Saat ini, mentari pagi yang cerah seakan tersenyum kepada seorang gadis cantik yang berniat meninggalkan tempat favoritnya di saat malam, kedua matanya merasa silau hingga memaksanya mengerjap, mencoba menyesuaikan cahaya pagi yang menerobos kamarnya melalui celah angin angin jendela...
Sejenak dirinya terduduk di tepi kasurnya sambil menatap ke sembarang arah...Entah apa yang dipikirkannya hingga cairan bening mulai menetes membasahi pipinya.
"Aku sangat merindukan nya" lirih Nayla tidak bisa menghentikan pipinya dibasahi oleh cairan bening itu.
Cukup lama ia terduduk sembari meratapi langit langit kamar, hanya keheningan yang menemaninya saat ini.. Kemudian kedua kakinya melangkah menuju tirai di jendela berwarna gray berpadu putih yang masih menghalangi cahaya mentari pagi masuk ke dalam kamarnya saat ini...
Tangan kanannya dengan lesu membuka tirai cantik itu, kini kedua matanya merasa semakin silau karena tirai yang sebelumnya masih menghalangi cahaya, telah tersibak kesamping, hingga membuat tubuh bagian depannya terbalut oleh sinar mentari pagi, ia memandangi halaman luar rumahnya cukup lama..
Kemudian dirinya berjalan kearah berlawanan arah dari tempatnya beberapa saat yang lalu, jari jari tangannya menyentuh handle klasik bertujuan untuk membuka pintu balkon pribadi miliknya...
Kedua matanya menangkap pandangan yang sama, pemandangan yang tak sedikitpun berubah dari saat dirinya pertama kali tinggal di sana.. Kakinya berjalan hingga beberapa langkah kemudian ia mendaratkan tubuhnya di salah satu dari sepasang kursi cantik berserta satu mejanya yang sudah tertata rapi disana.. Hidungnya semakin perlahan kembang kempis karena menikmati udara yang terasa masih segar segarnya di pagi hari..
Dirinya mencoba rileks seraya menyapu halus sisa sisa air matanya tadi, menikmati suasana berangin di tempat duduknya saat ini dan mengedarkan pandangannya kesegala arah.. Pandangan nya menatap ke sebuah pohon rindang yang terlihat sejuk ketika angin menerjang dedaunan pohon itu, hal itu membuat matanya semakin dimanjakan...
Namun, dahinya menjadi mengerut mencoba mengamati sesuatu yang jauh dari penglihatannya, itu terlihat tidak jelas, tapi sepertinya seseorang sedang berjalan mendekat, supaya dapat terlihat oleh Nayla..
Sedikit demi sedikit wajah orang itu semakin jelas, Nayla terus mengamati pergerakannya, hingga kedua matanya terbelalak ketika orang itu sudah terlihat jelas di pandangan nya, orang itu terus menatap ke arahnya, hingga mereka berdua beradu pandang cukup lama,
"....!! " seketika Nayla mengalihkan pandangannya, reflek dirinya langsung berlari dari sana,
Jantung nya terasa berdegup tak karuan, tidak terasa kini dirinya berada tepat didepan pintu utama rumahnya, tubuhnya ingin membukakan pintu besar itu untuk memastikan apa yang dilihatnya tadi, tetapi hatinya masih ragu dan menolak untuknya,
“Non...!” Nayla dikagetkan oleh suara wanita paruh baya yang berdiri tepat dibelakangnya, Bi Lila, dia adalah asisten rumah tangga, yang sudah berkerja kepada mereka ketika Nayla masih kecil
“Mau bukain pintu ya..?” tanya bi Lila yang sendari habis membuat serapan pagi di dapur.
“Iya bi apa diluar ada orang.. ” Nayla bertanya balik sambil merapikan piamanya yang agak sedikit berantakan, itu karena saat dia berlari dari kamarnya yang berada di lantai atas, tentu saja hal itu tak sedikitpun mengurangi kecantikannya.
"Iya Non.. Tuan itu sudah datang sejak kemarin malam non.." jawab nya sambil melepaskan apron yang dipakainya. dan itu membuat Nayla seketika mengerutkan dahi mendengar jawaban nya.
".... Kemarin malam, kenapa bibi Gak bangunin Nayla.." Nayla langsung terkaget akan perkataan pembantunya itu.
"Maaf nona Kemarin malam Bibi sudah nyoba ngetuk pintu kamar nona Nayla berkali kali, tapi nona nggak bukain, jadi bibi memberitahu Tuan itu” tutur Bi lila merasa bersalah karena tidak bisa membangunkan Nayla.
"Astaga semalam aku memakai itu" Gumam nayla dan langsung menepuk kepalanya, sebenarnya dia sedang menggunakan earphone untuk mendengarkan lagu Favorite nya.
"Ehh gitu ya, maaf ya bii, Nayla kemaren tidur gara gara kecapekan sampae gak denger suara bibi" saut Nayla berbohong, kedua matanya melirik ke arah pintu.
"Iya non gak apa tapi lain kali jangan sampe kecapekan sepelrti kemarin" tegur bibi dengan halus dan Nayla pun mengiyakannya.
"Tok tok tok" terdengar suara Ketukan pintu dari arah luar dan Bibi langsung hendak membukakan pintu tapi di hentikan oleh Nayla
"Biar Nayla aja bii.." Katanya dan bibi mengangguk kan kepalanya mengiyakan perkataan majikan nya tersebut.
Saat bejalan mendekati pintu, Nayla merasakan kalau tubuhnya sedikit bergetar dan jantungnya lagi lagi berdegup tak karuan seperti sebelumnya
.
.
"Deg"
.
.
"Deg"
.
.
"Deg"
"Ceklek" Suara handle pintu yang barusan saja dipegang oleh Nayla, ia menarik perlahan pintu itu hingga terbuka.
Terlihat seorang pria berdiri tegak tepat di hadapannya, Ekspresi wajahnya yang terkejut dapat ditebak oleh siapa saja yang menatapnya, tentu saja matanya terbelalak sempurna ketika menatap seseorang yang kini sedang berdiri di hadapanya adalah seseorang yang selalu dipikirkannya saat ini.
"Rey..!!" Ucap Nayla yang masih tak bergeming dari posisinya saat ini, bibirnya terasa bergetar, sulit baginya untuk meloloskan sebuah kalimat yang selama ini dipendam nya.
"Nayla...." Suara yang sudah lama tak didengarnya itu, kini langsung mengema dalam telinganya, hal itu kemudian jadi pemicu matanya yang berkaca kaca saat ini.
"Kamu....!!" Nayla kemudian langsung menghidar dari tatapan Rey yang kini tepat berada di hadapanya, orang itu tak jauh berbeda saat SMA dulu, tatapan mata yang tajam walaupun masih tampan dan keren
Suasana yang kala itu sedang berangin, membuat rambut Nayla yang sedang terurai menjadi berhamburan menutupi wajahnya, dan tentu saja ia mencoba menyibak kembali rambutnya... Namun, tiba tiba saja tanpa meminta ijin Rey langsung mendekap tubuh Nayla yang baru bangun tidur itu.
"Aku sangat meridukan muu.." lirih Rey mengeratkan pelukanya kepada Nayla. "Aku sudah mencarimu selama ini, akhirnya aku menemukan mu.." timpal Rey, jari jari tangannya kini menyibak kan rambutnya Nayla.
"Lepaskan....!!" ketus Nayla sambil mendorong tubuh Rey agar melepaskan pelukan saat ini.
Bukanya terlepas tapi Rey malah semakin mendekap erat tubuhnya saat ini, ingin sekali Nayla terlepas dari pelukan rey, namun jauh dalam lubuk hatinya merasa nyaman saat itu. Nayla hanya diam dan membiarkan rey memeluk tubuhnya tanpa membalas pelukan itu.
Rey yang merasa cukup puas melepas rindunya dengan memeluk gadis cantik di dekapannya itu, kini beralih menggenggam salah satu tangan Nayla, “aku ingin berbicara sesuatu denganmu” Ucapnya sambil menatap sendu mata Nayla,
“Masuk lah....” Nayla berkata sambil menepiskan tatapan kosong, kemudian genggaman dan tatapan Rey itu ditepis mentah mentah olehnya.
.
.
.
.
.
.
•Trimakasih karena telah membaca karya saya
•mohon dukunganya
•dengan cara klik
•LIKE, KOMEN, AND FAVORIT•°~
•Gratisss kokk:v
mon maap kalau saya masih typo dalam mengarang cerita ini, bye bye
Lepaskan....!!" ketus Nayla sambil mendorong tubuh Rey agar melepaskan pelukan saat ini.
Bukanya terlepas tapi Rey malah semakin mendekap erat tubuhnya saat ini, ingin sekali Nayla terlepas dari pelukan rey, namun jauh dalam lubuk hatinya merasa nyaman saat itu. Nayla hanya diam dan membiarkan rey memeluk tubuhnya tanpa membalas pelukan itu.
Rey yang merasa cukup puas melepas rindunya dengan memeluk gadis cantik di dekapannya itu, kini beralih menggenggam salah satu tangan Nayla, “aku ingin berbicara sesuatu denganmu” Ucapnya sambil menatap sendu mata Nayla,
“Masuk lah....” Nayla berkata sambil menepiskan tatapan kosong, kemudian genggaman dan tatapan Rey itu ditepis mentah mentah olehnya.
Rey terdiam sejenak karena ditepis oleh Nayla, kemudian dirinya mengiyakan tawaran Nayla saat ini...
Nayla berjalan mendahului Rey beberapa meter, dipersilahkan nya Rey untuk duduk di ruang tamu terlebih dahulu, setelah itu Nayla berpamitan untuk pergi sebentar, karena dirinya ingin Menganti pakaian yang lebih sopan terlebih dahulu.
Rey pun mengiyakannya seraya memandangi punggung wanita itu dari tempatnya saat ini, kemudian dia duduk di sofa ruang tamu yang tertata rapi beserta aksesoris ruangan disana..
Sebelum itu Nayla mampir dulu ke dapur menyuruh Bi Lila membawakan minum untuk tamunya. ia berjalan lunglai hingga dalam kamarnya, kemudian ia menutup perlahan pintu kamarnya dengan rapat,
Kini tubuhnya berdiri mebelakangi pintu kamarnya dari dalam, cairan bening yang tidak terkondisikan mulai beberapa saat yang lalu, tidak henti hentinya keluar dari matanya begitu deras hingga membasahi semua pipinya.
“Aku juga sangat merindukanmu..” lirihnya mengusap pipinya menggunakan punggung telapak tangannya, seraya mengigit bibir bawahnya.
"Kenapa kamu malah mencariku. Kalau seperti ini bagaimana bisa aku melupakanmu" ia memejamkan matanya dan menangis tanpa bersuara. "kenapa kau kembali lagii aku harus bagaimana" timpalnya sambil menyeka air matanya yang mulai terhenti.
Saat tangisanya mulai mereda Nayla langsung menuju kamar mandi dia mendudukan tubuhnya di Bath up yang sudah diberi sabun cair dan mulai membersihkan tubuh... Dirinya menatap kesembarnagan arah dengat tatapan kosong..
Mungkin itu karena dirinya bertemu dengan seseorang yang selalu di pikirkan nya selama ini, namun dirinya memutuskan untuk menghindarinya dengan cara menghilang dari kehidupan Rey,
“Tenang Nayla.. tenang kamu tidak boleh menangis lagi...” lirihnya, kemudian ia mengusap kasar wajahnya dengan air, agar mata dan hidungnya tidak terlihat memerah
Tak lama kemudian, Nayla keluar dari kamar mandi, ia langsung mengenakan sweater berwarna cream yang sekira panjangnya 10 centi dari atas lutut..
Ia membiarkan rambutnya yang agak basah tergerai panjang dan langsung keluar kamar menuju ruang tamu..
Terlihat Rey sedang duduk terlihat sibuk dengan ponselnya, Nayla tidak bisa menyangkal kalau Rey itu sangat tampan dan keren, saat ini juga gaya duduknya terlihat mempesona, dirinya kemudian memperhatikan kedatangan Nayla...
Disisi lain Nayla menarik napas panjang perlahan lahan mendudukan diri di sofa yang jaraknya cukup jauh dari tempat duduk Rey.
"Ada apa kau kemari" tanpa basa basi Nayla langsung melontarkan pertanyaan tersebut kepada Rey, walaupun hatinya sangat sesak, tapi ia tetap mengatakannya dan menyembunyikan rasa sesak itu, untuk dirinya sendiri.
Tak ada sedikitpun kata kata yang terucap dari bibir Rey, dia tak bergeming menatap Nayla hingga membuat Nayla merasa perkataannya di acuhkan. Dirinya terpana akan kecantikan Nayla saat ini, tanpa make up wajahnya terlihat sangat cantik
.
.
Sunyi..
.
.
.
Sunyi.....
.
.
.
“Baik, kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan silahkan pergi..” Nayla beranjak berdiri hendak meninggalkan ruangan tersebut tetapi langkahnya terhenti saat terucap sebuah kata kata dari laki laki itu
“Menikahlah dengan kuu..” perkataan Rey itu langsung tersentak di dalam telinganya dan membuat matanya membulat sempurna dia memalingkan tubuhnya ke arah suara itu.
"Kalau kau ingin bercanda silahkan cari tempat lain aku tidak punya waktu untuk meladenimu" tegas nayla langsung melangkah pergi menaiki anak tangga yang berada di rumahnya itu dan lagi lagi langkah kakinya terhenti saat mendengar jawaban dari laki laki itu.
"Aku tidak bercanda" Jawab Rey
Nayla dia langsung membalikan tubuhnya dan mendudukan kembali tubuhnya di sofa itu dan tidak mau menatap kedua mata lelaki itu
"Pulanglah" Pinta Nayla dan langsung metap sembarangan arah dan meminum minuman yang telah di suguhkan oleh Bi Lila.
"Aku mencintaimu" Ungkap Rey menatap kedua mata Nayla dengan dalam
"Aku akan menunggu jawaban muu" Lelaki itu tetap menatap wajah perempuan yang duduk di hadapnya itu.
Mendengar perkataan leleki itu membuat mata Nayla berkaca kaca dan dengan keras menahan air mata yang ingin terjatuh
"Pulanglah aku tidak punya jawaban apa apa" langsung pergi meninggalkan Lelaki itu sediri di ruangan itu.
Saat melangkahkan kakinya Nayla merasa begitu berat dan membuat air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya.
Sampai di kamar dia merebahkan tubuhnya di kasur yang begitu empuk dan membuatnya merasa nyaman.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•~•° Bersambung°•~
• >Terimakasih Telah membacaa<
•"Moho dukungannya dengan cara klik"
•~°•*Like and Favorit•°*~
•Gratis kok
moon maap kalau saya masih typo dalam mengarang cerita ini, bye bye
Keesokan harinya di dalam kamar Nayla menerima pesan chat dari sahabat akrabnya bernama Chelsia dan Fany mereka bertiga mulai akrab saat Nayla pernah menolongnya Fany saat hendak di Bully oleh teman perempuanya yang iri dengannya.
Saat Nayla tidak datang kuliah itu membuat Chelsia dan Fany hawatir karena tidak bisanya Nayla tidak datang.
[Nayla kenapa kau gak hadir kelas] ~Chelsia
[Aku lagi tidak enak badan] ~Nayla
[Astaga kenapa kau gak mengabari kami, kalau tahu kan kami berdua pasti akan menemanimu dirumah] ~Fany
[Ahahaa gak usahh aku gak mau ngerepotin kalian berdua] ~Nayla
[Oke kami akan bolos kelas dan langsung datang kerumahmu] ~Chelsia
[Kalian berdua jangan Bolos kelas untuk datang kemari] ~Nayla
]Yahhh sayang sekalii kalau begitu habis pulang kuliah dehh] ~Fany
[Iyaa pokoknya jangan bolos kuliah awas kalian] ~Nayla
[Siappp boss]~Fany Chelsia
setelah itu mereka bertiga mengakhiri pesan tersebut secara bersamaan.
Saat sudah jam 11.45 terdengar suara bising mobil dari luar rumahnya
Nayla mengintip dari balkon kamarnya ternyata mereka berdua sudah datang. ia langsung berjalan melangkah ke luar kamar untuk membukakan pintu rumah tetapi sudah didahului oleh bi Lila.
"Bii nanti tolong antarkan minum untuk temen temen Nayla kekamar" Suruh Nayla langsung keluar menemui teman temanya ituu.
"Baik non" Menganguk langsung pergi menuju ke dapur membuatkan minum.
"Naylaa kaumasih sakit" tanya Fany langsung menghampiri Nayla dan menyentuh pipi nayla untuk merasakan suhu tubuhnya.
"sekarang aku sudah mendingan kok" Jawabnya sambil melirik chelsia yang sedang mebawa kantong belanjaan yang lumayan besar.
"Ayo masuk aku capek nihh" celutuk Chelsia langsung nyelonong masuk kedalam rumah Nayla dan mereka berdua langsung mengiyakan perkataan Chelsia.
"Om Faisal sama tante Bianka masih belum pulang" tanya chelsia
"Papa sama mama masih belum pulang mungkin lusa atau minggu depan mereka baru pulang" jawab Nayla
"tenang kamu gak usah sedih kami berdua ada untuk menemanimu" celotuk Fany langsung mengandeng tangan Nayla.
"trimakasih" ucap nayla dan kedua sahabatnya itu mengiyakannya.
Tak heran dengan Chelsia dan fany mereka berdua sudah menganggap Nayla sebagai saudaranya sendiri dan begitu juga dengan Nayla mereka sudah merasa kalau rumah Nayla sepeti rumah mereka sendiri.
Saat di kamar Fany dan Chelsia menyadari keanehan sikap Nayla dan membujuk nayla untuk bercerita tentang masalahnya. Karena tidak bisa menolak permintaan dari sahabat baiknya itu nayla langsung menceritakan tentang kedatangan Rey menemuinya.
"Tok tok tok" suara ketukan bi lila seketika menghentikan cerita Nayla kepada mereka berdua.
"Iya bii" ucap nayla seraya membuka pintubkamarnya.
"Ini non minumannya" Menyodorkan Nampan yang berisi 3 buah gelas tersusun rapi dan berisi jus.
"Makasih ya bii" Nayla menepiskan senyuman kepada bi lila dan langsung berlalu masuk ke dalam kamarnya memberikan minum kepada kedua sahabatnya itu.
Nayla langsungsung melanjutkan ceritanya itu. setelah selesai bercerita nayla mengajak kedua sahabatnya untuk minum.
"Aku haus minum dulu dehh" ajak nayla langsung mengambil minum yang berada di meja yang tepat berada di depan mereka bertiga.
Fany dan Chelsia mengiyakan ajakan Nayla untuk minum chelsia membuka kantong itu dan memberikanya kepada Nayla.
"Apa inii" Nayla menyaut boks yang diberikan oleh Chelsia.
"Tadi aku sama Fany liat baju inii keliatanya cocok kalau kau yang pakai jadi kami beli" saut Fany seraya menatap boks yang dipegang Nayla.
"Wahh makasih ya lain kali aku traktir dehh" Ucap Nayla langsung menepiskan senyuman lebarnya.
"Nayla coba ceritakan saat pertama kali kau bertemu dengannya" Ucap Chelsia membuat suasana kamar menjadi hening seketika.
.
.
.
Sunyi
.
.
.
Sunyi
.
.
.
"(menghela Nafas) baik" Nayla memulai ceritanya walau hatinya terasa sesak mengingatnya. Fany dan chelsia mengiyakan perkataan nayla.
Nayla menceritakan semuanya dari awal saat dia bertemu dengan Rey dan kesan pertama yang ia dapatkan saat melihat Rey. Saat itu Nayla masih tinggal bersama almarhum ibu angakatnya di panti dan kehidupannya biasa biasa saja tidak seperti sekarang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!