Keluarga Prawiro Edy bersiap-siap untuk mengadakan upacara serah terima jabatan Presiden Direktur kepada putra semata wayangnya Adrian Prawiro.
Prawiro Edy yang sudah memasuki usia senja terpaksa melepaskan jabatannya kepada putra tunggalnya meskipun ia belum kompeten dalam menjalankan perusahaan miliknya.
Pro kontra pun mulai menyeruak di kalangan para direksi dan pemegang Saham yang tak setuju dengan penunjukan Adrian sebagai Presiden Direktur pengganti Prawiro Edy.
Beberapa orang pemegang saham utama bahkan mengancam akan menarik investasi mereka jika Sang Presdir tetap melantik putranya menjadi pimpinan PE corporation.
"Apapun keputusan mereka, aku akan tetap mewariskan perusahaan ini kepada putraku. Aku yakin suatu saat dia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat menggantikan diriku," ucap Prawiro Edy penuh percaya diri
"Tapi Pak, bagaimana jika para pemilik saham itu benar-benar hengkang dari perusahaan kita,"
"Aku tidak takut, lagipula masih banyak investor lain yang ingin berinvestasi di perusahaan kita. Jadi jangan khawatir," jawab Prawiro Edy
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Prawiro
"Sudah Pak,"
Prawiro Edy segera masuk kedalam mobilnya menyusul, istri dan anaknya.
"Hari ini biar aku saja yang menyetir," tukas Prawiro mengambil kunci mobilnya.
"Baik Tuan,"
Lelaki tua itu segera melesatkan mobilnya meninggalkan istananya.
"Hari ini aku akan memberikan semua milikku padamu Rey. Ayah tahu kau belum siap untuk memimpin perusahaan kita, tapi hanya kau satu-satunya orang yang aku percaya untuk mengurus semua aset keluarga kita. Aku harap kau bisa belajar banyak dari Paman Bisma untuk mengembangkan perusahaan kita," ucap lelaki itu memegang erat jemari Adrian.
"Aku yakin suatu saat kau akan jadi pemimpin hebat dan membesarkan perusahaan kita," imbuhnya dengan semburat senyum di wajahnya.
Saat mobil melintasi sebuah tikungan tiba-tiba Prawiro kehilangan kendali, ketika ia mencoba menghentikan mobilnya ternyata remnya blong.
"Ada apa ini ayah," ucap Rey ketakutan
"Sepertinya rem mobilnya blong, pegangan yang kuat dan jangan panik!" tutur Prawiro mencoba menenangkan istri dan anaknya yang mulai panik.
Saat menghindari truk yang ada di depannya, mobil Prawiro justru menabrak pembatas jalan.
*Braakkkk!!!
Suara sirene mobil ambulance memecah keheningan malam membawa Prawiro dan keluarganya ke rumah sakit.
"Bagaimana keadaan keponakan ku dok?" tanya Bisma menghampiri seorang dokter yang merawat Adrian
"Meskipun ia selamat dari maut, namun karena cedera yang dialaminya cukup parah mungkin ia hanya bisa berbaring selamanya di ranjang." jawab sang dokter
Bisma tersenyum simpul mendengar jawaban sang dokter.
*Rapat Direksi PE CORPORATION
Semua Direksi dan para pemegang saham sudah berkumpul dan terlihat cemas mendengar berita kecelakaan yang menimpa Prawiro Edy dan keluarganya.
*Tak, tak, tak!!
Semuanya seketika terdiam ketika Bisma Haryono memasuki ruangan meeting.
"Selamat siang semuanya," ucap Bisma penuh Wibawa
"Saya tahu kalian pasti cemas setelah mendengar berita kecelakaan yang menimpa Kakak saya dan keluarga. Itulah sebabnya aku mengumpulkan kalian pada siang hari ini. Saya selaku keluarga dan juga Wakil Presiden Direktur PE CORPORATION akan memegang jabatan sebagai Presdir PE CORPORATION untuk sementara waktu sampai sang pewaris tunggal Adrian Prawiro sehat kembali," ucap Bisma membuat semua Direksi dan para pemegang saham lega.
"Syukurlah kalau begitu, kami yakin PE CORPORATION akan lebih maju di tangan anda Tuan Bisma," seru seorang perwakilan Direksi.
Setelah rapat usai Bisma segera menuju ruangan Presiden Direktur.
"Akhirnya aku bisa juga duduk di atas kursi ini," ucap lelaki itu menyadarkan tubuhnya di kursi Presdir
"Ah, andai saja aku tahu senyaman ini duduk di kursi ini, pasti sudah lama aku menyingkirkan mu Kang Mas Prawiro," imbuhnya menyeringai
Tidak lama terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk!"
Seorang wanita cantik memasuki ruangan itu dengan membawa setumpuk dokumen.
"Selamat pagi pak, ini beberapa dokumen yang harus anda tandatangani hari ini," ucap wanita itu ramah.
"Baik, terimakasih Len,"
"Sama-sama," wanita itu segera meletakkan dokumen itu dan pergi meninggalkan ruangan itu.
"Wah enaknya jadi seorang Presdir, kerjanya hanya ongkang-ongkang kaki, tanda tangan tapi gaji paling besar."
*********
Siang itu di Rumah sakit Internasional Saint Siloam.
"Alhamdulillah akhirnya kau siuman juga Tuan Muda," ucap seorang lelaki begitu bahagia ketika melihat Adrian membuka matanya.
"Aku ingin pulang paman," tukas Rey mencoba bangun dari tidurnya.
"Anda belum bisa bergerak Tuan, kau masih harus menjalani banyak terapi agar bisa kembali sehat lagi," tukas lelaki itu membantu Adrian duduk di ranjangnya.
"Aku ingin keluar, aku ingin menghirup udara segar di luaran, aku pengap disini," celoteh Adrian yang jengah terus berada di bangsal perawatannya.
Lelaki itu berusaha turun dan menginjakan kakinya ke lantai, namu jangankan untuk berjalan, bahkan untuk berdiri menopang tubuhnya saja dia tidak kuat.
Adrian terjatuh saat mencoba untuk berdiri, beruntung Utsman segera menangkap tubuh lelaki itu hingga ia tidak terjatuh.
"Apa yang terjadi padaku paman, katakanlah kenapa aku tidak bisa berjalan!" seru Adrian kesal
"Setelah kecelakaan itu, anda mengalami kelumpuhan," jawab Utsman hati-hati
"Apa???, aku lumpuh??" tanya Adrian tak percaya
"Benar Tuan Muda, tapi anda jangan khawatir karena dokter sedang berusaha untuk menyembuhkan anda, aku yakin anda pasti bisa berjalan lagi seperti semula,"
"Hahahaha!" Adrian tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Utsman yang berusaha menghiburnya
"Kau tidak perlu repot-repot menghibur ku paman, aku tahu jika sekarang aku benar-benar menjadi seorang sampah. Aku tidak memiliki kelebihan dan sekarang ditambah aku cacat. Aku tidak lebih dari mayat hidup yang hanya merepotkan orang lain saja, aku benci dengan diriku sendiri, aku benci!!" seru Adrian meronta-ronta, membuat Utsman segera memeluk dan menenangkannya
"Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia, semuanya memiliki manfaat dan pasti berguna untuk orang lain, hanya saja kita belum tahu dimana kelebihan kita. Jadi jangan menganggap dirimu sampah, bahkan mahluk menjijikkan seperti larva saja bisa mendatangkan pundi-pundi uang jika kita mau membudidayakannya. Larva juga bisa membantu menguraikan makan dan sampah. Jadi jangan berkecil hati, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan di dunia ini, jadi tetaplah semangat untuk terus menjalani terapi." tukas lelaki itu memeluknya erat.
Kabar tentang Adrian yang sudah siuman rupanya mengusik ketenangan Bisma Haryono. Lelaki itu begitu kesal mendengar keponakannya siuman.
"Kenapa kau tidak mati saja Rey, percuma saja kau hidup jika hanya menjadi mayat hidup. Kau hanya akan menghalangi ku mendapatkan posisi Presiden Direktur di PE CORPORATION."
Malam itu juga Bisma segera menjenguk Adrian untuk melihat kondisinya.
"Selamat malam Rey, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Bisma menatap tajam Adrian
"Buruk, aku ingin pulang Om, aku jengah bila terus berada di sini," jawab Adrian
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan mencari udara segar malam ini?"
"Ok, aku mau Om,"
Bisma segera memindahkan Adrian keatas kursi roda dan mendorongnya keluar meninggalkan ruang perawatannya.
Bisma sengaja mengajak Adrian menuju roof top rumah Sakit untuk melihat pemandangan kota Jakarta dari atas gedung.
"Lihatlah pemandangannya, indah bukan?" tanyanya menyeringai
"Indah sekali Om," ucap Adrian begitu bahagia bisa melihat pemandangan kota Jakarta di malam hari dari atas gedung
"Nikmatilah pemandangan itu sepuasnya, sebelum kau tidak bisa melihatnya lagi," tukas Bisma kemudian mendorong kursi roda Adrian hingga jatuh dari atas gedung.
"Matilah kau anak sampah!" seru Bisma menyeringai
#Cerita ini hanya cerita fiksi belaka
*Brakkkk!!!
Rey jatuh terkapar bersimbah darah di depan halaman rumah sakit.
"Cepat urus mayatnya dan segera singkirkan jauh-jauh. Jangan sampai ada jejak ataupun bukti yang tertinggal!" titah Bisma memberikan komando kepada anak buahnya.
"Baik Tuan,"
Beberapa orang lelaki berbadan tegap segera bergegas menghampiri Rey, dan membawa mayat pemuda itu pergi.
Untuk menghilangkan rekam jejaknya, Bisma sengaja membakar bangsal perawatan Adrian.
"Kebakaran, kebakaran!!" seru semua orang berlarian saat si jago merah mulai melalap apapun yang dilewatinya.
******
"Serius kau ingin membuang mayat itu ke halaman mu!"
"Tentu saja, lagipula jika kita membuangnya di sini maka polisi bisa cepat menemukannya. Sekalian aku juga mau menjenguk istriku yang baru melahirkan, jadi aku tidak keberatan. Toh aku tahu tempat terpencil yang tidak akan mungkin di jamah oleh siapapun kecuali apara pemburu hantu jadi kau jangan khawatir. Jangan lupa minta bonus yang besar pada Ketua karena kita sudah membereskan mayat Tuan Muda dengan rapi,"
"Baiklah terserah kau saja," jawab lelaki itu memberikan amplop coklat padanya.
"Jangan lama-lama dan cepatlah kembali," imbuhnya
"Baik bos," lelaki itu segera melesatkan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih dua belas jam lelaki itu tiba juga di desa Mojokerto Jawa Timur.
Ia kemudian menghentikan mobilnya disebuah hutan belantara dan menyerat tubuh Adrian memasuki hutan itu.
Langkahnya berhenti didepan sebuah sumur tua yang dianggap angker oleh masyarakat sekitar.
"Daripada kau dimakan binatang buas lebih baik kau tidur di dalam Sumur itu menemani Panglima Kebo Iwa, karena nasib kalian benar-benar mirip semoga kalian bisa akur di dalam sana," ucap lelaki itu kemudian memasukan tubuh Adrian kedalam sumur tua itu.
*Bruugghh!!!
Ia kemudian menutup sumur itu dengan ranting kering dan dedaunan .
"Selesai sudah, sekarang saatnya aku pulang,"
Lelaki itu segera membalikkan badannya, namun betapa terkejutnya dia saat melihat sosok lelaki tinggi besar muncul dihadapannya.
"Ha...ha...hantuuuu!!!" serunya kemudian pingsan
Lelaki itu kemudian berjalan menuju ke sumur tua itu, ia kemudian segera melompat kedalam sumur itu.
Ia kemudian memeriksa kondisi pemuda itu.
"Inikah jawabanmu setelah aku menunggu selama enam ratus tahun lamanya, bukannya membawa musuh bebuyutan ku kemari tapi kau malah mengirimkan sesosok mayat ke rumahku," tukas lelaki itu tersenyum getir
Saat ia akan meninggalkan jasad Adrian, tiba-tiba lengan Adrian menarik bajunya.
"Ajaib sekali, bagaimana mayat bisa hidup setelah aku sentuh," Kebo Iwa segera menoleh kearah Adrian yang berusaha menggerakkan bibirnya.
Karena iba melihat kondisi Adrian, Kebo Iwa pun mendekatkan telinganya untuk mendengarkan apa yang diucapkan oleh pura itu.
"To...long...a...ku," ucap Adrian lirih
"Kau bisa bertahan meskipun sudah berada di ambang Neraka, kau mengingatkan aku pada diriku enam ratus tahun yang lalu,"
*Flashback
Pada abad ke 14 saat Patih Gajah Mada sedang gencar-gencarnya menyatukan Nusantara demi mewujudkan sumpah Palapa yang di gagas olehnya.
Kesaktian sosok Kebo Iwa yang merupakan Panglima perang Kerajaan Bali membuat Gajah Mada kesulitan menaklukkan kerajaan tersebut. Kemampuannya dalam mengatur strategi perang membuat Patih Gajah Mada harus takluk kepadanya.
Demi mempersatukan Nusantara Patih Gajah Mada pun kemudian membuat siasat untuk membunuh Sang Panglima Perang.
Atas seijin Ratu Majapahit Tribuana Tunggadewi maka Patih Gajah Mada pun mendatangi kerajaan Bali untuk menyampaikan pesan darinya.
Saat tiba di perairan wilayah Bali seorang panglima perang lainnya yaitu Ki Pasung Grigis menghampirinya.
"Maafkan atas kedatangan hamba tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Hamba adalah utusan Kerajaan Majapahit bernama Patih Gajah Mada, kedatangan Hamba atas kehendak Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Raja Bali Aga,” kata Gajah Mada
Melihat ketulusan dan kesopanan Patih Gajah Mada membuat Ki Pasung Gerigi menerima kedatangan Patih Majapahit itu.
"Baik Patih Mada (Gajah Mada), kami akan mengantar anda menghadap Sri Baginda Raja. Tetapi alangkah baiknya jika Patih Mada beserta rombongan beristirahat sejenak,” kata Ki Pasung Grigi
Setelah beristirahat sejenak Ki Pasung Grigi mengajak Patih Gajah Mada bertemu dengan Raja Bali.
Raja Bali menerima dengan baik kedatangan Patih Gajah Mada dan mengijinkan Kebo Iwa untuk ikut bersama Patih Gajah Mada ke tanah Jawa untuk dinikahkan dengan seorang Puteri dari Lemah Tulis sebagai tanda persahabatan kedua Kerajaan tanpa sedikitpun menaruh curiga.
Sebelum berangkat ke Tanah Jawa Kebo Iwa terlebih dahulu menemui kekasihnya untuk berpamitan.
"Maafkan kanda Dinda, bukan maksudku untuk mengkhianati dirimu. Aku menikahi wanita itu hanya untuk menghindar terjadinya perang besar antara Majapahit dan kerajaan Bali. Percayalah meskipun kau hanya akan menjadi selir ku kelak, tapi kau tetap menjadi permaisuri dalam hatiku. Karena aku hanya mencintai dirimu saja," ucap Kebo Iwa meyakinkan kekasihnya
"Tentu saja Kanda, aku tidak keberatan Kanda menikahi wanita itu, asal cintamu tetap untukku. Dan berjanjilah padaku untuk segera kembali dan meminang ku," jawab wanita itu berkaca-kaca
"Tentu saja Dinda, aku pasti akan segera kembali dan menikahi mu," jawab Kebo Iwa memeluk erat wanita itu
Saat pagi menjelang, Kebo Iwa pun meninggalkan Kerajaan Bali menggunakan perahu bersama Patih Gajah Mada dan anak buahnya.
Ambisi untuk menyingkirkan Kebo Iwa membuat Patih Gajah Mada sengaja membocori perahu yang dinaiki oleh Kebo Iwa, hingga perahunya tenggelam di tengah samudera saat menuju ke Majapahit.
Namun tanpa di duga selain sakti mandraguna Kebo Iwa juga memiliki kemampuan berenang yang cukup tinggi, ia bahkan mampu mengarungi samudera dan bertahan hidup saat tak seorangpun menolongnya.
Ia berenang seperti ikan paus membuat Patih Gajah Mada terkagum-kagum melihatnya.
Sesampainya di Majapahit Gajah Mada mengajak Kebo Iwa kesebuah Sumur yang akan dihadiahi untuknya.
Saat berdiri diatas Sumur itu Patih Gajah Mada sengaja mendorong tubuh Kebo Iwa hingga masuk kedalam Sumur tersebut.
Ia bersama pasukannya sengaja menutup sumur itu dengan pasir dan batu agar sang Panglima mati.
Kebo Iwa merasa kecewa saat mendengar ucapan Patih Gajah Mada yang ingin membunuhnya hanya demi menaklukkan kerajaan Bali dan mewujudkan sumpah Palapanya.
Lelaki itu kemudian keluar dari dalam Sumur dan menantang duel Patih Gajah Mada.
Keduanya kemudian terlibat pertarungan sengit dan berlangsung berhari-hari karena keduanya sama-sama kuat. Namun ditengah pertarungan Kebo Iwa menanyakan alasan Patih Gajah Mada melakukan hal licik itu kepadanya.
"Kenapa seorang Patih yang sangat di segani seperti anda melakukan hal hina seperti ini?"
"Kewajiban seorang ksatria untuk memperluas wilayah kerajaannya, serta mempersatukan nusantara di bawah panji-panji Majapahit. Karena Patih Kebo Iwa merupakan batusandungan, jadi wajib untuk disingkirkan,” jawab Gajah Mada
"Hahahaha!!" Kebo Iwa terkekeh mendengar jawaban Gajah Mada,
Saat ia lengah Patih Gajah Mada segera menghunuskan pedangnya dan mengubur jasad Kebo Iwo kedalam sumur menutup sumur itu dengan batu kapur.
Dalam keheningan dan Kegelapan, Kebo Iwa pun menyesali keputusannya yang meninggal kekasihnya hanya demi sebuah tipuan belaka.
"Maafkan aku Dinda," ucapnya gusar.
Saat mengira Sang Panglima telah tewas Patuh Gajah Mada segera melakukan ekspedisi ke kerajaan Bali. Ia berhasil menaklukkan kerajaan Bali dan kekasih Kebo Iwa tewas dalam pertempuran itu.
"Dinda...maafkan aku... seandainya saja aku tidak menuruti perintah Yang Mulia Raja, kau tidak akan seperti ini, maafkan aku!!" sesal Kebo Iwa memeluk jasad kekasihnya
"Aaarrrggghhhh!!" pekik lelaki itu meluapkan emosinya
*Flashback off
"Kau terluka begitu parah, lalu bagaimana aku bisa menolong mu," tukas Kebo Iwa menatap sendu kearah Adrian
Ia kemudian menggendong tubuh pemuda itu dan membawanya keluar dari sumur.
"Seandainya saja aku manusia aku pasti akan membantumu membalaskan dendam kepada orang-orang yang sudah membuat mu terluka. Tapi sayangnya aku hanya jiwa yang abadi karena dendam yang tak kunjung padam dalam hatiku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menjadi arwah penasaran," ucap Kebo Iwa mengusap lembut wajah Adrian
"Aku tak bisa menolong mu lagi karena aku tidak punya kekuatan seperti dulu, semoga ada seseorang yang akan menemukan dirimu dan membawamu ke tabib," ia kemudian membaringkan tubuh Adrian di tepi jalan.
Saat Lelaki itu hendak meninggalkannya, tiba-tiba Adrian menarik lengannya.
"Kau bisa menyentuh ku," ucap Kebo Iwa kebingungan
Adrian membuka matanya dan menatap tajam kearah Kebo Iwa.
"Apa kau juga bisa melihat ku?" tanyanya lagi
Adrian hanya mengedipkan matanya.
"Wah, bagaimana bisa manusia biasa seperti dirimu bisa melihat sukma ku?" ucapnya lagi
Ia kemudian membalikkan badannya dan kembali duduk disampingnya.
"Apakah ini takdir,"
Adrian merogoh saku celananya dan memberikan sebuah cincin kepadanya.
"Apa ini??" tanya Kebo Iwa kebingungan
Setelah memberikan cincin itu tiba-tiba Adrian menghembuskan nafas terakhirnya.
"Kau ingin aku apakan cincin ini??" tanya Kebo Iwa mengguncang tubuh pemuda itu
Ia menepuk-nepuk pipi Adrian, namun sayangnya pemuda itu sudah tak bernafas lagi.
"Kenapa kau harus memberikan aku sesuatu jika kau tidak menyampaikan apa maksud mu," ujar Kebo Iwa kemudian mengembalikan cincin kepada Adrian.
Ia memasang cincin itu di jari tengah Adrian. Namun saat cincin itu sudah melingkar di jari tengah Adrian tiba-tiba saja Kebo Iwa merasakan tubuhnya seperti tersedot masuk kedalam diri Adrian.
Kebo Iwa mencoba bertahan sekuat tenaga saat sebuah kekuatan besar menarik sukmanya masuk kedalam tubuh Adrian, namun sekuat apapun ia tetap saja ia berhasil tersedot masuk kedalam tubuh pemuda malang itu.
"Huft!!" Kebo Iwa menarik nafas panjang saat dan segera duduk untuk mengatur nafasnya.
Ia memukul-mukul dadanya yang masih terasa sesak, dan kemudian berdiri.
"Apa yang terjadi padaku, kenapa aku ada di tubuh bocah ini," tukas Iwa terkejut saat mendapati dirinya masuk kedalam tubuh Adrian.
"Bagaimana mungkin aku bisa hidup lagi di dalam tubuh pemuda ini, apa yang sebenarnya terjadi, apa aku mimpi?" Kebo Iwa mencoba menepuk-nepuk pipinya untuk memastikan bahwa itu bukan mimpi.
"Sakit!" pekiknya kemudian berhenti menampar pipinya.
"Ah ternyata aku benar-benar hidup lagi, aku bahkan bisa merasakan sakit sekarang, yeay!!" seru lelaki itu begitu bahagia
Kebo Iwa kemudian berjalan meninggalkan hutan itu menuju ke sebuah perkampungan.
"Enam ratus berlalu ternyata dunia sudah benar-benar berubah," tukas lelaki itu terkejut ketika melihat rumah-rumah besar berdiri di tepi jalan.
Ia kemudian beristirahat di sebuah pos ronda.
"Kenapa tubuh pemuda ini lemah sekali, padahal aku baru berjalan sekitar 10 kilo tapi kenapa tubuhku rasanya letih sekali," tukas Kebo Iwa kemudian membaringkan tubuhnya di tempat itu.
Karena kelelahan lelaki itu kemudian terlelap di dalam poskamling.
Saat sinar mentari pagi mulai menampakkan wajahnya, para warga berkerumun di depan poskamling. Mereka terkejut ketika melihat orang asing tergeletak di pos ronda tersebut dengan luka di sekujur tubuhnya.
"Wah siapa dia, apa dia korban begal?" ucap salah seorang warga
"Bisa jadi??"
"Kasian sekali, dia bahkan belum sadarkan diri juga. Bagaimana kalau kita bawa ke rumah sakit saja,"
"Benar, daripada mati di sini dan nama kampung kita jelek, lebih baik kita telepon ambulance saja,"
"Tapi, siapa yang akan membayar biaya perawatannya!"
"Ah benar juga, bagaimana kalau kita lapor pak RT saja, aku yakin dia pasti punya solusi terbaik untuk menolong pemuda malang itu,"
Tidak lama seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka.
"Ada apa ini ribut-ribut!" serunya membuat semua orang segera memberi jalan untuknya.
"Ada korban begal pak RT," tukas seorang warga menunjuk kearah Adrian yang masih terbaring di poskamling.
"Bawa dia ke rumah sakit," sahutnya
"Baik Pak RT,"
Saat beberapa warga hendak memindahkan tubuh Adrian tiba-tiba saja lelaki itu terbangun membuat semua orang terkejut.
"Waahh, dia bangun!!" seru salah seorang warga membuat Pak RT langsung menghampiri Adrian.
Kebo Iwa segera duduk dan meregangkan lengannya.
"Siapa namamu anak muda, dan kenapa kau bisa terluka seperti ini?" tanya lelaki itu
Kebo Iwa termangu mendengar pertanyaan sang RT.
"Siapa namamu cah Bagus?" tanyanya lagi
"Saya Ke..Kebo Iwa?" jawab Kebo Iwa terbata
"Apa, Kebo Iwa??" Pak RT terlihat mengernyitkan dahinya saat mendengar nama aneh pemuda itu
"Kebo???"
"Wah nama anak muda itu kebo, yang benar saja masa di jaman modern seperti ini ada orang tua yang kasih nama anaknya nama binatang sih. Tega amat ya!" seru yang lain
"Ah maksud saya, nama saya Iwa," sela Kebo Iwa mencoba meredam kebingungan warga
"Oh Iwa!!!" seru para warga bersamaan
*Kruyuukkk!!!
Semua warga langsung terdiam ketika mendengar suara perut keroncongan Kebo Iwa.
"Maaf," tukas Kebo Iwa memegangi perutnya
"Wah kasian sekali dia pasti kelaparan," bisik para warga
"Ikut saya," ajak Pak RT
Kebo Iwa segera mengikuti Pak RT menuju ke rumahnya.
Saat ia menuju ke rumah sang RT, tak sengaja anak buah Bisma melihatnya.
"Tidak mungkin, bagiamana bisa pemuda itu hidup lagi," tukas lelaki itu kebingungan
Karena penasaran ia kemudian mengikuti mereka diam-diam.
"Silakan masuk," tukas pak RT
Kebo Iwa segera masuk mengikuti lelaki itu.
"Silakan duduk dan makanlah," ujar Pak RT mempersilakannya makan
"Terimakasih," jawab Kebo Iwa kemudian melahap makanannya
"Boleh lihat tanda pengenal mu?" tanya Pak RT duduk di sampingnya.
"Saya tidak punya," jawab Kebo Iwa
"Kalau boleh tahu dimana kamu berasal?" tanya Pak RT lagi
"Aku... aku tidak tahu, yang aku ingat hanya seseorang membuang ku kedalam sumur di hutan," jawab Kebo Iwa
"Aku rasa kau mengalami gegar otak sehingga tidak bisa mengingat semuanya," tukas sang RT
"Kalau begitu cepat habiskan makananmu dan segera bersihkan tubuhmu," ujar sang RT kemudian meninggalkannya.
Saat lelaki itu kembali dan memberikan baju ganti kepada Kebo Iwa tiba-tiba saja ia terkesiap melihat semua makanan di atas meja makan telah habis di makan Kebo Iwa.
"Astagfirullah, sudah berapa haru kau terkurung dalam sumur hingga menghabiskan jatah makan siang keluargaku," ucapnya lirih
**********
Diam-diam Untung masih mengendap-endap mengikuti kemana Pak RT dan Kebo Iwa ke rumah sakit.
Lelaki itu memasang telinganya tajam-tajam untuk mendengarkan pembicaraan mereka di ruang dokter.
"Sepertinya dia amnesia, kalau begitu aku harus segera melaporkannya kepada Bos Agung," lelaki itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi Bisma.
"Bunuh dia dan jangan sampai gagal kali ini!" seru Bisma
"Baik Tuan,"
Siang itu juga Untung segera menghubungi anak buahnya dan bersiap menghadang motor Pak RT yang membawa Kebo Iwa dari rumah sakit.
Arman menghentikan motornya ketika melihat beberapa orang bersenjata tajam menghadangnya.
"Sepertinya kita di begal," tukas lelaki itu ketakutan
Kebo Iwa hanya tersenyum sinis ketika Untung dan rekan-rekannya menghampirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!