Karya baru semoga banyak yang suka🥰
Tantangan terberat ku mengendalikan naf..su Daddy.
"Daddy.. takut" wajahku menengadah menatap penuh sendu dari raut wajah cantikku yang akan memikat laki-laki manapun termasuk Daddy.
"Takut kenapa?" secara berpengalaman dan umur sudah bukan kategori remaja muda melainkan akut bukan aki-aki.
"Itu!" dengan polosnya menunjuk si benda panjang dan besar untuk di genggam.
"Kan sudah Daddy ajarin kemarin, gak perlu takut jika sudah masuk dan di diamkan sebentar pasti gak akan sakit lagi gadis kesayangan Daddy." Daddy berusaha menenangkan aku.
"Beneran Daddy?" tanyaku pada Daddy,aku rasa akan sakit jika benda di depan mataku ini melesak masuk.
Hay.. perkenalkan namaku Himalaya gak ada embel-embel nama Daddy sebab aku bukan anak angkatnya aku hanya gadis kecil yang ia rawat semenjak aku duduk di bangku SD kelas 6, cantik, modis tentunya dan badanku ini seperti gitar spanyol kata Daddy tapi aku tau dia berbohong dan sekarang aku ingin teriak sejadi-jadinya.
Umurku bukan belia lagi sebenarnya, sekarang usiaku menginjak 22 tahun. Tapi sayang seumur hidup tidak bisa pacaran sebab ini orang selalu saja menghantui setiap langkahku, apalagi di saat ada beberapa laki-laki yang hendak mendekatiku pasti Daddy selalu menghalanginya.
Tapi sebelum perkenalan yang lain aku mau mengenalkan Daddy ku ini, dia namanya Afzal Ezra Permadani. Umur jangan di tanyakan lagi dia sudah tidak muda lagi, umurnya sepuluh tahun lebih tua dari ku.
Tahu kan sekarang umurnya berapa. Dan aku mau membahas nama belakang aku yang tidak pernah aku miliki, tapi kata Daddy aku akan mendapatkan nama itu setelah aku menikah nanti, tapi.. siapa calonnya jika Ezra menguasai aku.
"Apa aku boleh menolak Daddy?" tanyaku saat Daddy hendak memasukkan miliknya.
"Tidak boleh!" Daddy ku ini memang keras kepala.
"Kenapa aku tidak boleh menolaknya, lagian kita tidak ada ikatan pernikahan Daddy.. bukannya tidak boleh melakukan itu sekarang Daddy." Ucapku yang berhasil membuat Daddy menghentikan aksinya.
Yess.. berhasil lagian salah Daddy sendiri membawa wanita pakai pakaian kurang bahan di kantor kemarin.
"Kamu ini...," aku tau Daddy marah tapi biarkan saja marah. Dan bye... bye... Daddy ku yang malang.
Kalau mau menuntaskan ya di kamar mandi main solo sendiri kata temenku waktu itu.
"Lagi apa?" saat aku memergoki salah satu teman laki-lakiku di kampus sebelum lulus beberapa bulan yang lalu.
"Eh.. gak lihat apa-apa, aku ke toilet dulu ya" alasan yang tidak masuk akal.
Setelah keluar aku di buat terkejut bukan main dia senyum lebar seperti itu, kalau Daddy tau dia bakalan babak belur.
puft
"Kenapa tertawa?"
"Celana kamu gembung tuh, kenapa begitu besar." aku menatap benda itu sambil ku tunjuk itunya, benda yang pernah aku lihat juga di celana Daddy tapi lebih menonjol milik Daddy dari pada milik Yuda.
"Barusan main solo di sana" menunjuk kamar mandi.
"Solo?? apa itu main solo?" aku bingung apa yang di maksud main solo, apalagi temanku ini katanya laki-laki penuh makna sana sini.
"Aku jelaskan ya.. main solo itu seperti apa ..." setelah selesai menjelaskan semua itu, aku baru paham dengan gembung an yang berada di dalam celana dan apa itu main solo.
Ternyata gak sia-sia aku kenal dengan Yuda, sableng-sablengnya Yuda ternyata masih ada gunanya untuk menimba ilmu dengan dia, benar-benar dapat ilmu yang bermanfaat untukku, jadi.. nanti saat Daddy tanya sesuatu aku tidak bingung lagi. Yess...
Aku menunggu Daddy keluar dari kamar mandi, kenapa lama sekali padahal sudah dua puluh menit berlalu tapi Daddy tidak kunjung keluar? apa Daddy baik-baik saja? aku hawatir dengan Daddy lalu aku mendekati daun pintu kamar mandi dan mencoba mengeceknya.
"Ssseett.. a..h..." Samar-samar aku mendengar suara Daddy yang berat itu.
Lagi apa sih Daddy, aku menempelkan telingaku tepat di pintu kamar mandi agar aku lebih jelas mendengarnya tapi cuma itu yang aku dengar ssseett.. a..h.. doang tidak ada yang lain lagi.
Nanti coba aku tanya ke Daddy apa yang Daddy lakukan barusan di kamar mandi kenapa ada suara begitu.
Apa Daddy terjatuh di kamar mandi, tapi kenapa tidak ada suara gedebuk bruk atau klotak dan lainnya.
"Lama banget Daddy? apa Daddy masih di kamar mandi dengan suara aneh itu." Melangkah mendekati kamar mandi tapi suara handel pintu kamar mandi terbuka.
Ceklek.
Himalaya sudah terbiasa melihat perut daddy-nya, tidak six pack tapi lumayan rata dan tertata rapi no buncit-buncit.
Waw.. perut Daddy, rasanya ingin memeluk Daddy.
Hendak memeluk.
"Mau ngapain? setelah membuat Daddy ke panasan lalu mau peluk-peluk lagi. No.. gadisnya Daddy." Tolaknya ke aku dengan kejam sekali bahkan badannya sudah ia bentengi dengan bersedekap di depan perutnya.
Apa salahnya sih Daddy? peluk dikit juga gak bakalan tuh perut jadi buncit.
"Daddy.. apa salahku Dad.. apa karena aku mendengar suara Daddy di kamar mandi tadi sampai-sampai Daddy marah?" aku berusaha menatap wajah Daddy dan aku tau pasti sebentar lagi mataku ini menangis.
Benar-benar cengeng, padahal Daddy tidak marah hanya melototkan mata saja.
"Kamu mendengar suara Daddy disana?" Daddy bertanya aku langsung mengangguk.
"Daddy tadi ngapain disana, bahkan Hima mendengar suara Daddy ssseett.. a..h... Apa Daddy terjatuh?" lagi-lagi pertanyaanku di pelototi Daddy, apa ada yang salah.
"Kamu," Daddy langsung membopongku ke atas tempat tidur lagi seperti tadi sebelum Daddy masuk ke kamar mandi.
"Dad.. em..." Bakalan monyong ini bibir terus-menerus di hi..sap.
Sudah ciuman pertamaku di ambil Daddy dari waktu aku SMA kelas 2 dan sekarang dengan seenaknya sendiri Daddy bersikap aku ini seperti istrinya saja. Aku berusaha mendorong Daddy tapi percuma Daddy badannya lebih kuat dariku.
"Ini hukuman dari Daddy sebab gadis Daddy berani mendengar itu tanpa bertanggung jawab" aku terdiam mendengar perkataan Daddy, hukuman ko di cium mana ada.
Hukuman yang ada itu lari keliling lapangan atau yang lainnya, ini tidak hukuman ko nikmat seperti ini.
Dulu saat masih sekolah tidak pernah aku merasakan hukuman begini, di tambah lagi saat aku dan Daddy baru bertemu Daddy tidak pernah menghukum ku dengan cara di cium seperti penyedot debu.
Terus kenapa harus bertanggung jawab? kan aku cuma menempelkan daun telingaku saja dan hanya mendengar suara Daddy saja tidak lebih dari itu.
Apa salahnya jika kepo sedikit, lagian aku juga ingin tau seperti apa main solo secara live? apa seperti konsernya artis di atas panggung. Dengan go..yangan maut yang aduhai menggugah selera seperti mie instan pakai telur satu dan cabai.
Seharusnya perempuan seusia Himalaya ini paham dan mengerti segala hal, tapi apa daya dia di kuasai Daddy-nya dan tidak di biarkan Himalaya mengenal sesuatu yang baru bahkan setiap gerak gerik Himalaya di awasi oleh Ezra. Jadi Himalaya tumbuh menjadi gadis yang polos dan terkesan bodo*.
*
Hayo.. yang lagi baca, yuk tinggalkan komentar, like dan pencet love ya agar tidak ketinggalan cerita baru emak.
Emak mau tanya nih, gimana bab awal seperti ini suka tidak?
Lagi-lagi aku harus mengendalikan naf..su Daddy lagi. Bagaimana ini??!!
"Daddy?" panggilku saat Daddy memilih merebahkan badannya di sampingku, aku menatap Daddy.
Kenapa Daddy tidak menanggapi aku lagi, apa dia masih marah gara-gara aku menguping dia di kamar mandi tadi. Betah benget ngambeknya kayak anak kecil minta ponsel saja mau lihat aplikasi Vidio anak-anak saja.
Lagian apa salahnya sih sesekali mendengar suara main solo di kamar mandi? apalagi kalau lihat secara live.. pasti semakin uwuw.. perut Daddy dan itunya itu loh.. a.. malu aku. Terus.. terus.. gimana ya posisinya itu dan bentuknya, hoey.. Hima sadar Hima.. jangan berpikiran yang negatif kalau di sunduk beneran gimana?
Pasti sekarang pipiku merah merona, malu ini.. malu sekali. Sambil ku pukul pelan kedua pipiku secara bergantian agar sadar dulu akunya biar gak di hukum lagi oleh Daddy.
"Daddy.." sambil ku goncang kan badannya tapi percuma Daddy sengaja tidak mau membuka matanya malah sekarang suara dengkuran yang aku dengar.
"Geerrookk.. geerrookk.."
Pada akhirnya aku tutup telinga dan memilih meninggalkan Daddy, belum juga satu langkah ternyata kaki sebelah kiri Daddy menimpa badanku dan akhirnya aku terpaksa tidur di samping Daddy dengan menutupi kedua telingaku yang bisa bengkak kapan saja.
"YEESS..." Ups.. aku segera membekap mulutku sendiri, segitu bahagianya aku saat aku berhasil memindahkan kaki Daddy.
Di cuekin dan di tinggal ngorok aku jahil lin saja Daddy, aha.. aku ada ide. Pasti dengan begini Daddy terbangun dari tidurnya, aku mencoba menyentuh perut rata Daddy pasti akan terasa geli di tambah lagi, mana ya.. kemoceng sedari tadi aku cari gak nongol-nongol di kamar.
Perasaan aku letakkan di laci deh? apa mungkin di pindahkan oleh Daddy gara-gara aku sering gunakan benda itu untuk membangunkan Daddy.
"Daddy.. mana kemoceng nya?" aku berusaha membangunkan Daddy tapi percuma tak berguna.
Tapi di detik berikutnya aku melihat senyum terbit di kedua sudut bibir Daddy.
"Cari ini?"
"Haduh.. Daddy buat Hima terkejut, bisa gak sih Daddy kira-kira dulu situasinya seperti apa. Untung gak terkejut parah Daddy, bisa-bisa lain cerita!" aku pura-pura saja marah ke Daddy terus.. saat dia lengah aku ambil deh kemoceng nya.
Memang ideku ini selalu brilian dan tidak mengecewakan sama sekali.
"Iya.. daddy. Hima cari itu, kenapa di sembunyikan di situ Daddy apa gak kegelian?" tanyaku saat aku tau ternyata sedari tadi kemoceng itu berada di samping lengan kiri Daddy dengan sengaja di tutupi oleh selimut, dasar Daddy ini barang-barang jitu selalu di tutupi agar aku tidak tau ya, tapi beribu sayang sudah ketahuan sekarang Daddy.
"Buat apa coba Daddy tanya cari kemoceng? hem"
"Em.. buat bangunin daddy!" seketika aku menutup mulutku, lalu buat apa aku masih mencarinya jika Daddy sudah bangun.
Lebih baik aku kabur saja dari pada di terkam Daddy lagi, takut..
"Mau kemana?" genggaman tangan Daddy di pergelangan tangan ku terasa hangat dan tentunya kuat.
Aku menatap wajah Daddy.
"Aku.." haduh..., alasan apa coba jika sudah begini.
Aku menggigit bibir bawahku sambil memikirkan ide agar Daddy tidak bertanya dan tidak meminta pertanggungjawaban seperti tadi, bisa-bisa anak perawan seperti aku gak perawan lagi gara-gara Daddy tampan dan kaya seperti Afzal Ezra Permadani yang berada di sampingku.
"Kamu gak boleh pergi gadis kesayangan Daddy." Daddy menarikku kuat sampai aku terjatuh di atas dada bidang Daddy.
BRUGH
"Aw," badanku terasa mau rontok saat tubuh ini menubruk Daddy.
Ternyata badan Daddy lumayan sakit juga saat aku terjatuh di badannya, kenapa bisa jadi keras begitu badannya apalagi ini kenapa jadi keras, Daddy jaga badan untuk siapa. Aku tatap perut Daddy yang mulai berbentuk rapi sepertinya akan ada roti sobek. Asik.. roti... roti.. roti.. yee.
Atau jangan-jangan Daddy mau pedekate dengan wanita berpakaian minim kemarin, oh.. no.. tidak aku tidak akan membiarkan Daddy kenal lebih jauh dengan wanita itu.
Sedangkan Ezra hanya menatap Himalaya dengan tatapan yang sudah kemana-mana.
"Daddy punya wanita incaran ya, apa wanita yang kemarin datang ke kantor dengan pakaian kurang bahan?" tanyaku pada Daddy.
Daddy bukannya menjawab pertanyaan ku malah dia tersenyum selebar itu, apa maksudnya coba ih.. Daddy bikin emosi saja.
Daddy memperbaiki posisi tidurku dan mencari kenyamanan di dekatku.
"Ha.. maksudnya apa? Daddy benar-benar bodo* dan tidak mengerti loh, sama sekali bahkan" aku memang melihat Daddy bingung, tapi masa sih Daddy gak ngerti juga apa yang aku maksudkan, aneh.
"Alasan Daddy, iya kan.. biar Daddy bisa peluk-pelukan dengan wanita itu tanpa sepengetahuan aku, lagian ya Daddy buat apa sih Daddy dekat-dekat dengan wanita ondel-ondel berjalan kurang bahan itu, ya kali bodynya bagus kayak punya Hima gak apa-apa. Kurus kerempeng gitu rata semua mau pegang sana sini mana bisa Daddy, di tambah lagi Daddy gak bisa kontrol naf..su Daddy. Takutnya tuh wanita gak bisa ngimbangin naf..su Daddy lagi." Aku ini bicara apa adanya loh ya jika Daddy ku ini gak bisa mengontrol ini itu.
Aku barusan gak sopan sebab nunjuk-nunjuk Daddy. Takut.. jika di usir Daddy dadakan sebab aku berani, tapi.. mana mungkin Daddy mengusirku Daddy saja tidak bisa lepas ko dari pesonaku, santai Hima.. santai.. tenangkan pikiran kamu jangan panik oke.
Ambil nafas.. tahan sebentar lalu hembuskan pelan-pelan.
"Terus.. tadi barusan itu apa gadis kesayangannya Daddy, buat apa cari kemoceng. Pasti mau membangunkan Daddy, sudah bangun nih tegak banget"
Daddy ku mulai ngelantur lagi, apa coba yang tegak. Keadilan maksudnya, tapi kalau terpojok terus menerus bukannya ini tidak adil untuk aku.
"Iya.. niatnya untuk membangunkan Daddy tapi gak jadi Daddy takut Daddy minta pertanggungjawaban padaku lagi, bibir aku sakit Daddy.. Daddy hisap terus seperti penyedot debu." Aku lihat Daddy tertawa kecil.
Puft
"Kali ini Daddy tidak akan hisap bibir kesayangannya Daddy," dengan mengedipkan mata sebelah kanan.
Apa ini maksud Daddy, haduh.. jangan-jangan Daddy mau buka segel aku lagi. Oh.. no Daddy aku gak mau kalau begini.
Aku berpindah tempat dan berusaha menjauh.
"Sudah Daddy bilang jangan pergi masih ngeyel kamu ya." Daddy membalikkan posisinya dan sekarang aku di bawah kung..kungan Daddy.
Aku panik sepanik-paniknya.
Dag dig dug dag dig dug.
Jantungku rasanya mau copot ini.
"Dad.. mau apa? Daddy jangan huh..."
*
Kira-kira sama Daddy nya diapain ya??
yuk kirimkan dukungannya agar emak semangat up, terimakasih banyak 😊
Jangan lupa sebelum membaca like, lalu setelah selesai membaca tekan love dan bintang lima di atas sinopsis sampul ya, terimakasih banyak.
•
"Pesona mu membangkitkan naf..su Daddy, Hima. Maukah kamu menerima Daddy apa adanya yang seperti ini?"
"Maksud Daddy apa sih? kenapa Daddy ngelantur?" aku balik bertanya lagian kenapa sih Daddy bertingkah aneh ke aku.
Saat aku sentuh dahi Daddy tidak panas dan aku cium bau nafasnya tidak ada bau alkohol sama sekali, terus..
Pertanyaan Daddy ini bisa membuat orang salah sangka, haduh.. jangan-jangan Daddy mau melamar wanita itu lagi. Tapi tunggu dulu kenapa ada kata-kata naf..su nya segala?
Bukannya cari istri yang benar tapi malah asik dengan kegiatannya yang selalu menggoda aku. Sebal deh.
Selain itu Daddy gak menjawab, berarti benar Daddy cuma niat prank aku doang.
"Huh.. Daddy.. jangan." Aku berusaha menutupi bajuku tapi terlambat bajuku sudah hilang di telan tempat baju kotor.
Di sela-sela pembicaraan Daddy ternyata sangat mahir membuat tubuhku terasa terbakar, panas tapi juga geli.
"Jangan apa coba? Hem. Jangan berhenti begitu maksudnya?"
terus saja Daddy menggodaku gimana kalau aku jatuh cinta dengan Daddy sedangkan Daddy tidak. Broken heart dong namanya.. hiks.
"Berhenti dad.. u..h!" tangan Daddy nakal sekali.
Aku berusaha menyingkirkan tapi tetap tidak bisa pakai kekuatan apa sih Daddy staminanya kuat banget, pasti gara-gara keseringan olah raga pagi dan malam hari.
Tok
Tok
Tok
"Sial... siapa yang ganggu sih."
Daddy beranjak pergi dengan ekspresi wajah marah.
Aku tertawa saat melihat Daddy marah, bagiku sangatlah lucu ketika naf..su Daddy di ubun-ubun namun terhenti. Kasihan juga Daddy tapi bagaimana dengan masa depanku, jika aku mudah terlena oleh siasat Daddy bagaimana di tambah lagi pesona Daddy yang luar biasa, selain itu aku juga ingin balas budi pada Daddy.
"Ada apa?"
Ketusnya Daddy pada asisten pribadinya itu terdengar dari dalam kamar yang lumayan jauh dan berbelok antara sekat kamar dan pintu keluar kamarku, kasihan sekali dia.. pasti nanti setelah di omel lin Daddy akan lapor ke aku dan menyuruh aku sambil memohon-mohon agar tidak di pecat lagi dan marah-marah lagi.
"Maaf pak, apa saya ganggu bapak malam ini?" gerogi dan sepertinya hampir ngompol.
Aku masih cekikikan sendiri membayangkan jika asisten Daddy yang bernama Aan itu di siksa lahir batin oleh Daddy, aku penasaran pada akhirnya aku memakai pakaianku dahulu lalu menyusul Daddy dan asistennya itu.
"Ganggu banget, tau gak sih kamu ini ganggu pakai banget! mau aku kirim ke negara terpencil di dunia mau, biar bingung gak bisa nakal ke gadis-gadis polos yang kamu goda kemarin di kantor, siapa itu namanya. Siapa namanya?" aku melihat Daddy berdecak pinggang sambil menunjuk-nunjuk Aan.
Ya ampun kejamnya Daddy ku ini, apa salahnya sih jika Aan mau menemuinya pasti ada masalah penting di kantor.
Aku lihat Aan cuma menggeleng dan menundukkan kepalanya, pasti sekarang Aan sedang senam jantung.
Dan ada satu cerita lagi kenapa aku memanggilnya hanya Aan saja terkadang asisten Aan padahal dia lebih tua dariku delapan tahun, alasannya cuma satu yaitu Daddy melarang ku untuk memanggilnya dengan sebutan kakak,
katanya jika aku berani memanggil dengan sebutan kakak sebab Daddy menganggap itu panggilan yang sangat mesra dan manja untuk seseorang yang bukan siapa-siapa nya, jadi aku harus panggil langsung namanya saja atau pakai nama gelarnya asisten Aan, jika tidak dia akan langsung pindah pekerjaan dan akan terblokir dari perusahaan manapun.
Arogan sekali Daddy mentang-mentang pemilik perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian bermerek dan juga makanan ringan, tapi meski begitu yang aku heran kan kenapa juga tak sedikitpun orang yang ingin menjadi orang-orang kepercayaannya Daddy, aneh.
Aku saja yang setiap hari dengannya merasa horor, takut di apa-apa kan.
"Citra pak bos!" dengan suara lirih.
Haduh.. Daddy ini, bisa gak sih gak usah menampilkan ekspresi poker dan arogan andalannya, kehilangan Aan bakalan kehilangan bisnis dimana-mana loh Daddy.
Padahal selama ini hanya Aan yang bekerja sedangkan Daddy cuma ungkang-ungkang kaki seenaknya jidat sendiri bahkan hampir semua waktunya untuk aku.
"Nah.. namanya sudah saya ingat dan kantongi, jika kamu berani macam-macam dan mengganggu saya lagi kamu saya kirim ke tempat terpencil tanpa ampun, plus bonus mu akan saya coret dari daftar. Biar gak nakal lagi, biar gak bisa bertemu dengan pegawai magang yang namanya Citra.. Citra itu."
Aan mengangguk cepat.
"Iya pak bos.. iya.. saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi, saya bersumpah." Aan hendak pergi tapi tangan kokoh yang berada di pundaknya menghentikan langkahnya.
"Ada.. apalagi pak bos?" takut.
Aku hanya bisa tersenyum, biarkan kali ini Aan menerima pekerjaannya dengan ikhlas tanpa batuan dariku. Nanti ujung-ujungnya aku di hukum sebagai gantinya, sudah lelah ini bibir dan tangan di hukum terus.
"Mana pekerjaannya?"
"Pak bos jadi bekerja, syukurlah!" gembira riang padahal hari kiamat untuknya akan datang.
"Cepat," Daddy membalikkan badannya dan langsung menghampiriku dan mengusap pipiku dengan lembut sebelum ia mendaratkan kecupannya di dahi.
"Gadis kesayangannya Daddy, Daddy kerja dulu jangan nakal oke. Jangan lupa besok ke kantor lagi dengan Daddy."
Wlek..
"Gak janji Daddy," ucapku sambil berteriak sebab jejak Daddy dari kamarku cepat sekali menghilangnya.
Ezra berada di ruangan kerjanya bersama dengan Aan dan juga beberapa orang bodyguard pribadinya dan juga beberapa orang mafia.
"Bagaimana pekerjaan kalian, sukses?"
Ezra menatap tajam semua anak buahnya yang sudah ia kerahkan dari sekitar setengah tahunan.
"Beres bos, bahkan mereka semua sudah kami masukkan ke dalam rumah dengan pengawasan yang ketat bos!" jawab ketua dari Mafia yang bernama Austin.
"Good, jangan sampai meninggalkan jejak sedikit pun. Apalagi sampai gadisku tau, kalian akan habis di tanganku." Ezra beranjak pergi setelah ia melihat beberapa bukti yang sudah di simpan di flashdisk miliknya.
Mereka mengangguk.
Aan yang masih setia mengikuti bosnya.
Ezra membalikkan badannya.
"Ngapain ngikutin saya, mau ngintip saya dengan Hima?"
"Tidak pak bos!" melambaikan kedua tangannya dan langsung berlari tanpa berpamitan dengan Ezra.
"Ngapain balik lagi, beneran mau ngintip hah." Ezra yang geram melepas sendalnya dan langsung melempar ke arah Aan tapi Aan beruntung tidak terkena lemparan sendal milik Ezra.
"Gak kena bos, ini sendalnya bos," sopan sekali sikapnya, sudah di lempar pakai sendal tapi gak pergi juga.
Senang sekali ya Aan ini menjadi pengganggu.
"Dalam hitungan 3 tiga kalau kamu gak pergi benar-benar saya kirimkan kamu ke negara terpencil baru nyahok kamu. Mau kesana hari ini?"
Habis sudah kesabaran Ezra.
"Tidak pak bos, saya akan segera pergi. Selamat malam pak bos!" bisa-bisanya ia tersenyum mengejek.
•
Like nya jangan lupa ya, terimakasih banyak 🥰🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!