Salman namaKu, terlahir dari rahim seorang ibu yang entah bagaimana bentuk fisik dan wajahnya, karna saat usiaku genap 8 hari manusia yang di ciptakan untuk melindungiku telah pergi meninggalkanku menuju alam keabadian.
Sedangkan Ayah ku adalah seorang pengangguran yang hanya bisa makan dari jerih payah istrinya, males bekerja,bisanya hanya bermain judi dan menghabiskan uang istrinya, kerjaannya ketika pulang hanya bisa marah dan marah kepada Ibuku dan kakak kakak ku.
Ketika ku lahir pun Ayah enggak sedikit pun memperdulikan ku, tangisan ku hanya bisa mengganggunya, hingga sampai tega ingin membunuhku namun kasih sayang dari Kakak ku yang berjumlah 3 orang mereka rela menjadi bulan bulanan Ayah hanya untuk melindungiku.
Hingga ketika umurku menginjak 2 minggu, aku di bawa oleh Kakak ku yang tertua untuk di titipkan ke rumah orang yang mau merawat ku, namun enggak ada satu pun tetangga yang mau merawat anak bayi.
Hingga suatu hari datanglah sepasang suami istri kerumah ku lalu meminta izin kepada Ayah ku untuk merawat dan mengadopsi aku sebagai anak angkatnya, dengan santai Ayah kandungku berucap "Lu bawa aja tuh Anak, Gua enggak perduli, tapi syaratnya Lu bayar duit buat Gua"
Akhirnya tanpa pikir panjang sepasang suami istri tersebut membayar beberapa rupiah untuk bisa membawa ku pulang,yah diriku hanya sebuah barang murahan bagi Ayah ku yang tega menukarkan ku dengan beberapa rupiah uang.
Akhirnya aku pun dibesarkan oleh kedua orang tua angkat yang sangat mencintai dan menyayangiku seperti anak mereka sendiri, kebetulan mereka sepasang suami istri yang belum di karuniai seorang anak karna salah satu dari mereka mandul.
Semenjak TK aku sudah terbiasa dengan kesendirian, entah kenapa anak anak sebaya dengan ku begitu menjauhiku bahkan anak tetangga pun enggan bermain dengan ku,di lingkungan kampung tempat ku tinggal pun aku selalu di anggap enggak ada, bahkan nenek dari orang tua Ayah angkat ku enggan memanggilku dengan sebutan Cucu.
Ketika ku SD diriku kenyang dengan bullyan teman teman seangkatan ku, kadang uang jajan ku dirampas begitu saja tanpa ada perlawanan sama sekali dariku, kadang aku di bilang anak pungut, lalu ada berkata aku adiknya Ujang.
Ketika ku pulang sekolah langsung ku peluk Ibu ku seraya berucap, "Bu tadi uang jajan ku di ambil oleh teman teman ku, aku juga di bilang anak pungut, apa bener Bu aku bukan anak Ibu?" tanya ku dengan polos
"sabar yah Nak, uang yang di ambil temen mu anggap sedekah buat mereka, kamu bukan anak pungut,ini Ibumu yang melahirkan mu, jangan perdulikan kata kata mereka"
Aku pun kembali tenang, yah setiap diriku ada masalah atau habis di bully dengan teman sebaya ku pasti larinya kepelukan Ibu ku.
Selama 6 tahun bersekolah enggak pernah sehari pun ku menyentuh jajanan,nasi bungkus atau mainan seperti kebanyakan teman teman ku, karna uang jajan ku selalu di rampas oleh teman yang disegani di sekolah ku, ku bertanya pada diriku sendiri "kenapa hanya aku yang di jaili, kenapa bukan anak anak yang lain?, salah ku apa sehingga dengan teganya mereka mengambil yang menjadi hak ku"
Diantara sekian banyak teman teman ku di SD hanya ada satu yang perduli dengan ku,selalu menawarkan uang,atau jajanan untuk ku ketika aku merasa lapar,Wulan namanya wanita yang baik dan selalu melindungi ku ketika ku di hina teman teman ku,selalu membela ku ketika aku dicaci,kami akrab hanya di sekolah karna ibu Wulan sama seperti warga lainnya yang menganggap ku sebagai anak aneh.
Kata kata cacian seperti bodoh,*****,anak buangan dan lain sebagainya selalu menjadi langganan masuk ketelinga ku saat di sekolah maupun di lingkungan kampung tempat ku tinggal,dan lagi lagi hanya ibu lah yang aku punya sebagai tempat ku bersandar dari lelahnya mendengar cacian dan cibiran dari mereka yang menghina ku.
Ayah angkat ku selalu mengajarkan kepada ku
"jangan lah kekerasan di belas dengan kekerasan kecuali ketika Agamamu di hina...
tersenyumlah ketika mereka menghinamu..
jangan lah merasa malu ketika semua orang menjauhimu dan menganggapmu enggak ada karna dulu Tokoh di zaman Rasulullah yang bernama Uwais Al Qarni lebih buruk mungkin keadaannya dari kamu,tapi dirinya begitu di cintai penduduk langit contoh lah beliau..."
itu lah kata Ayah yang Ku pegang hingga ku menginjak kan kaki ke bangku sekolah lanjutan tingkat pertama.
Disini lah awal cerita ku..
Tak seperti dugaan ku ketika menginjakkan kaki di bangku sekolah menengah pertama, aku mengira cacian,siksaan yang ku dapat hilang,yang ada malah makin parah.ketika itu sedang di laksanakan apel upacara pada senin pagi.
Semua siswa berbaris menghadap tiang bendera merah putih, setelah selesai pengibaran bendera merah putih seluruh siswa kemudian di istirahat di tempat dengan posisi masih berdiri namun tangan di posisikan menghadap kebelakang serta kaki agak direnggangkan.
Pembina upacara lalu memberikan sepatah dua patah kata untuk siswa baru, saat sedang konsen untuk mendengarkan guru memberi arahan kepada siswanya tiba tiba tangan ku ada yang mencolek, aku pun menghadap kebelakang sambil melihat orang yang mencolek tangan ku.
Mereka hanya tertawa melihatku, entah apa yang mereka tertawakan?. pandangan ku kembali kearah Pembina upacara untuk melanjutkan mendengarkan pengarahannya.
"Lihat noh si Anak ***** ada upil di tangannya aja ampe enggak ngerasa, *****...*****...hahaha" ujar anak yang ada di belakangku
Ntah siapa yang mereka sebut, karna penasaran aku pun melihat tangan kiri ku ternyata benar ada kotoran hidung yang tertempel di tangan ku, lalu ku ambil sapu tangan dan mengelapnya tanpa memperdulikan beberapa teman sekelas yang banyak mulai menertawakan ku.
Setelah upacara selesai seluruh siswa pun masuk ke kelas masing masing. Aku berjalan menuju meja kelas ku lalu duduk, belum sampai duduk teman sebangku malah mendorongku seraya berucap "siapa yang nyuruh Loe duduk sini!"
Aku "kan Gue siswa kelas ini" ujarku
Teman sekelas "iyah tapi Gue jijik, Gue enggak mau duduk disamping Loe, yang ada ketularan ***** lagi"
Serempak seluruh siswa pun tertawa, sedangkan aku berlalu tanpa memperdulikan mereka yang menertawakanku, setelah mendapatkan bangku kosong aku kemudian duduk sendiri, yah paling belakang tanpa ada yang mau duduk bersebelahan dengan ku.
Saat Guru datang kami lalu berdiri untuk mengucapkan salam, lalu duduk kembali. Ini adalah pertama kalinya siswa masuk kelas setelah Mos, jadi waktu hanya di habiskan untuk para siswa maju kedepan kelas mengenalkan siapa dirinya dan alamat tempat tinggalnya.
Momen yang paling ku benci adalah perkenalan karna diriku sudah terbiasa sendiri jadi untuk mengenalkan diri didepan kelas tak terlalu penting banget bagi ku, toh aku ada dan tiada juga mereka enggak perduli.
Ketika datang giliran ku untuk maju kedepan kelas dan memperkenalkan diri ada salah satu siswa yang berteriak
"LEWATIN AJA BUK, CUMAN ANAK **** YANG MENUHIN KELAS DOANG, GAK PENTING"
"HAHAHAHAHA" Serempak seluruh siswa menertawakan Ku
Karna malu ku urungkan niat ku untuk maju kedepan namun Guru menegurku. "Eh mau kemana?, kenalin diri dulu dan MOHON SEMUA SISWA DIAM...!!"
Aku pun berbalik kembali berjalan menuju kedepan kelas, dengan gugup aku pun memperkenalkan diri.
"Nama ku Salman, aku tinggal di Banjar Baru, salam kenal semuanya, senang bisa bersekolah disini" sapa ku
Namun enggak ada satu pun siswa siswi yang mau mendengarkan ku, mereka malah sibuk ngobrol dengan teman sebangku tanpa menganggap ku ada, lalu aku pun kembali menuju meja kelas dan mencatat jadwal mata pelajaran.
Saat istirahat tiba seluruh siswa berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan ku, namun ketika sampai di pintu kelas ada 3 orang teman sekelas ku yang menghalangi jalan ku, sebut saja namanya Agus seorang siswa yang paling di takuti di kelas ku.
"Mau kemana Loe?" ujar Agus
"Permisi, Gua mau kewarung" sahutku
"Sini in dulu duit Loe, enak aja main kewarung" seraya mengecek kantong baju dan celanaku
"Sorry Gue enggak punya duit banyak"
Sambil berjalan ingin melewati mereka namun kerah ku ditarik dan tubuh ku di hantamkan kedinding lalu dengan tanpa belas kasih mereka merampas Uang saku ku yang ada di kantong seragam.
"Loe sekolah disini kudu wajib setor ke Gue, kalau Loe berani bantah Gue ancurin muka Loe" sambil menunjuk dengan jari ke arah wajahku
Setelah mendapat uang dari ku mereka lalu menjauhi ku dengan tertawa puas, sedangkan diriku hanya bisa menghembuskan nafas panjang menahan kesabaran yang ada di dada yang hampir meledak karna ulah mereka.
Ku berjalan dengan pelan menuju keluar kelas lalu duduk di kursi panjang sembari melihat lingkungan sekolah yang ramai akan siswanya sedang bermain atau sekedar kumpul kumpul, sedangkan aku hanya bisa menahan lapar di perut ku yang membuat sekujur badan ku muncul keringat dingin.
Saat bell masuk dibunyikan aku kembali masuk kekelas, lagi lagi ada teman sekelas ku yang sangat jahil, dia mendorong ku bukan dengan kedua tangannya melainkan kakinya yang sukses membuat ku terjerembab jatuh kelantai, lagi lagi para siswa tertawa tanpa memperdulikan kondisi ku yang sedikit lemah akibat menahan lapar.
Aku pun berdiri membersihkan baju seragam putih ku yang sedikit terkena debu lantai lalu melanjutkan berjalan ke tempat duduk, namun belum beberapa langkah kepala ku ada yang menoyor di iringi suara ejekan
"makanya kalau jalan jangan kaya orang ****...!"
ujar salah satu teman sekelas ku, diriku hanya bisa tersenyum yang di paksakan lalu melanjutkan perjalanan menuju kebangku kelas.
Sepulang sekolah tanpa disuruh Aku dengan cepat mengambil nasi di piring dengan porsi banyak lalu memakannya dengan lahap seperti orang enggak makan 3 hari, Ibu ku yang memperhatikan sedari tadi rada heran dengan sikap ku yang enggak seperti biasanya.
"Laper banget kayaknya kamu Man?emang di sekolah enggak makan?"
"Makan lah Bu, cuman pelajaran hari ini menguras otak ku, bikin tenaga jadi abis makanya laper jadinya".
Aku berbohong karna enggak pengen bikin beliau khawatir.
"Gimana hari pertama sekolah?, kamu betah kan?".
"Alhamdulillah Bu betah, teman teman ku baik semua" lagi lagi berbohong
"syukur deh kalau gitu, makanya belajar yang rajin biar kamu punya banyak teman" Ibu menasehatiku
"iya Bu"
Lalu beliau pergi kedapur kembali melanjutkan kegiatannya memasak, sedangkan aku kembali melanjutkan memakan nasi yang hampir habis di piring, sembari bergumam "maaffin Salman Bu, Salman berbohong supaya Ibu enggak khawatir dengan ku"
Malam harinya seperti kebiasaan ku waktu kecil yaitu pergi kedepan rumah duduk di kursi teras sambil memandang rembulan yang menerangi bumi dimana ku berada.
Ku terdiam dan merenungi kejadian siang tadi, aku ragu apakah aku bisa bertahan hingga 3 tahun lamanya disekolah tersebut dengan teman teman yang sangat jahil kepadaku, sebenernya aku melakukan dosa apa sehingga mereka begitu jijik berteman dengan ku, salah ku apa sehingga mereka membuat ku jadi bahan lelucon di kelas?, apa aku enggak berhak sama sekali kah untuk mendapatkan teman?.
Keesokan harinya, aku bersiap siap untuk berangkat sekolah enggak lupa kucium tangan Emak dan Bapak ku ritual sedari TK yang ku lakukan sebelum beraktifitas kesekolah untuk mendapat ridho dari orang tua.
Dengan nafas berat Ku ayunkan pedal sepeda ku menuju sekolah dan berdoa karna aku enggak tau kejahilan apa lagi yang akan mereka perbuat di kelas, dengan cepat ku kayuh sepeda, takut terlambat karna jarak rumah hingga sekolah sejauh 3kilometer.
Jam 06.45 aku sudah hampir dekat dengan gerbang sekolah namun tiba tiba "BRUAKKK!!!" dari belakang ada yang menendang punggung ku hingga aku terjatuh dan dada ku jatuh tepat mengenai Stang sepeda sukses membuat ku susah untuk bernafas... "UUUGGGHHHHH...HAAHHH...HAAAHHHHH..." aku mencoba untuk bernafas namun susah.
Siswa siswi yang melewati ku hanya sekedar melihat lalu melanjutkan berjalan tanpa menolongku, seakan aku hanyalah binatang yang enggak terlalu penting untuk di tolong, hingga satpam sekolah dan satu siswi datang menolongku.
"kamu enggak apa apa dek?" tanya Satpam sekolah
"enggak apa apa Pak, cuman sesek aja di dada ku" jawab ku sambil memegang dada yang sakit
"yaudah kamu duduk dulu disana Bapak ambilin minyak angin yah, dek kamu jagain temennya yah" ujar satpam yang menyuruh salah satu siswi disamping ku
Aku enggak tau siapa cewek yang mau menolong ku, aku hanya sibuk menahan sakit yang ada di hulu hati ku.
"tega banget tuh orang yang nginjek Lu" tiba tiba siswi tersebut bersuara
"hmmm..." tanpa memperhatikannya
"Lu masih sakit kah?, kalau masih sakit biar Gua bawa ke UKS aja" bujuknya
"enggak usah, Gua udah agak baikan kok thanks yah" jawab ku
"oh yaudah Lu yang sabar deh, moga mereka dapet balasannya" sedikit emosi keluar dari raut wajahnya
"Gua udah biasa kayak gini" jawab ku santai
"oh iyah kenalin Gua Silvi" sembari mengulurkan tangannya kearah ku
"panggil Gua Salman" membalas jabat tangannya
"kalau lu butuh teman,cari Gua di kelas 1 E yah, Gua pamit dulu Pak Satpam udah dateng tuh" seraya berlalu dari Ku dengan parfum yang masih tercium di hidung ku meskipun dia sudah jauh dari pandangan ku
Setelah kondisi ku mulai pulih aku kembali berjalan menuju kelas dengan sedikit berlari karna jam pelajaran akan segera di mulai,saat di depan kelas ternyata guru sudah masuk kelas ku. lalu ku ketuk pintu kelas dan semua mata tertuju padaku termasuk Guru.
"Salman, kamu terlambat masuk kelas, dari mana aja kamu?" tanya Bu Guru
"maaf Buk, tadi saya jatuh lalu di rawat di pos satpam"
"ah bohong Buk, dia niatnya emang pengen bolos tuh" sahut salah satu teman sekelas ku
"yaudah sana masuk, jangan di ulangin lagi yah" jawab guru ku
Aku pun masuk menuju bangku tempat duduk, saat melewati beberapa meja tiba tiba ada salah satu kaki teman sekelas menghalangi jalan ku hingga hampir membuat badan ku terjatuh namun beruntung tangan ku memegang meja hingga menyelamatkan ku dari benturan keras dengan lantai.
Pandangan ku mengarah kebelakang dan memandangi tersangka yang membuat ku hampir terjatuh, namun di balas dengan tatapan tajam lalu berbisik "Lu liat apa anj*ng?, mau Gua hajar Lu?"
Karna malas meladeni sikapnya aku kembali menuju tempat duduk lalu mulai mengikuti pelajaran yang di ajarkan oleh Guruku.
2 jam pelajaran akhirnya berakhir, digantikan dengan Mata pelajaran lain, karna guru yang di tunggu enggak kunjung datang, di kelas ku kembali rame layaknya seperti pasar sedangkan Aku sibuk dengan memandangi pemandangan disebelah kelas ku yang banyak di tumbuhi daun ilalang.
"SALMAN..." panggil teman sekelas ku
Aku pun berbalik dan melihat kearah suara yang memanggilku.
"oii...sini Lu" dirinya memanggilku seraya melambaikan tangannya
Dengan senang hati aku pun mendatanginya karna baru ini aku di anggap ada di kelas.
"ada apa yah?" tanya ku
"lu jongkok deh disini, kita punya permainan buat Lu" pintanya menyuruh ku jongkok di depan pintu yang menjadi sekat antara kelas ku 1B dan 1A
"permainan apa?" aku masih bingung dengan maksud mereka
"udah Lu jongkok aja yah ngadep ke pintu, Lu pejemin mata Lu, dalam hitungan ketiga Gua suruh buka Lu buka ye?" pintanya lagi
Tanpa ada perasaan curiga aku pun mengikuti arahan dari mereka,mata mulai ku pejamkan.
"Lu siap ye, 1...2...3..."
"BRAKKK..." terdengar tendangan dari belakang ku mengarah kepintu tepat didepan ku, karna ku terkejut aku buka mata ternyata pintu yang ada didepan ku terbuka dan terlihat siswi kelas sebelah yang langsung menutup roknya.
Aku menoleh kebelakang ternyata teman teman sekelas ku pada hilang lari keluar kelas, pandangan ku kembali kearah kelas sebelah, lalu datang lah seorang siswi yang duduk di depan kelas tadi mendekat kearah ku lalu "PLAKKK...!!!" tangannya sukses membuat pipi ku memerah
"ada apa ini?" tanya ku yang masih bingung dengan apa yang terjadi
"Lu kaga usah berlaga **** ya, ada apa...ada apa...dasar cowok PK yang kerjaannya cuman ngintipin CD siswi sebelah"
"sebentar bukan maksud Gua gitu"
"BRAAKKK" Belum sempat ku menjelaskan pintu kembali ditutup dengan keras
"HAHAHAH..." terdengar tawa dari belakang Ku yaitu teman sekelas yang mengerjai ku tadi
"****** LU ANJ*NG...!!"
"salah gua apa sih ke kalian?, kok segininya ama Gua?" tanya ku
Namun mereka enggak menjawabnya hanya tawa dan cacian yang terlontar dari mulut mereka, aku pun kembali ketempat duduk tanpa memperdulikan mereka meskipun kesabaran ku hampir habis namun ku coba untuk menahannya.
Saat jam istirahat tiba, aku duduk di depan kelas sembari menikmati angin sepoy sepoy karna di dalam kelas udaranya sangat pengap, aku memandang beberapa siswi kelas sebelah yang seakan akan jijik dan sinis melihatku, wajar mereka begitu karna berpikir aku memang penjahat kelamin meskipun sebenernya sangkaan mereka salah.
"Hay..." sapa seorang wanita dari arah kanan ku
Aku menoleh kearah kanan ku dan melihat ternyata Silvi yang menyapaku.
"Oh Hay..." balasku
"lagi santai nih?, boleh Gua ikut duduk?" pintanya
"oh iyah Sil, silahkan"
Dirinya pun duduk disebelahku sembari memandang kearah lapangan Basket yang ada di depan kelas ku.
Tiba tiba ada sekumpulan siswi yang melewati kami sambil nyeletuk "oii Lu enggak takut duduk sama cowok PK?"
"hah...maksud Lu apa?" tanya Silvi ke gerombolan siswi tadi
"itu cowok disebelah Lu yang kerjaannya ngintip CD siswi sebelah" sambil menunjuk kearah ku
"tau dari mana Lu, Gua enggak percaya sampai Gua lihat dengan mata kepala Gua sendiri" ujar Silvi
"yasudah serah Lu dah, Gua cuman ngingetin aja supaya Lu hati hati" sembari berlalu dari kami
Aku hanya tertunduk diam menahan malu tanpa sepatah katapun terucap untuk mengatakan kronologi yang sebenarnya ke mereka.
"Lu bener Man tukang ngintip CD siswi kelas sebelah?"
"Lu percaya Sil kalau Gua ngelakuin itu?, itu terserah Lu, Gua enggak butuh Lu percaya apa enggak, yang tau hanya Gua dan Tuhan"
"Gua percaya lagi Man, Lu cowok baik dan tampang Lu enggak mungkin bohong"
"diam tanpa membalas omongannya"
"Lu enggak ikut gabung gitu sama anak anak cowok?, Gua liat Lu sendirian"
"Gua enggak punya teman"
"yah Lu cari teman lah, kalau Lu diem gini ampe lulus sekolah pun orang orang akan anggap Lu enggak pernah ada"
"Gua lebih nyaman sendiri Sil, entah lah mereka menjauhi Gua karna Gua terlalu lugu katanya"
"yah makanya Man...Man...jadi cowok jangan pendiem gini, aktif lah kayak temen temen Lu, banyak teman enak loh"
"Gua bilang, Gua nyaman sendiri, kalau Lu enggak berkenan Lu bisa tinggalin Gua" ujar Gua sedikit tegas ke Silvi
"iyah deh iyah, sorry Lu jangan ngambek lah" seraya menepuk bahu Gua
"Lu enggak usah khawatir, Gua tetep mau kok jadi temen Lu meskipun semua orang menjauhi Lu?" ujar Silvi
Gua memandang kearah wajah nya yang putih dengan hidung mancung serta mata yang sedikit belo, doi tersenyum sampai terlihat Giginya yang putih tersusun rapi.
"aneh Lu Sil"
"kok aneh?, dimananya coba menurut Lu kalau Gua aneh?" tanyanya heran
"yah aneh aja, cewek cantik mau berteman dengan cowok cupu kek Gua"
"terserah Gua dong, Gua mau berteman dengan siapa aja mau sama yang cupu atau gaul pun itu hak Gua, terserah apa kata mereka menilai Gua, Lu enggak suka Gua berteman ama Lu?"
"eh..bukan gitu maksud Gua Sil, Lu jangan salah paham"
"makanya udah jangan bawel, yuk kewarung" sembari memegang tangan ku
Sedikit terkejut dengan sikapnya yang sedikit agresif ke diriku, memegang tangan ku yang aku sendiri belum mengizinkannya. maklum kala itu aku masih belum tau yang namanya sensasi di pegang oleh wanita.
TENG...TENG...TENG... Lonceng tanda pulang sekolah di bunyikan, lonceng yang ku tunggu tunggu saat aku mulai penat dan bosan disekolah akhirnya di bunyikan, namun aku sengaja untuk pulang agak akhiran untuk menghindari tangan tangan jahil mereka yang menggangguku saat pulang.
Setelah merasa sudah aman aku pun bergegas menuju parkiran sepeda, namun saat didepan sepeda aku terkejut karna ban muka dan belakang kempes semua tanpa tersisa angin sedikit pun di ban sepadaku, bocor?, mustahil sampai 2 ban kempes semua, karna setiap pagi selalu ku cek ban.
Entah kerjaan siapa lagi ini, akhirnya dengan pasrah aku menuntun sepeda ku dari sekolah menuju rumah, ingin ku bawa kebengkel tapi uang ku habis, terpaksa hari ini aku berjalan kaki dengan beban menuntun sepeda yang berat karna ban kempes semua, yah aku tuntun sepeda ku sejauh 3 kilometer.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!