NovelToon NovelToon

Falling In Love (The Series)

Bab 1. Titik Balik

Bab 1. Titik Balik

^^^" Tidak ada bedanya antara pengkhianat dan penipu, keduanya sama- sama melakukan kejahatan itu dengan kesadaran!"^^^

.

.

.

...🍂🍂🍂...

Cafe Daipoeng Pukul 18. 37

Serafina

"Brengsek !!!" Serafina naik pitam begitu melihat Riko tengah berciuman dengan sahabatnya Shila di sebuah cafe di kawasan Kali Sobo kota X . Fina menarik lengan baju sahabatnya itu hingga koyak. Emosi yang membuncah membuat wanita iku kehilangan akal sehat.

Tatapan penuh selidik dari para pengunjung lain itupun, tak ia hiraukan. Yang ia inginkan ingin membuat wajah pengkhianat itu babak belur.

" Fina!! Fin lepasin Shila, gue bisa jelasin!!!" Riko nampak panik. Tak mengira bila kekasihnya itu bakal nongol hari itu.

" Diem lo Anjing!!!! elo sama dia sama aja!!!" Fina meninju muka Riko, jangan di tanya kekuatan seseorang yang tengah di liputi emosi, buku-buku tangannya bahkan sudah mengeras.

" Awhhhhh sakit Fin, lu gila ya!!" Shila merengek saat rambutnya sudah acak adul, karena tarikan Fina yang membabi-buta.

" Mati aja lu anjing!!!!" Fina menempeleng muka Shila hingga membuat wanita itu terjerembab ke lantai. Tinggi Fina yang mencapai seratus tujuh puluh lima sentimeter itu, tentu tak sebanding dengan tinggi Shila yang hanya satu meter setengah kotor itu.

Riko kesulitan melerai pertikaian dua wanita yang ada di hatinya itu. Belum lagi, ia juga kena serangan dari Fina.

Melihat suasana tidak kondusif, beberapa orang disana mencoba melerai.

" Sudah mbak, sudah!!!" Fina masih terlihat berontak saat ia di tahan oleh beberapa pengunjung lain cafe itu.

Nafas Fina memburu, rahangnya mengeras matanya memerah dan dirinya panas diliputi api kegeraman dan kecemburuan yang telah meledak. Ia di khianati kekasihnya bersama sahabatnya.

Riko membantu Shila berdiri. Wajah wanita dengan rambut coklat bak rambut tanaman jagung manis itu, kini penuh luka bekas cakaran Fina. Wanita itu kalah telak oleh Fina.

" Gue laporin polisi atas tuduhan penganiayaan!!" Shila tak terima.

" Laporin aja, gue gak takut sialan!!" Fina benar-benar dikuasai emosi. Ia menatap Riko penuh kebencian.

" Lepas!!" Fina menarik tangannya yang masih di pegangi beberapa orang disana.

" Elo, gue berakhir!!" Fina menabrak tubuh Riko dengan keras. Tubuh pria itu sampai terhuyung karena tabrakan Fina.

Dengan air mata berderai dan hati yang terasa sesak, Fina melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak bisa berpikir dengan waras saat ini.

Mengapa harus sahabatnya yang tega mengkhianatinya. Dan mengapa Riko juga tega melakukan semua ini kepadanya. Ia begitu mencintai Riko, tapi apa yang ia dapatkan?

" It's so fucking with Love!"

Fina memukul setirnya keras. Hatinya begitu sakit saat itu.

...Flashback...

Fin sebelum kesini beliin aku Jus jamu di Daipoeng dong

" Malam-malam Jus jamu, gak jelas banget ni anak!" cibir Fina karena mengapa Dita selalu minta yang aneh-aneh ,setelah sebelumnya sahabatnya itu minta di bawakan es Siwalan di malam hari.

Pesan itu berasal dari Dita, sahabat dari Fina setelah Shila. Wanita cerewet yang selalu mau berkorban demi Fina. Dan kali ini biarlah Fina yang berkorban untuk sahabat pecicilannya itu.

" Oke!" Balas Fina.

Ia dan Dita sebenarnya akan memberikan surprise buat Riko, hari itu adalah hari ulang tahun kekasihnya itu. Riko yang belum tahu bila Fina telah kembali dari luar kota itu, tak menyangka bila kedoknya akan terbongkar di hari bahagianya itu. Riwayat percintaannya akan tamat hari itu juga.

Sory Fin, aku ikut mamah ke rumah saudara, gak bisa ikut kasih surprise buat Riko.

Ia juga mendapat satu lagi pesan dari sahabatnya yang lain.Shila.

Usai membaca pesan dari sahabatnya itu, ia menghela napas. Mengapa Shila beberapa bulan ini tidak kompak lagi. Begitu pikirnya.

Fina sudah rindu dengan Riko. Pujaan hatinya itu teramat sangat ia cintai. Maklum, ia dulu sangat susah sewaktu mendapatkan Riko. Pria yang menjadi rebutan para wanita saat mereka masih di kampus dulu.

Adalah Riko, pria itu sudah memacari Fina selama tiga tahun. Fina begitu mencintai Riko karena Riko juga pandai membidik gambar dan juga mahir melukis seperti dirinya. Baginya, memiliki pasangan yang se hobi itu merupakan sebuah idealisme.

" Mbak take away Jus jamu bisa kan?" tanya Fina kepada karyawan di cafe itu.

" Bisa mbak, langsung masuk saja ya!"

Fina dengan tersenyum kini melangkahkan kakinya masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke tempat dengan desain mayoritas dari kayu dan berarsitektur klasik itu.

Namun ada yang aneh dari pandangannya, ia yang hari itu ingin membuat kejutan buat Riko, nampaknya ia yang lebih dulu terkejut!!"

" Brengsek!" ia langsung naik pitam saat melihat pacar dan sahabatnya saling menyatukan bibir di kursi pojok cafe itu.

Dengan tanpa ba be bu Fina langsung menyerang Sahabatnya itu.

...Flashback Off...

" Bajingan!!!" Fina nampak kecewa, sedih, marah, sakit. Semua bergabung setangkup senada.

Sejurus kemudian ia menghubungi Dita." Temui gue di SS karaoke!"

Fina langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia menangis sambil terus menginjak pedal gasnya.

Ia butuh teman seperti Dita saat ini. Hatinya hancur berkeping-keping. Kilat bak menyambar hidupnya bahkan saat tidak ada hujan ataupun mendung.

Ia merasa telah di bodohi, di tipu dan yang paling nelangsa adalah ia telah dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendri.

Usai memarkirkan mobilnya di basement tempat hiburan malam itu, ia melenggang menuju meja resepsionis.

"Ruang VIP!!! dan bawakan minuman untukku!" titah Fina tanpa basa- basi seraya menyerahkan kartu sakti warna hitam miliknya kepada petugas pria dengan rambut warna khaki itu.

" Di tunggu sebentar mbak!" jawab pria itu seperti sedang memulai registrasi.

" Room A1 , untuk minumnya akan kami antar persegera!" Ucap pria dengan name tag Diego itu.

"Makasih!" Fina menyambar kertas bukti bookingannya, lalu melenggang pergi.

" Oh iya mas, temenku satu lagi mau datang setelah ini. Tolong nanti di escorted ( kawal) ke dalam ya!" ucap Fina mundur satu langkah dengan wajah datar.

" Siap Mbak!" Diego mengangguk hormat.

Fina melangkahkan kakinya menuju lantai dua tempat hiburan malam itu. Banyak room - room bercahaya pendar yang sayup-sayup terdengar bunyi lagu beranda keras dari dalam. Tempat karaoke itu nampak padat sekali.

Untuk itulah Fina selalu memesan kamar yang terbaik. Memudahkannya untuk tak terlalu terlibat dengan masyarakat lain yang membutuhkan hiburan yang sama dengan dirinya.

Ia membuka ruangan dengan luas delapan kali tujuh meter itu. Ruangan full AC dengan Sofa merah berdesain modern menjadi penegas kenyamanan yang akan di dapat oleh Fina.

Fina melempar tas serta kunci mobilnya ke atas sofa itu. Sejurus kemudian ia mengambil rokok dari dalam tasnya, memantiknya dengan sekali hisapan. Ia merokok dengan wajah stres.

Beberapa detik kemudian ada seorang petugas pria yang membawakan banyak sekali minuman beralkohol dalam nampan dan terlihat menyalakan monitor besar serta microfon. Pria itu sempat terkejut saat Fina membuka kemeja denim yang dikenakan tanpa sungkan. Memperlihatkan tubuh indah Fina yang kini hanya mengenakan teng top you can' see ( yukensi).

Dan saat petugas itu tengah sibuk menyalakan beberapa perangkat dengan segala kegugupan disana, Dita datang dengan wajah cemas.

" Fina!!! are you okay?"

.

.

.

.

Halo Readers yang budiman, welcome di dunia halu mommy Eng.

Jangan pernah lupakan tajuk Novel Mommy yang selalu bergenre Romantis Dewasa ( Adult Romance).

Untuk itu, jangan pernah mengaitkan cerita ini dengan kejadian manapun, dan kehidupan siapapun. Semua alur hanyalah fiksi semata.

Semua tulisan hanyalah sejauh kehaluan author semata, untuk menghibur para pembaca sekalian dengan sudut pandang yang berbeda.

Jangan lupa tinggalkan jejak di tiap part-nya ya.

Big Hug form Mommy

Mommy Eng 🤗🤗🤗

Bab 2. Kemarahan Tuan Guntoro

Bab 2. Kemarahan Tuan Guntoro

^^^" Cinta memang unik, menerpa siapa saja tanpa permisi. Dan kadang memporak-porandakannya pemiliknya tanpa ampun"^^^

...🍂🍂🍂...

.

.

.

Dita

Ia bahkan belum sempat menjawab ucapan dari Fina yang tersambung melalui ponsel itu. Ia terlalu gencar menelaah, apa yang sebenarnya terjadi. Dari suara yang ia tangkap. Sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

Dhita mencoba menghubungi Fina kembali namun sia-sia. Sahabatnya itu tak mengangkat panggilan darinya.

Kue tart milik Fina bertuliskan nama Riko yang tersimpan di lemari es miliknya itu teronggok begitu saja. Dita tak berbuat sama sekali untuk membawa benda itu.

Ya, Dita sengaja di tugaskan Fina untuk mengambil kue yang ia booking, untuk kemudian mereka menuju kediaman Riko memberikan surprise. Tapi, nampaknya Dita bisa menganalisa bila ada hal tidak beres yang terjadi.

Secepat kilat Dita mengendarai mobilnya menuju tempat karaoke yang di infokan okeh sahabatnya itu.

Dita memarkirkan mobilnya di basement dan bertepatan mendapatkan tempat persis di sebelah mobil Fina.

" Duh elu kenapa sih Fin?" Dita bermonolog sesaat setelah turun dari mobilnya, gadis itu langsung menuju meja resepsionis.

" Atas nama Serafina di room nomer berapa mas?" tanya Dita.

" Oh, tadi Mbak Serafina pesan kepada saya untuk mengantar anda. Mari mbak!" Diego mengantar Dita menuju room A1 di lantai dua.

Dan dengan hati yang berbalut kecemasan, Dita membuka pintu ruangan itu dan matanya membulat demi melihat Fina yang tengah berwajah lesu seraya menghisap sigaret tembakau kelas terbaik itu.

"Fina are you oke???" Dita yang di antar satu pegawai pria di tempat karaoke itu menatap Fina yang menghisap rokoknya. Ia tahu, bila Fina tengah merokok, itu berarti menandakan bila sahabatnya itu tengah gusar.

.

.

Dita masih diam melihat Fina yang minum sloki demi sloki minuman dengan kadar alkohol 50 persen itu. Wisky yang di tenggak Fina seolah tak berefek apa- apa bagi wanita itu.

" Fin, elu cerita dong ada apa. Kalau elu gini mana gue tahu!" Dita mematikan alunan lagu keras dengan genre melankolis itu.

Sejenak Fina diam, pandangannya kosong menerawang jauh.

" Riko selingkuh Dit!" Fina berucap usai ia mengembuskan asap rokok itu.

" Hah?" Dita terkejut bukan main. Pantas saja sahabatnya itu terlihat se hancur ini.

" Dari mana elu tahu, dan sama siapa?" Dita yang berperangai agak polos namun bar-bar itu rupanya juga tak mengetahui kebusukan sahabatnya.

" Orang yang elo kenal!" ucap Fina masih menikmati hisapan tembakau dan cengkeh yang terbakar itu.

" Siapa?" Kamu juga kenal?" dengan bodohnya Dita menanyakan hal itu.

" Orang yang sering absen sewaktu kita ngadain acara. Dan dengan bodohnya, gue gak tahu!" Fina tersenyum kecut seraya menggerus batang rokok miliknya. Sejurus kemudian ia kembali menuang wisky itu kedalam cawannya.

Dita makin menatap wajah Fina tak percaya.

" Shila!" Ucap Fina menatap Dita.

" Dia nusuk gue dari belakang. Gue gak nyangka main mereka rapih. Gue juga gak tahu, udah berapa lama mereka membuat gue bodoh kayak gini!"

Dengan senyum kecutnya, Fina kembali menyalakan sebuah lagu dengan keras.

Apa jadinya hati yang terbagi

Di separuh perjalananku

Rusaklah sudah cinta putih ini

Keinginan tiada sejalan dengan kenyataan

Betapa ku pasrahkan hidupku

Betapa ku mencintaimu

Tapi apa yang kau beri untukku

Kau tukar dengan luka dan kesakitan (ku)

Khianati...

Sebisa dirimu mengkhianati

Karena kupastikan kelak kau minta aku

Untuk kembali padamu lagi

Karena kupastikan kelak kau minta aku

Inginkan ku, mohon aku

Untuk kembali padamu

( Cinta Putih ~ Kerispatih)

Dita masih menatap nanar Fina yang sudah menghabiskan sebotol wisky itu. Ia hendak membuka botol kedua.

" Fin, udah Fin. Elu udah banyak minum Fin!" Dita mencegah sahabatnya itu lebih banyak lagi minum. Ia tahu, Fina terbiasa dengan minuman keras dan sebangsanya. Tapi ini berlebihan. Apalagi, kadar alkohol dari air sulingan beberapa tumbuhan itu diatas lima puluh persen.

" Brengsek lo Riko!!!"

" Anjingh!!!!" Fina meracau, ia sudah setengah mabuk. Wanita itu benar-benar stres akibat mengetahui kenyataan pahit itu.

" Fin, Fin aduh gimana nih!" Dita bingung, kini ia harus menghubungi siapa.

Fina tak bisa di kendalikan, wanita itu terus minum bahkan hingga botol kedua. Mencegah agar tak terjadi hal-hal yang tak di inginkan, Dita memanggil Diego.

" Ya mbak?" Diego masuk ke ruangan itu dengan wajah masih ramah.

" Mas bantuin saya bawa teman saya, dia udah mabuk banget!" ucap Dita.

Mereka dengan susah payah memapah Fina yang terus meracau menuju lantai dasar.

" Mas, mobil saya biar disini dulu ya. Nanti say bakal balik, saya mau ngantar teman saya dulu!" Dita mendudukkan tubuh Fina yang sudah teler ke kursi depan tempat karaoke itu.

Dita mengaduk isi tas Fina, mencari kunci mobil. Namun sejurus kemudian..

" Mbak, ini kunci mobil tadi ketinggalan di sofa dalam!" Ucap petugas lain yang sepertinya tukang bersih-bersih.

" Owh ya ampun, ini yang aku cari mas. Maksih ya. Ini buat mas, nanti di bagi ya!" Dita menyerahkan dua lembar pecahan bergambar Proklamator kepada pria itu sebagai ucapan terimakasih.

" Makasih banyak mbak!"

Dita dengan terburu-buru menuju basement. Karaoke itu terbilang besar dan terkenal. Sehingga parkirannya saja, harus berada di bawah tanah.

Diego membantu Dita memasukkan Fina ke jok penumpang belakang.

" Brengsek lo Riko!!" Fina masih meracau, Dita dengan wajah panik menutup pintu mobil itu. Sejurus kemudian ia masuk ke ruang kemudi. Dita memasang sabuk pengaman lalu mulai menyalakan mesin mobil Fina.

.

.

Kediaman Guntoro Wijaya

Pukul 22. 17

Mbak Munawaroh tergopoh-gopoh saat mendengar deru mobil anak majikannya.

" Loh Mbak Dita!!" sapa Mbak Waroh yang terkejut karena yang membawa mobil itu malah bukan anak majikannya.

" Mbak habis ini bantuin aku ya, jangan masuk dulu!" ucap Dita. Gadis itu sejurus kemudian membelokkan mobilnya ke lobi rumah Fina.

Dari dalam Kedua orang tua Fina terlihat menyongsong kedatangan mereka.

" Ya Allah, non Fina kenapa ini Mbak?" Mbak Waroh terperanjat saat melihat Fina yang di jok belakang ternyata sudah bersimbah muntahan, akibat terlalu banyak minum.

" Astaga Fina!!!" Dita memekik dan perutnya turut merasa seperti di aduk.

" Kenapa ini?" Tuan Guntoro menuju keributan di dalam mobil.

" Astaga Fina!!! dia kenapa Dit?"Nyonya Lidia nampak syok dengan keadaan anaknya.

" Anak ini benar-benar enggak berubah!! Tuan Guntoro geram. Ia merasa malam ini putri bungsunya sudah benar-benar kelewatan.

.

.

" Terimakasih Dit kamu sudah bantu Fina?" Nyonya Lidia yang sudah tahu cerita dari Dita nampak menatap Dita iba. Sahabat anaknya itu jelas sudah di repotkan oleh Fina.

Fina menceritakan kronologi datangnya dirinya yang mencari Fina di SS karaoke. Termasuk patah hati yang disinyalir dialami oleh Fina.

" Sama-sama Tante, saya harus kembali ke SS, mobil saya ada di sana. Dan ini kunci mobil Fina!" Dita menyerahkan benda itu kepada Nyonya Lidia dengan sopan.

Usai Dita berlalu dari kamar Fina, tuan Guntoro terlihat masuk.

" Anjing Lo Riko!!!" Fina masih menyebut- nyebut nama kekasihnya saat ia tengah terpejam.

" Lihat!!! ini semua karena mama terlalu memanjakan dia. Dia jadi gak tau diri, lupa segalanya!" Tuan Guntoro berang.

" Kok jadi nyalahin mama sih pa!"

" La terus nyalahin siapa, yang ngijinin pacaran sama anak itu kan mama, bukan papa!!"

Nyonya Lidia terdiam. Dan harus ia akui, apa yang di ucapkan oleh suaminya itu memang benar.

" Papa akan kirim Fina ke desa. Ke rumah Ibu. Harusnya dari dulu papa memang mengirim anak itu ke desa. Biar dia belajar, biar dia tahu, hidupnya selama ini telah dia sia-siakan sendiri!!"

" Harusnya papa dengar saran Ibuk dari dulu!"

.

.

.

Bab 3. Ikut Aturan Main

Bab 3. Ikut Aturan Main

...☘️☘️☘️...

^^^" Maafkanlah cinta, atas kabut jiwa yang menutupi pandangan kalbu"^^^

.

.

Sinar fajar yang mengusik mata Serafina membuat gadis itu terbangun. Mengumpulkan kepingan kesadarannya yang masih berserakan, dengan kepala yang terasa berat.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia duduk dengan memijat keningnya yang terasa pusing.

Gadis itu mencari-cari keberadaan ponselnya. Namun tak mendapati. Sejurus kemudian, pintu kamarnya mengayun. Menandakan bila ada orang yang membukanya.

" Mama!" ucap Serafina.

" Kamu udah bangun sayang?" Nyonya Lidia memeluk anaknya.

" Sudah bangun kamu rupanya! enak habis mabuk?" Tuan Guntoro rupanya membuntuti istrinya. Pria kini menatap tajam Fina yang nampak masih bermuka bantal.

Sejenak Serafina terhenyak, kini ia sadar. Ia ingat bila Riko telah mengkhianatinya. Ia juga ingat dia yang berada di SS karaoke sembari menenggak wisky. Fina kembali bersedih.

" Kamu benar-benar kelewatan Fina. Papa udah gak bisa mentolerir lagi. Keputusan papa sudah bulat. Papa akan mengirim kamu ke desa, ke rumah Oma kamu!" ucap Tuan Guntoro dengan wajah merah padam. Ia sudah tak tahan lagi dengan Fina yang selalu bersikap seperti itu.

Nyonya Lidia hanya tertunduk seraya mengusap punggung putrinya. Wanita itu tak berani menyela suaminya yang tengah diliputi kemarahan.

" Papa jangan seenaknya gitu dong, papa gak tau kalau aku..."

" Papa yang seenaknya atau kamu yang seenaknya?"

" Papa gak tau dan gak mau tahu. Besok kamu berangkat ke Desa. Ini hukuman buat kamu. Sebelum kamu berubah jadi anak yang lebih berguna, jangan harap papa mengijinkan kamu untuk membuka galery lukisan kamu!"

Tuan Guntoro merasa malu atas sikap Serafina yang kerap menyulut pergunjingan di tetangga kompleks rumahnya.

" Tapi Pah... Fina gak.."

"Gak ada bantahan, kalau kamu membantah. Papa akan mencabut semua fasilitas yang kami miliki!"

Braaakk

Pintu kamarnya itu seakan mau rubuh, karena tuan Guntoro membantingnya dengan begitu keras. Fina membenamkan wajahnya ke lutut yang ia tekuk. Fina merasa hidupnya benar-benar diluar kendalinya.

" Mama gak bisa bantu kamu Fin kalau papa kamu sudah seperti itu. Kamu memang sudah kelewatan kali ini!" Suara lembut Nyonya Lidia mengiringi usapan lembut yang ia lakukan diatas punggung putrinya yang bergetar.

" Kamu ini kenapa sebenarnya Fin?" cairan bening yang terasa asin ketika di telan itu, nampak juga keluar dari netra sayu Nyonya Lidia. Hati ibu mana yang tega melihat putrinya terlihat se hancur itu.

" Riko ngehianatin aku Ma!" Fina mendongak dengan mata basah. Tampilannya kacau, suaranya serak menahan sesak.

Nyonya Lidia menyusut air matanya. Kini ia tahu, anaknya itu lebih baik mencari suasana baru di desa. Berharap selain bisa menjadi trauma healing, Nyonya Lidia merasa sikap anaknya itu mungkin harus berubah.

" Sudah! nanti kamu bakal tahu mengapa semua ini harus terjadi. Semua ini mungkin karena Tuhan ingin kamu mendengarkan ucapan Papa kamu dulu nak!"

Serafina selama ini kerap mangkir dari titah Papanya yang meminta Fina untuk fokus ke perusahaan keluarga mereka. Memang tak sebesar milik orang-orang kaya. Tapi, mereka bisa di katakan masuk dalam jajaran orang kaya di kota itu.

Keluarga Tuan Guntoro memiliki banyak sekali Departemen store, supermarket terkenal, dan beberapa restoran serta pusat oleh-oleh di kota itu.

Dari usaha yang Tuan Guntoro tekuni, mereka kini memiliki banyak anak cabang yang menggurita di kota lain. Mereka bukanlah keluarga CEO yang hartanya tak habis jika tak bekerja. Tapi mereka bisa memberikan banyak manfaat bagi orang yang kini menjadi karyawan mereka.

Pramuniaga, Chef, serta banyak sekali birokrasi yang membutuhkan SDM yang bisa mereka rekrut, untuk bergabung di tempat usaha mereka.

Sayang sekali, Serafina tak minat sama sekali akan hal itu. Ia memiliki passion tersendiri di dunia seni. Melukis.

" Aku harus gimana ma?" Fina benar-benar bak makan buah simalakama. Jika ia menolak, ia tentu tak akan mendapatkan fasilitas dari papanya, ia masih membutuhkan hal itu demi mewujudkan mimpinya memiliki galeri lukisannya sendiri. Dan bila ia ke desa, itu artinya ia akan hidup dalam gempuran lawatan sang Oma, yang sarat dengan kearifan lokal.

" Kamu ikuti saja dulu nak, lagipula Oma kamu sendiri disana di usia setua itu. Sawahnya luas yang harus di urus. Kamu buktikan sama papa jika kamu bisa jadi anak yang baik!"

Membantu?

Mengurus?

Ayam jago saja bangunnya lebih dulu dari pada Seorang Serafina. Dan membayangkan kata Desa saja, sudah pasti sangat membosankan. Begitu isi kepala gadis dengan rambut coklat bergelombang itu.

...☘️☘️☘️...

Serafina

Hari rupanya terlalu cepat berganti, bagi wanita yang masih terlihat patah hati itu. Sudah dikatakan, cinta itu memang deritanya tiada akhir. Membuat yang sepi b'rasa dalam keramaian, dan yang dalam keramaian seperti asing dalam rumahnya sendiri.

Mata indah bak bola pingpong itu kini terlihat bengkak. Setelah sehari semalam ia sibuk menangisi Riko Riko dan Riko, hati Fina sedikit lega. Meski entah sudah berapa ratus pesan bahkan panggilan dari pria brengsek itu, yang ia abaikan.

Sumpah serapah mengiringi kegiatan Fina yang agaknya masih kepo dengan pesan yang di kirim oleh Riko. Pria bajingan yang kini masuk dalam list antipati hidupnya.

Fin, aku mau ketemu kamu. Aku bisa jelaskan semuanya.

Fina please angkat telpon aku.

Aku gak bisa kesana, kau tahu sendiri papa kamu selama ini gak suka sama aku. Aku tunggu di tempat biasa ya.

Sebenernya masih banyak lagi pesan dari Riko. Ia hanya mencibir. Tak ada toleransi bagi pengkhianat macam Riko. Sejenak ia ingat, papanya selama ini tak menyukai pria dengan tindik di telinga kirinya itu. Riko ganteng dan kaya, tapi entah apa yang membuat Tuan Guntoro sama sekali tak menyematkan kata menantu ideal pada pria bernama Riko itu.

Sejenak Fina menatap foto dirinya semasa kecil yang di peluk oleh mendiang kakek dan neneknya yang kini masih hidup. Nenek dari pihak papa, yang nampak selalu memperhitungkan soal tradisi Jawa, dan kerap melarang hal tabu untuk di bahas, yang bahkan di kota sudah dianggap lumrah untuk di bicarakan. Soal Se*ks misalnya.

Gadis itu menghela napas. Mungkin lebih baik ia kesana. Ia ingin mendamaikan hati sejenak, lagipula ia juga tidak mau bertemu Riko apalagi Shila terlebih dahulu.

" Fina kamu kena...!" Mata mamanya membulat sempurna bak bulan purnama.

" Fina !!! Pak Budi sudah nunggu dari tadi, kamu malah belum apa-apa gimana sih kamu. Kamu mau bikin papa kamu marah? nanti pak Budi kemalaman di jalan. Tau sendiri nanti kamu harus lewat alas di gunung itu. Kamu itu ......."

Geram dan geregetan. Itulah perasaan seorang Nyonya Lidia, yang benar-benar kualahan dengan perawannya itu.

Fina menatap mamanya yang sudah cantik sekali pagi itu. Menatapnya jengah karena setiap hari mengomelinya karena bangun siang .

" Fina!!!" jam berapa ini, kenapa kamu belum apa-apa!!" Nyonya Lidia benar-benar tak habis pikir dengan Fina yang begitu malas. Wanita itu frustasi di jam menjelang siang itu.

Gadis itu memang kerap bangun siang. Terbiasa menghabiskan waktu untuk memerintah orang lain, membuatnya menjadi gadis yang tak mandiri.

" Memangnya kenapa ma, ini kan masih pagi!" jawab Fina enteng.

" Masih pagi kamu bilang!!"

" Tuh lihat!!" Nyonya Lidia menunjuk ke arah nakasnya.

Mata Fina membulat begitu mendapati jam yang sudah bertengger di angka sembilan lebih tujuh menit.

" Hah?" kini mata Fina yang bergantian membulat demi melihat jam yang sudah sebegitu siangnya.

Apa jika lelah menangis bisa membuat tidur orang lebih nyenyak?

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!