Di hari yang cerah wanita cantik mempunyai rambut yang panjang sedang duduk bersama teman-teman nya di sebuah restoran dengan tertawa bergembira.
Yah mereka adalah wanita-wanita yang sedang merayakan kelulusan mereka dari kampus, mereka baru saja mencap gelar sarjana.
"Tas! setelah ini kamu lanjut kuliah S2 atau langsung kerja aja?" tanya Bela teman akrab Tasya.
Tasya tersenyum.
"Aku di minta oleh Ayah ku untuk Lanjut kuliah, namun aku ingin bekerja." ucap Tasya.
"Humm kamu sangat enak mempunyai keluarga yang mampu, aku sangat iri." ucap bela.
Perkenalkan Anastasya Laksani anak kedua dari keluarga Pak Ahmad dan Bu Adelia.
Wanita yang cantik, pintar berusia 22 tahun. Dia menyiapkan S1 nya di Bogor. Sementara keluarga nya ada di Pekanbaru.
Dia mempunyai saudara Dua orang. Yang paling Tua bernama Amelia sudah berusia 26 tahun. Dia juga sudah menikah setelah lulus kuliah dan mempunyai anak Dua bersama suami nya.
Dan yang paling bungsu laki-laki dia bernama Muhammad Riski. Dia baru saja kuliah di semester satu namun berbeda universitas dengan Tasya.
Tasya anak yang sangat patuh, dia anak yang baik, dia bukan orang yang periang atau pecicilan namun dia bersifat sesuai tempat nya saja.
Dia kurang Dekat dengan keluarga nya karena dari SMP dia sudah tinggal di Bogor bersama Opa dan Oma nya. orang tua dari Ibu nya.
"Teman-teman aku pulang dulu yah, ini sudah sore, takut Opa sama Omah nyariin." ucap Tasya pada teman-teman nya.
"Ya udah kamu hati-hati yah." ucap teman-teman nya.
mereka pun berpelukan perpisahan karena mungkin mereka sudah sangat jarang bertemu.
Namun tiba-tiba handphone Tasya berdering. Dia melihat Ayah nya yang menelpon nya.
"Halo Ayah? Assalamualaikum!" ucap Tasya.
"Walaikumsalam! Kamu segera Bawa Oma sama opah ke Pekanbaru! Kakak Kamu masuk rumah sakit lagi!" ucap Ayah nya.
"Kok bisa Ayah?" tanya Tasya.
"Nanti di jelaskan di sini, lebih baik kamu segera kabari opah dan Omah kamu." ucap ayah nya. Panggilan telepon langsung di matikan.
"Kenapa Tas?" tanya Bela.
"Kakak ku masuk rumah sakit lagi!" ucap Tasya.
"Loh kok bisa? Apa Sakit nya Kambuh lagi?" tanya Bela.
"Aku juga tidak tau, aku langsung pulang yah," ucap Tasya.
"Iyah! kamu hati-hati yah, kabari kalau sudah sampai." ucap bela.
Setelah sampai di rumah Tasya mengabari Omah nya karena hanya dia yang ada di rumah.
Mereka kaget, namun tidak mungkin mereka ke Pekanbaru. Nama nya sudah Tua mereka tidak bisa perjalanan Jauh, akhirnya Oma bilang kalau Tasya Saja yang pulang duluan.
Tasya mengangguk dia pun pulang membawa mobil nya sendiri karena sudah terbiasa juga.
Satu Hari perjalanan Tasya sama sekali tidak berhenti atau singgah untuk istirahat dia terus pulang.
Keesokan harinya dia sampai, di rumah sudah tidak ada orang hanya ada ponakan nya. Bibi bilang mereka sudah di rumah sakit.
Tasya langsung ke sana. Tidak beberapa lama akhirnya sampai juga di depan pintu ruangan ICU orang tua dan suami Kakak nya sudah menangis.
"Ayah, Ibu! Bagaimana keadaan Kak Amel?" tanya Tasya.
Ibu nya tiba-tiba menangis di pelukan Ayah Nya.
Tasya menoleh ke arah Kakak ipar nya.
"Bagaimana kak?" tanya Tasya.
Kakak ipar nya bernama Darel Gerwin. Dia pria pengusaha bahkan keluarga Amel dia yang membiayai, dia mempunyai perusahaan pabrik di mana-mana.
Dia baru berumur 30 tahun, dia mempunyai sifat yang dingin, namun sangat hangat pada orang yang dia sayang. Bahkan Tasya sangat jarang berbicara dengan dia.
"Masih di periksa sama dokter, kita lihat hasilnya nanti, kita hanya bisa berdoa." ucap Darel.
Tasya langsung terdiam. Tidak beberapa lama Dokter keluar.
"Bagaimana keadaan anak kami dok?" tanya orang tua Tasya.
"Kanker Hati nya sudah tidak bisa di selamat kan Lagi Bu, Pak, kami tidak bisa berbuat apa-apa, kita hanya bisa berdoa pada yang maha kuasa." ucap dokter.
Semua langsung menangis.
Amel sudah mengidap kanker hati sudah lama, penyakit nya ketahuan setelah sudah parah, tidak bisa di obati lagi.
Amel di pindahkan ke ruangan lain agar bisa di kunjungi.
Mereka masuk. Mereka melihat Amel yang tersenyum seperti tidak merasa kan sakit apa pun.
"Tasya! Kamu pulang?" tanya Amel. Tasya mengangguk dia langsung memeluk tubuh kakak nya sambil menangis.
"Jangan menangis! Kakak tidak apa-apa!" ucap Amel menghapus air mata nya.
"Kenapa kak? Kenapa kakak selama ini diam saja?" tanya Tasya. Amel tersenyum.
"Kakak tidak apa-apa, kakak Sehat. Kakak sangat merindukan kamu, selamat yah atas kelulusan nya " ucap Amel.
Tasya tidak bisa membendung air matanya dia terus menangis.
Satu hari kemudian, Amel minta pulang.
Di rumah dia selalu di hibur, semua orang menyanyangi nya, tidak ada yang berani meninggalkan nya.
Tasya melihat orang yang memperdulikan Amel dari atas.
"Semoga kak Amel cepat sembuh!" batin Tasya.
Keesokan harinya Tasya menghampiri Amel di kamar nya karena di panggil.
"Kakak manggil aku?" tanya Tasya, Amel mengangguk.
"Kakak mau ngomong sama kamu!" ucap Amel. Tasya duduk di samping kakak nya.
"Kakak tau umur kakak gak panjang lagi, kakak mau setelah kakak tiada kamu rawat anak-anak Kakak yah." ucap Amel.
"Hus kakak jangan ngomong seperti itu, kakak Akan sembuh." ucap Tasya.
"Tidak ada harapan untuk kakak sembuh dek, kakak hanya percaya sama kamu." ucap Amel.
"Aku percaya kakak sembuh, kita Akan melihat Raya dan Stevan Tumbuh dewasa." ucap Tasya memeluk kakaknya.
"Kamu sudah lihat sendiri, kakak sudah duduk di kursi roda, bahkan kakak sudah sangat kurus, badan kakak sakit," ucap Amel.
Tasya menangis.
"Maaf kan Kakak yang selama ini sangat egois, kakak selalu merebut kebahagiaan kamu, kakak selalu membuat hati kamu sedih!" ucap Amel.
Tasya menggeleng kan kepala nya.
"Enggak! Kakak jangan ngomong seperti itu, kakak adalah Kakak yang terbaik buat aku." ucap Tasya.
Amel memeluk Tasya.
"Selama ini pasti kamu membenci kakak karena ayah sama Ibu lebih sayang sama Kakak, tapi itu hanya menurut kamu, mereka sayang sama kita semua." ucap Amel.
"Kakak pasti sembuh!" ucap Tasya. namun tiba-tiba Darel masuk dia baru pulang kerja.
Amel meminta Suaminya mendekati nya. Dia memegang tangan Tasya dan tangan Darel. Amel menyatukan tangan mereka.
Mereka berdua kaget.
"Aku mau Kalian menikah!" ucap Amel sambil tersenyum.
Seketika Darel melepaskan tangan nya.
"Apa yang kamu bilang sayang! Kamu pasti sembuh." ucap Darel.
"Aku tidak Akan sembuh Mas, Aku mau kamu menikah dengan Tasya, aku yakin dia akan mengurus kamu Dan anak-anak." ucap Amel.
Darel melepaskan tangan nya dari Tasya.
"Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh sayang! kamu pasti sembuh, kamu harus semangat demi, anak-anak, demi aku!" ucap Darel.
"Iyah Kak, kakak harus sembuh." ucap Tasya. Amel tersenyum.
Amel membawa mereka berdua kepelukan nya.
Keesokan harinya Amel mengajak Tasya dan anak-anak nya makan di luar di restoran. Tasya pun mau.
Mereka sampai di restoran bersama, memesan menu kesukaan mereka.
Tasya sangat suka daging dan makanan yang berminyak.
"Wah kakak sudah lama tidak makan daging, kakak coba sedikit yah." ucap Amel pada Tasya.
"Kakak gak bisa Makan ini kak, ini larangan dokter." ucap Tasya.
"Sudah tidak apa-apa! Hanya sedikit saja." ucap Amel langsung mengambil dan memakan nya, Tasya jadi sangat panik.
"Kakak!" ucap Tasya. Amel tersenyum.
"Kenapa kamu panik seperti itu? Kakak biasa saja, gak apa-apa kan?" tanya Amel menunjuk kan diri nya baik-baik saja.
Tasya hanya diam sambil memerhatikan kakak nya.
Setelah selesai makan Mereka berjalan-jalan membawa Stevan dan raya jalan-jalan. Namun baru saja sampai di mall tiba-tiba Tasya memegang dadanya.
"Ssstt! Auhh!" ucap Amel.
"Kenapa Kak?" tanya Tasya.
"Dada kakak tiba-tiba Sangat sakit!" ucap Amel.
Tasya jadi panik, dia bingung harus ngapain. Akhirnya dia menelpon Dokter Amel.
Tidak beberapa lama Amel di bawa ke rumah sakit.
Dan tidak beberapa lama orang tua nya datang.
"Apa yang terjadi Nak?" tanya Ibu nya panik.
Amel sudah terbaring Lemas tak berdaya di Ranjang rumah sakit itu.
Tidak beberapa lama dokter datang.
"Permisi Bu, Pak, saya sudah bilang larangan pasien adalah makanan yang berminyak dan juga daging. kenapa tidak di awasi." ucap dokter.
"Kami tidak tau dok, kami tidak pernah memberikan itu pada nya." ucap Ibu Nya.
"Sekarang pasien sangat lemah, kami tidak bisa berbuat apa-apa." ucap dokter.
Ibu nya menatap Tasya.
"Kamu yang pergi dengan kakak kamu tadi, Kalian makan apa?" tanya Ibu nya.
"Maaf Bu, ini salah Aku. Kak Amel mengambil daging yang aku pesan." ucap Tasya.
Seketika Ibu nya menampar wajah Tasya.
"Keterlaluan Kamu Tasya! Sudah jelas kamu tau itu adalah makanan pantangan untuk kakak kamu, kenapa kamu memberikan nya " ucap ibu nya marah.
"Maafkan aku Bu, aku sudah melarang nya." ucap Tasya.
"Lebih baik kamu berdoa banyak-banyak agar Amel sembuh, kalau tidak sembuh Ibu tidak Akan memaafkan mu." ucap ibu nya.
"Bu.." ucap Tasya dengan wajah sedih.
"Ibu tidak mau mendengar suara kamu. Kamu seperti nya sengaja membuat Kakak kamu kritis." ucap Ibu nya.
Tasya terdiam. Namun tiba-tiba Kakak nya bangun dia melihat ibu dan ayahnya sudah datang.
"Bu! Jangan marah sama Tasya, aku yang salah." ucap Amel.
"Sudah nak kamu jangan banyak fikiran dulu." ucap Ibu nya dengan lembut.
Tasya pun akhirnya keluar. kebetulan juga Suami kakak nya datang, Darel hanya melewati Tasya begitu saja.
Di luar raya dan Stevan menunggu dengan pengasuh nya.
Raya anak yang paling tua berumur menjalani lima tahun, sementara Stevan baru umur dua tahun sehingga membutuhkan pengasuh.
Dia melihat raya yang menangis mau melihat Mamah nya. Tasya datang membujuk nya namun Raya tidak mau, dia juga kurang Dekat dengan keponakan nya itu.
Cukup Lama Tasya membujuk Raya namun tidak berguna, raya terus menangis dia tau kalau mamah nya sakit. Sementara Stevan dia anteng di gendongan pengasuh.
Tidak beberapa lama dokter dan suster berjalan cepat ke ruangan Amel. Semua nya panik, Tasya juga penasaran.
Tidak beberapa lama Darel keluar.
"Tasya! Kamu di panggil masuk!" ucap Darel.
Tasya membawa anak-anak masuk ke dalam.
Tasya melihat Kakak nya sudah tidak berdaya bahkan terlihat sangat pucat.
Tasya mendekati Amel.
"Kakak sudah membicarakan ini sama Ibu dan Ayah. semoga kamu mau yah." ucap Amel.
"Apa maksud kakak?" tanya Tasya.
"Menikah lah dengan Suami kakak." ucap Amel. Tasya melihat Darel.
"Kakak mohon dek, kakak percaya sama kamu. Kakak mau kamu merawat keluarga kakak, jaga mereka untuk kakak, jangan pernah meninggalkan mereka seperti yang akan kakak lakukan." ucap Amel.
Tasya menggeleng kan kepala nya. Air mata nya keluar.
"Kakak mohon!" ucap Amel lagi.
Tasya melihat Orang tua nya sudah menangis, raya juga sudah menangis, dia bingung harus apa.
"Ini adalah permintaan terakhir kakak untuk kamu," Ucap Amel.
"Baiklah kak, tapi kakak harus sembuh." ucap Tasya. Amel tersenyum. Darel mendengar Jawaban Tasya seketika kaget.
Dia mengambil tangan Suami nya dan Juga tangan Tasya.
"Aku mau kalian menikah di depan kakak." ucap Amel.
"Setelah kakak sembuh dulu." ucap Tasya namun Amel meminta sekarang.
Penghulu pun di panggil ke ruangan itu.
Tasya duduk di sebelah kakak ipar nya yang sebentar lagi Akan jadi suami nya.
Amel mendengar kan dengan jelas kata sah yang keluar dari para saksi. Air mata nya langsung keluar.
Dia tersenyum dia melihat anak-anak nya dan memeluk nya.
Tasya setelah sah dia menyalim tangan suami nya. Namun tiba-tiba dada Amel sakit.
"Kak! Kakak kenapa?" tanya Tasya.
"Kakak percaya sama kamu, jagain keluarga kecil kakak yah dek." ucap Amel.
Tidak beberapa lama Tasya semakin sulit berbicara dan bernafas dia pun menghembuskan nafas terakhir nya sambil tersenyum.
Anak-anak nya menangis, suami nya hanya bisa diam dia sangat terpukul dia mengelus kepala Amel dan menutup mata nya.
Tasya jauh lebih terpukul. Dia sangat merasa bersalah.
Setelah di katakan dokter bahwa Amel sudah meninggal semua nya menangis Sangat kehilangan.
Mendiang pun di bawa pulang ke rumah duka. Setelah di doakan di antar kan ke pemakaman.
Opah dan Omah mereka sudah sampai. Sementara Adik nya juga langsung pulang meninggalkan ujian Kuliah nya.
Omah memeluk Tasya yang sangat lemah membaca doa di kuburan Kakak nya.
"Sudah Tasya! Kamu tidak boleh sedih berlarut-larut seperti itu, lebih baik kita pulang, semua orang sudah pulang." ucap Omah.
Tasya berdiri dia melihat Darel yang Masih menunggu nya di sana.
"kakak bisa pulang duluan, aku Akan pulang dengan omah." ucap Tasya.
Darel mengangguk. Dia pun pergi. Anak-anak nya sudah menunggunya nya di dalam mobil.
Tasya memegang batu nisan kakak nya.
"Kakak yang tenang yah di sana, aku selalu merindu kan kakak, aku akan melaksanakan wasiat kakak." ucap Tasya.
Dia pun akhirnya pulang. Sementara di dalam mobil Darel memangku anak nya raya yang terlihat sangat kehilangan.
"Maaf kan papah nak, Papah tidak bisa menyembuhkan Mamah. Kalian harus sabar." ucap Darel.
Darel menangis sambil memangku anak nya di belakang karena supir yang membawa mobil.
Setelah sampai di rumah. Papah dan Mamah nya sudah sampai dari Dubai.
Darel turun dari mobil dia langsung di peluk kedua orang tua nya menguatkan nya. Air mata Darel langsung keluar.
"Yang sabar nak, kamu pasti kuat," ucap Mamah nya.
"Aku tidak kuat Mah, aku tidak sanggup. Aku suami yang tidak berguna." ucap Darel.
"Sudah nak! jangan menyalah kan diri kamu sendiri. Ini sudah takdir tuhan." ucap papah nya.
"Kasihan anak-anak kamu melihat kamu seperti ini, kamu tidak boleh sedih." ucap Papah nya. Tasya sampai di rumah dia menyalim tangan kedua orang Darel, yang sekarang sudah mertua nya juga.
"Kamu yang sabar yah nak." ucap Mamah Darel pada Tasya.
Tasya Mengangguk. Mamah nya langsung memeluk Tasya.
"Kamu bawa Stevan ke kamar yah." ucap Mamah Darel.
"Bagaimana dengan raya Bu?" tanya Tasya.
"Biar Ibu saja yang mengurus nya, dia pasti sangat sedih, kamu bawa Stevan dulu ke Ayah Papah nya." ucap Mamah Darel.
Tasya mengangguk.
"Sini sayang!" ucap Tasya memanggil Stevan yang berdiri kebingungan ditengah-tengah keramaian dia langsung berlari kegendongan Tasya.
Tasya naik ke atas. Dia sebenarnya sangat ragu-ragu masuk ke kamar kakak nya, namun demi Stevan akhirnya dia masuk.
Namun saat membuka pintu pelan-pelan Tasya mendengar Darel yang menangis tersedu-sedu di lantai.
Tasya masuk dan melihat Darel memeluk foto Amel.
"Kak Darel!" panggil Tasya. Darel tidak menghiraukan nya.
"Papah! Papah!" ucap Stevan memegang tubuh Darel.
Darel mulai sadar dia melihat Stevan, dia langsung berhenti menangis dan menghapus air mata nya.
Stevan jadi ikut menangis karena melihat Papah nya menangis. Darel langsung membujuk nya.
Tasya membiarkan Stevan dan Darel di dalam kamar dia pun keluar.
Tasya melihat Raya yang masih menangis.
"Anak cantik! Kok Nangis sih." ucap Tasya mengambil raya dari gendongan Ibu nya.
Namun Raya tidak mau di gendong oleh Tasya.
Tasya kaget karena raya sama sekali tidak mau di gendong oleh nya.
"Biar aku saja yang menemani Raya Bu!" ucap Tasya.
"Tidak perlu! Dia tidak akan mau sama orang yang telah membunuh ibu Nya." ucap Ibu nya dan pergi.
Tasya kaget dengan respon Ibu Nya.
"Aku salah apa Bu? kenapa ibu ngomong seperti itu." ucap Tasya.
Riski datang mendekati kakak nya.
"Kakak yang sabar yah, aku tau ibu seperti itu karena Masih sedih." ucap Riski.
Tasya memasang wajah sedih menahan tangis, Riski langsung memeluk kakaknya dengan kuat.
"Kakak Masih berharap ini adalah mimpi Ki! Kakak tidak kuat." ucap Tasya. Riski mengelus pundak kakak nya.
"Kakak harus ikhlas! Riski ada di sini untuk kakak, mungkin Allah tidak ingin kakak lebih lama menanggung sakit, dia lebih sayang sama Kak Amel." ucap Riski.
Tasya menangis tersedu-sedu di pelukan Riski.
Satu Minggu kemudian setelah kepergian Kakak nya Amel.
Tasya sedang menemani Stevan bermain di halaman rumah.
"Raya! Ayo main sama Kita yok." ajak Tasya pada raya yang di kasuh sama baby sister Beberapa hari ini dia kurang enak badan.
Raya tidak menghiraukan Tasya.
Tasya mendekati Raya, dia menggendong nya namun Raya tidak mau dia langsung menangis, namun Tasya berusaha untuk membujuk nya.
"Tasya! Apa yang kamu lakukan?" tanya Ibu nya yang baru Saja keluar dari rumah.
Tasya terkejut, Raya langsung turun dan berlari ke Nenek nya.
"Jahat Nek, jahat!" ucap raya karena dia juga sudah bisa berbicara satu-satu.
"Iyah sayang, Raya sudah sama nenek." ucap Ibu Tasya.
"Aku hanya membujuk nya Bu, biar tidak diam saja." ucap Tasya.
"Kamu sudah tau dia tidak mau Sama kamu, jangan kamu paksa." ucap Ibu nya.
Tasya terdiam.
"Iyah Bu aku minta maaf." ucap Tasya.
"Lain kali jangan melakukan itu lagi, kalau Darel tau dia pasti marah!" ucap Bu Adel.
Tasya mengangguk. Tidak beberapa lama Mertua nya datang.
"Ada apa Tasya? Kenapa Ibu dengar Raya menangis?" tanya Mertua nya.
"Tadi aku coba untuk membujuk Raya Bu, tapi dia Malah menangis, aku kasihan karena sudah seminggu dia tidak enak badan." ucap Tasya.
"Kan kamu tau sendiri dia seperti nya tidak dekat dengan kamu, lebih baik kamu fokus sama Stevan dan Suami kamu Saja, urusan raya kamu tidak perlu ragu dia ada kami. kalau Stevan seperti nya sudah sangat Dekat dengan kamu." ucap Ibu mertua nya.
"Iyah Bu." ucap Tasya.
"Oh iya Ibu dua hari lagi pulang ke Dubai," ucap ibu nya.
"Kenapa sangat cepat Bu?" tanya Tasya.
"Kamu tau sendiri masih ada Adik suami kamu di Dubai, ibu sama bapak tidak bisa lama-lama." ucap ibu mertua nya.
Tasya pun terdiam. Dia juga mengingat orang tua nya akan kembali Besok pagi.
Karena sudah sangat sore Tasya memandikan Stevan, karena sudah lelah bermain dia tertidur.
Tasya keluar dari kamar Stevan, dia melihat Raya yang sedang main sendiri di luar.
"Loh kok raya sendiri, di mana ibu." batin Tasya. Tasya mendekati Raya.
Tasya mencoba merayu Raya namun sepertinya Raya memang tidak mau. Baby sister pun datang.
"Mbak tolong Raya badan nya di lap yah." ucap Tasya. Pengasuh mengangguk.
Tasya masuk ke kamar yang ada Stevan. Itu kamar Raya dan Stevan.
Tasya mau membersihkan badan Raya namun sepertinya Raya belum Dekat dengan nya akhirnya dia hanya menunggu sambil menyiapkan baju nya.
Setelah selesai mandi Tasya mencoba untuk memasang kan baju raya tanpa basa-basi, raya hanya diam saja.
Tasya sangat senang untuk pertama kalinya raya mau di sentuh oleh nya, setelah selesai di pasang baju, di kasih minum susu karena dia Masih minum susu botol.
Setelah itu mereka tertidur lelap. Tasya duduk di pinggir kasur sambil menatap wajah kedua anak kakak nya itu.
"Ini semua salahku, seandainya aku tidak membawa kakak ke restoran itu, semua nya tidak akan seperti ini, maafkan Tante." ucap Tasya dia lagi-lagi harus menangis.
Namun tiba-tiba Darel masuk ke kamar Tampa mengetuk pintu.
Tasya kaget dia langsung menghapus air mata nya.
"Maaf! Saya tidak tau kalau kamu ada di dalam." ucap Darel.
"Gak apa-apa kok kak." ucap Tasya berdiri.
darel melihat anak-anak nya sudah tertidur.
"Kenapa mereka tidur di Sore hari?" tanya Darel.
"Seperti nya lelah bermain Kak." ucap Tasya. Darel duduk di dekat Stevan.
"Bagaimana dengan Raya hari ini?" tanya Darel.
"Seperti biasa kak, dia belum mau sama ku," ucap Tasya.
...----------------...
Assalamualaikum kakak-kakak semuanya terimakasih sudah mau mampir ke karya ku ini ya jangan pernah lupa tinggalkan jejak dukungan untuk author. Terimakasih 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!