NovelToon NovelToon

Begitulah Takdir

Perkenalan

Shazfa Aysha Humaira , biasanya teman-teman memanggilku Shazfa dan mereka suka mengejekku menjadi Sasa Marisa hei hei, padahal gak ada nyambungnya kan ? Ah entahlah, asal mereka senang saja.

Saat ini aku sedang sibuk skripsi dan ada beberapa Mata Kuliah yang masih aku ambil. Aku punya tiga orang sahabat mereka adalah....

Fathulila Ghassani (Patul) ; panggilannya sebenarnya Lila tapi bukan sahabat namanya kalau nama yang cantik berubah menjadi jelek . Dia orang Sunda dan dia paling kalem diantara kami semua, tapi dia juga paling bijak dan suka menasehati kami jika kami mulai lari dari jalur, dia juga anaknya pak kyai pemilik pesantren yang letaknya tak jauh dari kampus kami.

Safia Tanisha Damanik (Sapi) ; Sama halnya dengan Safia yang sejak kenal kami namanya berubah menjadi Sapi, sadis gak sih? gak apa-apa deh dibilang sadis karena sesuai dengan cara dia ngomong yang juga sadis. Dari namanya sudah ketahuan kalau dia orang Batak, dia juga paling lemot diantara kami semua sehingga tingkat kesabaran harus naik dua level jika menjelaskan sesuatu kepadanya.

Rafeyfa Huzaifa Silaen (pipa) ; cewek bermarga Silaen ini juga namanya bagus dari Fifa menjadi celat yaitu Pipa. Dia juga orang Batak dan dia orang yang paling tomboi pastinya dia lah yang selalu melindungi kami semua. Namun cara dia berbicara sedikit lembut daripada Safia .

Hobi kami adalah makan, untung saja badan ini sangat mendukung ya, jika tidak? Ah aku tidak tahu bakal sebesar apa badan ini..

Saat ini aku punya pacar namanya Syauqi Abrar, Sebenarnya aku tak menyukainya dan aku menerimanya hanya karena ingin Balas Budi . Uqi dulunya adalah orang yang menolongku saat aku tertabrak motor, dan ternyata kami juga satu kampus jadi sejak saat itulah aku dan dia sering bertukar kabar hingga akhirnya dia menyatakan cinta. salah gak sih aku menerimanya tanpa cinta? bahkan saat diajak jalan aku sering sekali menolaknya. Hmm ya, mungkin memang salah tapi gak berdosa juga kan?

ddrrrrddd dddrrrrdddd

Ponselku terus berdering membuat mimpiku hilang begitu saja, ah siapa lagi yang mengganggu mimpi indah ku.

"Halo, apasih" ucapku saat menerima telepon tanpa melihat siapa yang menelponku.

"Satu jam lagi deh gue ngantuk banget tadi malam gue begadang tau"

"Ha? serius Lo? oke, otw"

Tut.

Panggilannya aku matiin gitu aja begitu tahu sekarang sudah siang sementara sebentar lagi adalah jadwal bimbinganku.

Aku langsung mandi, pakaian dan tentu tak sempat sarapan.

tok tok tok

Mendengar suara itu, satu kelas melihat ke arahku. Memangnya ada yang salah ya?.

"Masuk" ucap dosen pembimbing ku.

"Terimakasih Bu"

"Biasakan ucapkan salam dulu" tegur Bu dosen.

Ah iya, kenapa aku bisa lupa? sungguh memalukan.

"Assalamu'alaikum" ucapku.

"Waalaikumussalam" sahut semua yang berada di dalam.

"Lain kali jangan telat lagi, ngerti?" ucap Bu dosen itu.

Baru sekali telat dan langsung di tegur, terus selama ini kami yang selalu nungguin itu gimana ceritanya? ah okay, dosen selalu benar.

"Baik Bu" sambil mengangguk

****

Di kantin, kami memesan makanan dengan menu yang sama yaitu bakso dan teh manis dingin. Saat si pipa sedang pergi untuk memesan makanan aku melihat ada tatapan tajam dari Lila alias Patul dan Safia alias Sapi. Keren ya nama mereka? hihi.

"Kalian kenapa? awas jatuh tu mata, gede banget" celetukku.

"Shazfa sayang sekarang ceritakan sama kami kenapa kamu bisa telat?" tanya Patul dengan lembut.

"Gue itu, anu... hehehe ketiduran" sambil menggaruk telinga

"Kok bisa? aih kamu mah, untungnya tadi mood Bu Rosnida gak jelek-jelek amat, iya kan Pi?"

"Eh asal kau tau aja ya Tul , itu anak kalau gak aku telpon dia juga gak bakal datang tadi karena sibuk dengan mimpinya, parah gak tuh" ucap Sapi

"Eh eh, jangan salahkan mimpi gue dong, gue tadi mimpi indah dan lagi gue tadi malam tuh bergadang tau" ucapku membela diri sementara Patul dan Sapi saling menepuk jidatnya

"Napa tuh jidatnya pada ditepuk semua hahaha" celetuk Pipa yang baru ikut gabung.

"Abaikan aja Pa, eh ngomong-ngomong mana baksonya? laper gue" sahutku

"Sabar ya ibu negara, entar juga datang" kata Pipa.

Pesanan pun datang, aku langsung melahapnya, tak ada percakapan diantara kami, sungguh suasana menjadi hening .

"Hai, boleh gabung gak?" kata seseorang yang baru saja datang bersama temannya. Dia adalah uqi dan Bastian sahabatnya.

"Boleh kok, gabung aja" sahut Patul yang langsung dapat tatapan tajam dariku.

Tanpa menunggu lama Uqi dan Bastian pun duduk dekat kami, terutama Uqi yang langsung mengambil tempat di sebelahku. Jujur saja, aku jadi malas walaupun dia adalah pacarku.

"Udah lama yank?" tanya Uqi sementara aku langsung tersedak.

"Uhukk uhkkk" Uqi langsung mengambilkan minum untukku

"Kalau makan pelan-pelan dong" ucapnya lembut.

"Ah hehehe iya maaf" sahutku.

Didepan mejaku sedang asik tiga sekawan berbincang-bincang , siapa lagi kalau bukan Sapi Patul dan Bastian. Sedangkan Pipa memilih untuk diam menikmati makannya. Pipa termasuk orang yang kalem jika bertemu dengan lawan jenis karena biasanya dia memang hidup di lingkungan pesantren.

"Nanti pulang kampus jalan yuk" ajak Uqi

"Maaf deh yank, Sha gak bisa " tolakku langsung

"kenapa gitu?"

"emh Sha mau------"

Mampus gue, mau apa nih gue juga ga tahu, bathinku.

"Iya mau apa sayang?"

"Ha iya, Sha mau ke pesantren nemanin Patul, iyakan Tul?" ucapku sedangkan yang ditanya menatapku seperti ingin menerkam saja.

Lalu aku memberikan isyarat melalui mata kepada Patul.

"I----iya.." ucapnya.

"Memangnya mau ngapain Sa? Aku kok ga diajak? Akukan juga mau ikut" sahut Pipa

"Iya nih main ninggalin aja bah" ucap Sapia

"Kalian juga ikut dong, gimana sih"

"Kalau gitu kami boleh ikut gak?" tanya Bastian

"ENGGAK!" sahut kami bersamaan.

"Emh giniloh Bas, gak mungkin loe ikut karena kami mau ke pesantren, apa yang bakal ditanya Abah kyai nanti kalau ngelihat anak gadisnya bawa cowok, iyakan Tul?" ucapku memberikan alasan

"Iya maafin Lila ya kak" ucapnya pelan .

"Iya Lila gak apa-apa. ya sudah kami kembali ke kelas dulu ya semua, oh iya sayang nanti chat aku ya kalau sayang udah sampai, okay?" ujar Uqi sedangkan aku hanya mengangguk.

Setelah Uqi dan Bastian pergi, aku langsung menatap mereka dengan perasaan yang campur aduk. punya sahabat kok gini amat?!.

"Ughhhh kalian ngeselin banget sih" ucapku

"Woy salah kami apalagi" sahut pipa

"Kenapa gak bisa di ajak kerjasama gitu? gue tu malas ketemu Uqi, gak tahu kenapa hufhhh"

"Oh jadi loe bohong bilang mau ke pesantren?" selidik Pipa

Bersambung~

Di Pesantren

"Ughhhh Kalian ngeselin banget sih?" ucapku

" Woy salah kami apalagi " sahut pipa dengan kesalnya.

"Kenapa gak bisa di ajak kerjasama gitu? gue tu malas ketemu Uqi, gak tahu kenapa hufhhh"

"Oh jadi loe bohong bilang mau ke pesantren?" selidik Pipa lalu aku mengangguk.

"Pftttt hahhaha" tawa Sapi lepas dan disusul juga dengan Patul .

"Maaf atuh kelepasan hahahha" ujar Patul .

"Tapi asli loe itu jahat banget sih ini namanya, gila parah" kata Pipa

"Iya betul tu, kalau kau gak suka sama si Uqi itu kenapa gak putus aja? kasian kali ku tengok" sahut Sapi.

Mendengar bahasa tengok, aku dan Patul langsung melihat Sapi "tengok itu artinya apa?" ucap kami barengan.

"Hahaha kocak sumpah hahahhah" sahut Pipa karena memang dia mengetahui artinya.

Sapi langsung menggaruk tengkuknya "tengok itu artinya lihat, jangan bodoh kali lah Kelen jadi kawan, malu aku bah"

"Loe sih pakai bahasa daerah loe, gue kan gak ngerti" protesku jujur.

"Gue pengen mutusin dia tapi dia terlalu baik guys, emh maksudnya gini... gue udah salah karena menerima dia, dan gue gak mau jadi salah lagi karena sudah mutusin dia, ahhh pusing gue" ucapku sambil memegang kepala.

"Sasa, kalau aku boleh kasih saran sebaiknya kamu putusin aja, walaupun kamu merasa bersalah dengan manusia setidaknya Allah menganggap kamu benar, ya karena keputusan kamu itu benar Sa, kita gak boleh pacaran sebelum menikah" celoteh Patul panjang lebar.

"Dengarin tuuuuh" sahut Pipa dan Sapi.

"Eh kalian juga loh Markonah" kesalku sambil melempar tissue.

"Tapi kami kan LDR, wleee" celetuk Sapi.

"Tetap aja salah, iyakan Tul?" ucapku sambil menatap Patul

Patul mengangguk "Mau aku jelasin gak?"

Refleks membuat aku , Pipa, dan Sapi menggeleng seakan tau sahabat kami ini akan menasehati kami lagi.

"Ya sudah kalau begitu eh tapi kalian jadi kan nanti kerumah Patul?"

"Memangnya gak apa-apa Tul?"

"Eh maksudnya gini Tul, kami kan gak pakai pakaian Syar'i, nanti para santri pasti natap kami aneh trus

loe malu lagi, secara loe kan anaknya Abah Kiyai"

Patul tersenyum "Buat apa kita menjadi diri orang lain? kalau kalian belum siap untuk Syar'i gak masalah, aku mah gak akan malu punya sahabat kaya kalian, tetaplah menjadi diri sendiri, Okay?"

"Aaaaa Patul" ucap Kami sambil memeluk Patul.

****

Akhirnya jam mata kuliah selesai, kami memutuskan untuk pergi ke mushola buat sholat Ashar. Setelah sholat kami memutuskan untuk duduk dulu di halaman Mushola.

Ternyata disini bukan hanya kami saja padahal hari sudah sore, banyak sekali mahasiswa membuat kelompok bundaran di sekitar halaman. Ada yang bahas kerja kelompok , ada yang sharing bahkan ada yang bahas tentang pengajian.

Dua orang perempuan memakai gamis hitam jilbab hitam dan juga memakai cadar berwarna hitam berjalan ke arah kami, semakin lama mereka semakin mendekati kami.

Aku, Safia dan Fifa panik melihat itu, kecuali Patul yang terlihat biasa aja bahkan dalam keadaan tenang.

"Assalamu'alaikum ukhti" salam kedua wanita itu.

"Waalaikumussalam" sahut kami, walaupun takut tapi menjawab salam itu wajib kan?.

"Lagi sibuk gak?" tanya salah satu dari mereka

"Oh tidak ukhti, ada apa ya?" jawab Patul dengan lembut.

"Boleh gabung bentar gak?" tanyanya lagi seketika kami saling pandang

"Silahkan Ukhti" jawab Patul tiba-tiba.

'Ughhhh Patul, gue pites loe nanti' ucapku dalam hati.

Lalu Ukhti tersebut menyampaikan maksud dari kedatangan mereka, mendengar hal itu hatiku menjadi terhanyut, kupandangi diriku dari atas kebawah, lalu aku bertanya dengan hatiku apakah pakaianku sudah termasuk dengan Pakaian Islam?

Alih-Alih takut dengan omongan orang sekitar membuatku menarik ulurkan niatanku untuk mengubah penampilan ku.

"Jadi begini Ukhti, kami setiap Minggu mengadakan Pengajian rutin di Masjid Al- Ikhlas, jikalau berminat kalian bisa ikut dan biayanya gratis kok... ini kartu namanya" ucap mereka sambil membagikan sebuah card.

Beberapa menit kemudian para ukhti itu pun pergi sementara aku masih dengan lamunanku.

"Woy awas kesambet" celetuk Pipa

"Astaga kaget gue" sambil mengelus dadaku.

"Kamu teh kenapa Sa? kok diam aja?" tanya Patul

"Tul, gue pengen deh ngubah penampilan gue. kayanya dengan memakai jeans dan jilbab yang masih suka mengelilit ini gue ngerasa risih aja karena dipandang banyak orang" ucapku jujur

"Masya Allah... Bertahap aja Sa, pelan tapi pasti dan Istiqomah lah" sahut Patul

"Beneran kesambet ni anak" ujar Sapi

"Loe aja yang masih kerasukan Syaiton" celetukku.

Patul yang berasal dari keluarga yang paham agama memang sering memberikan nasehat kepada kami yang masih penuh dengan dosa ini.

Memang benar, penampilan Patul berbeda dengan kami, Patul yang memang memakai syar'i dengan suka rela mau berteman dengan kami yang bahkan memakai celana kulot saja hampir gak pernah.

Tapi, kembali lagi. Janganlah menilai seseorang dari penampilan saja.

Setelah itu, kami langsung berangkat ke rumah patul dengan memakai mobil tunjuk alias angkutan umum.

Tak memakan waktu yang lama kami sudah sampai di depan pesantren.

"Tul gue degdegan nih"

"Gue juga"

" Sama Tul aku takut kali ni"

Patul tersenyum "Ayo masuk , gak apa-apa. lagian para santri belum jam nya keluar kok"

Setelah mendengar ucapan Patul kami pun masuk ke dalam, ya kami memang rada takut masuk ke dalam rumahnya Patul karena terakhir kali kami ke sini seorang santriwan sempat mengejek Pipa karena memakai jeans dan dengan sikapnya yang tomboi.

Sampai di depan pintu rumah Patul kami melihat Abah kyai sedang membaca kitabnya.

"Assalamu'alaikum" ucap kami.

Abah kyai langsung melihat kami dengan tersenyum "Waalaikumussalam, eh anak-anak Abah sudah pulang, ayo masuk nak... Ummah ini ada Lila bawa teman-temannya..." ucap Abah kyai.

Tak lama kemudian, ummah pun keluar dan kami langsung mencium punggung tangan nya ummah.

"Kalian mandi dulu atuh, sudah mau Maghrib Nak" ucap ummah

"Iya Ummah, kita masuk dulu ya.." ucapku.

Lalu kami masuk ke kamar Patul dan menatap isi tas kami lebih tepatnya melihat baju yang kami bawa dari kos.

"Pi, loe yakin mau pakai baju itu?" tanyaku pada Safia.

"Enggak sih tapi aku cuma punya ini dan asal kalian tau ya, baju aku yang sangat sopan itu cuma ini" ujar Safia.

"Eh sama, gue gak enah nih kalau pakai ini" ucap pipa sambil menunjuk bajunya.

"Assalamu'alaikum" ucap Patul baru masuk kedalam kamarnya

"Waalaikumsalam"

"Ngagetin aja sih patuuuul" rengekku.

"Pada ngapain? kok bajunya di pandang aja bukannya mandi?" tanya Patul heran.

"Tul masa aku pakai ini? " tanya Safia.

Bersambung ~

Ustadz Sakha

"Assalamu'alaikum" ucap Patul yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Waalaikumussalam"

"Pada ngapain? kok bajunya dipandang aja bukannya mandi?" tanya Patul heran

"Tul masa aku pakai ini?" tanya Safia

"Iya Tul tiba-tiba gue jadi malu pakai ini" sahutku

Patul tersenyum lalu membuka lemarinya dan memberikannya satu set gamis kepada kami secara bergantian "pakai ini aja guys"

"Serius?" tanya kami barengan.

"Di coba dulu, kalau nyaman kalian boleh simpan alias untuk kalian" jawab Patul

"Aaaaaa Patul" rengek kami.

Setelah itu kami bergantian untuk mandi dan langsung memakai gamis yang diberikan Patul.

Deg!!!

Tanganku bergetar hatiku juga degdegan saat memegang baju yang akan kukenakan ini, argghhh apa aku pantas? aku belum siap tapi aku pengen memakainya. Ya seperti itulah perang dingin antara hati dan pikiranku.

Ceklek

Pintu terbuka, tiga pasang mata melihatku dengan tatapan aneh siapalagi mereka kalau bukan pipa sapi dan Patul

"Kenapa? jelek ya?" tanyaku heran

"Pfttttt hahahhahha" semua tertawa

"Tuh kan, gue ga cocok ya? aaaa gue ganti aja deh" ucapku ga percaya diri Namun saat aku ingin pergi tanganku dipegang oleh Patul

"Jangan! bukan gak cocok tapi sangat cocok ya Ukhti, masyaallah... kamu teh cantik pisan, serius deh.. iya gak guys?" kata Patul

"Benar itu Sasa micin, kau kok cocok kali pake gamis kaya gini? iri aku bah" celetuk sapi

"Ha apalagi itu Sasa micin? Setelah kalian ubah nama gue jadi Sasa Marisa hei hei huh ngeselin. E tapi memang cocok kan? ga aneh kan?" ucapku

"Enggak Lo miciiiiin!" celetuk mereka barengan yang ku tatap dengan malas.

"Lihat gue nih, kaya ondel-ondel..." sahut Pipa, mungkin karena ia aslinya tomboi ya ..

Patul tersenyum "enggak kok Pa, kalian semua cocok pakai itu.. ya sudah itu untuk kalian saja deh" ucap Patul

"Syukron Ukhti" sahutku

"Wa iyyak" jawab Patul

"Dih, malah dibalas lagi hahahah" celetukku geli sendiri dengan ucapanku yang terlalu mendalami tempat karena berada di kawasan pesantren.

"Yuk keluar , kita sholat di mushola aja..." tegas Patul

Suara adzan yang merdu menggetarkan hatiku, ingin rasanya ku bertanya suara siapa ini? bisakah menjadi imamku? ah mikir apa aku ini .

Semakin mendekati mushola semakin jelas terdengar suaranya , sungguh suara ciptaan tuhan ini sangatlah indah.

Kami sholat berjama'ah, seusai sholat kami menemani Patul yang sedang membaca Al-Quran. Sebenarnya kami ingin sekali kembali ke rumahnya Patul deluan, tapi itu tidak mungkin karena mengingat dirumahnya ada Abah kiyai.

"Shodaqallahuladzim" ucap Patul lalu melihat kearah kami

"Astaghfirullah" katanya kaget saat tahu kami ketiduran menunggunya.

"Pipa, Sapi, Sasa Marisa banguuuun... " namun kami belum juga bangun

"Aih bangun atuh" sambil menepuk kaki kami, satu persatu kami terbangun. Dimulai dari Sapi, kemudian disusul oleh Pipa. sedangkan aku masih belum juga bangun

"Miciiiinnnn!!!!" teriak mereka sontak membuat aku kaget , aku langsung membuka mataku sambil mengelus dadaku

"Astaghfirullah, kalian mau lihat gue mati disini ya?" protesku

"Lagian kau dibangunin dari tadi gak bangun-bangun, kami tinggal baru tau" kesal Sapi dan aku hanya cengengesan melihatnya.

Kami pun pulang kerumah, karena kantuk yang masih awet ini aku berjalan setengah sadar hingga akhirnya ......

brukkkkkk!!!

"Aw!!!!" pelukku sambil mengelus lengan yang habis tertabrak

"Kalau jalan itu hat-------" ucap kami barengan namun sama-sama terpotong.

'astaga ganteng banget'. ucap ku dalam hati

Suasana menjadi canggung entah kenapa aku menjadi kagum dengan lelaki ini, tapi dia siapa?.

"Assalamu'alaikum" ucap Patul memecahkan keheningan

"Waalaikumsalam" ucap kami serempak termasuk lelaki ini

"Maaf Gus Sakha, teman ana gak sengaja" ucap Patul

"Nggih Ning, dak apa-apa" sahutnya.

"Eh loe apa-apaan sih Tul, gue gak salah, dia aja yang nabrak gue tadi" elakku karena memang aku gak merasa bersalah walaupun jalan sambil nunduk haha perempuan kan gak pernah salah ya.

"Sasa" panggil Patul yang sengaja memberikan isyarat agar aku diam.

"Emhh Tul kami deluan aja deh ya" celetuk sapi yang mengerti suasana lalu Sapi menarik aku untuk jauh dari tempat itu.

"Eh mas urusan kita belum selesai ya" teriakku .

Setelah sedikit jauh dari Patul , Sapi melepaskan tarikannya.

"Aw! sakit tau" ucapku meringis

"Ya maap, lagian kau sih jaga image dikit kek, ini kita di pesantren loh jangan bar-bar kali ah" omel sapi dan aku terdiam.

"Eh tapi Abang itu ganteng juga kutengok, iya gak sih"

tambah Sapi lagi.

"Ciyeee Lo suka ya? gue bilang sama si Ucok loe nanti Butet hahahahah" celetuk Pipa

"Eh jangan dong, ih memang ya kau ini Silaen, Laen daripada yang Laen" balas Sapi

"Udah ah, jaga image guys" sahutku.

Tak lama kemudian Patul datang menghampiri kami dan aku langsung mengintrogasi lelaki tadi, tak dapat dipungkiri aku sepertinya mulai megaguminya.

"Tul mas mas tadi siapa sih? Gus? Agus namanya?" tanyaku polos

Patul menggeleng "Gus itu sebutan untuk anak laki-laki dari seorang Kiyai, nama Ustadz tadi itu Sakha Mufazzal, dia anak dari sahabatnya Abah yang kebetulan juga seorang kiyai tapi dia gak mau ngabdi di pesantren Abi nya. kenapa? kamu suka ya?"

"Enak aja, enggak ah" ucapku bohong padahal wajahku sudah memerah.

"Gaya kau itu Sasa Marisa hei hei hahahha" sahut Sapi

Sakha POV_

Esok adalah hari pertama aku mengabdi di pesantren Ar-rahman. setelah lulus dari Cairo aku belum kepikiran untuk mengajar namun Abi selalu menuntut ku untuk menyebarkan ilmu yang kudapat.

"Kamu yakin le ngabdi di pesantrennya Kyai Rasyid?" tanya Abi

Aku menoleh "iya Bi Sakha yakin"

Abi mendekatiku "kenapa tidak mengabdi di pesantren sendiri aja Le?"

"Maaf Abi, tapi biarkan Sakha ngajar di tempat lain, jika nanti ada waktu luang Sakha juga akan ngajar disini kok" ucapku pelan

"Baiklah, Le." sahut Abi.

Satu jam kemudian aku sudah sampai di pesantren Ar-rahman yang mana pemilik pesantren ini adalah sahabat nya Abi. Aku sengaja datang untuk memastikan bahwa aku sudah siap mengajar mulai besok.

Aku melangkahkan kaki ku ke dalam dan kebetulan sudah waktunya sholat maghrib. Saat di mushola Abah kyai menghampiriku dan meminta agar aku Adzan, dengan senang hati aku menerima permintaan itu.

Selesai sholat dan sedikit berbincang dengan para santri dan beberapa Ustadz , aku memang terburu-buru untuk ke rumahnya Kiyai, karena memang hari sudah malam tak baik berkunjung kerumah orang malam-malam.

Tiba-tiba ...

brukkkkkk

"Kalau jalan itu hat-------" Aku menghentikan ucapanku saat mendengar suara yang kutabrak adalah seorang wanita, lalu aku melihatnya.

degggg!

Jantungku berdegup kencang, ahh apa aku jatuh cinta? astaga zina mata! setelah sadar aku memalingkan wajahku dan suasana menjadi hening.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!