Semburat kuning kemerahan terlihat di langit. Hari sudah pagi, meskipun kabut tipis masih menyelimuti. Udara teras sejuk, menghantarkan rasa dingin mengingat sekarang adalah minggu ke lima di musim gugur, yang sebentar lagi menuju musim dingin.
Ini adalah waktu terbaik untuk menikmati pemandangan alam, sebelum putih salju menutup objek-objek berharga.
Disebuah penthouse, tampak seorang perempuan cantik baru saja bangun dari tidurnya. Setelah mencuci muka dan menggosok giginya. Masih dengan balutan gaun tidur berbahan sutra terbaik, dia berjalan menuju dapur.
Dari tangga paling atas, perempuan cantik itu melihat keberadaan seorang pria yang sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menikmati segelas red wine.
Perempuan itu mendesah berat. "Sedang apa kau di sini?" Suara bak lonceng itu seketika berkaur di dalam telinga pria dengan setelan jas rapinya.
Lantas dia menoleh, dan mendapati seseorang yang sudah dia tunggu sedari tadi akhirnya datang juga. "Marisa, adik tiri ku tersayang, begini kah caramu menyambut kedatangan kakakmu yang tampan ini?" Ucap pria itu.
"Jika kedatangan mu hanya untuk uang, sebaiknya kau pergi. Karena aku tidak akan memberikan sepeser uang pun padamu!!"
"Begitulah? Apakah itu artinya kau sudah siap menuju kehancuran?!"
Marisa mengangkat sebelah alisnya. "Kau mencoba mengancam ku?" Perempuan itu menyeringai. "Sayangnya aku tidak akan hancur sendirian, tapi kita berdua akan hancur sama-sama. Apa kau lupa, jika kartu AS mu ada padaku?!" Ujar Marisa dengan seringai yang sama.
"Kau~"
"Keluarlah, sebelum serigala peliharaan ku menerkam mu hidup-hidup!!" Ucap Marisa bersungguh-sungguh.
"Aku tidak takut, panggil dia kemari." Pintanya menantang.
"Molly, kemari Sayang."
Pria itu langsung bangkit dari duduknya saat melihat seekor serigala kelabu berjalan menuruni tangga dengan gagahnya.
Melihat tatapan lapar serigala peliharaan Marisa, membuat pria itu merinding ketakutan. Marisa benar-benar memanggil bintang buas peliharaannya.
"Sialan kau, Marisa Valerie, apa kau benar-benar ingin membunuhku!!" Ucap pria itu marah.
"Bukankah kau sendiri yang menantangnya, kau ingin merasakan gigitannya bukan? Molly,"
"Grrooullll...."
Kedua matanya membelalak ketika Serigala tersebut membuka lebar-lebar mulutnya sambil melompat ke arahnya. "AAAHHH.." dia berteriak histeris, meletakkan sebelah lengannya di depan wajahnya.
"Molly, cukup!! Dia hanyalah seorang pengecut!! Kau bisa keracunan jika sampai menggigitnya," Seru Marisa.
Serigala yang diberi nama Molly itu kemudian menghampiri Marisa, sedangkan kakak tiri perempuan itu langsung pergi dan berlari tunggang langgang karena tidak mau mati konyol di tangan bintang buas tersebut.
Marisa mendengus berat. "Cih, dasar pria tidak punya malu!!" Perempuan itu mendecih.
Kemudian Marisa berbalik dan berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Bisa saja Marisa meminta pelayan untuk membuatkannya, tapi dia lebih suka melakukannya sendiri.
Marisa berdiri di depan dinding yang terbuat dari kaca bening, sehingga dia bisa melihat keseluruhan kota dari tempat tinggalnya yang berada di ketinggian puluhan meter dari permukaan tanah.
Sesekali Marisa menyeruput kopinya. Musim gugur hampir saja berakhir. Musim gugur adalah salah satu musim favoritnya selain musim semi.
Setelah lima belas menit. Marisa kembali ke kamarnya dan berjalan lurus ke arah kamar mandi.
Setibanya di dalam kamarnya. Perempuan itu melepas semua kain yang melekat ditubuhnya, lalu masuk ke dalam bathtub yang sudah terisi air hangat.
Berendam selama beberapa saat tidak ada salahnya juga. Mungkin hal itu bisa sedikit merefleksikan tubuh dan otaknya.
Setelah mandi dan berganti pakaian lengkap. Marisa mulai merias wajahnya, dia tidak suka make up yang terlalu berlebihan. Marisa lebih menyukai make up natural tapi tetap elegan. Khusus untuk lipstik, Marisa memilih warna merah yang membuatnya semakin terlihat dewasa dan berwibawa.
-
"Brengsek!!!"
Seorang pemuda mengeram marah, saat satu dari tiga pria itu melayangkan bogem mentah pada wajahnya. Hingga meninggalkan jejak biru hasil karya pria tersebut.
"Ini sudah jatuh tempo. Bayar semua hutangmu pada Bos kami, atau nyawamu yang menjadi jaminannya?!!"
"Bukankah aku sudah bilang. Sekarang aku masih belum punya uang, semalam aku kalah di meja judi dan semua uangku raib di sana!!"
"Itu bukan urusan kami. Bayar sekarang atau mati!!"
"Aku pasti akan membayarnya, tapi beri waktu lagi. Satu Minggu saja, aku janji akan membayar semua hutang-hutangku plus bunganya juga." Pria itu terus memohon supaya di beri waktu lagi.
"Janji, janji, kami sudah bosan dan muak dengan janji-janji mu!! Habisi bocah tengik ini."
"Baik Bos!!"
"Tunggu!!" Seru seseorang dari belakang. Seorang pemuda terlihat turun dari motor besarnya dan menghampiri mereka berempat sambil menenteng sebuah tas kecil yang kemudian dia berikan pada ketiga pria itu."Aku lunasi semua hutang-hutangnya, plus bunganya!!"
Ketiga pria itu mengecek keaslian uang dan jumlah yang pemuda tersebut berikan pada mereka. Jumlahnya pas dan itu adalah uang asli.
"Oke, urusan kita sudah selesai. Jika tidak mampu membayarnya, sebaiknya tidak usah berhutang. Bikin repot saja!! Ayo pergi,"
"Baik Bos."
Pemuda itu bangkit dari posisinya dan menghampiri pemuda lain yang datang menolongnya. "Lucas, aku tau kau pasti datang. Kau memang sahabat terbaikku."
"Lepaskan bodoh!! Aku tidak mau dianggap kurang normal karena dirimu!!"
"Hehehe, maaf. Aku hanya terlalu bahagia."
"Sekali lagi kau berani merepotkan ku, aku tidak akan segan-segan melindas mu sampai jadi perkedel!! Datang ke bar malam ini, semua pelanggan mu sedang menunggu."
"Itu juga yang aku pikirkan!!"
Lucas meninggalkan temannya. Ia menaiki kembali motor besarnya, dan motor sport merah kombinasi hitam metalik itu kembali melaju kencang membelah jalanan kota yang padat kendaraan.
-
Marisa memasuki gedung perkantoran yang memiliki puluhan lantai. Para karyawan yang berpapasan dengannya membungkuk, memberi hormat. Sedangkan CEO cantik itu membalasnya dengan senyum tipis.
Sepanjang sejarah. Marisa adalah wanita pertama yang menjabat sebagai CEO di VL Group. Karena para CEO pendahulunya adalah seorang pria.
Beberapa karyawan pria tak jarang mencuri pandang ketika CEO cantik mereka melintas, tak sedikit pula yang berkhayal memilikinya.
Memangnya pria mana yang tidak akan terjerat dan jatuh dalam pesonanya. Selain memiliki wajah cantik dan body yang menonjol.
Marisa adalah wanita karir yang sukses. Dia memiliki sebuah perusahaan besar, dan hebatnya lagi Marisa menempati posisi tertinggi di perusahaannya.
"Lucas, sedang apa kau di sini?" Kaget Marisa saat tiba di ruangannya, seorang pemuda tampan telah menunggunya.
Lucas menarik pinggang Marisa hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukannya. Marisa mengangkat sebelah lengannya untuk memeluk Lucas.
"Bocah tengik, pergi kemana saja kau selama beberapa hari ini EO? Jangan bilang jika kau masih suka bermain-main dengan para ****** di luaran sana?!" Ucap Marisa setelah Lucas melepaskan tautan bibirnya.
"Aku cukup sibuk akhir-akhir ini. Itulah kenapa aku tidak sempat menemui mu. Noona, aku merindukanmu."
"Bocah kurang ajar, kau datang hanya disaat kau merindukanku saja?! Menyebalkan!!"
Lucas terkekeh. Pemuda itu meraih tengkuk Marisa dan kembali memagut bibirnya. Dan ciuman kali ini lebih dalam, lebih lama dari ciuman mereka sebelumnya.
"Kenapa kau datang tiba-tiba? Apa kau membutuhkan uang atau mobil baru?"
Lucas menggeleng. "Aku datang karena merindukanmu, Noona cantikku. Dan bisakah malam ini kita habiskan untuk bercinta?" Sekali lagi Lucas mencium bibir Marisa. Wanita itu mengangguk.
"Tentu."
-
Bersambung.
Sepasang pria dan wanita tengah asik madu cinta dan menghabiskan malam yang dingin ini untuk saling menghangatkan. Tubuh mereka sama-sama banjir oleh keringat, kabut n*fsu terlihat pada dua pasang mutiara berbeda warna itu.
Si wanita terus mend*sah ketika pemuda di atasnya terus menusukkan sosis berurat nya lebih dalam lagi.
Malam yang terasa dingin bagi orang lain justru terasa panas bagi mereka berdua. "Lu, ahhh.. Lebih cepat lagi, ahhh... Lebih cepat lagi," rancau wanita itu kenikmatan.
"Marisa, sepertinya kau sangat menikmatinya, hm? Baby, aku sudah hampir mencapai puncaknya. Bagaimana kalau kita keluarkan bersama-sama?!" Lucas kembali membenamkan bibirnya pada bibir Marisa, dan mel*matnya seperti tadi.
Marisa merasakan sesuatu yang hangat memasuki rah*mnya. Ini bukan masa suburnya, jadi tidak masalah meksipun Lucas tidak memakai pengaman.
"Kau sangat luar biasa, Lu!!" Marisa menangkup wajah Lucas dan mel*mat kasar bibir Kiss able nya.
Marisa bangkit dari posisinya lalu berjalan ke kamar mandi. Dia bisa sakit semua jika keringat di tubuhnya tidak segera dibersihkan. Sedangkan Lucas yang sudah memakai kembali pakaian pergi ke balkon untuk menikmati angin malam.
.
Hubungan antara Lucas dan Marisa di mulai sejak tiga tahun yang lalu. Mereka bertemu di sebuah bar.
Marisa yang mengalami kekacauan karena kehilangan saudaranya memutuskan untuk pergi ke bar, dan di sanalah dia bertemu dengan Lucas.
Marisa yang membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Tidak menolak saat Lucas menghampirinya dan menawarkan diri untuk menemaninya. Dan sejak saat itulah hubungan mereka di mulai.
"Lu, apa yang kau lakukan di sana? Masuklah, udara di luar sangat dingin. Kau bisa sakit jika terlalu lama berdiri di sana." Seru Marisa yang baru saja selesai mandi.
Wanita itu mengambil sebatang rokok dari kotaknya lalu menyulutnya. Dan Lucas yang tidak suka kebiasaan buruk wanita itu, meninggalkan balkon melenggang masuk untuk menghentikannya.
"Berhentilah merokok, kau wanita dan itu tidak pantas. Lagipula rokok tidak baik untuk kesehatanmu!!"
"Jangan mengantarku!! Jika pria saja boleh, kenapa wanita tidak?! Dan aku tidak suka diatur-atur."
Lucas mendengus berat. Wanita satu ini memang sangat keras kepala dan susah diberitahu. "Aku bicara seperti ini karena aku peduli padamu, Noona. Tapi kau kenapa sangat keras kepala?!"
Marisa memutar jengah matanya. Menurutnya Lucas sangat pengatur dan Marisa benci di atur. "Berhenti mengaturku atau aku akan melempar mu keluar?!" Ancam Marisa bersungguh-sungguh.
Mengabaikan Marisa yang masih mengomel. Lucas berjalan menuju ranjang super empuk yang berada di tengah ruangan lalu membaringkan tubuhnya di sana. Sudah lama dia tidak tidur di ranjang milik Marisa.
"Aku tidur duluan." Ucap Lucas dan mulai memejamkan matanya. Marisa hanya mendengus, mendecih menatap sebal pemuda itu.
"Dasar bocah!!"
"Aku mendengarnya!!"
Marisa bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Wanita itu tengah duduk di meja makan sambil menikmati secangkir kopi yang baru diseduh. Meminum kopi di pagi hari sudah menjadi rutinitasnya sebelum berangkat kerja.
Jari-jari lentiknya meraih benda super canggih yang ada di atas meja samping cangkir kopinya. Dia membaca beberapa berita dan artikel pagi ini, sambil sesekali menyeruput kopinya.
Sejauh ini tidak ada yang menarik dimatanya. Semua sama saja. Marisa meletakan kembali iPad nya lalu meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya. Ia harus segera mandi karena ada rapat pemegang saham pagi ini.
"Lucas, kau sudah bangun?" Tegur Marisa saat melihat pemuda itu sudah mandi dan berganti pakaian.
Sebuah celana jeans belel, tank top putih yang dibalut kemeja kotak-kotak tanpa lengan. Marisa seperti mengenali kemeja yang dipakai oleh Lucas.
"Hei, bukankah kemeja itu Noona belikan semalam?! Kenapa lengannya jadi buntung begitu?" Kaget Marisa. Pasalnya Lucas memotong lengan kemejanya.
"Terlalu panas. Makanya aku mengguntingnya!!" Jawab Lucas tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Marisa mendengus berat. Dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Gig*lo tampannya ini. Bagaimana bisa dia merusak pakaian berharga mahal yang Marisa belikan untuknya.
"Terserah kau saja." Marisa meninggalkan Lucas dan melenggang masuk ke dalam kamar mandi.
.
"Tuan Muda, ini kopi Anda." Seorang pelayan mengantarkan secangkir kopi panas pada Lucas.
Mereka tidak merasa aneh ataupun heran ketika melihat Lucas keluar dari kamar majikannya. Karena hal tersebut sudah sangat biasa dan lumrah bagi mereka.
"Hn, letakkan saja di meja."
Lucas terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia melihat beberapa berita di media sosial yang terjadi hari ini. Dan semua berita membahas mengenai rencana pernikahan seorang Duda kaya dengan aktris muda yang usianya 30 tahun lebih muda darinya.
"Mereka sangat menjijikkan!!" Lucas melempar ponselnya ke atas meja lalu mengambil kopi yang pelayan siapkan untuknya.
Setelah menghabiskan kopinya. Lucas langsung melengos pergi. Dia tidak ikut sarapan bersama Marisa apalagi menunggunya untuk berangkat bersama. Wanita itu pergi dengan mobilnya.
"Dimana Lucas?" Tanya Marisa pada salah satu pelayannya.
"Tuan Muda baru saja pergi, Lady."
"Oh."
Marisa menarik kursi di depannya lalu duduk dengan nyaman di sana. Seperti hari-hari sebelumnya, sarapan pagi ini dia lewati hanya seorang diri.
"Diana, kapan kau akan memberikan cucu untukku?! Ini sudah tiga tahun tapi kau masih belum hamil juga?! Atau jangan-jangan yang mandul itu sebenarnya adalah kamu bikan Marisa?!"
Suasana di meja makan yang semula tenang seketika menjadi tegang saat sang ibu mertua menanyakan perihal kehamilan pada wanita itu. Diana dan Alan sudah menikah lebih dari tiga tahun. Tapi sampai saat ini dia belum hamil juga.
"Ma, bisa tidak membahas hal ini nanti saja?! Kasian Diana, dia bisa sakit dan depresi jika Maka menekannya terus. Hampir setiap hari Mama menanyakan hal yang sama padanya?!"
"Diam kau, Alan!! Anak durhaka, berani sekali kau memarahi Mama dan lebih membela si mandul ini! Jika dia memang tidak bisa memberikan cucu pada keluarga Wiranata, sebaiknya ceraikan saja!!"
"CUKUP MA!!" bentak Diana sambil menggebrak meja dengan keras. "Mama pikir hatiku terbuat dari apa? Batu?! Hampir setiap hari Mama selalu saja memojokkan dan menganggap ku mandul!! Aku tidak mandul dan kandunganku subur, bisa saja yang mandul itu bukan aku, tapi anakmu!!"
Plakkk...
"Alan, berani sekali kau menamparku?!" Bentak Diana marah.
"Dasar wanita tidak tau di untung, aku sudah membelamu mati-matian tapi kau malah menuduhku mandul?!"
"Kalau bukan kau yang mandul lalu siapa? Aku?! Hitung berapa tahun kau dan Marisa menikah, dan kenapa kalian belum memiliki keturunan juga?!"
"Bukankah yang seharusnya dipertanyakan adalah kesuburan mu?! Jangan-jangan yang mandul bukan aku ataupun Marisa, tapi kau!!"
"CUKUP!! INI MEJA MAKAN, TIDAK SEHARUSNYA KALIAN RIBUT DI SINI!!" bentak sang kepala rumah tangga dengan marah. Dia tidak tahan melihat pertengkaran yang terjadi di meja makan.
"Daripada kalian ribut, sebaiknya kalian berdua pergi ke dokter sama-sama dan lihat siapa yang sebenarnya mandul. Diana, atau justru kau Alan?!"
-
Bersambung.
Alan, Diana dan Nyonya Jimmy baru saja meninggalkan sebuah klinik kesuburan, dan terbukti yang bermasalah bukanlah Diana, tapi Alan. Alan dinyatakan mandul oleh dokter dan itulah yang membuat Diana tidak bisa hamil.
Nyonya Jimmy tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menatap marah pada putranya. "Kau!! Berani sekali menyebut Diana mandul, dan ternyata kau sendiri yang tidak sehat!!"
"Kenapa Mama jadi menyalahkan ku?! Bukankah selama ini Mama juga sering menyindirnya dan menyebutnya mandul?! Dan sekarang kenapa Mama malah menyalahkan ku?!"
"Banyak omong!! Berikan dompet dan semua ATM mu."
"Untuk apa?!"
"Banyak tanya, sudah berikan saja!!" Perintah Nyonya Jimmy sambil mengulurkan tangannya.
Dengan tidak rela, Alan menyerahkan dompet dan seluruh isinya pada sang ibu. "Jangan kalap, belanja seperlunya!!" Ucap Alan mengingatkan.
"Berisik!!"
Diana dan Nyonya Jimmy menjawab secara bersamaan. Keduanya lantas meninggalkan Alan dengan menggunakan mobil pria itu. Alhasil Alan harus menggunakan taksi untuk menuju kantornya.
-
Marisa memasuki ruang rapat dengan emosi yang terlihat jelas di wajah cantiknya. Membuat beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu langsung menunduk ketakutan. Dia baru saja mendapatkan informasi jika terjadi penggelapan dana di perusahaannya.
Marisa mengumpulkan para Manager dan kepala divisi. Membuat mereka bertanya-tanya kenapa CEO cantik itu sampai mengumpulkan mereka, padahal tidak ada meeting penting atau darurat yang sangat mendesak.
"Lea, berikan berkas-berkas itu padaku!!" Marisa mengulurkan tangannya pada sang sekretaris yang berdiri disampingnya.
Wanita bernama Lea itu lantas memberikan sebuah dokumen pada Marisa, yang di dalamnya berisi bukti-bukti penggelapan dana perusahaan yang dilakukan oleh salah satu orang di kantornya.
"Maaf Presdir, sebenarnya ada apa Anda mengumpulkan kami semua di sini?" Tanya salah seorang kepala divisi pada Marisa.
"Aku baru saja menerima laporan jika sudah terjadi penggelapan dana di kantor ini, dan jumlahnya tidak sedikit!!"
"Maksud Presdir, ada sudah melakukan korupsi?!"
"Bisa dibilang begitu. Dan dari hasil penyelidikan ku. Hal ini terjadi sejak 15 tahun yang lalu. Yang artinya, perusahaan ini masih di pegang oleh mendiang ayahku."
"Jika hal itu sudah terjadi begitu lama, lalu kenapa kau baru mengungkapnya sekarang? Bukanlah sudah beberapa tahun kau menjabat sebagai CEO di perusahaan ini?! Atau jangan-jangan kau hanya berasa cari muka saja? Baru menjabat sebagai CEO sebentar saja, mulai bertingkah!!"
Marisa menyeringai dan menatap remeh wanita itu. "Jangan khawatir Bibi, sampai kambing beranak sapi sekalipun, kau tidak mungkin bisa duduk di posisi ini!!" Jawab Marisa dengan santainya.
"Kau!!!" Teriak wanita itu tertahan.
Adela berdiri dan menunjuk Marisa dengan penuh emosi. Sadar jika dirinya kini menjadi pusat perhatian, wanita itu kembali duduk di kursinya.
Marisa menatap satu persatu orang di ruangan itu. Sebelum akhirnya pandangannya hanya tertuju pada Bibinya 'Adela' yang merupakan adik dari mendiang Ibunya.
"Beberapa hari yang lalu, bagian keuangan memeriksa akun dan menemukan sebuah aliran dana mencurigakan."
"Dan setelah melakukan pemeriksaan mendalam, kejadian ini sudah berlangsung sejak 15 tahun yang lalu. Jumlahnya pun tidak main-main, 500 milyar!!"
Sontak semua mata orang yang ada di ruangan itu membelalak saking kagetnya. 500 milyar, itu bukanlah jumlah yang sedikit. Dan parahnya lagi orang itu bisa menyembunyikan hal tersebut sampai puluhan tahun.
"Apa?! 500 milyar, kenapa bisa ada celah untuk mengambil dana perusahaan sampai sebesar itu?"
"Tapi Presdir, siapa yang melakukannya? Dan bagaimana bisa orang itu menyembunyikannya sampai begitu lama? Dan setahu saya, Tuan Leo baru saja menjabat sebagai kepala keuangan di kantor ini, sebelum dia dipindahkan ke bagian pemasaran!!"
Pandangan Marisa tetap tertuju pada Adela yang tampak pucat dan ketakutan. "Melihat ekspresi Bibi Adel, sepertinya ada hal yang ingin dikatakan," wanita itu menyeringai.
Adel menggeleng. "Ti..Tidak ada." Jawabnya gugup.
Marisa kembali memandang Adela dengan seringai yang sama. "Bibi, kenapa kau begitu gugup?" Ucapnya pura-pura kebingungan.
Adela mengeratkan gigi-giginya. Kedua tangannya terkepal kuat di atas pangkuannya. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Jika Marisa sampai membongkarnya, maka tamatlah sudah riwayatnya.
"Sial!! Bagaimana bocah tengik ini bisa mengetahui segalanya, dan membongkar kejadian 15 tahun yang lalu? Jika aku tidak bertindak, maka Leo akan kehilangan posisinya dan aku juga akan terlibat.
Adela tersenyum dan berusaha terlihat tenang."Tapi, Marisa. Masalah ini sudah sangat besar, apa tidak terlalu gegabah jika kita memutuskannya sekarang? Siapa tau ada kesalahan, minta bagian keuangan untuk memeriksanya sekali lagi."
"Baiklah, ide Bibi aku terima."
"Apa?!"
"Lakukan saja seperti yang Bibi katakan. Jika sudah ada hasilnya segera laporkan padaku. Tapi jika sampai gagal... maka Bibi harus siap kehilangan jabatan sebagai kepala divisi pemasaran!!"
"A..Aku mengerti."
"Rapat kota sudahi sampai di sini." Marisa bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja.
Ini sudah hampir jam makan siang. Dia ada janji untuk makan siang bersama Lucas, Marisa sudah menyanggupinya dan tidak mungkin dia membatalkannya.
.
Marisa meninggalkan gedung perkantoran miliknya dengan berjalan kaki, dan meninggalkan mobil mewah miliknya di parkiran kantor.
Wanita cantik itu menghampiri Lucas yang sudah menunggunya. Bagus Marisa memakai celana hari ini, jika tidak pasti dia akan kerepotan jika harus duduk mengangkang di atas motor besar pemuda itu.
"Kenapa lama sekali?" Ucap Lucas setibanya Marisa di depannya.
"Aku ada meeting penting hari ini, dan baru saja selesai."
"Naiklah." Pinta Lucas yang kemudian di balas anggukan oleh Marisa.
Marisa menatap Lucas yang melirik ke arahnya dengan bingung. Wanita itu memberi isyarat dengan menggunakan dagunya supaya Lucas cepat menyalahkan mobilnya. Tapi pemuda itu tetap tak bergeming juga.
"Apa?!" Ucap Marisa kebingungan.
"Sebaiknya Noona berpegangan!!" Pinta Lucas. Namun tetap tidak ada respon.
Pemuda itu mendengus. Lucas menarik tangan Marisa lalu melingkarkan pada perutnya. Dan apa yang Lucas lakukan membuat Marisa terkejut, namun detik berikutnya sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan indah di wajah cantiknya.
Marisa mengeratkan pelukannya pada perut Lucas, dan menyandarkan kepalanya pada punggung pemuda itu.
Selanjutnya motor besar milik Lucas melesat jauh meninggalkan gedung perkantoran milik janda cantik itu. Dan menuju restoran tempat mereka biasa makan.
-
Diana menghentikan langkahnya saat tanpa sengaja dia melihat keberadaan seorang wanita yang wajahnya terlihat tidak asing baginya. Diana menyeringai sinis.
"Ma, bukankah itu adalah mantan pembantu mu? Ups, maksudku mantan menantu mu yang kampungan itu. Tapi sedang apa dia di sini? Lihatlah penampilannya sekarang, dia terlihat lebih modis dan modern, bukankah dulu sangat kampungan ya?!"
Nyonya Jimmy mengikuti arah pandang Diana dan menyeringai sinis. "Ala, paling juga menjadi Sugar Baby, memangnya apa yang bisa membuat wanita kaya dan berada dalam sekejap jika bukan karena ada campur tangan orang lain!!" Jawab Nyonya Jimmy.
"Ma, bagaimana kalau kita sapa dia?! Kelihatannya akan sangat menyenangkan jika bisa mempermalukan wanita itu di depan umum." Diana menyeringai.
"Sepertinya bukan ide yang buruk. Ayo, kita beri pelajaran pada perempuan kampungan itu!!"
Keduanya menghampiri Marisa dan Lucas yang sedang menyantap makan siangnya. Dan entah apa yang terjadi setelah ini. Sepertinya mereka benar-benar belum tau, atau bahkan tidak tau siapa Marisa sebenarnya.
-
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!