Dimalam hari, disebuah restoran dengan suasana romantis terdapat satu wanita dan satu pria. Bila dilihat orang lain, maka akan seperti penampakkan dua sejoli yang sedang berkencan. Bagaikan pasangan yang sangat sempurna, yang pria tampan dan yang wanita cantik. Seakan membuat iri pasangan lain dengan kesempurnaan mereka.
Tetapi, tidak ada yang tahu bahwa mereka bukan sepasang kekasih, melainkan musuh bebuyutan. Sejak di bangku Sekolah Dasar mereka selalu bersaing tanpa ada yang mau mengalah, hingga timbul lah kebencian di hati mereka.
Dimata Samudra, Nayna adalah wanita bodoh yang selalu berpura pura menjadi gadis baik, sopan, naif dan selalu tampil sempura untuk mendapatkan perhatiaan keluarganya. Namun, bagi Samudra, dia sama saja dengan perempuan liar di luar sana.
Sedangkan dimata Nayna, Samudra adalah seorang sampah masyarakat, pria playboy yang sering berganti-ganti pasangan. Tanpa mereka sadari, di dasar hati mereka yang saling membenci, terselip rasa cinta.
“Bagaimana bisa kamu menerima perjodohan ini? Menjadi teman saja tidak akan bisa, apalagi harus menjadi sepasang suami istri!” ujar Nayna dengan sarkas.
“Apa kamu kira, aku mau jadi suamimu? Aku sangat tidak sudi! Tapi, Ayahku sudah berkata, maka tidak mungkin aku menolaknya. Kenapa bukan dirimu saja yang menolak!” ujar Samudra.
Terlihat sorot mata kebencian di mata Samudra. Namun, perasaannya campur aduk, entah rasa benci atau kerinduan. Enam tahun tidak bertemu rasanya ingin menampar wanita di depannya ini, atas apa yang dilakukannya. Tetapi, setelah melihatnya, bicara pun harus mengumpulkan keberanian.
“Kamu tau pasti, kalau Kakekku sedang sakit keras, tidak mungkin aku menjadi cucu yang pembangkang. Seharusnya kamu yang menolak perjodohan ini!" ucap Nayna.
“Bukankah kamu memang sudah menjadi cucu yang pembangkang? Setahuku keluargamu tidak ada yang setuju kamu berpacaran dengan si Awan Mendung! Oh ya, jangan lupakan kasus aborsi yang membuat dirimu dibuang enam tahun oleh keluargamu sendiri. Kenapa kamu tidak kawin lari saja dengannya, Nay? Oh, aku lupa lagi, bagaimana mungkin mau kawin lari jika laki-laki itu kabur seorang diri!” ucap Samudra panjang dengan sinis.
Tidak ada yang pernah tau tentang apa yang terjadi sebenarnya pada Nayna. Sekuat tenaga agar layak diterima keluarganya. Namun, tetap saja fitnah membuat dirinya terbuang selama enam tahun agar nama baik keluarga tidak ikut tercemar. Lelaki yang bernama Ryawan adalah penolong Nayna. Seseorang yang bersedia menjadi tameng dengan label laki-laki brengsek yang merusak seorang gadis. Sampai detik ini, tidak ada yang tau dimana keberadaan lelaki itu setelah kejadian naas tersebut.
“Pertama, namanya Ryawan bukan Awan mendung, Sam! Kedua, kamu jangan asal bicara hal yang tidak kamu ketahui dengan pasti!” tegas Nayna.
“Terserah kamu, Nay.” Ada keraguan dimata Samudra, kebenciannya kepada Nayna membuatnya ingin hancur bersamanya.
“Pikirkan sesuatu agar kita tidak menikah, Sam!” ujar Nayna melirik sekilas pada Samudra.
“Bukankah kamu selalu ingin tampil yang terbaik diantara keluargamu, terutama sepupumu itu? Dengan kita menikah maka kekuatan dua perusahaan akan semakin kuat dan kamu tentu akan meredakan kemarahan keluargamu terutama kakekmu. Kamu akan terlihat menjadi cucu yang penurut lagi!" Ejek Samudra.
“Diam kamu, Sam! Kamu tidak tau apa-apa tentangku,” bentak Nayna.
“Jadi apa pilihanmu, Nay? Mencari pacarmu yang dengan pengecut meninggalkanmu atau menikah denganku?”
Henning ....
“Kita akan menikah, Sam. Tetapi, hanya di atas kertas.”
“Apa untungnya untukku?” tanya Sam, menyandarkan punggungnya ke kursi.
“Setidaknya tidak ada yang dirugikan. Keluarga kita senang, kamu bisa bebas menjalani kehidupanmu, begitu juga dengan hidupku. Cukup kita hidup masing-masing tanpa saling mengganggu."
Samudra tersenyum licik, tanpa sepatah kata dia meninggalkan Nayna sendiri di restoran. Nayna mengira diamnya Samudra sebagai tanda persetujuan untuk menikah hanya di atas kertas. Tetapi, tidak begitu. Samudra sangat menginginkan Nayna menjadi istrinya untuk membalas apa yang telah dilakukan perempuan itu di masa lalu. Sampai Nayna tidak memiliki tempat berlindung untuk dirinya sendiri dan hanya bisa bergantung pada dirinya.
Bersambung..........
Rumah yang tampak mewah seakan menggambarkan betapa bahagia para penghuni di sana. Namun, bagi Nayna, ini semua adalah kamuflase. Hanya ada kebencian di dalamnya. Hanya karena terlahir dari seorang wanita miskin yang berhasil mengisi hati ayahnya membuat dirinya sulit diterima di keluarga ini.
Perlakuan buruk terhadapnya selalu menjadi mimpi buruk dalam tidurnya. Wanita ini mengalami gangguan claustrophobia setelah dikurung dalam gudang yang gelap diusianya empat tahun, didalam gudang yang gelap tersebut dia mendengar keributan, teriakan ibu dan juga tantenya.
Ingatan tentang kejadian itu memang samar, tetapi teriakan itu masih teringat jelas.
Sampai saat ini, dia tidak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa penyebab kematian orang tuanya, yang dia tau orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Namun, dia tidak mempercayai sepenuhnya.
Jika Ayah dan Ibunya masih hidup, tidak mungkin Nayna mengalami nasib seperti ini, dalam ingatannya keluarganya sungguh bahagia, keluarga kecil yang bahagia piknik di taman dengan hidangan buatan ibunya. Ayahnya mengayunkan dirinya di ayunan. Sedikit memori tentang orang tuanya.
“Kamu sudah pulang, Nay?" tanya Adam. Pria tua yang menjadi kepala keluarga Rastian.
“Iya, Kek.“
“Istirahat lah, pernikahanmu akan diadakan seminggu lagi.”
“Apa? Secepat itu, Kek? Apa tidak bisa tunda beberapa ....” Belum juga selesai bicara tapi sudah dipotong oleh kakeknya.
“Aku hanya memberitahumu, bukan meminta pendapatmu.” Sang Kakek meninggalkan Nayna yang termenung di ruang tamu dan tidak lama ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya.
“Lakukan apapun perintah Kakek, Nay! Setidaknya, kali ini kamu tidak membuat malu keluarga. Oh ya, kuharap pernikahan mu langgeng dengan Sam si brengsek itu!” ujar Nima sepupu Nayna, gadis yang selalu iri dengan kecantikan dan kepintaran Nayna.
“Urus saja urusanmu sendiri Nima, sekeras apapun usahamu, aku yakin tidak akan meluluhkan hati Kak Zima.”
“Brengsek kamu, Nay!” ucap Nima.
Nayna tersenyum licik. Dia berbalik dan pergi meninggalkan Nima. Tanpa menoleh ke belakang, dia mengangkat tangan dan mengacungan jari tengah. Tentu, jari tengah itu tertuju untuk Nima.
“Fucking people and fucking place,” gumam Nayna.
Image Nayna yang sudah buruk. Berkata kasar, sudah tidak lagi dia pedulikan. Entah mengapa dia masih memiliki rasa hormat kepada Kakeknya. Walaupun sampai saat ini rasa kecewa atas ketidakpercayaan Kakeknya masih menyelimuti hatinya.
Dikala Nayna berusaha menjelaskan dia tidak melakukan aborsi, kakeknya tidak mendengar penjelasannya dan langsung mengirimnya untuk kuliah ke luar negri.
Walau kenyataannya kuliah di luar negri tidaklah buruk, dia tidak perlu melihat sepupu, tante dan kakeknya. Tantenya selalu melihat Naynq dengan sorot mata kebencian, tidak sedikit makian dan perlakuan kasar diterima oleh Nayna. Namun, Kakeknya tidak pernah membelanya, hanya sikap dingin yang diterimanya dan menuntut Nayna untuk selalu menjadi yang terbaik dan sempurna.
Didalam kamar Adam Rastian, Kakek Nayna menelpon seorang bernama Leo Alegian.
“Leo percepat pernikahan Nay dan Sam!"
“Apa Om, yakin? Anakku itu reputasinya buruk, aku sampai sulit mengendalikannya!" tutur Leo.
“Apa kamu keberatan mempunyai menantu seperti Nay?”
“Tentu aku mau Nay menjadi menantuku, aku tahu berita buruk yang beredar tidak ada yang benar. Aku lebih tenang jika Zima yang menikahi Nay.”
“Aku lebih percaya Sam yang menjadi suami Nay. Kalau dia tidak bisa dikendalikan, bukankah dia akan menolak perjodohan ini? Leo, apa kamu tidak bisa melihat sebenarnya mereka saling mencintai? Hanya saja kesalahpahaman diantara mereka membuahkan rasa benci, bukankah rasa cinta dan benci itu tipis, Leo?”
“Apakah kamu akan menyembunyikan semua ini kepada Nay, Om? Dia harus tau yang sebenarnya. Dia sudah cukup menderita dan kesehatan Om juga sudah mulai memburuk."
“Karena itu, biarlah dia bahagia dengan Sam. Jika dia tau yang sebenarnya, dia akan semakin kecewa. Biarlah dia membenci diriku, itu akan lebih baik untuknya.”
Semua beban ditanggung oleh pria tua itu. Entah dosa apa yang pernah dilakukan hingga mendapatkan karma seperti ini. Anak-anaknya harus mengalami takdir buruk ini. Pria tua itu sangat menyayangi cucunya tapi juga membencinya. Jika melihat Nayna, maka dia akan melihat wanita yang menghancurkan putra dan putrinya. Tetapi tidak juga bisa menyakitinya karena mata Nayna sangatlah mirip dengan mata putranya.
“Baiklah jika itu maumu, Om."
“Kuharap kamu bisa menyayanginya seperti anakmu sendiri."
“Aku dan istriku sudah menganggapnya seperti anak kami sendiri, Om.” Leo meyakinkan Adam.
“Syukurlah.”
“Bagaimana dengan Nima, Om?”
“Aku yang akan mengurusnya.”
Bersambung.......
Mohon dukungan like, love, vote dan komentarnya 😊😊
Salam Age Nairie 🥰🥰🥰
Satu minggu kemudian, pernikahan Nayna Rastian dan Samudra Alegian digelar secara sederhana. Namun, tampak sangat indah. Ucapan selamat yang datang dari para tamu dengan senyum merekah di wajah mereka.
Tidak ada yang tahu apakah senyum itu tulus atau tidak, terlebih dengan reputasi pengantinnya, yang pria terkenal playboy dan yang wanita pernah terlibat kasus aborsi.
Begitupun dengan mempelai wanita dan prianya, Pakaian yang sangat indah seakan memang hanya pantas digunakan oleh Nayna yang disandingkan oleh pria gagah beralis tebal dan memiliki tatapan yang tajam. Mereka pandai berakting bahagia di depan para tamu. Menghampiri para tamu dengan menampilkan senyum merekah seakan baru saja mendapatkan jackpot.
Tamu undangan tidak banyak, yang menghadiri hanya rekan bisnis dan juga keluarga saja. Bahkan tantenya Nayna saja tidak hadir, dari pihak perempuan hanya ada kakek dan juga sepupunya Nima. Tetapi Nayna tidak peduli dengan semua itu. Keluarga yang lebih banyak hadir adalah dari pihak mempelai pria.
Nayna tahu keluarga Samudra sangat harmonis walau terkadang pertengkaran antara Sam dan Zima kerap terjadi. Tetapi itu hal yang lumrah, orang tua mereka adalah orang tua yang demokratis dan mengayomi anak-anaknya.
Karna itulah Nayna merasa iri dengan Samudra, Nayna selalu harus tampak sempurna dalam bidang pendidikan dan segala hal karena tuntutan, sedangkan Samudra menjadi anak yang cerdas dan sempurna karena kasih sayang orang tuanya.
“Turunkan tanganmu, Sam!" Tangan Samudra melekat erat di pinggang Nayna, dengan terpaksa tangan Nayna menempel di dada Samudra sebagai pemberi jarak diantara mereka.
“Sudah diamlah, kita akan di photo, Nay.”
“Tidak seperti ini juga, Sam. Cukup berdiri berdampingan, jangan mencuri kesempatan.”
Sam sudah jengah dengan ocehan Nayna dia malah mempererat pelukannya di pinggang sang istri. Tangan satunya menahan tengkuk wanitanya.
Dingin, itulah yang dirasakan Nayna karena serangan ciuman tiba-tiba dari Samudra. Membuat Nayna diam membeku dengan mata melotot.
“Manis, kamu pakai lipstik apa? Hei kenapa masih bengong? Jangan diam saja seperti portal komplek," ujar Samudra sangat santai. Seolah ciuman tadi adalah biasa.
Samudra menjentikkan jarinya ke dahi Nayna. Samudra merindukan ciuman ini. Mereka pernah berciuman sekali waktu di bangku SMA, sudah sangat lama baru ia rasakan lagi. Andai Nayna lebih memilih Samudra waktu itu, mungkin Samudra akan menjadi pria paling bahagia sekarang. Tapi, Nayna malah memilih menjadi kekasih Ryawan setelah mempermalukan Samudra di depan umum.
“Ha ... apa?” tanya Nayna.
“Baru satu ciuman kenapa bisa menjadi bodoh seperti ini, istirahatlah aku akan menjamu tamu.”
Samudra pergi meninggalkan Nayna sendirian dengan masih terlihat linglung. Samudra heran dengan reaksinya yang seperti itu. Reaksinya sama seperti dulu saat Samudra menciumnya. Samudra tahu rumor aborsi itu tidak benar, karena tidak mungkin Nayna tega membunuh janinnya. Sedangkan setau Samudra, Nayna sangat menyukai anak-anak. Namun, Samudra yakin Nayna sangat mencintai Ryawan dan sangat yakin dia sudah memberikan kehormatannya kepada Ryawan. Ada perasaan ragu dihatinya, walaupun sangat membenci Nayna tapi dia tidak rela jika Nayna bersama pria lain.
Seorang yang mirip dengan Samudra datang menghampirinya, walau terlihat sangat tidak menyukai pernikahan ini karena dia sebagai kakak harus dilangkahi. Tetapi, di dalam hatinya, dia sangat bersyukur Samudra menikah dengan gadis yang selama ini dicintai-nya.
“Aku tidak akan mengucapkan selamat atas pernikahanmu, kamu tidak menyakitinya saja sudah cukup," ujar Zima, Kakak Samudra.
“Apa urusanmu Zima, pergilah jangan ganggu aku."
“Hei aku adalah Kakakmu, kalau kamu lupa!Kalau kamu tidak bisa membahagiakannya maka lepaskanlah dia, Sam.”
“Kenapa? Apa kamu mau menikah dengannya jika aku membuangnya?”
“Kalau dia mau, aku dengan senang hati menikahinya,” kekeh Zima dengan senyum liciknya.
“Tidak akan pernah terjadi!” tegas Samudra.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Para tamu undangan perlahan pergi, begitupun dengan pengantin dan para keluarga. Setibanya di kediaman sang pria, Nayna diperlakukan bagai putri kandung, terlihat tampak tulus di mata Retno dari cara memandang menantunya.
“Nay, Ibu sangat bahagia, akhirnya kamu menjadi menantuku.” Retno memeluk tubuh Nayna dengan rasa bahagia.
“Bu, aku juga senang menjadi anakmu sekarang." Nayna membalas pelukkan mertuanya.
Nayna tidak bohong, dia sangat senang menjadi menantunya. Mungkin lebih tepatnya, lebih senang menjadi anaknya Retno.
“Selamat datang di keluarga kami Nay, kamu adalah bagian dari rumah ini,” ucap Leo.
“Iya Ayah,” jawab Nayna.
“Sam, kenapa diam di sana? Bawa istri mu istirahat!” perintah Leo kepada Samudra.
“Kukira kalian lupa denganku setelah ada Nay disini!" ujar Samudra.
Samudra tahu orang tuanya menginginkan seorang anak perempuan, bahkan saat Samudra belum terlahir di dunia ini, orang tuannya melakukan program hamil anak perempuan. Tetapi, tetap saja walaupun manusia berencana, Tuhan lah yang Maha Kehendak, yang diharapkan kelahiran seorang anak perempuan. Namun, yang terlahir adalah seorang anak lelaki. Setelah kelahiran Samudra, Ibu Retno harus diangkat rahimnya karena alasan medis, karena itu, impian mempunyai anak perempuan pupus.
Wajah Samudra saat masih kecil sangat imut. Maka dari itu, Retno kadang mendandani Samudra layaknya anak perempuan. Karena cerita itulah dan beberapa photo Samudra kecil yang memakai pakaian perempuan, Samudra sering dijadikan bahan olokan oleh kakaknya jika sedang bertengkar.
“Dasar anak ini, bagaimana Ibumu ini lupa akan dirimu kalau suka membuat onar!" ucap Ibu Retno sambil memukul pundak Samudra.
“Ayo jalan Nay, kita ke kamar.” Dengan cuek Samudra melangkah meniggalkan keluarganya dengan Nayna di belakangnya.
“Woi udah sah, gendong donk ga ada romantisnya banget, pengantin baru juga!” ejek Zima
“Berisik woi udah malem!" ucap Samudra dengan kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!