya 29 tahun, satu tahun lebih muda dari kita, dia kakak kelas istri mu saat di bangku SMU, sekarang dia seorang pengusaha muda yang sukses di bidang ekspedisi, dan dia juga bekerja sama dengan salah satu perusahaan penerbangan besar di negara kita. Oh iya, satu hal penting lagi yang wajib kau ketahui, laki laki itu merupakan cinta pertama Citra." Terang Kemal panjang lebar.

"Roni Permana, shiiittt! Kenapa harus dia," umpat Erik kesal, kepalan tangannya seketika melayang dan menghantam dinding ruangan itu keras.

Bagaimana tidak, Roni Permana adalah cinta pertama Citra sekali gus laki laki pertama juga yang merenggut kesucian istrinya itu saat dulu mereka berpacaran, entah lah, bagaimana awalnya sehingga mereka bisa bertemu dan menjalin hubungan kembali, karena setahu dirinya, selepas lulus SMU, Roni melanjutkan kuliah di luar negeri dan tak pernah lagi berhubungan apapun dengan Citra.

***

Seminggu sudah Citra pergi meninggalkan rumah beserta Erik di dalamnya, seminggu pula Erik mengurung diri di dalam kamarnya bak mayat hidup yang tak punya gairah lagi untuk melakukan apapun, bahkan hanya untuk sekedar mandi atau makan, hari harinya hanya di habiskan dengan meratapi kepergian Citra yang belum bisa dia relakan sampai detik ini.

"Tuan ! Ada surat untuk tuan," panggil Yanti sang asisten rumah tangga yang masih betah bekerja di rumah mewah itu meski harus menghadapi emosi tuannya yang meledak ledak belakangan ini meski pun tanpa sebab, setelah kepergian istrinya dari rumah itu.

Kemal yang hawatir dengan keadaan Erik setiap hari datang berkunjung ke rumah itu, seperti hari ini ketika sang asisten setia itu baru saja tiba di rumah Erik, lalu mendapati Yanti yang berdiri di depan kamar sang majikan, Kemal yang penasaran lalu menghampirinya, dan menyambar surat beramplop coklat itu dari tangan Yanti.

"Kapan surat ini datang ?" Tanya Kemal sambil membaca sampul amplop bagian depan yang bertuliskan pengadilan agama.

"Tadi pagi, Tuan !" Jawab Yanti terbata.

"Baiklah terimakasih, kamu boleh pergi, biar ini aku saja yang mengurusnya," ucap Kemal.

Kemal memutar dan mendorong pegangan pintu kamar Erik yang ternyata tidak di kunci itu.

Nampak Erik sedang berbaring di kasur dengan penampilan lusuh, dan lingkar mata menghitam seperti zombie, bisa di pastikan kalau laki laki yang biasanya selalu menjaga kesehatan dan penampilannya agar terlihat modis dan perlente itu tidak pernah tidur selama ini.

"Bangun! Hadapi kenyataan, jangan jadi pengecut!" Ucap Kemal menarik paksa tangan Bos nya itu agar bangun dari posisi rebahannya di kasur empuk itu.

"Apa pekerjaan yang ku berikan pada mu kurang banyak, huh? Sampai kau banyak waktu luang untuk bermain main ke sini!" Ucap Erik menatap malas.

Kemal menyodorkan amplop berwarna coklat itu ke hadapan wajah Erik yang kusut.

"Apa ini?" Tanya Erik memundurkan wajahnya.

"Sepertinya surat panggilan dari pengadilan, aku juga belum membacanya," kata Kemal asal.

Erik meraih amplop itu dan membukanya, lalu membaca isi surat itu dengan seksama,

"Citra menggugat cerai!" Lirihnya putus asa, kertas yang berada di tangannya itu jatuh begitu saja ke lantai kamar nya.

Kemal memungut kertas itu dan membacanya,

"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Kemal setelah selesai membaca surat itu.

"Entah lah, semua masih seakan seperti mimpi buat ku, aku masih berharap aku terbangun dari mimpi buruk ini, masih berharap Citra tersadar dan kembali pada ku." Cicit nya.

"Ayolah, jangan bodoh, Citra sudah menghianati mu, dia pergi meninggalkan mu dengan laki laki lain, kau berhak marah pada mereka, kau laki laki, kau juga bisa menuntut dan melaporkan mereka atas tindakan perselingkuhan dan perjinahan, bangkit Erik! Jangan lemah kaya gini!" Ucap Kemal yang kesal dengan sikap bos sekaligus sahabatnya itu.

"Persiapkan semuanya!" titah Erik.

"Maksudnya, persiapan untuk menuntut mereka?" Kemal merasa tak yakin dengan perintah yang di berikan Erik padanya.

"Persiapkan semua dokumen untuk keperluan perceraian, penuhi semua tuntutan yang ajukan oleh dia, aku setuju bercerai dengan nya!" ucap Erik terdengar putus asa, namun dia tak ingin menghalangi kebahagiaan Citra.

Erik hanya ingin Citra yang sebentar lagi berstatus mantan istri itu bahagia, meski dia yang harus kehilangan kebahagiaannya sendiri.

"Apa kau yakin?" Kemal melihat bos nya dengan tatapan ragu ragu, beberapa menit yang lalu sepertinya dia masih mendengar kalau bosnya itu tak ingin melepaskan Citra dan masih berharap wanita itu kembali ke pelukannya, namun entah setan apa yang merasuki bosnya itu, tiba-tiba dia dengan suka rela mau melepaskan istrinya untuk orang lain begitu saja.

"Aku hanya ingin dia bahagia!" ucap Erik perih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!