Tiara adalah gadis remaja kembang desa, sebagai seorang gadis remaja kembang desa, tentunya banyak sekali para pemuda yang ingin mendekatinya, mencoba dengan berbagai cara agar bisa mendapatkan hatinya.
Namun Tiara tidak mudah untuk didekati, sifatnya yang pemalu dan kepribadiannya yang rendah hati serta ketaatannya kepada aturan agama, membuat dia tidak mudah terpikat oleh rayuan gombal para pemuda yang mendekatinya.
Tiara ingin memiliki seorang pasangan hanya sekali saja dalam hidupnya. Untuk itu, Tiara bertekad hanya akan memilih seseorang yang benar-benar dia cintai dan juga tulus suci mencintai dirinya, bukan karena rupa yang kebetulan dimilikinya.
Dan pada akhirnya, Tiara pun Menemukan cintanya, akan tetapi disaat cintanya sedang mekar dan berbunga, sebuah tragedi menimpa kisah cinta mereka.
Kehilangan orang yang sangat dicintainya, Tiara serasa hidup dengan setengah jiwa, Tiara seakan tiada gairah dalam melalui hari hari nya. Setengah jiwanya telah pergi dibawa oleh kekasihnya.
Segala harapan dan impian yang dia miliki telah pupus bersama hilangnya cinta sejatinya. mengharapkannya untuk kembali, adalah sesuatu yang sangat sangat tidak mungkin, kecuali jika ada sesuatu di dunia ini yang disebut dengan " KEAJAIBAN ".
Sore itu... menjelang waktu maghrib, seperti biasanya seorang pemuda sudah standby didepan teras Masjid. Sembari menikmati sebatang rokok filter, matanya memandang ke arah jalan raya kampung yang ada di depannya.
Biasanya saat sore seperti ini, ramai orang yang berlalu lalang berkendaraan.
Ada yang pulang dari bekerja, berbelanja di warung, ataupun yang sekedar bolak balik JJS alias Jalan jalan sore.
Dari arah pintu gerbang Masjid, seorang pemuda datang dengan senyam senyum menghampiri pemuda yang sedang asyik menerawang orang orang yang berlalu lalang di jalanan.
" Assalamu'alaikum.... mas Fadil, sapanya kepada pemuda itu."
" Wa'alaikumsalaam warahmatullahi.. "
" Gimana? " tanya pemuda kurus yang baru datang tersebut.
" Hah... gimana apanya? " sahut Fadil.
" Ente tuh ya kebiasaan banget, datang datang langsung bertanya yang gak jelas. Makanya tuh sarung kalo mau ke Masjid, ya dipake... jangan di slempangin di leher.
Udah kayak tukang becak aja ente.. hahaha.. Lil... Lil.. ".
" Ish... sialan mas Fadil, enak aja bilangin aku tukang becak, aku nih.. tukang parkir tau.. hahaha " sahut Ulil si pemuda kurus tersebut menyahuti candaan Fadil.
" Hahaha... cocok.. cocok.., liat aja celana ente, pada robek dan bolong gitu.. hahaha.
Eh, ente bawa peluit gak? tanya Fadil dengan wajah serius.
" Peluit,? buat apaan? tanya Ulil.
" tuh.. dijalan banyak motor lewat, coba ente parkir, suruh masuk di pelataran Masjid,terus minta uang parkir, kan lumayan buat beli rokok. "
Tampilan ente kan udah kayak preman, baju ketat, udah pendek,.. masih pakek
dilinting pula, tambah lagi celana bolong bolong gitu..hahaha.."
" Hem,..ide bagus tuh mas Fadil !, Aku kan anak gaul!! ucap Ulil sambil bergaya menunjukan otot otot lengannya.
" hahaha..gaul..? gaul dari Hongkong?
liat tuh otot lengan ente, hahaha..gede banget, segede telor puyuh, hahaha..
" Ah..sialan mas Fadil nih,pelecehan banget, otot segede gini dibilang telor puyuh..." seru Ulil sambil memasang muka cemberut.
Melihat muka Ulil yang seperti itu, Fadil semakin terkekeh sambil memegang perutnya, lalu berkata:
" Udah ah bercandanya.. sakit perut ku kalo ketawa terus. "
Merekapun akhirnya mulai menghentikan candaan mereka yang memang sudah menjadi kebiasaan keduanya saat sedang bersama.
Tepat pada saat itu, muncul 3 orang gadis remaja yang datang untuk mengaji dan sholat berjamaah di Masjid.
Saat ketiga gadis itu akan melewati Fadil dan Ulil menuju tempat wudhu yang ada di samping Masjid, Ulil bertanya lagi kepada Fadil:
" Mas Fadil... jadi gimana..?
" Tuh...kan, ente mulai lagi deh, gimana apanya sih..? tanya Fadil.
" itu tuh... ehm ehm.. " Ulil sambil mengisyaratkan matanya kearah ketiga gadis itu.
" Oh... aku dah males ah sama yang itu, orangnya sombong banget,.. disapa diamond aja, di godain cuek, mentang mentang kembang desa kali yah.. jadi gitu.. " ucap Fadil yang tentunya didengar oleh ketiga gadis itu.
Salah satu diantara gadis itu bernama Tiara, dia adalah gadis kembang desa, wajahnya cantik dan imut dengan postur tubuh yang ideal, dengan warna kulit putih walaupun tak seputih kakaknya Yunita, yang memiliki tubuh agak kurus.
Namun tentu saja keanggunan dari diri Tiara membuat para pemuda mabuk kepayang dan berlomba lomba untuk mendekati Tiara.
Tak terkecuali Fadil dan ulil.
Namun mereka berdua saling mendukung untuk bisa mendapatkan hati Tiara si kembang desa.
Sudah cukup lama sebenernya Fadil mencoba mengambil perhatian dari Tiara, namun entah apa penyebabnya Tiara selalu menghindar dari Fadil.
Fadil pun sebenernya mempunyai paras yang cukup tampan, dengan postur tubuh yang atletis, hanya saja warna kulitnya agak sedikit gelap ( vitamin manis).
fadil juga merupakan dambaan para gadis gadis di kampungnya, akan tetapi dia tidak menghiraukan mereka karena hatinya sudah terpaut kepada Tiara.
walaupun fadil mengatakan pada ulil kalau dia menyerah untuk mendapatkan hati Tiara, tetapi hatinya berbeda.
Dia mengatakan itu didepan Tiara sengaja untuk memancing rasa cemburu di hati Tiara.
'' jadi.. udah menyerah nih... ucap ulil.
" iya.. aku nyerah " ucap Fadil namun hatinya tidak.
''serius... yakin...'' tegas ulil.
'' iya.. aku mau nyari yang lain ajalah,..
oh iya... ngomong ngomong, itu temen kamu yang tempo hari kita ketemu di warung, itu namanya siapa ya? "
'' Emm.. yang mana ya? kapan? ''tanya Ulil.
'' itu tuh... minggu kemarin yang pake kerudung coklat waktu itu tuh.. ''
''oh... itu.. yang wajahnya agak bulat, terus kulitnya kuning, kayak ada manis manis gitu kan?..
He em.. yang itu, tolong sampaikan Salam ya buat dia, ''
sengaja fadil berkata untuk memanas-manasi hati Tiara yang tak jauh dari mereka.
'' itu .. nama Panggilanya Marta.. mas Fadil, jawab ulil.
" oh.. jadi Marta ya.. ''fadil sambil manggut manggut.
'' iya.. dipanggilnya Marta.. tapi nama panjangnya adalah.. MARTABAK,.. he..
Saat mendengar jawaban nyeleneh ulil, sontak wajah fadil cemberut, dia gak nyangka ternyata ulil malah bercanda disaat dia lagi serius seriusnya.
'' Aseemm... kamu Lil yah... orang lagi serius juga, malah kamu candain.. ''
Dalam hati fadil dia merasa jengkel sekaligus dia ingin tertawa atas perlakuan ulil padanya, sehingga muka fadil jadi merah. sembari itupun dia mencoba untuk mencubit pinggang ulil, namun Ulil telah melompat terlebih dahulu menjauhi fadil, sehingga upayanya untuk menghukum Ulil tidak berhasil.
Merasa menang telak atas candaannya, Ulil terkekeh kekeh sambil memegang perutnya.
Setelah puas menertawai fadil, Ulil lalu kembali memasang wajah serius lalu berkata:
'' Namanya Vega mas Fadil, dia temen sekelas ku dan termasuk idola dikelas''.
'' serius nih '' sambut Fadil.
'' iya Aku serius sekarang, jawab ulil.
'' ya udah.. tolong sampaikan Salam dariku ya buat Vega.. lam kenal. ''
'' insyaallah.. siap.. siap.. '' Ulil berkata.
Sore itu, menjelang waktu maghrib. Seperti biasanya, seorang pemuda sudah standby di depan teras masjid. Sembari menikmati sebatang rokok filter, matanya memandang kearah jalan raya kampung yang ada di depannya. Biasanya saat sore seperti ini, ramai orang yang berlalu lalang berkendaraan. Ada yang pulang dari bekerja, berbelanja di warung, ataupun yang sekedar bolak-balik jalan-jalan sore.
Dari arah pintu gerbang masjid, seorang pemuda datang sambil senyum-senyum, menghampiri pemuda yang sedang asyik menerawang orang-orang yang sedang berlalu lalang di jalanan tersebut.
'' Assalamu'alaikum, mas Fadil.'' sapanya kepada pemuda itu.
'' Wa'alaikumsalaam warahmatullah.''
'' Gimana? tanya pemuda kurus yang baru datang tersebut.
'' Hah! gimana apanya?'' sahut Fadil.
'' Ente tuh ya!, kebiasaan banget. Datang-datang langsung bertanya yang gak jelas. Makanya.., tuh sarung, kalo mau ke Masjid ya dipake!, jangan cuma dikalungkan di leher. Udah kayak tukang becak aja ente, hhh Lil Lil.'' lanjutnya.
'' Ish, sialan mas Fadil ini. Enak aja bilangin aku tukang becak. Aku nih, tukang parkir tau, hhh.'' Ucap Ulil si pemuda kurus tersebut menyahuti candaan Fadil.
''Hhh cocok, cocok. Liat aja tuh celana ente!, pada robek dan bolong-bolong kayak gitu, hhh. Eh, ente bawa peluit gak?'' tanya Fadil dengan wajah serius.
'' Peluit? buat apaan?'' tanya Ulil heran.
'' Tuuh!, dijalan banyak motor lewat, coba ente parkirin. Suruh masuk di pelataran masjid, terus ente minta deh uang parkir. Kan lumayan buat beli rokok. Tampilan ente kan! udah kayak preman. Udah baju ketat, pendek, masih pakek dilinting pula. Tambah lagi, celana bolong-bolong kayak gitu!, hhh.''
''Hemm, ide bagus tuh mas Fadil, aku kan anak gaul.'' Ucap Ulil sambil bergaya menunjukan otot-otot lengannya.
'' Hhh, gaul? gaul dari Hongkong!. Liat tuh! otot lengan ente, hhh gede banget, segede telor puyuh, hhh.''
'' Ah, sialan mas Fadil nih, pelecehan banget. Otot segede gini dibilang telor puyuh.'' sahut Ulil sambil memasang muka cemberut.
Melihat muka Ulil yang seperti itu, Fadil semakin terkekeh sambil memegang perutnya, lalu dia berkata:
'' Udah ah bercandanya, sakit perutku kalo ketawa terus.''
Merekapun akhirnya mulai menghentikan candaan mereka yang memang sudah menjadi kebiasaan keduanya saat sedang bersama.
Tepat pada saat itu muncul 3 orang gadis remaja yang datang untuk mengaji dan sholat berjamaah di masjid. Saat ketiga gadis itu akan melewati Fadil dan Ulil, untuk menuju tempat wudhu yang ada di samping masjid, Ulil bertanya lagi kepada Fadil.
'' Mas Fadil, jadi gimana?''
'' Tuuh kan!, ente mulai lagi deh, gimana apanya sih?'' tanya Fadil.
'' Itu tuuh, ehm ehm.'' Ulil sambil mengisyaratkan matanya kearah ketiga gadis tersebut.
'' Ooh, aku dah males ah sama yang itu. Orangnya sombong banget, disapa diam aja. Di godain cuek, mentang-mentang kembang desa kali yah? jadi gitu.'' Ucap Fadil yang tentunya didengar oleh ketiga gadis itu.
Salah satu diantara 3 gadis itu bernama Tiara. Dia adalah gadis remaja kembang desa. Memiliki wajah yang cantik dan imut, dengan postur tubuh yang ideal, dan warna kulit putih walaupun tak seputih kakaknya Yunita, yang memiliki tubuh agak kurus. Namun, tentu saja keanggunan dari diri Tiara, membuat para pemuda mabuk kepayang dan berlomba-lomba untuk mendekati Tiara. Tak terkecuali Fadil dan Ulil. Namun, mereka berdua saling mendukung, untuk bisa mendapatkan hati Tiara si kembang desa.
Sebenarnya, sudah cukup lama Fadil mencoba mengambil perhatian dari Tiara. Tapi, entah apa penyebabnya, Tiara selalu menghindar dari Fadil. Fadil pun sebenarnya memiliki paras yang lumayan tampan, dengan postur tubuh yang atletis. Hanya saja, warna kulitnya agak sedikit gelap ( hitam manis).
Fadil juga merupakan dambaan para gadis-gadis di kampungnya. Akan tetapi, dia tidak menghiraukan mereka, karena hatinya sudah terpaut kepada Tiara.
'' Jadi, udah menyerah nih?'' tanya Ulil.
'' Iya, aku menyerah.'' Ujar Fadil, namun hatinya tidak.
'' Serius? yakin?'' tegas Ulil.
'' Iya, aku mau cari yang lain ajalah!. Oh iya, ngomong-ngomong, itu temen kamu yang tempo hari kita ketemu didepan warung, namanya siapa ya?'' tanya Fadil.
'' Emm, yang mana ya? kapan?'' Ulil malah balik bertanya.
'' Itu tuuh! yang minggu kemarin pakai kerudung coklat itu.'' seru Fadil.
''Ooh itu. Yang wajahnya agak bulat, terus kulitnya kuning, kayak ada manis-manisnya gitu kan?'' Seru Ulil.
'' Ho oh, yang itu. Tolong sampaikan salamku buat dia ya!'' sengaja Fadil berkata untuk memanas-manasi hati Tiara, yang berada tak jauh dari mereka.
'' Itu nama panggilannya Marta mas Fadil.'' jawab Ulil.
''Ooh, Marta ya?'' Fadil sambil manggut-manggut.
''Iya, dipanggilnya Marta. Tapi nama panjangnya adalah.. MARTABAK, hee.'' jawab Ulil sambil nyengir.
Fadil setelah tahu kalau dia diisengin oleh Ulil, sontak wajahnya jadi cemberut.
'' Aseem kamu Lil ya!, orang lagi serius juga, malah kamu candain.''
Dalam hati Fadil merasa jengkel, sekaligus dia ingin tertawa atas perlakuan Ulil kepadanya, sehingga muka Fadil memerah. Sembari itupun, dia mencoba untuk mencubit pinggang Ulil. Namun Ulil sudah melompat ke depan menjauhi Fadil, sehingga upayanya untuk menghukum Ulil jadi tidak berhasil.
Merasa menang telak atas candaannya, Ulil terkekeh-kekeh sambil memegang perutnya. Setelah puas menertawai Fadil, Ulil lalu kembali memasang wajah serius lalu berkata :
'' Namanya Vega mas Fadil, dia teman sekelasku, dan termasuk idola dikelas.''
'' Serius nih?'' ujar Fadil.
'' Iya! aku serius sekarang.'' jawab Ulil.
'' Ya udah, tolong sampaikan salamku ya buat Vega, lam kenal.'' seru Fadil.
'' Insyaallah, siap-siap.'' jawab Ulil.
Setelah itu, mereka berdua kemudian menuju tempat wudhu laki-laki. Usai berwudhu, mereka kemudian masuk kedalam masjid. Fadil kemudian mengumandangkan adzan, setelah melihat bahwa sudah masuk waktunya untuk melaksanakan sholat maghrib.
Sambil menunggu datangnya para jamaah yang lain, Fadil juga melantunkan syair-syair pujian sholawatan. Suaranya yang terdengar cukup merdu, baik ketika dia mengumandangkan adzan ataupun bersholawat, mampu membuat hati para gadis dikampungnya terpesona. Bahkan, para orang tua yang memiliki anak gadis itu berharap, bisa menjadikan Fadil sebagai menantunya.
Fadil yang memang mempunyai banyak talenta, dan selalu aktif dalam setiap kegiatan, baik dalam kegiatan kepemudaan, terlebih lagi dengan kegiatan keagamaan, oleh masyarakat dikampungnya, dia sering ditunjuk untuk menjadi ini dan itu. Sehingga, meskipun usianya masih muda, tetapi di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya, dia memiliki kharisma tersendiri.
Dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya itulah, yang menjadikan Fadil, mempunyai nilai tersendiri di hati para gadis dan orang tua mereka.
Namun begitu, Fadil tidak pernah berbangga diri dengan apa yang dia miliki. Dia tetap rendah hati dan selalu menganggap, bahwa segala yang ada pada dirinya, hanyalah seperti setetes air dilautan. Dia juga tidak pernah berhenti untuk mencari ilmu . Dia selalu belajar kepada orang-orang alim yang ada di tempatnya.
...****************...
Lima menit kemudian. Usai mengumandangkan adzan dan puji-pujian juga sholawatan, serta setelah melihat para jamaah, yang biasa hadir untuk ikut shalat berjamaah telah datang. Fadil segera mengumandangkan iqomah.
Meskipun jumlah masyarakatnya tidaklah sedikit, namun dalam pelaksanaan sholat berjamaah di tiap-tiap waktunya, hanya ada segelintir orang saja yang datang. Sangat berbeda sekali dengan saat pelaksanaan shalat Jum'at, ataupun sholat pada hari lebaran.
Saat mendengar kalau Fadil ingin mendekati gadis lain, hati Tiara seakan dibakar rasa cemburu. Apalagi dalam hari-hari berikutnya, Fadil benar-benar acuh terhadap Tiara. Jangankan untuk bicara ataupun sekedar iseng menggoda. Untuk berpapasan dan menatap wajah Tiara saja, Fadil selalu menghindar. Hal ini membuat Tiara merasakan rasa sakit, kehilangan, dan juga muncul api cemburu di dalam hati Tiara.
Ada rasa rindu didalam hati Tiara, pada sikap Fadil yang sering usil menggodanya. Dan juga rasa perhatian yang diberikan oleh Fadil kepada Tiara. Sungguh Tiara benar-benar merindukan sikap Fadil yang biasa seperti itu.
Sebenarnya, dalam hati dua insan ini, sama-sama telah tumbuh benih-benih cinta didalam hati mereka. Baik Fadil maupun Tiara, keduanya merasa kehilangan dan tersiksa atas tingkah mereka sendiri. Ya... mereka tersiksa oleh keegoisan diri masing masing.
Hingga pada suatu sore. Fadil yang sedang duduk-duduk didepan pintu gerbang Masjid bersama Ulil sahabatnya, bercanda ria seperti biasa itu, Ulil memberi isyarat kepada Fadil. Kalau tak jauh di belakangnya, si kembang desa dan teman temanya telah datang menuju Masjid. Dan tentunya, mereka akan melewati Fadil dan Ulil. Seketika itu Fadil langsung diam dan membuang jauh tatapan matanya, berpura pura seakan tidak ada Tiara di belakangnya.
Suasana hening seketika saat Tiara, Yunita kakak Tiara, dan juga Rina temanya, akan melintas melewati Fadil dan Ulil. Baru saat setelah mereka berlalu, Ulil dan Fadil kembali melanjutkan obrolannya.
Tentu saja, Tiara yang saat itu merasa dicuekin oleh Fadil, merasakan rasa pahit dan getir didalam hatinya. Hingga tak disangka, Tiara dan Rina setelah meletakkan perlengkapan sholat dan ngajinya didalam Masjid, mereka kembali lagi berlalu dihadapan Fadil dan Ulil.
Fadil yg saat itu tidak menyadari akan kehadiran Tiara, langsung terkejut dan secara reflek menatap wajah Tiara. Tatapan keduanya bertemu, mulut mereka membisu. Namun tetap saling memandang, dan tak ada tanda tanda dari keduanya untuk memalingkan tatapannya.
Suasana menjadi ambigu, hal itu membuat Ulil dan Rina ikut terpaku melihat tingkah mereka berdua. Dua detik, lima detik, bahkan hampir lima belas detik suasana kaku itu terjadi. Kemudian baru keduanya sama sama memalingkan tatapan mereka.
Tiara lalu menggandeng tangan Rina untuk pergi dan melewati Fadil dan Ulil. Saat melewati Fadil, Tiara tanpa sadar berucap:
'' Huh, sekarang sombong banget ya!'' Tiara sambil melirikkan matanya kearah Fadil.
Fadil yg merasa dirinya disindir sontak menjawab.
'' Siapa yang sombong?'' Fadil yang sedang duduk, mengangkat wajahnya menatap Tiara.
''kamu !'' ketus Tiara menjawab.
'' Sombong apanya? maksud nya apa sih kamu?'' Fadil dengan wajah kebingungan.
''Mentang-mentang lagi deketin Vega!''
'' Hei.. mak.. sud..''
'' Alaah, sudahlah sudahlah. Aku tau kamu orangnya memang kayak gitu!'' Cerocos Tiara, tanpa memberikan kesempatan kepada Fadil menyelesaikan ucapanya.
Diperlakuan seperti itu, hati Fadil terbakar emosi, hingga tanpa berfikir dia langsung berkata:
'' Oke!, terserah apa kamu bilang, aku gak peduli. Lagian, emangnya kenapa kalau aku deketin Vega? emangnya kamu siapanya aku? terus kenapa juga kalau aku suka sama Vega? kamu cemburu? hhh dasar Egois!''
Tiara yang sedari tadi tak berhenti berkicau, tiba-tiba terdiam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Fadil. Lidahnya tak mampu lagi berkata, hatinya seakan-akan ditusuk dengan belati. Tanpa sadar, air matanya keluar dari kedua sudut matanya yang indah. Sakit, sungguh sakit. Itulah yang dirasakan oleh Tiara.
Fadil yang sudah terlanjur emosi, setelah mengucapkan kata-kata itu, dia langsung pergi meninggalkan Tiara, Ulil, dan Rina, yang masih terbengong tak paham dengan apa yang terjadi dihadapannya. Dua orang ini, tadi mereka saling tatap, lalu bertengkar tanpa sebab, dan tiba-tiba pergi begitu saja.
Esok sorenya, baik Fadil maupun Tiara, mereka sama sama tidak datang ke Masjid. Fadil masih marah terhadap Tiara, sementara Tiara, karena terlalu memikirkan kejadian kemarin, dia sakit dan demam.
Sore berikutnya Fadil datang ke Masjid. Dia seperti biasanya, menunggu waktu maghrib duduk-duduk di teras Masjid. Beberapa saat kemudian, datang Yunita dan Rina yang segera memasuki pelataran Masjid. Melihat bahwa Tiara tidak bersama mereka, Fadil bertanya kepada Yunita:
'' Yun, mana Tiara? gak berangkat?'' tanya Fadil saat Yunita sudah dekat.
''Tiara sakit, udah dua hari ini dia demam.'' jawab Yunita.
Mendengar penuturan Yunita bahwa Tiara sakit, Fadil merasa sedih. Dia menyesal telah marah terhadap Tiara.
'' Yun, tolong sampaikan maafku sama Tiara. Tolong juga sampaikan salamku sama dia, semoga lekas sembuh!'' ucap Fadil dengan rasa prihatin.
Setelah itu Fadil pergi untuk berwudhu, kemudian masuk kedalam Masjid untuk mengumandangkan adzan, tanda waktu maghrib telah tiba.
Waktu terus berlalu. Usai sholat maghrib, kemudian mengaji sampai datangnya waktu sholat isya, merekapun melaksanakan sholat isya berjamaah. Fadil yang biasanya tidak langsung pulang setelah sholat isya, malam itu dia langsung pulang. Hatinya merasa gelisah saat mendengar kabar kalau Tiara sedang sakit. Dia ingin datang ke rumah Tiara, tapi tidak ada keberanian untuk bertamu kesana.
Sepulang dari masjid, dia langsung berbaring ditempat tidurnya. Matanya menatap langit-langit kamar, sementara pikirannya entah kemana.
Yunita sesampainya di rumah langsung memasuki kamarnya. Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, Dia kemudian rebahan disisi Tiara. Mereka berdua tidur satu kamar.
Tiara masih lemah. Meskipun demamnya telah turun, tapi wajahnya masih terlihat pucat. Selama beberapa hari ini, Tiara tidak melakukan apapun. Dia hanya tidur, makan, dan sesekali duduk diruang keluarga untuk menonton acara TV, untuk menghilangkan rasa jenuhnya.
Biasanya, Tiara sangat aktif melakukan pekerjaan rumah membantu ibunya. Baik itu memasak, mencuci piring, pakaian, ataupun menyapu. Beberapa hari ini, Tiara merasa sangat bosan.
Menyadari Yunita berbaring disebelahnya, Tiara lalu menggeser tubuhnya, dan memberikan sedikit ruang kepada Yunita. Tiara sudah hampir terlelap sebelumnya, namun ketika Yunita datang mengetuk pintu, dia malah terjaga.
" Kamu masih demam?'' ucap Yunita sambil mengecek suhu kening Tiara dengan tangannya.
Tiara menggeleng.
'' Tadi aku ketemu Fadil,'' bisik Yunita sengaja mengecilkan suaranya, takut didengar oleh orang tuanya.
Tak ada respon apapun dari Tiara, hanya matanya yg indah dengan bulu mata yg lentik, yang berkedip menatap langit-langit kamarnya.
'' Dia bilang, minta maaf soal kemarin, dan dia kirim salam buat kamu, katanya moga lekas sembuh.''
Mendengar apa yang diucapkan Yunita tentang Fadil, wajah Tiara tetap datar tanpa ekspresi. Namun disudut matanya yang indah, ada sedikit perubahan, menunjukan bahwa hatinya merasa senang dengan apa yang dikatakan Fadil melalui Yunita.
'' Akhirnya dia mau berbicara padaku.'' gumam Tiara dalam hati.
Ketika Yunita melihat Tiara tak memberikan respon apapun, ataupun sepatah kata keluar dari bibir Tiara, Yunita hanya menghela napas panjang sambil membenahi posisinya dan bersiap untuk tidur. Selang beberapa saat, Tiara menoleh kearah Yunita.
'' Emang dia tahu kalau aku sakit?'' ucap Tiara lirih.
''Aku yang memberitahunya'' jawab Yunita setelah menoleh dan menatap wajah Tiara.
'' Maaf '' lanjutnya.
'' Kak '' Tiara menoleh menatap Yunita.
'' Hemm, Yunita bergumam.
'' Makasih'' keduanya masih bertatapan.
'' Iya, sekarang kita tidur, udah malam, kamu harus istirahat biar cepat sembuh'' lanjut Yunita sembari membenahi posisi tidurnya kembali.
Langit begitu cerah, meskipun tak ada bulan, namun berjuta juta bintang yang menggantung di angkasa, menambah keindahan malam itu. Sebagian orang telah terlelap dan masuk kealam mimpinya masing masing, termasuk Fadil, Tiara, dan juga Yunita. Walaupun sebagian yang lain masih terjaga dan asyik nongkrong nongkrong menikmati suasana hingga larut malam.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!