NovelToon NovelToon

I Wanna You, My Cold Boy

My Hero

“ Nabila berangkat, mi, pi” teriak Nabila kepada mami dan papinya dan langsung berlari keluar rumah.

“ Sarapan dulu.” Panggil mami.

“ sudah telat.” Teriak Nabila dari luar. Mobil tepat berada didepan Nabila, gadis itu langsung masuk.

“ Ngebut ya mang, Nabila udah telat ini.” Nabila telat bangun karena bergadang menyiapkan materi untuk rapat Osis.

Sampai di sekolah Nabila, telah ditunggu sahabat – sahabatnya, genk populer yang beranggotakan gadis – gadis cantik dan kaya.

“ Tumben datangnya last minute?” sindir Jenifer, si gadis jutek, blasteran Indo - Amerika

“ Aku menyiapkan materi rapat Osis nanti.” Beritahu Nabila

“ Ayo masuk, bentar lagi bu Amel datang.” Ajak Maura, si gadis ceria dan sedikit tomboy.

Mereka memasuki kelas, tidak lama Bu Amel memasuki kelas, mereka belajar seperti biasa.

Istirahat pertama Nabila dan sahabat, tidak ke kantin mereka hanya duduk di taman sekolah sambil menikmati cemilan yang dibawa Cheryl,  si gadis lemot.

”Nab, loe taukan kak Evan dari kelas  XII-1?” ucap Siska, si bijaksana.

“Tau, kan Kak Evan, cowok terkenal di sekolah.” Balas Nabila cuek.

“Tadi dia panggil aku, kirain apa, ternyata kirim salam buat loe tu.” lanjut Siska lagi.

“Ntar kalo ketemu lagi sama Kak Evan, bilangin gak terima salam, terimanya coklat” Ngakak Nabila diikuti yang lain.

“Dasar loe, ratu coklat.” Jenifer menower kepala Nabila.

“Aw, apaan sih Jen, sakit tau.” Nabila mengusap kepalanya.

“Makanya, jangan asal aja.” Jenifer Sewot, Nabila bingung kenapa anak ini yang sewot? Cheryl hanya tertawa, sambal asik memakan cemilan.

“Cheryl, jangan makan mulu donk, belain kek.” Rajuk Nabila

“Emang gue harus belain apa?” tanya Cheryl polos

“Ya belain, agar Nabila, jadian sama kak Evan.” Potong Siska, cekikikan.

“Emang Nabila, suka sama kak Evan?” lemot Cheryl kambuh, bukan kambuh juga sih tapi seringnya emang lemot.

“Ya elah, Cheryl, emang kamu gak nyimak tadi? Kan Siska kasih info tadi.” Kesal Jenifer.

“Gue kan sibuk makan cemilan Jen, ini enak loch, gue beli sama mbok – mbok dekat rumah saat berangkat tadi.”

“Gue gak nanya.” Jenifer semakin emosi.

“Kok, kalian yang berdebat sengit.” Potong Nabila.

“Ya habisnya, Cheryl gak nyambung sih.” Pelotot Jenifer kepada Cheryl.

“Aku bukannya gak nyambung Jen, tapi gak dengar tadi Siska bahas apa.”

“Udah – udah, kok jadi bertengkar sih.” Lerai Siska dan Maura serempak, Maura tadi hanya tertawa melihat tingkah sahabat – sahabatnya.

Bel istirahat berbunyi, mereka kembali ke dalam kelas.

“Siapa lagi ini yang kasih gue bunga ya?” bingung Nabila saat melihat mejanya. Ya memang ini bukan pertama kalinya Nabila dapat kiriman Bunga, coklat dan hadiah lainnya dari para penggemarnya.

“Coba lihat.” Rampas Maura, kemudian membaca kertas yanga ada di bunga.

“Kau seperti bunga yang memberi warna di dunia ku, membuat rasa didada ku menggelora, oh Nabila, mau kah kamu menjadi pacar ku, Noel kelas XI-2.”

“Maura, jangan keras – keras bacanya.” Nabila Menarik kertas dari Maura, Maura hanya tertawa cekikikan.

“Orang nya yang mana ya?” Tanya Siska, mulai berfikir orang yang mengirimkan bunga untuk Nabila.

“Yah, palingan salah satu fansnya Nabila.” Balas Jenifer.

“Aku tau Noel dari kelas XI-2, dia ketua kelasnya, itu yang sering nyapa Nabila, yang pake motor gede.” Beritahu Cheryl.

“Tumben, loe ngeh.” Balas Jenifer.

“Ya iya lah, saat dia nawari Nabila pulang bareng diakan, gue ada disitu, gue lihat gitu namanya.”

“Jangan – Jangan loe suka lagi sama anaknya?” tebak Maura

“Ya enggaklah, gue kan kalo baca nama cepat ingat, wajah yang gue sering lupa.” Sewot Cheryl

“Eh, tapi hari ini cuma satu yang ngirimin loe bunga Nab? Biasanya uda penuh ini bunga, coklat dan lainnya? Ujar Siska

“Iya juga ya, apa fans Nabila mulai berkurang?” lanjut Jenifer.

“Ya, gue senang donk, berarti hidup gue mulai tentram.” Jawab Nabila.

“Kami rugi Nab.” Ujar Cheryl dan Siska barengan

“Lah, kok loe pada yang rugi.? Tanya Nabila bingung.

“Iyalah, artinya jatah makanan buat kita berkurang donk.” Sahut Cheryl.

“Tumben loe pintar, Cher.” Sahut Siska

“Ntar, ditraktir sama Jeni.” Lanjut Nabila, melirik Jenifer.

“Kok gue, elo lah, kan gara-gara fans loe berkurang, mereka kekurangan makanan.”

“Secara loe kan yang lebih kaya dari kita, kalo di urut –urut, gue mah paling terakhir.” Ujar Nabila

Jenifer hanya mencibir. Mereka belajar dengan tenang.

 

Pulang sekolah Nabila menuggu supir yang biasa menjemputnya.

“All, gue duluan ya, sopir gue udah jemput tuh.” Pamit Siska.

“ Gue juga, udah dijemput.” Pamit Jenifer, melambaikan tangannya.

Satu persatu sahabat Nabila telah di jemput, tersisa Nabila dan Cheryl

“Nab, sopir gue udah  jemput juga, loe mau bareng gue aja gak?” tawar Cheryl.

“Gak usah Cher, palingan bentar lagi datang mang Udin jemput gue, dia gak ngubungi gue soalnya, biasanya kalau telat kan dia telepon gue.” Balas Nabila.

Semua murid telah pulang, menyisakan Nabila.

“Mbak Nabila, belum dijemput?” tanya satpam sekolah.

“Iya ni, pak, tumben mang Udin belum nongol, saya udah coba telepon berkali – kali tapi gak diangkat – angkat.”

“Gerbang mau saya tutup mbak, anak saya sakit, saya uda minta Pak Memet buat gantiin saya. Dia lagi dijalan.”

“Ya udah mang saya tunggu di luar sekolah aja.” Nabila menuju keluar sekolah. 

Nabila menghubungi maminya dan maminya menyuruh Nabila naik angkutan umum atau ojek online saja. Nabila menuju Halte sekolah, cukup lama Nabila menunggu, hari semakin sore dan hujanpun mulai turun.

Tiba – tiba ada segerombolan preman. Nabila mulai cemas.

“Hi cantik, mau pulang  ya, mau abang antar.” Ujar salah satunya. Nabila hanya diam kemudian, beranjak dari halte, tadi Nabila telah sempat pesan taxi online, namun sepertinya pesanannya belum mendapatkan driver.

Preman tersebut mencoba merayu Nabila terus, karena Nabila tetap menolak dan mereka saling melirik. Salah satu dari mereka membekap mulut Nabila dan menyeret Nabila ke tempat sepi, Nabila memberontak dan menggigit tangan preman tersebut. Nabila melarikan diri, namun dia salah arah, justru menuju tempat yang lebih sepi.

“Kamu salah arah.” Ujar preman tersebut, mereka ada 5 orang. Teman – temannya tertawa. Nabila bingung, ternyata jalan tersebut buntu.

“Tolong, siapa saja tolong saya.?” Teriak Nabila, panik.

“Percuma kamu berteriak, jam segini lingkungan sini sepi.” Preman tersebut menarik tas ransel Nabila, membuat Nabila tertarik kearah preman tersebut dan menarik tangan Nabila kebelakang, Nabila meringis kesakitan.

Preman yang lain mendekati Nabila dan memegang dagu Nabila dengan kasar.

“Cantik sekali, biasanya yang sekolah disana tidak pernah naik bus atau angkutan umum.”

“Tolong, tolong.” Teriak Nabila lagi. Preman yang menarik tangan Nabila membekap mulut Nabila.

Tiba – tiba seseorang menendang preman yang memegang dagu Nabila. 3 orang temannya yang tadi hanya menonton langsung menyerang si penolong.

Terjadi perkelahian yang tidak seimbang, namun sepertinya penolong yang juga menggunakan seragam sekolah yang sama dengan Nabila memiliki ilmu bela diri yang cukup mahir.

Akhirnya pria itu mengalahkan preman, para preman lari meninggalkan mereka.

“Awas jika kalian masih mengganggu gadis – gadis lainnya, saya akan melaporkan kalian ke polisi.” Teriak si penolong. Si penolong mengambil tas yang tadi sempat dia lemparkan saat terjadi perkelahian, dia mengeluarkan payung.

“Kamu tidak apa – apa?” tanyanya, memayungi Nabila dan mengambil tangan Nabila agar menerima payungnya, dia kemudian  membuka jaketnya dan memakaikannya kepada Nabila. Seragam Nabila telah basah kuyup. Nabila masih shock dengan kejadian yang menimpanya.

“Terima kasih.” Hanya itu yang diucapkan Nabila. Sekilas Nabila melihat nama di baju si penolong, Nathan Fernando L, my hero, ucapnya dalam hati.

Nathan Anak Sopir

Nabila masih memandang si penolong yang bernama Nathan, pria tinggi dengan kaca mata besar yang membuat penampilannya seperti kutu buku. Namun bisa Nabila lihat wajah laki – laki tersebut lumayan tampan, sekalipun dengan penampilannya yang culun. Bagi Nabila dia adalah malaikat penolongnya.

“Apa kamu tidak di jemput.?” Tanya pria itu.

“Sopir saya mungkin mendapat kemalangan, sehingga tidak bisa menjemput saya.” Beritahu Nabila.

“Apa kamu mau saya antar pulang?” tanya Nathan lagi.

“Apakah tidak merepotkan?” Nabila balik bertanya.

“Tidak, ayo saya antar.” Tawar Nathan.

“Nama kamu Nathan, dari kelas berapa? Saya Nabila kelas XI-1.” Nabila memperkenalkan dirinya, mengulurkan tangan kepada Nathan.

“Berarti kamu adik kelas saya.” Tanpa menerima uluran tangan Nabila. Nabila menarik tangannya kembali.

“Kakak tidak kenal saya?” tanya Nabila heran, Dia adalah gadis yang populer semua pria pasti kenal dengannya, yah kecuali heronya ini.

“Memangnya saya harus mengenal kamu?” membalikan pertanyaan.

“Mau saya antar tidak, motor saya ada di sana,.” Menunjuk sebuah motor butut diujung gang.

Dalam pikiran Nabila. Masih ada yang memakai motor seperti itu?

“Baik kak.” Jawab Nabila singkat.

“Rumah kamu dimana?” tanya Nathan.

“Daerah Slipi kak.” Jawab Nabila.

“Bisa pandu tunjukan jalannya?” tanya Nathan

“Bisa kak, tapi lewat yang biasa saya lewati, untuk jalan lain, saya juga tidak tau.”

“Ya udah gak apa-apa deh.” Nathan menyerahkan satu helm kepada Nabila.

Nabila menaiki motor butut Nathan, memegang pinggang Nathan dengan canggung. Sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara saat Nabila mengarahkan Nathan untuk belok.

“Itu kak rumah diujung yang warna putih, pagar silver.” Beritahu Nabila kepada Nathan sambil menunjuk rumah yang dimaksud. Nathan mendekati rumah tersebut dan berhenti tepat di depan pagar rumah Nabila.

“Ayo kak, singgah dulu.” Tawar Nabila.

“Ga usah, saya mau pulang langsung aja, udah telat soalnya.” Balas Nathan datar.

“Ya udah, terima kasih, kak.”

“Helmnya balikin donk.” Ujar Nathan

“Oh maaf kak, sekali lagi terima kasih.” Ujar Nabila malu sambal menyerahkan helm kepada Nathan.

Nathan meninggalkan rumah Nabila.

Nabila memasuki rumah, mang Udin langsung menghampiri Nabila.

“Aduh maaf neng, Ban Mobil bocor tadi, jadi mamang lama di bengkel, mana hanphone mamang ketinggalan lagi di rumah. Nyampe Sekolah mamang lihat nengnya udah ga ada. Mamang coba cari-cari ga ketemu, ya udah mamang pulang aja. Neng Nabila gak apa – apa kan?” cerocos mang Udin dengan khawatir.

“ Nabila gak apa –apa mang.” Jawab Nabila. Dia tidak mau mang Udin merasa bersalah.

“ Neng pulang sama siapa?” tanya mang udin lagi. Melihat Nabila yang basah kuyup.

“Ada kakak kelas yang ngantarin Nabila pulang mang, ga usah khawatir. Nabila ke kamar dulu ya mang.”

Mang Udin menganggukan kepala. Nabila menuju kamarnya di lantai 2. Rumah Nabila tidak terlalu besar, tipe rumah minimalis dengan 2 lantai.

 

*****

Pagi – pagi sekali Nabila telah sampai di sekolah, dia berharap bertemu lagi dengan Nathan. Nabila lupa mengembalikan jaket Nathan. Dia ingin memberitahukan Nathan bahwa jaketnya sama Nabila, namun masih dicuci.

Nabila telah memantapkan hatinya untuk mengenal Nathan lebih dekat, Nabila menyukai Nathan, si penolong. Bagi Nabila walaupun Nathan sedikit dingin dan datar tapi dia tau pria itu sangat peduli.

Nabila salut dengan Nathan yang mau menolongnya, padahal preman yang dihadapinya ada 5 orang, itu perkelahian tidak seimbang. Saat perkelahian Nabila tidak berani melihat, dia takut hal – hal yang berbau kekerasan, makanya dia hanya jongkok dan menutup mata.

Kak Nathan kelas berapa ya, pikir Nabila, kemaren dia tidak mau menyebutkan kelasnya. Nabila mencoba bertanya kepada satpam sekolah.

“Pak Memet, tau gak sama kak Nathan, yang pake motor butut itu loch.” Tanya Nabila.

“Owh mas Nathan, tau neng, emang kenapa?” tanya Pak Memet, tumben seorang Nabila bertanya tentang Nathan, cowok kutu buku.

“Ada perlu aja sih Pak, Pak Memet tau dimana kelasnya?”

“Dia kelas XII-2 mbak, barusan datang tadi, tapi kayaknya menuju perpustakaan itu.” Balas Pak Memet.

“Bapak tau tentang kak Nathan?” tanya Nabila lagi.

“Maksudnya, tau rumahnya atau orang tuanya neng?” Pak Memet bingung.

“Apa aja boleh Pak.” Sahut Nabila.

“Kalau itu Pak Memet gak tau neng, pak Memet cuma tau kalau Mas Nathan jam istirahat suka ke Perpustakaan, atau kadang ke roof top sekolah, dia kan suka menyendiri neng.” Jelas Pak Memet.

“Owh, oke Pak. Terima kasih infonya.” Nabila meninggalkan Pak Memet dengan bingung.

Nabila menuju perpustakaan, dia mencoba mencari – cari keberadaan Nathan, Nabila melihat Nathan duduk di meja pojok, saat Nabila ingin menghampiri Nathan, Cakra, saudara laki – laki Cheryl telah duluan duduk disamping Nathan.

Nabila yang melihat itu membalikan badannya untuk meninggalkan perpustakaan, Namun terlambat Cakra telah melihatnya.

“Nabila.” Panggil Cakra, melambaikan tangannya kepada Nabila. Nabila dengan berat hati membalikan badannya kembali.

“Eh, bang Cakra.” Membalas lambaian Cakra.

“Ayo sini.” Cakra menyuruh Nabila untuk duduk didepan Nathan, dia membuka kursi dan mempersilahkan Nabila duduk. Kemudian duduk kembali disamping Nathan.

“Lagi cari buku, Nab?” tanya Cakra. Nabila melirik Nathan yang masih asik membaca tanpa menghiraukannya.

“Iya bang, Nabila mau nyari buku sejarah, buat referensi tugas.” Jawab Nabila bohong.

“Owh, tapi kok tadi kayak gak jadi, apa karena lihat abang?” tuduh Cakra secara gamblang.

“Gak juga sih bang, Nabila ingat belum sarapan.” Bohong Nabila lagi.

“Owh iya, kenalkan ini teman sekelas abang, namanya Nathan.” Cakra menyikut lengan Nathan. Nathan hanya menatap Nabila dengan malas.

“Nabila, ken...” Tiba – tiba kaki Nabila ditendang oleh Nathan, dan Nathan memberikan kode dengan matanya, serta telunjuk di mulutnya yang memerintahkan Nabila agar tidak melanjutkan ucapannya.

“Aw.” Pekik Nabila. Nathan tidak mau Cakra banyak tanya tentang perkenalannya dengan Nabila.

“Kenapa Nab?” tanya Cakra.

“Gak apa – apa bang. Nabila pikir tadi ada kecoa di kaki Nabila” Lanjut Nabila bohong.

“Tadi kamu mau bilang apa?” lanjut Cakra lagi.

“Apa ya bang, Nabila jadi lupa.” Polos Nabila, mengusap - usap kepalanya berlagak lupa.

"Nabila lanjut ke kelas dulu ya bang, takut dicariin yang lain.” Nabila berdiri dari duduknya. Cakra mengerti maksud Nabila dengan dicariin yang lain, itu artinya sahabat – sahabatnya pasti nyari Nabila, salah satunya adik Cakra, Cheryl.

“Gak jadi nyari buku sejarah?” tanya Cakra. Melihat Nabila ngacir.

“Lain kali aja.” Teriak Nabila, meninggalkan Nathan dan Cakra.

*****

Gagal deh mau dekatin kak Nathan, sungut Nabila. Di kelas dia hanya melihat Cheryl yang baru datang, yang lain belum muncul. Kesempatan ini, siapa tau Cheryl kenal sama Nathan.

“Cher, baru nyampe?” tanya Nabila basa – basi.

“Iya ni, loe darimana?” tanya Cheryl balik.

“Dari perpustakaan, tadi gue lihat abang loe sama temannya, Kak Nathan. Loe kenal sama kak Nathan?” Nabila mencoba bertanya namun tetap dengan datar supaya Cheryl tidak curiga, kalau Nabila mencari informasi tentang Nathan.

“Owh, kak Nathan, kenal, orangnya yang pake kaca mata besar, kutu buku itu kan?”

“Benar. Loe tau gak rumahnya dimana?” tanya Nabila.

“Kalau ga salah di Kemang, tapi itu bukan rumah orang tuanya, dia anaknya sopir yang punya rumah.” Jelas Cheryl.

“Owh, di kemang ya dekat mananya tu?” tanya Nabila lagi.

“Eh, kenapa loe pengen tau rumahnya kak Nathan?” heran Cheryl, baru ngeh dia.

“Ga ada, gue penasaran aja.” Elak Nabila

“Tumben loe penasaran sama yang namanya cowok?” Cheryl kumat keponya.

“Ya penasaran aja.” Nabila masih berusaha mengelak.

“Gue makin curiga  ini.” Cecar Cheryl

Nabila melihat Maura dan Siska masuk kelas. Dia tidak ingin mereka juga ikut – ikutan kepo.

“Ntar deh gue ceritain.” Putus Nabila.

Tetap Suka Kamu

Nabila melihat Maura dan Siska masuk kelas. Dia tidak ingin mereka juga ikut – ikutan kepo.

“Ntar deh gue ceritain.” Putus Nabila.

Bersyukur Cheryl tidak bertanya lagi, tumben anak ini cepat tanggap.

“Tumben kalian udah datang?” tanya Maura, duduk disamping Cheryl.

“Loe aja kali yang datangnya kelamaan.” Balas Nabila.

“Masa sih?” Siska melihat jam tangannya.

“Gue mah, emang jam segini nyampe sekolah.” Lanjut Siska.

“Jenifer, yang tumben belum datang?” ujar Cheryl.

“Hi, pada nungguin gue ya?” Teriak Jenifer dengan percaya diri. Dia baru saja masuk ke kelas.

“PeDe banget loe.” Balas Maura, mencibirkan lidahnya kepada Jenifer.

“Ya elah Ra, segitunya, kan loe suka nyariin, kalau gue ga ada.” Kekeh Jenifer sambil memeluk Maura.

“Apaan sih, geli gue, gue masih suka cowok ya.” Sungut Maura, menahan dada Jenifer dengan tangannya.

“Kirain loe suka sama gue.” Becanda Siska.

“Secara loe kan agak tomboy diantara kita.” Sambil ketawa mengejek Maura. Yang lain sontak tertawa dengan yang diomongin Siska.

“Tampilan gue aja, tapi gue masih normal lah.” Maura semakin sewot.

“Eh Bu Winy, udah datang tu.” Beritahu Cherryl.

******

Waktu istirahat Nabila, meninggalkan sahabat – sahabat dan menuju perpustakaan. Dia juga singgah di kantin untuk membeli beberapa cemilan dan minuman. Nabila menyapukan pandangannya untuk mencari keberadaan Nathan. Dia tidak melihat Nathan ditempat duduk yang tadi pagi dia gunakan. Nabila menyisir perpustakaan berharap bertemu dengan Nathan. Dia masih menyukai Nathan walaupun dia telah mengetahui kalua Nathan hanya anak sopir keluarga terpandang.

Nabila telah memutuskan untuk mengejar Nathan. Nabila bisa melihat Nathan orang yang baik, walaupun sedikit tidak ramah dan dingin. Tidak seperti laki – laki lain yang hanya menyukainya karena wajah dan kepopuleran Nabila, juga menurut Nabila laki – laki sekolah yang dia kenal, kebanyakan cowok – cowok manja yang hanya bisa bergaya dan sok kaya.

Akhirnya Nabila menemukan Nathan diujung lorong lemari buku, sepertinya Nathan sedang memilih buku yang akan dia baca.

“Kak.” Tegur Nabila sambal menepuk pundak Nathan. Namun Nathan hanya diam dan tidak mengacuhkan Nabila. Dia masih sibuk membolak – balikan halaman buku yang sedang dipegangnya.

Kemudian dia meninggalkan Nabila menuju meja dan kursi baca. Nabila mengikuti dan duduk didepan Nathan.

“Ini buat kak Nathan.” Nabila menyerahkan cemilan dan minuman yang dibawanya. Nathan tetap diam saja.

Mau Nabila bukakan?” tanya Nabila lagi. Nathan melirik Nabila sejenak, kemudian kembali focus membaca bukunya. Nabila membuka roti dan menyodorkannya ke mulut Nathan.

“Apa- apaan sih.” Sungut Nathan kesal, menepis roti dari tangan Nabila.

“Nabila kan cuma mau kasih roti ke kak Nathan.” Ucap Nabila, dia takut juga kalau Nathan marah.

“Kamu mau apa?” tanya Nathan datar dan dingin.

“Gak ada sih kak, cuma mau ketemu sama kak Nathan aja.” Senyum Nabila.

“Saya tidak ingin ketemu kamu.” Balas Nathan dengan dingin. Tidak mengalihkan matanya dari buku yang dibacanya.

“Nabila juga sekalian mau bilang kak, jaket kakak kemaren masih sama Nabila, mau dicuci dulu, nanti kalau udah selesai dicuci Nabila kasih ke kak Nathan ya.” Jelas Nabila.

“Gak usah, buat kamu aja.”

“Benar kak?” Tanya Nabila tidak percaya, dia akan menyimpan jaket itu dengan baik.

“Nanti pulang sekolah, Nabila bisa nebeng sama kak Nathan?”

“Gak.” Jawab Nathan singkat.

“Kenapa?” tanya Nabila polos.

“Saya bukan supir kamu.”

“Kan Nabila gak bilang kak Nathan, supir.” Nabila merasa tidak enak hati, apa Nathan berpikir mentang – mentang dia anak supir, makanya Nabila menyuruh dia buat mengantarkan Nabila. Nabila tidak bermaksud merendahkan Nathan.

“Kamu kan punya supir, ya jemputlah sama dia.” Ketus Nathan.

“Mang Udin lagi gak bisa jemput kak.” Alasan Nabila.

“Saya gak bisa antar kamu pulang karena saya ada kerja part time.”

“Kakak kerja dimana, Nabila tungguin aja sampai kak Nathan pulang kerja.” Nabila masih ngotot untuk pulang bareng Nathan.

“Pokoknya saya bilang gak bisa.” Nathan semakin kesal dan meninggalkan Nabila, dia tidak mau membuat skandal, apa lagi tadi Cakra sempat bilang Nabila cewek terkenal di sekolah dan banyak yang suka padanya, Nathan harus menghindari tipe gadis seperti itu.

Nabila hanya bengong melihat Nathan pergi. Bersyukur perpustakaan tidak banyak pengunjung. Jadi mereka tidak begitu menjadi pusat perhatian.

*****

“Dari mana loe.” Tanya Siska.

“Perpustakaan.” Jawab Nabila, dengan tidak semangat.

“Ngapain, tumben gak ngajak kita?” tanya Jenifer.

“Gue cuma mau nyari referensi buat karya Ilmiah, buat mading sekolah minggu depan.” Bohong Nabila.

Nabila dan sahabat – sahabatnya memang juga mengelola madding sekolah, selain madding offline mereka juga membuat mading versi digital alias elektronik yang bisa diakses semua siswa.

“Biasanya kita juga nyari referensi di mbah google.” Ucap Maura.

“Mungkin Nabila pengen beda kali, makanya nyari referensi di perpus.” Bela Cheryl.

“Loe benar Cher, gue emang mau nyari dari buku – buku lama.” Lega dengan pembelaan Cheryl.

“Owh.” Ucap Jenifer, Siska dan Maura.

“Tadi saat loe pergi Kak Evan datang nyariin loe Nab.” Beritahu Siska.

“Ngapain dia nyariin gue?” tanya Nabila.

“Kayaknya dia mau ngajak loe kencan.” Sahut Jenifer.

“Ogah gue.” Mengedikan bahunya.

“Kenapa? Kan bagus Nab, secara loe cewek populer dan dia cowok popoler, kalian pasangan serasi.” Ujar Maura.

“Emang harus ya cowok populer sama cewek populer?” tanya Cheryl polos.

“Please deh Cher.” Kesal Maura.

“ Ya emang gak harus sih Cher, cuma kan yang cocok jadi pacarnya sahabat kita ini, hanya kak Evan.” Jelas Siska merangkul Nabila.

“Kalau gue mah, nyari cowok atau pacar, bukan karena cocok dilihat orang, tapi karena gue emang suka sama tu orang.” Jelas Nabila diplomatis.

“Kayak pujangga aja loe.” Ujar Jenifer, menoyor kepala Nabila, untung Nabila cepat menghindar.

*****

Pulang sekolah Nabila terpaksa pulang dengan supirnya, dia menunggu mang Udin untuk menjemputnya. Sahabat – sahabatnya yang lain telah dijemput dan pulang, kecuali Nabila dan Cheryl. Cheryl memang dijemput supir, sedangkan Cakra lebih memilih membawa motor gedenya sendiri.

“Kalian belum dijemput?” tiba – tiba Cakra telah didepan mereka, disusul Nathan dengan motor bututnya, perbedaan yang sangat mencolok.

“Belum dijemput bang.” Jawab Cherryl.

Nabila memperhatikan Nathan dengan wajah sumbringah. Nathan hanya diam aja.

“Gue langsung balik ya Cak.” Beritahu Nathan kepada Cakra tanpa menoleh kepada Nabila dan Cheryl.

Cheryl sempat melihat perubahan raut wajah Nabila, saat Nathan dan Cakra datang dia senang namun saat Nathan pergi dia cemberut.

Tadinya Cheryl ragu siapa yang membuat wajah Nabila cerah? Cakra atau Nathan? Sekarang dia telah mengetahuinya.

“ Oke bro.” melambaikan tangan kepada Nathan. Nathan langsung meninggalkan mereka.

“Emang teman kak Nathan mau kemana, kok buru – buru.” Tanya Nabila sebiasa mungkin.

“Biasa kerja part time.” Balas Cakra.

“Dimana?” Nabila keceplosan.

“Kok loe pengen tau?” selidik Cakra curiga.

“Nabila jadi ingat mau buat Peole of the month buat mading sekolah, jadi kalau ada siswa yang memiliki kehidupan lain dari anak- anak lain, kan bisa diwawancara dianya.” Elak Nabila.

"Nah kebetulan kak Nathan kan siswa yang selain sebagai pelajar juga bekerja, jadi patut dicontoh tuh, kan sesuatu yang positif.” Lanjut Nabila.

“Emang mading kita bakal buat itu Nab?” tanya cheryl polos, lemotnya kembali. Nabila menginjak kaki cherryl.

“Aw, kok loe injak kaki gue.” Nabila dibuat kesal dengan kelemotan Cheryl. Udah bagus ni anak tadi bisa bantu eh sekarang balik lagi, batin Nabila.

“Itu baru planing gue Cher, rencana besok baru mau gue bahas sama kalian.” Elak Nabila

“Owh gitu, bagus juga sih.”

“Jadi Kak Nathan kerja dimana bang?” Nabila lanjut bertanya kepada Cakra, dan tidak menghiraukan Cheryl yang masih bingung.

“Café Milenial yang ada di Gatot Subroto.” Info Cakra.

“Boleh Nabila minta nomor telepon kak Nathan, bang? Buat wawancara dia?” Nabila mulai mencari celah.

“Gak bisa Nab, aku harus tanya dia dulu, dia ga suka nomornya sembarangan dikasih.”

“Owh ya udah.” Putus Nabila, toh nanti dia mau tanya sama orangnya lansung aja.

“Ya udah abang juga balik sana, bentar lagi kami juga dijemput.” Usir Cheryl, dia pengen dengar cerita Nabila yang tertunda tadi dan dengan kejadian barusan membuat Cheryl kepo.

“ Loe Cher, gue kan mau nawarin tumpangan ke Nabila.” Sedikit kesal dengan adiknya yang tidak pengertian.

“Cheryl benar bang, bentar lagi Nabila dijemput kok.” Ucap Nabila.

Dengan terpaksa Cakra meninggalkan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!