Assalamualaikum, suara bel pintu berbunyi. Namun Almira sedang sibuk memasak di dapur, ia takut masakannya akan menjadi gosong jika ditinggalkan.
“Mbok tolong bukakan pintu!!” seru Almira menyuruh pembantunya yang sedang mencuci piring untuk membukakan pintu.
“Ya, Non.”
Mbok Silah meninggalkan cucian piringnya lalu pergi ke ruang tamu untuk membukakan pintu. Seorang pria dan wanita sedang berdiri di depan pintu.
“Assalamualaikum,” ucap Tomy lalu masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumsalam,” balas Mbok Silah.
“Almira ada, Mbok?” tanya Tomy.
“Ada, Den. Non Almira sedang masak di dapur,” jawab Mbok Silah.
Lalu Mbok Silah meninggalkan kedua orang itu dan kembali ke dapur.
“Kamu duduk dulu, saya akan panggilkan istri saya,” kata Tomy lalu meninggalkan wanita itu dan menghampiri Almira yang sedang memasak di dapur.
“Assalamualaikum,” ucap Tomy mendekati istrinya yang sedang memasak di dapur.
“Waalaikumsalam,” balas Almira.
Dengan sigap Almira mematikan kompornya lalu mengelap tangannya pada celemek yang ia gunakan. Setelah itu Almira mencium tangan suaminya.
“Ada apa, Mas? Kok siang-siang sudah pulang?” tanya Almira dengan heran karena tidak biasa suaminya pulang kerja siang hari.
“Apa ada dokumen yang tertinggal? Padahal kalau ada yang tertinggal telepon Almira aja, biar nanti Almira suruh driver ojol yang mengantar,” kata Almira.
“Tidak ada dokumen yang tertinggal. Hanya ada yang hendak Mas bicarakan dengan kamu,” kata Tomy.
Almirah melihat Mbok Silah membawa nampan dengan gelas sirup di atasnya.
“Untuk siapa, Mbok?” tanya Almira bingung.
“Ada Non Tita di depan, Non,” jawab Mbok Silah.
“Mas, datang dengan Tita?” tanya Almira.
“Iya, Mira. Ada yang hendak kami bicarakan dengan kamu,” jawab Tomy.
“Ada apa, Mas?” Almira benar-benar tidak mengerti apa yang hendak suaminya katakan. Apalagi suaminya membawa Tita sekertarisnya.
“Ayo kita duduk di depan,” Tomy merangkul bahu Almira dan menuntunya menuju ke ruang tamu.
“Selamat siang, Bu,” sapa Tita ketika melihat Tomy datang bersama dengan Almira.
“Selamat siang, Tita.”
Tomy menuntun Almira untuk duduk di kursi. Kemudian Tomy menutup pintu ruang tamu. Almira mengerutkan kening, tidak biasanyanya suaminya menutup pintu ruang tamu ketika ada tamu. Biasanya suaminya membiarkan pintu ruang tamu terbuka. Apakah ada hal penting yang dibicarakan hingga pintu ruang tamu harus di tutup? Pikir Almira.
“Gelap, Mas,” kata Almirah.
Kemudian Tomy menyalakan lampu Kristal yang berada di ruang tamu.
“Mas hendak bicara apa?” tanya Almira setelah suaminya duduk di sebelahnya.
Tomy mengambil tangan kanan Almira lalu diciumnya dan di gengamnya dengan penuh cinta.
“Sebelumnya Mas minta maaf jika Mas punya salah pada Almira. Dan Mas minta maaf jika Mas belum bisa membahagiakan Almira,” kata Tomy dengan bersedih.
Tomy memberikan hasil USG kepada Almira.
“Apa ini, Mas?” tanya Almira ketika menerima hasil USG.
Almira memperhatikan hasil USG itu.
“Anak siapa ini, Mas?” tanya Almira.
Tomy diam tidak menjawab pertanyaan Almira.
“Itu hasil USG saya, Bu. Dan bayi itu anak saya,” jawab Tita.
“Terus apa hubungannya dengan saya?” tanya Almira.
Tita dan Tomy diam tidak menjawab pertanyaan Almira. Terlihat wajah penuh penyesalan dari kedua orang itu.
“Tidak perlu kalian jawab. Saya sudah mengerti sekarang,” kata Almirah dengan nada marah.
Almira melepaskan tangannya dari genggaman Tomy.
“Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan di belakang saya?’ tanya Almira dengan pandangan tajam pada Tomy dan Tita.
Mendengar perkataan Almirah Tomy dan Tita kaget.
“Almira,” kata Tomy sambil hendak menggenggam tangan Almira.
“Jangan sentuh saya!!!” bentak Almira.
“Almira, Mas cinta sama kamu Almira,” desis Tomy.
“Bukan itu yang saya tanyakan. Tapi sudah berapa lama kalian diam-diam berhubungan di belakang saya?” tanya Almira dengan tegas.
“Sudah empat bulan, Bu,” jawab Tita sambil menunduk.
“Tita, diam kamu!!!!!” bentak Tomy.
“Dan bayi itu sudah berusia berapa bulan?” tanya Almira.
“Tiga bulan setengah, Bu,” jawab Tita lagi.
“Saya minta maaf, Bu,” ujar Tita.
“Apa? Maaf? Apa ketika kalian melakukannya kalian ingat kepada saya?” sentak Almira.
“Kalian dengan seenaknya berhubungan badan di belakang saya,” seru Almira.
“Almira, Mas khilaf,” kata Tomy.
“Apa khilaf? Memangnya Mas melalukannya dalam keadaan mabok?” tanya Almira.
“Mas dijebak oleh klien Mas. Minuman Mas diberi obat perangsang.” Tomy berusaha membela diri.
“Ah…bul-****. Itu cuma karangan Mas saja. Almira tidak percaya. Kalian pasti melakukannya dalam keadaan sadar. Dan ketika kalian melakukannya, kalian tidak ingat kepada saya sama sekali,” kata Almira.
“Almira memang belum bisa memmberikan Mas keturunan. Almira sadar itu. Tapi dihianati oleh suami sakit sekali rasanya,” kata Almira sambil menangis.
“Sekarang Mas menghamili Tita. Mas harus bertanggung jawab!" seru Almirah dengan tegas.
“Mas nggak mau, Mas cinta sama kamu,” ujar Tomy dengan menangis dan memeluk Almira.
.
.
ntar sore diteras keun deui
Almira berusaha menghindar.
“Jangan peluk saya!!! Saya tidak mau dipeluk oleh lelaki yang sudah menghianati saya, apalagi dipeluk di depan kekasih, Mas. Hargai perasaan Tita, Mas!” seru Almira.
“Tapi Mas sayang dan cintanya hanya sama kamu,” kata Tomy yang terus berusaha untuk memeluk Almira.
“Kalau Mas cinta dan sayang pada Almira, Mas tidak akan melakukan itu semuanya!” seru Almira dengan kesal.
“Terus sekarang Mas harus bagaimana Almira?” tanya Tomy yang mulai putus asa.
“Nikahi Tita dan ceraikan saya!” jawab Almira.
“Tidak….tidak….Mas tidak mau menceraikanmu. Mas sangat cinta padamu, Almira,” kata Tomy yang tidak setuju.
“Kalau Mas mencintai Almira, Mas tidak akan menyeleweng!!” seru Almira.
“Sudah Mas katakan, Mas dijebak oleh klien Mas,” kata Tomy yang tetap dengan pendiriannya.
Almira beralih ke Tita.
“Tita, apakah benar yang Pak Tomy katakan?” tanya Almira.
Tita melirik ke arah Tomy. Dan Tomy sepertinya memberikan tanda.
“Jangan lirik-lirik ke Pak Tomy!!! Sekarang kamu jawab pertanyaan saya!!!” seru Almira.
“Pak Tomy yang memintanya dan merayu saya, Bu. Katanya Ibu Almira belum bisa memberikan Pak Tomy keturunan,” jawab Tita kemudian kembali menunduk.
“Sudah saya duga, pasti itu yang jadi alasannya,” kata Almira.
Almira langsung berdiri.
”Urus segera perceraian kita!!!! Saya tidak akan menuntut harta gono gini. Rumah ini Mas Tomy beli dengan uang Mas Tomy sendiri. Mudah-mudahan dipermudah perceraian kita,” kata Almira lalu pergi ke kamarnya.
Tomy langsung memeluk istrinya dari belakang.
“Lepaskan tanganmu, Mas!!!! Atau kalau tidak saya akan berteriak!!!!” ancam Almira.
“Jangan begitu Almira!! Beri Mas kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini,” bujuk Tomy.
Almira membalikkan badannya menghadap ke Tomy.
“Maksud, Mas apa?” tanya Almira.
“Setelah bayi itu lahir kita urus anaknya, tanpa Mas harus menikahi Tita,” jawab Tomy.
“Mas pikir hati Almira terbuat dari apa? Dari batu?” tanya Almira.
“Almira tidak sanggup setiap hari melihat anak hasil dari perselingkuhan Mas dengan Tita. Sakit hati Almira,” kata Almira.
“Keputusan Almira sudah bulat, Mas. Ceraikan Almira sekarang juga!!!!” seru Almira.
“Kalau kamu minta cerai, kamu mau pergi kemana? Kamu sudah tidak punya orang tua,” kata Tomy.
Benar kata Tomy, Almira tidak ada tempat untuk pergi. Rumah mendiang orang tuanya sedang ia kontrakkan, satu-satunya tempatnya untuk pulang adalah rumah Paman dan Bibinya. Itu berarti ia akan merepotkan Paman dan Bibinya lagi. Tapi itu lebih baik daripada ia tinggal di sini menjadi istri Tomy yang telah menghianatinya.
“Kemanapun Almira pergi bukan urusan Mas Tomy. Lebih baik merepotkan Paman dan Bibi daripada menjadi istri Tomy Tirta,” jawab Almira lalu membalikkan badannya dan masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintunya.
Di dalam kamar Almira menangis di atas tempat tidurnya, tapi bukan menangisi suaminya. Ia menangis karena betapa malang nasibnya. Masih segar ingatannya ketika ia meminta ijin kepada Pamannya untuk menikah dengan Tomy. Pamannya berulang kali mengatakan “Pikirkan sekali lagi, jangan sampai menyesal kemudian,”
Mungkin Paman sudah memiliki firasat jika Tomy bukan calon suami yang baik untuk Almira. Almirapun menangis, ia menyesal tidak mau mendengarkan perkataan Pamannya. Waktu itu ia benar-benar dibutakan oleh cinta. Kalau saja pada saat itu ia menurut pada Pamannya, hali ini pasti tidak akan terjadi.
Seperapat jam kemudian terdengar pintu kamarnya ada yang mengetuk.
“Non…..Non…..buka pintunya, Non!” suara Mbok Silah dari balik pintu.
Almira membukakan pintu lalu menoleh ke arah ruang tamu.
“Bapak dan Non Tita sudah pergi, Non,” kata Mbok Silah seolah tahu kalau Almira mencari mereka.
“Syukurlah kalau mereka sudah pergi,” kata Almira.
“Non makan dulu. Mbok bawakan ke kamar, ya?” kata Mbok Silah.
“Saya tidak selera makan Mbok,” jawab Almira.
“Nggak boleh begitu, Non harus makan nanti sakit.”
“Biarin Mbok, kalau saya sakit tidak ada yang mengkhawatirkan saya,” kata Almira lalu ia duduk di tepi tempat tidurnya.
“Si Mbok yang menkhawatirkan, Non. Paman dan Bibi Non juga pasti mengkhawatirkan Non,” jawab Mbok Silah.
Alimira menghela nafas.
“Saya menyesal Mbok, mengapa dulu saya tidak mau mendengarkan perkataan Paman. Padahal Paman sudah berulang kali mengingatkan saya untuk berpikir ulang ketika hendak menikah dengan Mas Tomy, tapi saya yang sudah dibutakan oleh cinta,” kata Almira.
“Orang tua memang begitu, Non. Selalu ada firasat jika ada hal buruk yang akan terjadi pada anaknya. Sekarang Non sholat dulu. Serahkan semuanya kepada Allah SWT. Minta diberikan jalan keluar yang terbaik dari permasalahan ini,” ujar Mbok Silah.
“Iya, Mbok.”
“Setelah itu Non makan. Mau makan dimana? Di kamar atau ruang makan?” tanya Mbok Silah.
“Di ruang makan saja, Mbok,” jawab Almira.
“Ya sudah, Mbok siapkan dulu makanannya.” Mbok Silah meninggalkan kamar Almira.
Almira langsung ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu sholat dzuhur. Almira mengadukan semua masalah yang sedang dihadapinya kepada Allah SWT dan memohon diberikan jalan keluar yang terbaik.
Setelah selesai sholat Almira makan siang. Almira makan sambil berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Mbok….,” Almira memanggil Mbok Silah.
“Iya, Non.” Mbok Silah tergopoh-gopoh menghampiri Almira.
“Mbok lagi apa?” tanya Almira.
“Lagi angkatin jemuran,” jawab Mbok Silah.
“Nggak usah strika, Mbok! Kita beres-beres pergi dari rumah ini sebelum Mas Tomy datang,” kata Almira.
“Kita mau kemana, Non?” tanya Mbok Silah kaget.
“Kita pergi dan tinggal di rumah kontrakan Mbok,” jawab Almira.
“Kenapa tidak ke rumah Paman Non saja?”
“Kalau kita ke rumah Paman, nanti Mas Tomi pasti jemput ke sana,” jawab Almira.
“Tapi nanti Paman dan Bibi Non khawatir,” kata Mbok Silah.
“Nanti kalau sudah agak lama, kita pulang ke rumah Paman dan Bibi,” jawab Almira.
“Ya sudah, sekarang, Mbok beres-beres dulu.”
Mbok Silah pergi ke kamarnya untuk membereskan barang yang akan dibawa. Pukul tiga sore Almira sudah selesai membereskan barang yang dibawanya. Ia hanya membawa harta miliknya. Berupa sertifikat rumah orang tuanya yang sekarang sedang ia kontrakkan, deposito dari uang tabungan mendiang orang tuanya, emas peninggalan ibunya dan beberapa tabungan miliknya pribadi selama ia bekerja bukan dari pemberian Tomy suaminya.
Almira meninggalkan semua mas kawin yang diberikan oleh Tomy dan juga beberapa kartu debit serta kartu kredit pemberian suaminya. Serta sepucuk surat untuk Tomy suaminya.
Almira akan pergi tanpa menghilangkan jejak sama sekali. Nanti jika suasana hatinya sudah membaik dan situasinya sudah reda, ia akan menggugat cerai suaminya. Toh ia masih memiliki uang untuk menyewa pengacara untuk menyelesaikan masalah ini.
Taksi online yang ia pesan sudah berada di depan rumah. Almira mengunci pintu rumah suaminya dan meletakkan kunci di bawah pot. Almira tidak akan membawa kunci rumah itu karena rumah itu bukan lagi menjadi rumah tempatnya bernaung. Setelah menutup pintu pagar Almira langsung masuk ke dalam taksi. Tanpa menoleh lagi ke rumah itu Almira pergi meninggalkan semua kenangan bersama dengan suaminya.
Beberapa menit setelah kepergian Almira, Tomy pulang ke rumahnya. Ia terkejut ketika melihat pintu pagar rumahnya digembok.
Almira dan Mbok Silah kemana? Tomy di dalam hati.
Tomy kembali ke mobilnya lalu mengambil kunci cadangan yang berada di dalam mobilnya. Setelah itu Tomy membuka pintu pagar dan memasukan mobil ke halaman rumahnya. Ketika Tomy membuka pintu rumahnya, ia melihat tirai di rumahnya di tutup. Cepat-cepat Tomy menuju kamarnya, di atas meja rias ia sudah tidak menemukan kosmetik milik istrinya. Yang ia temukan hanyalah cincin nikah milik Almira, kotak perhiasan yang berisikan mas kawin yang ia berikan untuk Almira, surat deposito atas nama Almira yang ia berikan juga sebagai mas kawin serta beberapa kartu kredit dan kartu debit yang ia berikan sebagai nafkah untuk Almira.
Tomy juga menemukan sepucuk surat dari Almirah.
Assalamualaikum,
Mas Tomy yang terhormat,
Almira pergi, Mas. Mas tidak usah mencari Almira lagii. Pernikahan kita sudah berakhir sampai di sini. Almira minta Mas secepatnya mengurus perceraian kita, agar Mas bisa secepatnya menikahi Tita.
Tolong titip surat akta cerai ke Mamang.
Wasalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh,
Tertanda
Almira.
Tomy meremas surat dari Almira.
“Almira….mengapa kamu pergi sayang? Mas masih cinta sama kamu jangan tinggalkan, Mas.”
Tangisan Tomy pun pecah, ia tidak menyangka Almira akan secepat itu meninggalkannya.
******
Sementara itu taksi yang ditumpangi Almira berhenti di depan lobby sebuah hotel di pinggiran kota Jakarta.
“Kita turun di sini, Mbok,” kata Almira.
Almira memberikan uang kepada pengemudi taksi online.
“Terima kasih, Bu,” ucap pengemudi taksi.
Almira dan Mbok Silah turun dari taksi dan mengambil tas mereka di bagasi dibantu oleh pengemudi taksi. Kemudian Almira dan Mbok Silah masuk ke dalam hotel dan langsung check in.
“Untuk sementara kita bermalam di sini, Mbok. Besok kita cari rumah kontrakan di sekitar sini,” kata Almira ketika di dalam kamar hotel.
“Apa tidak sebaiknya kita ke rumah Paman Non saja?” tanya Mbok Silah.
“Untuk sementara ini kita tidak ke sana dulu, Mbok. Mas Tomy pasti akan mencari Almira di rumah Paman,” jawab Almira.
Almira mencabut kartu sim ponselnya dan menggantikan dengan kartu sim yang baru, yang tadi ia beli di jalan.
Mamang Bibi, maafkan Almira. Untuk sementara ini biarkan Almira pergi untuk menenangkan diri. Jika nanti Mas Tomy sudah menceraikan Almira, Almira akan pulang ke rumah, kata Almira di dalam hati sambil memeluk ponselnya.
.
.
nanti sore diterusin lagi. 😁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!