NovelToon NovelToon

Please Love Me

Part 1

"Aku ingin melanjutkan kuliah Bu, aku akan berusaha mencari uang untuk membiayai kuliahku sendiri, jadi aku mohon Ibu izinkan aku, Bu!" Ucap Seorang gadis memohon pada ibunya.

"Lily Anastasya, apa kau pikir biaya kuliah tidak mahal? Lebih baik kau bekerja dan menghasilkan uang tanpa harus kuliah yang hanya akan membuang-buang uang dan waktu saja. Lagian kau tidak sepandai Kakakmu, bekerjalah dan cari uang untuk biaya kuliah Kakakmu saja, yang masa depannya lebih menjanjikan daripada dirimu!" Kata sang ibu marah mendengar anaknya memohon untuk melanjutkan kuliahnya yang memakan biaya tidak sedikit.

"Kenapa Bu? Kenapa selalu Kak Lia yang selalu Ibu lebih utamakan? Aku juga anak Ibu!" Tangis Lily gadis cantik yang sekarang berusia 19 tahun.

"Kenapa kamu bertanya? Aku pikir kamu sudah tahu alasannya," jawab Ibu Vega dengan tatapan tidak ramah.

"Sudah untung aku menyekolahkanmu hingga SMA dan harusnya kau berterima kasih dan jangan pernah meminta hal lebih yang hanya akan merugikanku lagian kamu tidak lebih baik dari Kakakmu Dahlia, Lia bahkan lulusan terbaik sewaktu sekolah," tambah Ibu Vega meremehkan.

"Bu, sebegitukah Ibu membenciku? Apa salahku Bu?" Tanya Lily dengan air mata yang sudah tidak bisa dia tahan.

"Kau ingin tahu apa salahmu? Karena kau adalah anak haram, anak hasil perselingkuhan Ayahmu dan wanita itu. Sekarang kamu tahu kan kebenarannya, dan kamu harus membayar apa yang telah aku berikan padamu." 

"Bu!" Tangis Lily.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, kau tahu aku sebenarnya tidak sudi untuk memungutmu waktu itu, saat kalian bertiga bersenang-senang di atas lukaku, tapi lihatlah Tuhan menghukum orang tuamu, dia kecelakaan dan meninggal, tapi kenapa mereka meninggalkanmu sendiri, kenapa kau tidak ikut dengan mereka saja? Dengan begitu aku tidak harus menahan sakit setiap kali aku melihatmu. Karena wajahmu mengingatkanku dengan wanita itu," jelas Vega dengan amarah bercampur luka mengingat kejadian di masa lalu yang sangat menyakitinya.

Saat itu anaknya yang bernama Dahlia yang berusia 6 tahun mengajaknya berlibur ke taman hiburan, dan mereka sudah sepakat akan hal itu. Akan tetapi tiba-tiba suaminya membatalkan janjinya dan bilang jika dia harus lembur. Dan disaat di taman hiburan dia justru melihat suaminya sedang bersama wanita lain dan menggandeng tangannya mesra. Selain itu yang membuatnya lebih sakit lagi di gendongan suaminya ada seorang gadis kecil yang tersenyum manis menatap keduanya.

Vega mengusap air matanya kasar, takut putrinya melihat hal itu, dia dengan segera membawa putrinya untuk pergi dari tempat itu.

Tiba-tiba hujan pun turun, benar-benar alam pun seakan tahu akan apa yang Vega rasakan. Dia menunggu di halte terdekat sampai hujan sedikit reda. Jika dia sendiri, mungkin dia akan lebih memilih menerobos hujan daripada harus menunggunya, tapi tiba-tiba tepat di depannya sebuah mobil kehilangan kendali sehingga menabrak pembatas jalan.

Vega mematung dengan tubuh yang bergetar, air mata yang tadi sempat dihapus kini kembali mengalir deras. Mobil itu, Vega sangat mengenalnya. Mobil itu adalah milik suaminya. Karena hujan jalanan sepi dan bahkan tidak banyak kendaraan yang lewat. 

Dengan masih menggendong Dahlia, Vega berlari mendekat ke mobil itu, begitu melihat apa yang di dalamnya, jika itu benar-benar suaminya, kakinya terasa lemas dan hampir terjatuh, tapi beruntung sudah ada warga sekitar yang mendekat dan ikut membantu.

Di sisa kesadaran suami Vega, dia menggenggam tangan Vega erat, dan dia mengatakan untuk menjaga Lily Anastasya, seorang anak dari suaminya dengan wanita lain. Vega awalnya menolak, tapi begitu melihat Lily kecil yang saat itu berusia 5 tahun menangis dirinya tidak tega, dia kemudian menurunkan dahlia dan menggendong Lily, hingga tak lama gadis kecil itu terlelap dalam gendongannya.

"Kau tahu, aku sangat-sangat membencimu, kau menghancurkan hidupku, kau menghancurkan hidup anakku. Beruntungnya kau, karena Dahlia begitu menyayangimu, walaupun kau bukan lahir dari lahir yang sama, tapi dia benar-benar tulus menyayangimu. Dan tidak bisakah kau membalasnya, mengorbankan masa depanmu untuk masa depannya?" Kata sang ibu, dengan tatapan penuh luka.

Mendengar apa yang dikatakan ibunya tangis Lily pun pecah. Kakinya terasa lemas bahkan untuk menumpu tubuhnya saja rasanya dia tidak kuasa. Dia terjatuh dan bersimpuh di hadapan ibunya. Dengan berlinangan air mata dia berkata, "Ibu, apa benar apa yang Ibu katakan? Ibu pasti bohongkan? Aku anak Ibu kan? Bu tolong katakan jika semua yang Ibu katakan tidak benar. Katakan jika Ibu bohong, dan mengatakan itu karena Ibu membenciku. Ibu, ayo katakan Bu, katakan kalau itu semua bohong," isak Lily sambil menggoyang-goyangkan tubuh ibunya.

"Untuk apa aku berbohong? Bukankah sama sekali tidak ada untungnya buatku? Itulah kenyataannya, dan aku memintamu untuk bekerja dan membiayai kuliah Kakakmu saja kau tidak mau, bahkan setelah apa yang kami lakukan untuk hidupmu," kata Vega datar.

Lily masih saja menangis, dia tidak pernah menyangka jika alasan Ibunya membencinya adalah karena dia bukan anak kandungnya dan bahkan lebih parahnya, dia adalah anak hasil perselingkuhan. 

"Sekarang kau sudah tahu bukan, apa yang membuatku sangat-sangat membencimu, jadi kau harusnya mengerti dan tahu diri. Kau berhutang banyak pada kami. Dan harusnya kau membayar mahal atas apa yang kami lakukan dan kami korbankan. Bahkan membayar nyawa pun rasanya masih kurang," Ujar Vega dengan nada suara yang dingin.

Tiba-tiba Dahlia datang dan melihat kedua orang yang disayanginya itu sama-sama menangis, dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dari yang dia lihat, Ibu dan adiknya itu tidak baik-baik saja. Dia kemudian mendekat ke arah adiknya dan membantunya bangun.

"Lily bangun! Apa yang kau lakukan? Jangan seperti ini Lily," ucap Dahlia memaksa adiknya untuk berdiri. 

"Ibu apa yang terjadi? Kenapa dengan Lily?" Tanya Dahlia menatap Ibunya.

"Ibu sudah memberitahu semuanya, tentang siapa dia, agar dia tahu diri," jawab Vega dengan entengnya.

"Ibu.." sebelum melanjutkan perkataannya, Ibunya sudah lebih dulu pergi dari tempat itu. Membuat Dahlia menghembuskan nafas panjang. Kemudian tatapannya beralih ke arah adiknya kemudian dia memeluk Lily memberi kekuatan dan meyakinkan jika semua akan baik-baik saja.

"Lily!"

"Woy Lily!" Panggil seseorang membuyarkan lamunan Lily mengingat kejadian 1 bulan yang lalu.

"Kenapa? Apa kamu sedang tidak enak badan? Dari tadi aku perhatikan kamu terus saja melamun?" Tanya teman kerjanya yang bernama Bintang dengan tatapan menyelidik.

"Ah, aku tidak apa-apa, siapa juga yang melamun," kata Lily menyangkalnya.

"Kamu mau apa?" Tanya Bintang lagi.

"Tentu saja mau kerja, memang mau apalagi," jawab Lily kesal.

Bintang kemudian membalikkan tubuh Lily dan menunjuk ke arah jam dinding yang ada disana, "Kau lihatlah! Jam kerjamu sudah habis setengah jam lalu dan kau tidak menyadarinya? Katanya tidak melamun tapi sampai jam kerjanya kelewat saja tidak tahu," kata Bintang yang diakhiri dengan menggerutu.

"Anggap saja aku beramal, ya sudah aku pulang dulu, bye." Kata Lily pamit sambil melambaikan tangan. Kemudian dia berjalan menuju ke ruang ganti khusus karyawan.

Tapi saat Lily akan keluar, tapi tiba-tiba 

Bruk

Lily menabrak seseorang.

"Matilah aku," kata Lily yang berjongkok dan memunguti barang-barangnya tidak berani menatap orang yang ditabraknya.

Part 2

"Maaf Nyonya saya benar-benar tidak sengaja," ucap Lily yang tahu jika itu seorang wanita dilihat dari sepatu yang dipakainya. Kemudian Lily pun memungut barang-barangnya yang berserakan di lantai.

"Tidak apa-apa, ini juga salahku," ucap wanita yang tadi Lily tabrak dan terlihat dia ikut berjongkok membantunya memunguti barang bawaannya.

Mendengar suara yang sangat familiar, Lily pun mengangkat kepalanya agar bisa menatap orang itu.

"Jasmine! Hei kau kemana saja? Kenapa sejak menikah, kau tidak pernah lagi menghubungiku? Apa itu sikap sebagai seorang sahabat? Kau bahkan telah melupakan aku, kau benar-benar keterlaluan," ucap Lily begitu tahu jika ternyata orang yang ditabraknya adalah sahabatnya yang sudah beberapa hari ini tidak ditemui semenjak dia menikah.

Mata Jasmine, langsung berbinar menatap dirinya, Bukannya menjawab rentetan pertanyaan yang dirinya ajukan, Jasmine sahabatnya justru menanyakan hal lain. 

"Lily, kau pasti datang kesini dengan membawa motormu, ayo cepat sekarang kamu antarkan aku kembali," kata Jasmine pada Lily, kemudian bangun dari jongkoknya dan menarik tangan Lily agar mengikutinya.

"Stop! Apa tadi? Hei harusnya kau menanyakan kabarku terlebih dahulu, bukankah kita sudah lama tidak bertemu, atau kau bisa tanyakan tentang keberadaanku yang ada disini, atau yang paling penting kamu jawab pertanyaan yang kuajukan tadi terlebih dahulu, bukan langsung menarik tanganku dan memintaku untuk mengantarmu," kata Lily kesal.

"Kau selalu mendramatisir keadaan Lily, sebaiknya hilangkan kebiasaan itu, aku sedang terburu-buru, aku sudah meninggalkan suamiku terlalu lama, aku takut dia mencariku, kita lanjutkan obrolannya nanti saja, oke! Please ayo antarkan aku," pinta sahabatnya itu dengan wajah memelas.

"Hmm baiklah, aku tidak tega melihatmu dengan wajah seperti itu," kata Lily kemudian melangkah pergi meninggalkan Jasmine  sahabatnya.

Tampak sahabatnya itu langsung tersenyum dan mengikuti langkah Lily di belakangnya. Dilihatnya sahabatnya itu menemui salah satu teman kerjanya dan mengatakan sesuatu yang Lily tidak tahu itu apa. Setelah menemui teman Lily akhirnya sahabatnya itu pun kembali menghampiri Lily. Mereka kemudian melangkah bersama menuju tempat di mana motor Lily berada.

Begitu sampai di parkiran khusus karyawan, Lily mengambil motornya dan melajukannya mendekat ke arah sahabatnya, "Pakai ini!" Perintah Lily kepada Jasmine sambil menyodorkan helm.

"Terima kasih," tampak Jasmine tersenyum, memakai helm dan langsung naik ke boncengan.

"Ly, nanti kita ke rumah orang tuaku dulu, ada yang harus aku ambil," katanya setelah motor Lily dijalankan.

"Baiklah, tapi kau harus membayar mahal ini semua!" Ucap Lily bercanda.

"Tentu saja, kau tidak perlu khawatir."

Tak lama mereka pun sampai di kediaman Gottardo, yaitu kediaman orang tua sahabatnya. Gerbang dibukakan begitu tahu bahwa Nona merekalah yang datang. Jasmine turun dan melepas helmnya.

"Ayo kita masuk," ajaknya pada Lily yang masih duduk di motor.

"Aku tunggu di sini saja, kau tidak lama kan?" Tanya Lily memastikan.

"Tidak, aku hanya sebentar, ya sudah aku tinggal dulu," pamit Jasmine.

Lily tampak menatap kagum rumah sahabatnya. "Jasmine begitu beruntung, sudah kaya, cantik dan yang paling pasti kedua orang tuanya sangat menyayanginya," gumam Lily.

Tak lama Jasmine keluar dan kini Lily tinggal mengantarkan sahabatnya itu ke rumah suaminya. Lily hanya menganggukkan kepalanya.

Lily kemudian mengantar sahabatnya pulang ke rumah Suaminya. Dan tak lama kini mereka telah sampai di kediaman suaminya Stevano Anderson.

Lily yang baru melihat rumah suami sahabatnya yang besar dan megah bak kastil dalam dongeng hanya terperangah, merasa takjub. Matanya membelalak dengan mulut yang menganga.

"Wah, Jasmine benarkah ini rumah Tuan Muda Stevano? Jasmine kenapa kau tidak sering mengajakku kesini? Kalau aku jadi kau pasti akan sangat betah tinggal di rumah seperti istana ini. Bahkan ini melebihi rumahmu yang sudah sangat besar. Pantas saja kau sampai melupakan aku," ucap Lily sambil berjalan melihat sekeliling dengan pandangan takjub yang tidak dibuat-buat.

"Apa kau ingin sesuatu? Nanti aku akan meminta pelayan untuk melayanimu, kau tidak apa-apakan aku tinggal sendiri disini. Aku harus menemui suamiku dulu, nanti aku akan kembali menemuimu, dan maaf aku jadi merepotkanmu, harusnya kau beristirahat setelah semalam bekerja, tapi kau justru harus mengantarku apalagi perjalanan yang kita tempuh lumayan jauh," sahabatnya itu berkata dengan perasaan yang tidak enak kepada Lily..

Lily langsung menoleh dan tersenyum ke arah Jasmine, kini mereka saling berhadapan kemudian kedua tangan Lily menepuk pundak Jasmine. "Hey, apa yang kau katakan? aku tidak apa-apa, lagian seperti itulah gunanya sahabat, saling ada disaat yang lainnya membutuhkan. Kau tidak perlu khawatir denganku, temuilah suamimu! Mungkin saja saat ini dia sedang terluka karena dirimu, minta maaflah sama dia. Aku memang belum pernah menjalin hubungan, tapi kita berfikir saja secara logika, jika apa yang kau lakukan salah. Aku sebagai sahabatmu hanya ingin mengingatkan, agar kedepannya kau pikirkan dulu kemungkinan yang terjadi sebelum bertindak. Cepatlah sebelum kau ditendang dari rumah sebesar ini! Bukankah rasanya sayang sekali jika kau tidak lagi tinggal disini," kata Lily yang kemudian mendudukkan tubuhnya di atas kursi di halaman, tepat dengan meja bundarnya.

"Kau memberiku nasihat, tapi ujung-ujung pemikiran matre mu tetap ikut serta," kesal Jasmine sahabatnya.

"Haha Jasmine aku tidak matre, aku hanya berbicara realita," kata Lily enteng.

"Terserah kau saja, aku pergi dulu!" Pamitnya dan berlalu setelah melihat Lily menganggukkan kepalanya.

***

"Iya Tuan, ada apa? Apa Anda membutuhkan sesuatu?" Tanya Jason mendekat setelah namanya dipanggil oleh Tuan Mudanya. Jason merasa lega, karena sekarang Tuan Muda sudah tampak baik-baik saja.

"Lihatlah itu! Siapa gadis itu berani menginjak halaman rumahku? Cepat usir dia!" kata Tuan Mudanya sambil menunjuk ke arah luar.

"Saya tidak tahu Tuan, tapi mana mungkin ada sembarang orang masuk ke mansion ini sementara penjagaannya sangat ketat. Saya minta maaf atas kelalaian mereka Tuan, saya akan segera mengusir gadis itu, dan memastikan hal ini tidak akan terjadi lagi," Jason berucap lalu pamit undur diri.

...

Saat tadi sahabatnya Jasmine meninggalkan Lily, tak lama pelayan pun datang mengantarkan beberapa hidangan di meja bundar yang ada di depan Lily duduk.

Lily tersenyum ramah kepada pelayan-pelayan itu, saat pelayan itu pamit undur diri setelah selesai meletakkan beberapa makanan untuk Lily.

Cuaca hari ini yang lumayan sejuk, apalagi ditambah angin sepoi-sepoi yang berhembus. Membuat pepohonan seperti menari- nari dan suara gemerisik  dedaunan yang saling bergesekan. Apalagi dengan banyak hidangan mewah yang tersaji di depannya. Membuat Lily seperti ratu di film kolosal. Lily tersenyum sesekali tertawa membayangkan dirinya memang seorang ratu. "Andai saja tiba-tiba ada pangeran tampan yang datang menemuiku saat ini juga, aku akan akan menciumnya dan aku menjadikannya rajaku saat ini juga," gumam Lily sambil tertawa dengan pemikiran konyolnya.

Trap 

Trap

Trap

Tiga langkah mendekat ke arah Lily dari arah samping. Lily langsung menoleh dan mulutnya menganga lebar, dia kemudian menepuk pelan pipinya sendiri dan berkata dengan begitu semangat. "Tuhan memang begitu baik padaku, baru saja aku meminta pangeran tampan, kini baru 5 menit pangeran tampan sudah ada di depan mata."

Lily mendekat kemudian menyentuh wajah pria itu, "Wah ini benar-benar sempurna!"

Kemudian Lily menyentuh dada pria itu yang membuat tubuh pria itu langsung menegang karena baru pertama kalinya, ada seorang wanita yang tidak tahu malunya memegang-megang anggota tubuhnya. Pria itu diam saja, tidak bisa bergerak bahkan untuk membuka mulut mengeluarkan suaranya. Apalagi saat 

Cup 

Lily kemudian mengecup bibirnya sekilas. Tubuh pria itu seperti membeku.

"Hangat, tapi tunggu seperti ada yang aneh, tapi apa ya?" Ucap Lily memikirkan sesuatu yang aneh saat mengecup bibir pria itu.

"Ya ampun, kenapa khayalan ini seperti nyata? Apa ini bukan khayalan tapi mimpi, apa mungkin aku tadi tertidur? Biarkan dulu seperti ini, Tuhan! Aku ingin merasakan indahnya makhluk ciptaan Mu, walau itu hanya dalam mimpi," ucap Lily dengan bahagia dan kembali mengecup bibir pria itu.

Lily kemudian mendekap pria Jason dan merasakan suara jantung yang berdetak kencang. Tunggu, ini benar-benar nyata, atau jangan-jangan…

Lily kemudian mendongak menatap wajah Jason, dilihatnya mata Jason menatapnya tajam. 

"Apa yang kau lakukan gadis nakal? Sedang apa kau disini? Anak kecil sepertimu harusnya jam segini berada di sekolah," ucap jason tegas sambil menjewer telinga Lily.

"Am...ampun Tuan, dan apa tadi kau bilang, aku anak kecil? Dan kau tidak minta maaf padaku karena sudah mencuri ciuman pertamaku, kata Lily menggigit tangan Jason yang menjewer telinganya. Dan melihat Jason kesakitan Lily langsung berlari.

"Kau!" Kau pikir bisa lepas dariku, ha? Awas saja jika aku berhasil menangkapmu! Kau tidak akan kuberi ampun, dan apa tadi kau bilang aku mencuri ciuman pertamamu, kau yang mencuri ciuman pertamaku, dasar anak kecil yang aneh," pria yang tidak Lily ketahui namanya itu berucap sambil mengejarnya yang berlari lebih dulu menjauh darinya.

Part 3

Lily yang dari jauh melihat Jasmine sudah berdiri di tempat tadi dia menunggunya. Kini berlari cepat ke arahnya.

"Hei gadis kecil aneh, kenapa larimu cepat sekali," gerutu Jason.

"Itu, karena Anda sudah tua Tuan, makanya tidak bisa mengejarku," kata Lily mengejek.

Kini posisinya Lily sudah dekat dengan Jasmine kemudian dia berdiri di belakang Jasmine, menjadikan Jasmine tamengnya agar tidak mendapat hukuman seperti yang tadi pria itu katakan.

"Hei, kemari kau bocah aneh!" Perintah Jason menatap tajam Lily.

"Jasmine tolong aku, dia, laki-laki itu sepertinya sangat tertarik padaku, sampai dari tadi dia mengejarku. Kau tahu Jasmine begitu sukanya dia sama aku, dia bahkan mencuri ciuman pertamaku," adu Lily kepada Jasmine.

"Apa yang kau katakan tadi bocah aneh, aku mencuri ciuman pertamamu, justru kau yang mencuri ciuman pertamaku, dan apa tadi kau bahkan menyentuh dadaku, sampai air liurmu itu menetes," ucap Jason tidak terima dituduh gadis itu.

"Kau jangan sembarangan bicara Tuan! Jelas-jelas Anda hanya diam saja ketika aku melakukan itu semua. Kau pikir aku sengaja, aku tidak sengaja karena ku pikir Anda ini tidak nyata," jelas Lily dengan menggebu-gebu, dan tanpa sadar keluar dari persembunyiannya yang berada di belakang Jasmine.

Jasmine yang menyadari itu kini perlahan melangkah dan duduk di tempat dimana tadi sahabatnya duduk. Dia menumpukan dagunya pada kedua sikunya yang ditekuk sambil melihat pertunjukkan yang sedikit menghiburnya.

Stevano suami Jasmine yang dari tadi mengikuti kemana istrinya pergi, kini menatap istrinya yang justru duduk dan menonton perdebatan yang terjadi antara sahabatnya dan Jason, setelah tadi dirinya dijadikan tempat persembunyian.

Stevano mendekat dan ikut duduk di bangku lainnya di samping tempat duduk sang istri. Dia menatap istrinya yang sedang menumpukan dagu dan sesekali tertawa menyaksikan perdebatan antara Lily dan Jason di depannya. Dan Stevano ikut tersenyum melihat istrinya tertawa riang.

"Apa tadi kau bilang? Aku tidak nyata, kau pikir aku ini hantu, sampai kau bilang jika aku tidak nyata. Kau hanya mencari-cari alasan agar tidak disalahkan," kata Jason lagi.

"Aku bukan mengira jika kau itu hantu, tapi aku mengira kau itu khayalan," jelas Lily.

"Jadi kau anggap aku bayangan ha? Sekarang bagaimana jika kau lihat bayangan itu akan menghukummu dengan cara yang mengerikan," ucap Jason dengan senyuman smirknya.

Lily langsung bergidik ngeri, bahkan hanya sekedar menelan saliva saja rasanya seperti tersangkut di tenggorokan.

Jason yang menyadari gadis itu lengah, dia pun langsung memiting gadis itu.

Lily pun berteriak meminta tolong kepada Jasmine yang ternyata Jasmine sudah tidak ada disampingnya, dan sahabatnya itu justru duduk sambil tertawa ditemani laki-laki tampan.

"Jasmine awas saja kau!" Ucap Lily memperingati yang membuat Jasmine justru kembali tertawa.

"Jasmine apa yang kau lakukan, bukannya menolongku, kau justru bermesraan dengan pria tampan," kesal Lily yang mendekat ke arah dimana Jasmine dan Stevano berada. dan apa kau tidak takut jika suamimu tahu?" bisik Lily kemudian setelah dia bisa terlepas dari Jason.

"Untuk apa aku menolongmu, sementara kau bisa menolong dirimu sendiri," jawab sahabatnya itu enteng.

"Jadi kau sama sekali tidak berniat menolongku?" Tanya Lily tidak percaya.

Jasmine hanya mengangkat kedua bahunya acuh, lalu kemudian berkata, aku hanya percaya pada kemampuanmu, aku yakin kau bisa mengalahkannya," katanya yang kemudian bangun dari duduknya sambil menarik tangan suaminya.

"Itu baru sahabatku!" Kata Lily.

"Hey, kau mau kemana? Kenapa kau meninggalkanku lagi?" Teriak Lily kesal.

"Aku ingin jalan-jalan sebentar, kau bisa ajak Jason pria yang tadi untuk jalan-jalan di sekitar sini, sebelum sebentar lagi kita bisa makan siang bersama. Kau pasti sangat menyukainya, jika ada makanan gratis," teriak Jasmine melambaikan tangannya ke udara sebelum benar-benar pergi meninggalkannya.

"Oke dengan senang hati," jawab Lily bersemangat.

Jason yang baru datang dengan kaki yang kesakitan karena tadi di injak Lily, kini menatap sebal ke arah Nyonya Mudanya yang justru menjulurkan lidahnya mengejek.

"Kau tadi dengarkan apa yang tadi dikatakan sahabatku, untuk menemaniku berkeliling sebelum makan siang. Ayo sekarang kita jalan," kata Lily yang kemudian menggamit lengan Jason.

"Lepas atau aku akan mengirimmu ke kandang buaya di belakang sana! Apalagi sepertinya dari kemarin aku belum memberi makan buaya-buaya peliharaan Tuan Muda," ucap Jason menakut-nakuti.

Seketika Lily melepaskan tangannya yang melingkar pada lengan kekar pria tadi, yang baru diketahui namanya Jason.

"Haha, kau pasti bercanda bukan, tidak mungkin kan jika Tuan Muda benar-benar memelihara binatang buas." Ucap Lily dengan senyum yang dipaksa.

"Untuk apa aku bercanda, kalau kau tidak percaya aku bisa mengantarmu kesana. Bahkan nanti aku bisa langsung melemparmu untuk menjadi santapan lezat mereka," kata Jason serius.

Membuat Lily bergidik ngeri, wajah gadis itu tiba-tiba saja menjadi pucat dengan tangan yang gemetar.

Jason tertawa melihat bagaimana ekspresi gadis itu, dia sangat puas berhasil mengerjai teman Nyonya Mudanya yang sudah membuat dirinya tadi senam jantung.

"Woy" 

Jason menepuk kedua tangannya kencang di depan wajah Lily yang sedari tadi melamun.

Lily begitu kaget dan refleks langsung memukul lengan Jason kencang.

"Aw" ringis Jason mendapat tabokan panas dari gadis aneh di depannya.

"Kenapa kau memukulku? Dasar gadis aneh! Kau pikir tidak sakit apa?" Kesal Jason.

"Itu salahmu karena mengagetkan aku, lebih baik aku menyusul temanku saja" kata Lily melangkahkan kakinya kemudian.

"Tunggu," Jason menarik kerah baju Lily untuk menghentikan langkah gadis itu.

"Kau! Kenapa kau melarangku menghampiri sahabatku?" Tanya Lily kesal.

"Aku tidak melarangmu, tapi coba kau pikirkan apa kau ingin jadi obat nyamuk, yang hanya bisa menyaksikan jika mereka bermesraan nantinya," kata Jason menjelaskan berharap gadis itu melupakan tujuannya untuk menghampiri Nyonya Mudanya yang saat ini sedang menikmati waktu berdua dengan Tuan Muda.

Lily diam dan berpikir sejenak.

"Aha!" Seperti ada lampu menyala di kepalanya tiba-tiba, Lily menemukan ide untuk bisa mengikuti Jasmine tanpa harus menjadi obat nyamuk.

Kemudian Lily mengapit lengan Jason dan menyandarkan kepalanya pada lengan atas pria yang bersamanya.

"Ayo, sekarang kita menuju ke tempat dimana Jasmine dan pria tampan itu berada, kau tunjukkan jalannya saja sekarang!" Perintah Lily.

"Jasmine? Pria tampan?," kau memang gadis aneh, dari mana saja coba kau dapat panggilan seperti itu," kata Jason.

"Dia Nyonya Olivia dan pria itu adalah suaminya Tuan Stevano Anderson," tambah Jason menjelaskan.

"Apa? Siapa tadi? Pria itu!" Tanya Lily takut dirinya salah dengar.

"Tuan Stevano Anderson, apa kau tuli sampai aku harus mengulang penjelasanku.

"Oh ya ampun, dia Tuan Stevano yang banyak dibicarakan orang tentang sosoknya yang buruk?" Kata Lily dengan suara yang cukup keras.

"Hei kau lebih baik jaga cara bicaramu!" Ucap Jason. 

" Memangnya kenapa?" Tanya Lily.

"Sudahlah, tidak penting membahas ini denganmu."

Kemudian Jason mengantarkan Lily ke tempat dimana Jasmine dan suaminya berada.

Mereka ada di taman yang Nyonya Muda rawat bunga-bunganya. Tampak sahabat dan suaminya sedang berbaring di rerumputan dengan cuaca yang bagus seolah mendukungnya, cuaca yang tidak begitu panas tapi cukup cerah.

Lily hendak mendekat tapi tangannya lebih dulu ditarik oleh Jason kencang hingga dia membentur dada bidang Jason. Lily tersenyum dan mendongak menatap Jason, dengan Jason yang menunduk menatap Lily.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!