Shine adalah namaku, Shine Angelo, anak seorang dosen di universitas ternama. Ayah Shine, Drake Angelo, seorang dosen yang berkeja di universitas yang nantinya menjadi tempat Shine menempuh studinya.
Saat berumur 6 tahun ibu Shine meninggal karena sakit. Shine dibesarkan sendirian oleh ayahnya, tidak ada kerabat dekat, yang Shine kenal hanya seorang asisten rumah tangga mbok Janem dan supir pak Kodir.
Mereka suami istri yang tidak memiliki anak. Shine dianggap anak oleh mereka, sejak ibunya meninggal. Hubungan Shine dengan papa Drake merenggang, sejak ibunya meninggal. Papa Drake berubah total, yang dulunya perhatian dan bersikap hangat, sekarang hanya mementingkan karirnya saja.
Walaupun Shine dan papa Drake tinggal dalam satu rumah, mereka tidak saling menyapa apalagi memperhatikan, seperti ada pembatas yang selalu menghalangi. Papa Drake selalu sibuk dengan karirnya, hingga tidak memperhatikan putri semata wayangnya. Kehilangan sosok ibu dalam hidup, membuat Shine membutuhkan perhatian dan kasih sayang lebih dari papanya.
Sekarang ini Shine sudah kuliah setelah lulus dari SMA, kehidupannyapun berubah. Dulu, Shine menjadi putri yang terkekang, tidak boleh pergi kemanapun, tidak boleh bergaul dengan siapapun selama 11 tahun kehidupannya setelah ibunya meninggal.
Hidupnya hanya tentang bersekolah dan belajar. Shine hanya berbicara dengan mbok Janem, dia yang selalu menyediakan makanannya dan pak kodir, yang selalu mengantar jemput Shine dari sekolah.
Karena itu Shine tidak memiliki seorangpun teman yang dekat dengannya, apalagi setelah kejadian yang membuat teman sekelas Shine trauma. Kejadian itu disebabkan karena percobaan untuk berteman.
Kejadian waktu itu saat Shine masih bersekolah dulu, Shine ketahuan tidak menjalankan kewajibannya dan memilih untuk bermain dengan teman sekelasnya seharian. Papa Drake sangat marah, hingga temannya diancam tidak bisa berkuliah. Karena kejadian itu, semua teman sekelas Shine, menjauhi Shine agar mereka bisa kuliah.
Karena selalu dituntut untuk juara kelas, Shine merasa tertekan dalam hidupnya. Tekanan itu menjadikan Shine, seorang yang kuat, tangguh dan tidak mudah menyerah. Sekarang yang sangat diimpikan Shine telah terwujud, yaitu bisa kuliah di jurusan Psikologi.
Di dalam kamar sambil melihat pengumuman secara online di komputer, “yes, lolos” Shine mengepalkan tangannya dengan suara lirih. Shine juga mendapatkan beasiswa penuh sampai lulus karena siswa berprestasi.
Keesokan harinya Shine bersiap untuk registrasi ke kampus dan tiba tiba dihentikan oleh papa Drake, “ pak Kodiiiiir !, jangan antarkan Shine pergi ke kampus”, papa Drake berteriak kencang sambil marah.
Papa Drake sangat marah saat keinginannya tidak tercapai. Karena Shine melanjutkan studinya di jurusan psikologi, sedangkan yang diinginkan papa Drake yaitu di jurusan hukum.
Walaupun papa Drake melarang pak Kodir untuk mengantar Shine, tidak pupus semangat Shine, untuk tetap melakukan registrasi ke kampus. Shine nekat pergi dengan kendaraan umum.
Karena keinginannya tidak sama dengan papa Drake, Shine memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memilih untuk hidup sendiri. Kehidupannya menjadi sederhana, layaknya seorang mahasiswi yang datang dari kampung tidak bergelimang harta dan hidup mewah.
Keputusan Shine pergi dari rumah, menyebabkan kenikmatan hidup mewah dan berkecukupan, telah hilang. Karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh papa Drake. Shine lebih memilih menjalani, yang telah diimpikan, walapun dengan terpaksa harus meninggalkan rumah, daripada melakukan keinginan papa Drake. Itulah konsekuensi yang dipilih Shine, karena dia memiliki tujuan kuat mengapa memilih psikologi.
Bermodalkan tabungan yang tidak banyak, Shine tinggal di kos-kosan yang lumayan nyaman untuk ditinggali, walaupun tidak seluas kamarnya di rumah. Kosan yang dilengkapi kamar mandi dan dapur mini dapat ia ditinggali untuk tidur dan beristirahat. Di kosan minimalis, Shine belajar cara membersihkan kamar mandi, merapikan tempat tidur dan belajar masak.
Shine juga pernah bekerja menjadi pelayan di restoran hingga berjualan secara online, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena papa Drake tidak lagi memberikan uang bulanan untuk Shine.
Pengorbanan Shine selama kuliah membuahkan hasil, dia lulus dengan predikat terbaik menjadi seorang psikolog di usianya yang ke 22 tahun.
Tiba waktu yang dinantikan Shine yaitu, mengabdikan diri ke masyarakat dari studi yang telah dijalaninya.
Karena pilihan hidup yang diambil Shine bertentangan dengan papa Drake, merupakan awal permasalahan berat yang harus dilalui Shine.
Puluhan lamaran sudah diajukan ke berbagai rumah sakit dan perusahaan hingga sekolah, namun tidak satupun panggilan yang diterima boleh Shine, hingga ia menjadi putus semangat walapun hanya sesaat.
Waktu terus berlalu, hanya penantian yang tak pasti harus di tanggung Shine. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba papa Drake menghubungi Shine, ada apa gerangan ?, apakah papa Drake sudah sadar, telah kehilangan putri semata wayangnya ?, lewat pak Kodir, papa Drake menyuruh Shine untuk pulang kerumah.
Walaupun Shine sudah lama meninggalkan rumah, dia tidak membenci papa Drake, karena dia adalah papanya itu yang pertama. Yang kedua, tujuan sebenarnya dia memilih psikologi, adalah untuk memperbaiki hubungannya dengan papa Drake yang selama ini dingin seperti es.
Karena papa Drake meminta Shine untuk pulang, dia sangat senang, dapat berjumpa dengan mbok Janem dan pak Kodir, terutama bisa bertemu papanya lagi. Sesampainya Shine di rumah, terlihat Papa Drake duduk di sofa ruang kerjanya sambil melihat tablet berisi jadwal mengajar, Shine masuk keruang belajar papa Drake.
” Papa, selamat malam” mengucapkan sambil tebata bata karena sudah sangat lama Shine tidak berbicara dengan papanya. “duduk” papa Drake hanya mengatakan satu kata dengan singkat.
“Ada apa papa menyuruh saya pulang ?, saya sudah lulus pa, ini ijazah saya”, duduk sambil menyerahkan ijazah.
Karena moment ini Shine bisa menunjukkan kalau dia bisa menyelesaikan studinya tanpa papanya. Papa Drake hanya melihat ijazah Shine dengan ekspresi datar.
“Kamu kerja dimana ?”, tanya papa Drake tanpa melihat Shine dan hanya sibuk dengan tabletnya.
“Saya belum dapat panggilan kerja pa”, jawab Shine pelan.
“Malam ini tinggal dirumah, besok ada yang ingin bertemu” ucap papa Drake tanpa memperhatikan Shine, “baik pa”, Shine langsung pergi ke kamar tanpa tahu ada sesuatu di balik sikap mengalahnya papa Drake kepada Shine.
Shine tidak berpikir aneh ketika papa Drake memintanya untuk pulang, justru Shine merasa senang karena papanya luluh, pengorbanan Shine yang bisa lulus sesuai pilihannya dengan predikat terbaik menjadi tidak sia-sia.
Waktu menunjukkan pukul 06.00, di hari minggu pagi, papa Drake meminum kopi dan menyiapkan roti untuk srapan di meja makan, tanpa menunggu Shine turun dari kamarnya.
Shine merasa asing dirumahnya sendiri karena itu dia memilki inisiatif untuk membuatkan sarapan papanya. Bangun tidur langsung mandi dan turun kebawah untuk masak, namun Shine kaget karena papa Drake sudah di meja makan dan meminum secangking kopi ditemani roti, yang sudah dioles mentega dan selai kacang.
“Papa sudah sarapan ?, aku baru mau membautkan sarapan untuk papa”, ucap shine dengan sungkan karena belum terbiasa dengan papanya.
“Keruang kerja saya nanti jam 9 ”, kata papa Drake tanpa melihat Shine, langsung pergi meninggalkan meja makan. Mbok Janem menghampiri Shine, menanyakan ingin sarapan apa.
“Neng mau sarapan apa ?”, tanya mbok meletakkan segelas susu hangat di hadapan Shine.
“Mbok, biasanya papa jam segini udah sarapan?”
“Iya neng, malah kadang lebih pagi lagi, tanpa menyuruh mbok, bikin kopi sendiri di dapur” kata mbok Janem.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09.00, Shinebergegas ke ruang kerja papanya. Ketika masuk ruang kerja papanya, Shine melihat seorang wanita paruh baya yang berpenampilan elegan dan nampak anggun bekelas. Dalam pikiran Shine bertanya-tanya siapa nenek anggun ini, seorang yang berkharisma, sungguh luar biasa.
Papa Drake memecah lamunan Shine, “duduk Shine”, sahut papa drake dengan wajah sumringah hangat dan ramah meyapa Shine yang sedang mengagumi sang nenek.
Shine langsung duduk di samping papanya.
“Sini Shine agak dekat dengan papa” kata papa Drake dengan lembut.
Shine berpikir “tadi pagi papa masih sangat dingin kepadaku, sekarang kok sudah berubah ya, mungkin papa sudah berubah dan tahu kalau aku membutuhkannya”. Shine masih berusaha untuk berpikir positif terhadap papanya.
“Nyonya Hara, ini putri saya satu-satunya, dia sudah lulus dengan predikat terbaik dan sekarang sedang mencari pekerjaan”, kata papa Drake memperkenalkan Shine kepada nyonya Asmaharani.
Nyonya Asmaharani biasa di panggil ny. Hara atau oma Hara, adalah pemilik perusahaan media yang kini sedang dipuncaknya. Dia berusia 65 tahun dan sudah berkecimpung di dunia bisnis sejak usianya masih belasan tahun. Beliau memiliki seorang anak dan juga pewaris, namun sebuah kecelakaan menewaskan anak tunggalnya. Kecelakaan tersebut juga merenggut nyawa menantunya. Hanya Cucu tunggalnya yang selamat dari kecelakaan maut itu.
Usianya 10 tahun, saat kecelakaan itu terjadi. Dia melihat secara langsung bagaimana kedua orang tuanya meninggal di tempat kejadian, tragedi itu membuat cucu oma Hara mengalami depresi berat. Depresi yang dialami cucu oma Hara berlangsung lama sampai usianya 20 tahun. Selama 10 tahun hidupnya itu, dia mengurung diri di kamar tanpa ada seorang pun yang bisa mendekatinya, bahkan omanya sekalipun.
Dia mau keluar dari kamarnya saat menerima pembelajaran home schooling dan ketika melihat peliharaannya di kebun belakang rumah, itupun kalau tidak ada orang, jika melihat ada orang, dia langsung kabur kembali ke kamarnya lagi. Cucu tunggal oma Hara bernama Sandyan Alaska dipanggil Sand.
Sand mencoba untuk membuka dirinya ketika usianya 20 tahun. Saat di usianya ke 20 tahun, Sand merasa, kalau dia harus bisa menerima keadaan. Seiring berjalannya waktu, Sand menyadari, jika hidupnya terus berlanjut dan harus dijalani, apalagi dia masih punya oma Hara yang menyayanginya.
Dia mulai menerima kepergian kedua orang tuanya, yang meninggal secara tragis dalam kecelakaan. Sand dipertemukan kepada seorang psikolog yang cantik oleh omanya, dia bernama Girara, biasanya dipanggil dokter Rara.
Pertama kali bertemu dokter Rara, Sand masih takut dan tidak mau bertemu secara langsung, hanya berbicara dibalik pintu kamarnya. Lama kelamaan, Sand merasa nyaman pada dokter Rara, enak diajak bicara dan mau mengerti Sand. Sand bisa merasakan hadirnya seorang ibu melalui dokter Rara. Sand tidak merasakan kesepian lagi dan mau bertemu secara langsung dengan dokter Rara.
Waktu berlalu sangat cepat, keadaan Sand semakin membaik. Sand mulai berbicara kepada oma Hara dan para asisten rumah tangga, di rumahnya. Sand juga mulai ikut terjun ke bisnis omanya.
Selama 2 tahun terapi yang di jalani Sand dengan dokter Rara, kini membuahkan hasil. Sand dinyatakan sembuh dari depresi yang dialaminya, namun masih dengan pantuan dan obat jalan.
Selama 2 tahun itu juga, Sand merasakan perasaan sayang lebih dari sekedar pasien ke dokternya melainkan, antara pria ke wanita. Sand memberanikan diri untuk menyatakan rasa sayangnya ke dokter Rara. Karena yang Sand tahu, dokter Rara masih single, namun yang sebenarnya, dokter Rara sudah menikah 4 tahun yang lalu. Ketika Sand menyatakan cintanya, keadaan rumah tangga dokter Rara dalam keadaan kurang baik, hubungan dengan suaminya sedikit merenggang.
Di rumah sakit, di ruangan dokter Rara, “dokter ada yang ingin saya katakan….”, ucap Sand sedikit malu namun tegas.
“Ada apa Sand ?, ada keluhan ?”, sahut dokter Rara sambil menulis resep obat untuk Sand setelah konsultasi.
“Dokter maukah kamu menjadi teman hidupku ?”, kata Sand secara cepat sambil menatap mata dokter Rara.
“Sand, sebelum saya menjawab itu, ada yang mau aku jelaskan ….”, ucapan dokter Rara diputus oleh Sand.
“Dokter, saya sudah merasa nyaman dengan dokter, saya merasakan hadirnya seorang ibu dalam diri dokter yang selama ini harapkan, kumohon dokter, dokter mau kan”, sambil menyodorkan sebuah kotak cincin yang terbuka kepada dokter Rara.
Karena pernyataan cinta dari Sand, dan dokter Rara merasa, jika rumah tangganya tidak bisa diselamatkan lagi, akhirnya dokter Rara mau menjalin hubungan dengan Sand. Apalagi perlakuan Sand terhadap dokter Rara sangat spesial baginya, perhatian dan kasih sayang yang sudah tidak pernah diberikan lagi oleh suaminya selama 3 bulan terakhir. Membuat dokter Rara pindah ke lain hati.
“Iya Sand, saya juga merasakan hal yang sama denganmu, nyaman bersamamu”, sambil memakai cincin yang dipasangkan Sand di jari manis dokter Rara.
Sand mencium tangan dokter Rara. Dokter Rara berpikir akan mengakiri hubungan dengan suaminya, karena setiap hari berdebat, tentang momongan yang tak kunjung mereka dapatkan selama 4 tahun pernikahan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!