NovelToon NovelToon

KEKASIH HALAL

TAK TERDUGA

Irdina Farzana seorang Mahasiswi tingkat pertama Ia mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Bandung, Irdina sangat periang, mudah bergaul dan disenangi semua teman-temannya.

Sedangkan Musa Raffi seorang pengusaha muda yang sukses di bidang IT untuk meneruskan perusahaan milik keluarganya. Musa dikenal sebagai sosok pria yang dingin, cuek dan sulit untuk ditebak, tetapi jika Dia sudah mencintai seseorang maka Dia akan menjaga wanita itu dengan sangat baik.

Takdir pun mempertemukan mereka dengan keadaan yang tak terduga.

"Mah, Dina pergi ke kampus dulu ya.." kata Irdina sambil mencium tangan Mamahnya. "Iya hati-hati ya nak" kata Mamah Irdina sambil mencium anaknya.

Seusai berpamitan Irdina pergi ke kampus dengan mobilnya.

Setelah sampai di kampus Irdina pun bertemu dengan teman-temannya yang diberi nama geng boncel. Geng boncel terdiri dari 6 orang anggota yang pertama tentu saja Irdina, kemudian Wida, Ani, Firda, Sami dan Desi.

Wida mempunyai karakter yang lucu, bersuara cempreng dan sangat heboh, tapi Wida adalah teman yang baik dan setia kawan. Ani seorang yang cuek, dingin dan kadang seperti tak pernah senyum, tapi Ani sangat menyayangi teman-temannya dan selalu tersenyum jika bersama dengan teman-temannya. Firda seorang yang selalu berhemat, suka berbisnis, setia kawan. Desi orangnya sangat bijak, tegas dan dewasa. sedangkan Sami orangnya lucu, ceria, humoris juga selalu semangat.

"Dina...Dina...ih si Dina selalu saja cuek dipanggil-panggil tidak dengar" kata Wida dengan suara cemprengnya dan menepuk pundak Irdina.

"Ih apa sih Wid kaget tahu" kata Irdina yg terkejut dengan Wida.

"Habis dipanggil dari tadi juga, tidak didengar gimana sih" kata Wida dengan suara cemprengnya yang tak sadar bahwa suaranya buat orang jantungan saking kencangnya.

"Ya ampun pelan dikit Wid ini kuping bukan toa" kata Irdina sambil menutup mulut Wida.

"Lagi pula bukan Aku tak dengar tapi tadi Aku lagi pakai earphone, biasalah lagi dengar lagu kesukaan Aku jadi gak tahu kalau Kamu panggil-panggil" kata Irdina yang masih memegang mulut Wida.

"Apa sih ribut-ribut, masih pagi nih" kata Ani perempuan dingin berhati baja.

"Lagi pula suara Kamu kencang sekali sih Wid, volumenya turunkan dong sedikit" kata Desi perempuan kutu buku yang pintar dan bijak.

"hallo... semua ada apa nih ribut-ribut, lagi ngomongin apa sih...gosip yah gosip..?" kata Sami si super kepo yang humoris.

"Apa sih Mi gosip..gosip...saja kerjaannya" kata Ani.

"Hey...sudah..sudah jangan ngobrol terus sini..sini...bayar uang kas..." kata Firda si mata duitan yang ngirit sekali.

"Ampun deh say...masa di kuliahan saja masih ada uang kas sih" kata Wida dengan nada alay.

"Hahahaha...apa sih Wid ngomongnya ihh gitu banget jijik tahu" kata Irdina sambil menepuk pundak Wida.

Dosen pun datang dan kelas segera dimulai, setelah kelas selesai, biasanya pulang kuliah geng boncel langsung kuliner bersama ketempat biasa mereka nongkrong yaitu warung siomay Mang Oni, yang letaknya di dekat masjid kampus.

Mereka sahabat tetapi bagaikan keluarga, disaat ada yang kesusahan Mereka saling bantu satu sama lain, meskipun Mereka penuh perbedaan tapi Mereka selalu kompak. Di warung Mang Oni tanpa sengaja Irdina bertemu dengan Musa.

"Mang biasa satu porsi, bumbunya yang banyak ya Mang, sambalnya sedikit saja" kata Irdina dengan nada santai.

"siap Neng laksanakan" seru Mang Oni yang selalu semangat dan suka bercanda.

"Mang Aku juga ya Mang pesan" kata Wida, Ani, dan Sami bersamaan.

"Loh Fir kamu gak pesan?" tanya Irdina heran.

"Tidak ah Aku lagi diet nanti kiloan Aku nambah lagi" kata Firda dengan wajah lesu.

"Ah tidak usah diet diet Fir sudah lah makan saja yang penting sehat, kalau dietnya sampai tidak makan apa-apa nanti malah sakit loh" kata Wida sambil memberikan piring siomay miliknya.

"Ih Wid ini yang Kamu" kata Firda.

"Sudah makan saja Fir nanti Aku pesan lagi" kata Wida.

Kemudian Musa datang ke warung Mang Oni dan menyapa Mang Oni, semua orang yang di warung melihat ke arah Musa, seolah mereka terpesona dengan sosok Musa, kecuali satu orang yaitu Irdina.

"Hai Mang Oni apa kabar?" kata Musa sambil menyapa Mang Oni yang sedang melayani pembeli.

"Tunggu...tunggu ini siapa ya...?" kata Mang Oni mencoba mengingat.

"Saya Musa Mang, pelanggan setia Amang, masa sih lupa" kata Musa dengan senyumannya yang manis.

"Oh iya Amang ingat, ya ampun Den Musa apa kabar, sudah lama tidak kesini, mau siomay Den?" kata Mang Oni semangat.

"Boleh Mang satu ya, iya Mang maaf baru kesini lagi, soalnya akhir-akhir ini Musa sibuk sekali Mang" kata Musa sambil melangkah duduk.

"Aduh orang sukses memang beda ya pasti sibuk terus, pakaiannya juga bagus sekali Den pakai jas" kata Mang Oni dengan senyum polosnya.

"Ah si Amang bisa saja" jawab Musa sambil tersenyum.

Tak disangka ternyata Musa duduk di sebelah Irdina, kemudian Musa menyantap siomay Mang Oni dan tanpa sengaja Musa menyenggol gelas yang berisi air hangat ke Irdina.

"Aduh panas" kata Irdina yang terkejut.

"Eh maaf ya maaf tidak sengaja" kata Musa sambil membereskan gelas.

"Hati-hati dong panas tahu, yaah hp Aku jadi kena air kan" kata Irdina marah.

"Iya maaf deh maaf Aku ganti deh memang berapa sih?" jawab Musa dingin.

"Ih sombong sekali sih sudah salah, so lagi" kata Irdina makin panas menahan emosi.

"Dari tadi sudah minta maaf kali, situ yang marah-marah, menyebalkan bikin hilang selera makan saja" jawab Musa dengan nada dingin.

"Ih jadi orang nyebelin sekali ya, ya sudah cepetan ganti rugi, dasar sombong" kata Iridina dengan nada penuh emosi.

"Ya sudah Aku ganti tidak usah khawatir, nih kartu nama Aku, Kamu datang saja ke kantor, Aku akan ganti HP butut Kamu". jawab Musa sambil pergi dan pamit ke Mang Oni.

"Dasar cowok nyebelin, sombong tidak punya hati, ih sumpah nyebelin banget, amit-amit deh punya cowok kayak gitu" kata Irdina sambil teriak ke Musa.

"Sudah Din sudah, malu tahu di lihat orang" kata Desi mencoba menenangkan Irdina.

"Iya sudah Din sabar jangan emosi, Dia kan janji mau ganti" kata Ani mencoba membujuk dan menenangkan Irdina.

"Iya ya sudah Aku pulang dulu ya jadi tidak nafsu makan juga" kata Irdina yang terlihat kesal.

"Dina mau bareng tidak?" kata Wida.

"Ah tidak usah Wid, Kamu lanjut saja makan, Aku pulang sendiri saja" jawab Irdina.

Irdina pun pulang dengan hati yang kesal terhadap Musa. Di mata Irdina, Musa laki-laki yang sombong dan dingin sedangkan di mata Musa irdina adalah wanita yang tidak lemah lembut dan jauh dari kriteria wanita idaman Musa.

Bersambung....

Bertemunya tom and jerry

Setelah kejadian yang menjengkelkan hati Irdina, keesokan harinya irdina datang ke kantor musa untuk meminta ganti rugi atas rusaknya ponsel Irdina.

"Selamat siang Mbak ada yang bisa Saya bantu" Tanya resepsionis pada Irdina.

"Iya Mbak bisa bertemu dengan pak Musa" jawab Irdina sopan.

"Sebelumnya sudah ada janji?" kata resepsionis pada Irdina.

"Sudah Mbak, bilang saja ini dengan Irdina yang ponsel nya di rusak di warung siomay" jawab Irdina kesal.

"Baik Mbak, tunggu sebentar ya Saya hubungi sekretarisnya pak Musa terlebih dulu" kata resepsionis.

"Mbak kata pak Musa silahkan ke ruangannya pak Musa, mari Saya antar Mbak" kata resepsionis tersenyum ramah.

"Baik Mbak" jawab Irdina.

"tok...tok..., pak Musa maaf ini tamunya" kata resepsionis sambil mengetuk dan membuka pintu.

"Suruh masuk" kata Musa dingin.

"Silahkan duduk" kata Musa tanpa melihat ke arah Irdina.

"Gak perlu mana ganti rugi untuk ponsel Aku" kata Irdina dingin.

"Memang ya tidak tahu sopan santun" kata Musa menyela irdina.

"Enak saja, Kamu tuh pria tak punya hati" kata Irdina kesal.

"Kamu tuh ya ngajak ribut terus, bikin BT orang tahu gak" kata Musa kesal.

"Memang Kamu saja yang kesal, Aku juga kesal tahu" kata Irdina marah.

"Ya sudah sini nomor rekening Kamu biar langsung Aku transfer, dan Kamu tidak ganggu Aku lagi" kata Musa dingin.

"Lagi pula siapa juga yang mau lama-lama disini, ya udah nih nomor rekeningnya" kata Irdina sambil memberikan nomor rekening pada Musa.

"Nih sudah kan, sekarang silahkan Kamu pergi dan semoga kita tidak akan bertemu lagi" kata Musa dingin.

"Siapa juga yang mau ketemu Kamu lagi, amit-amit deh, tanpa disuruh juga Aku akan pergi ko" kata Irdina yang beranjak pergi dari kantor Musa.

Setelah itu Irdina membeli ponsel baru dan langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah.

"Irdina sayang, nanti malam kita makan keluarga ya, jangan lupa kamu harus dandan yang cantik" kata Mamah Irdina.

"Memang ada acara apa Mah, ko harus dandan cantik" kata Irdina heran.

"Karena nanti malam Kita akan kedatangan tamu" kata Mamah Irdina sambil mengelus kepala Irdina.

Malamnya Irdina tampil sangat cantik dan anggun, Irdina tidak tahu bahwa tamu yang akan datang adalah Musa, pertemuan tak terduga kembali terjadi.

"wah..anak Mamah cantik sekali, ya kan Pah" kata Mamah Irdina.

"Iya nih anak Papah benar-benar cantik" kata Papah Irdina memeluk putri satu-satunya itu.

"Papah sama Mamah bisa saja" kata Irdina sambil tersenyum.

Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.

Tok...tok..tok..

"Assalamualaikum...".

"Waalaikumsalam" jawab Mamah Irdina sambil membuka pintu.

"Ya ampun apa kabar, mari silahkan masuk" kata Mamah Irdina yang sangat antusias.

Kemudian Mereka masuk dan menuju ruang makan, Irdina terkejut melihat tamu yang datang ternyata Musa.

"Kamu...ko bisa ada di sini, mau apa kesini?" kata Irdina kesal.

"Eh Dina ko gitu, tidak sopan ah" kata Papah Irdina.

"Pah jadi tamunya itu Dia" kata Irdina sambil menunjuk ke arah Musa.

"Kalian sudah saling kenal?" kata kedua orangtua Musa.

"Tidak Pah, Mah, Musa tidak kenal" kata Musa dingin.

"Ya sudah silahkan duduk, ayo kita makan lalu kita ngobrol" kata Mamah Irdina sambil mengajak keluarga Musa dan Musa untuk makan malam.

Setelah selesai menikmati makan malam, mereka semua pindah ke ruang keluarga yang tak jauh dari meja makan.

"Pah ,Mah ada apa sih sebenarnya ko Irdina disuruh diam disini" tanya Irdina yang heran.

"Iya Dina maaf Papah sama Mamah belum memberi tahu Irdina bahwa kedatangan Musa dan keluarganya kemari untuk mengobrol kan tentang perjodohan antara Irdina dan Musa".

Sontak Irdina terkejut bukan main, Musa juga tak menyangka bahwa wanita yang dijodohkan dengannya adalah Irdina.

"Apa...Mamah sama Papah jangan bercanda deh, tidak lucu" kata Irdina yang tidak percaya.

"Biar Om sama Tante yang menjelaskan ya ke Irdina, kalau Musa sudah tahu karena sebelumnya Tante dan Om sudah menjelaskan pada Musa" kata Om Satya Papah Musa.

"Jadi begini Dina, Om dan Papah Kamu adalah teman baik, begitupun dengan Opah Irdina dengan kakek Musa mereka juga bersahabat, nah sebelum Kakek dan Opah Irdina meninggal, mereka membuat perjanjian perjodohan antara cucunya Irdina dengan Musa, dan surat perjanjian tersebut selalu tersimpan dengan baik agar perjodohan kalian bisa terlaksana dan menjadi wasiat terakhir dari Almarhum Kakek Musa dan Opah Irdina" kata Om Satya.

"Irdina masih kaget Om tidak menyangka, tapi kalau itu memang wasiat terakhir Opah, Irdina akan penuhi, karena Irdina sangat sayang sama Opah" kata Irdina yang masih kaget dengan perjodohan ini.

"Oh iya Om boleh tidak kalau Irdina mengajak Musa untuk ngobrol berdua" kata Irdina pada Om Satya.

"Tentu saja boleh kan kalian akan menikah jadi kalian harus saling mengenal" kata Om Satya.

Irdina mengajak Musa ke taman di depan halaman rumah Irdina.

"Eh jadi Kamu sudah tahu tentang perjodohan itu, dan Kamu pura-pura tidak kenal sama Aku" kata Irdina kesal.

"Aku juga baru tahu kalau ternyata wanita yang dijodohkan dengan Ku itu Kamu" kata Musa dingin.

"Masa sih, ih mimpi apa sih Aku ko bisa di jodohkan sama cowok super nyebelin kaya Kamu" kata Irdina sambil menutup wajahnya.

"Eh kalau dari awal Aku tahu, Kamu wanita yang dijodohkan dengan Aku, sudah Aku tolak mentah-mentah" kata Musa.

"Ih nyebelin banget sih, lagi pula Aku juga tidak mau kali dijodohkan sama Kamu" kata Irdina.

"Kalau tidak mau kenapa kamu terima, dasar wanita aneh" kata Musa dengan nada mengejek.

"Eh enak saja yah ejek aku aneh, kalau bukan karena wasiat terakhir Opah, Aku juga tidak mau kali nikah sama Kamu" jawab Irdina kesal.

"Iya Kita memang sudah terjebak perjodohan ini dari Kita masih kecil bahkan saat kita dalam kandungan kali Kita sudah di jodohkan" kata Musa sambil menundukkan kepalanya.

"terus gimana dong?" tanya Irdina kebingungan.

"Ya gimana lagi terima saja lah, lagi pula mau gimana lagi coba, terpaksa deh Aku hidup dengan wanita yang menyebalkan kaya Kamu" kata Musa sambil melangkah pergi.

"Aduh enak banget ya Kamu ngomong kaya gitu, eh harusnya Aku tahu yang rugi nikah sama pria yang super dingin dan tidak punya hati kaya Kamu" kata Irdina sambil menginjak kaki Musa.

Setelah acara makan malam kedua keluarga memberikan cincin pada Musa dan Irdina untuk pertunangan Mereka, Musa dan Irdina pun resmi menjadi tunangan, Mereka diminta untuk saling mengenal satu sama lain, dan setiap hari Musa diminta untuk mengantar jemput Irdina dan menjaga Irdina.

Bersambung....

MIMPI BURUK

Akhirnya Irdina resmi menjadi tunangan musa, Irdina yang masih tidak percaya berulang kali mencubit pipinya, agar ia bisa terbangun dari mimpi buruknya, tapi ini bukanlah mimpi, Irdina benar-benar telah bertunangan dengan orang yang paling dibencinya yaitu Musa.

"Assalamualaikum..." terdengar suara Musa sambil mengetuk pintu rumah Irdina.

"Waalaikumsalam, eh nak Musa, mau jemput Dina ya.." kata Mamah Irdina.

"Iya Tante, Irdina nya sudah siap untuk berangkat kan Tante?" kata Musa dengan sopan.

"Sudah ko mungkin sebentar lagi Dia turun, nak Musa duduk dulu saja, Tante suruh Bibi untuk buatkan minum" kata Mamah Irdina.

"Tidak usah repot-repot Tante" kata Musa.

"Mah, Dina berangkat dulu ya?" kata Irdina sambil mencium tangan Mamahnya.

"Iya hati-hati ya nak" kata Mamah Irdina.

"Ya sudah Tante Musa juga pamit ya mau mengantar Irdina" kata Musa sambil berpamitan kepada Mamahnya Irdina.

"Iya kalian hati-hati ya, tante nitip Dina ya Musa" kata Mamah Irdina.

"Iya Tante, Assalamualaikum" kata Musa.

"Waalaikumsalam" jawab Mamah Irdina.

Irdina dan Musa pun masuk ke dalam mobil.

"Lama banget sih, nanti Aku bisa telat tahu" kata Musa dingin.

"Ihh dasar bermuka dua, di depan Mamah Aku saja baik, giliran di belakang kaya gini keluar aslinya" kata Irdina.

"Sudah deh malas berantem sama Kamu" kata Musa.

"Siapa juga kali yang mau berantem, Kamu saja yang sensitif, kaya cewek yang lagi dapet" kata Irdina sambil tertawa sinis.

"Ih mulut Kamu tuh nyebelin ternyata ya" kata Musa sambil menutup mulut Irdina.

Irdina pun menggigit tangan Musa.

"Emang enak, makanya jangan nutupin mulut Aku sembarangan, jadi kena gigit kan" kata Irdina kesal.

"Aduh..sakit tahu" kata Musa kesakitan.

"Nih buat Kamu" kata Musa sambil memberikan bunga kepada Irdina.

"Apaan nih, Kamu sakit ya? ko kasih bunga segala?" kata Irdina heran.

"Eh jangan geer deh, ini bunga bukan dari Aku, tapi dari Papah Ku" kata Musa.

"Ih siapa juga yang geer" kata Irdina kesal.

Akhirnya Irdina tiba di kampus, tanpa mengatakan apa-apa Musa langsung pergi.

"Huh dasar cowok nyebelin, tidak punya perasaan" kata Irdina yang kesal.

Irdina masuk ke kelas dengan wajah kesal.

"Ya ampun Din, ko pagi-pagi Kamu sudah kesal sih" kata Ani.

"Iya Dina, kenapa sudah cemberut gitu" kata Firda.

"Sudah sini-sini duduk dulu ya cantik, jangan marah-marah gitu" kata Wida membujuk Irdina.

"Iya kenapa sih Din, kamu pagi-pagi BT gitu, pasti ada cerita yang seru ya Din, cerita dong cerita" kata Sami antusias.

"Iya Aku emang lagi kesal, kesal banget ini tuh benar-benar mimpi buruk tahu gak" kata Irdina sambil menangis.

"Eh Dina ko malah nangis sih, jangan nangis dong Din, udah-udah Kamu usap dulu air matanya, terus cerita ke Kita pelan-pelan ya" kata Desi sambil mengusap air mata Irdina.

Setelah Irdina tenang, Irdina menceritakan semuanya pada teman-temannya, tentang pertunangannya dengan Musa, tentang semua keluh kesahnya.

"Ya ampun Dina, ternyata kaya gitu, pantesan saja Kamu sedih, dan kesal" kata Wida.

"Sabar ya Dina, Kita akan selalu mendukung Kamu ko" kata Desi.

"Iya Dina sabar, kalau Musa berani macam-macam biar Aku jitak tuh kepalanya" kata Firda.

Ani dan sami mengusap-usap pundak irdina dan memeluknya.

"Makasih ya teman-teman, kalian emang yang terbaik" kata Irdina.

Tiba-tiba dari arah pintu kelas terdengar suara lembut yang tidak asing, ternyata itu adalah ka Bintang kaka tingkat Irdina, yang tampan, romantis dan sangat baik pada Irdina.

"Irdina..." kata ka Bintang.

"Eh ka Bintang" kata Irdina sambil mengusap air matanya.

Ka bintang masuk ke kelas dan duduk di depan Irdina.

"Mata Kamu ko merah, kayak habis nangis" tanya ka Bintang pada Irdina.

"Engga ko ka, ini hanya kena debu tadi" kata Irdina mengelak.

"Dina, nanti aku antar pulang ya" kata ka Bintang.

"Maaf ka, sepertinya gak bisa soalnya Aku sudah ada yang jemput" kata Irdina lesu.

"Siapa Din, biasanya kita selalu pulang bareng" kata ka Bintang.

"Oh itu ka sepupuku" kata Irdina dengan gugup.

"Oh gitu, ya sudah tak apa-apa, oh iya ini Aku bawakan coklat buat Kamu" kata ka Bintang.

"Makasih ka" kata Irdina senang.

Bintang adalah laki-laki yang disukai Irdina, Irdina berharap bisa jadian dengan Bintang, Irdina dan Bintang juga sudah dekat, tapi Bintang belum ada tanda-tanda akan menjadikan Irdina pacarnya, sehingga hubungan Bintang dan Irdina menggantung tak jelas. Bintang keluar dan melangkah menuju kelasnya.

"Dina, Kamu ngapain sih masih dekat-dekat sama si Bintang" kata Ani.

"Emang kenapa Ni" tanya Irdina.

"Ya Aku kesal saja, Bintang tuh sebenarnya maunya apa sih, selalu dekati Kamu dan tidak bolehkan Kamu dekat sama cowok lain, terus posesif kalau Kamu di dekati sama cowok lain, tapi aneh sampai sekarang Dia tidak nembak Kamu, malah jadi hubungan yang tak jelas, teman bukan pacar bukan" kata Ani yang kesal pada Bintang.

"Iya Aku juga bingung sebenarnya Aku dan Bintang tuh gimana" kata Irdina bingung.

"Iya Dina, Kamu sudah lah jauhi Bintang, kita tuh sayang sama Kamu Din, gak mau Kamu sakit hati" kata Desi.

"Iya lagi pula Aku juga tak akan pernah bisa bertanya pada Bintang tentang perasaannya, karena Aku sudah bertunangan" kata Irdina menangis kembali.

Dosen pun datang dan memulai pembelajaran. Obrolan mereka berakhir, Irdina masih meratapi kesedihannya, hingga kelas selesai.

Irdina menuju ke ruang komunitas sastra, grup yang ketuanya adalah Bintang, dan Irdina menjadi salah satu anggota disana.

"Dina, sini...ayo masuk" kata Bintang.

"Iya ka" kata Irdina.

"Nah sekarang kita akan mencoba membuat karya puisi, silahkan Kalian buat puisi, temanya bebas, nanti setelah selesai, saya akan lihat karya kalian" kata ka Bintang kepada para anggota komunitas.

"Dina, Kamu mau buat puisi tentang apa?" tanya Bintang pada Irdina dengan tersenyum manis.

"Masih bingung ka belum ada inspirasi" kata Irdina.

"Gimana kalau tentang Aku" kata Bintang sambil menggenggam tangan Irdina.

"Takut jelek ka" kata Irdina sambil melepaskan tangannya.

"Tidak apa-apa dicoba saja dulu ya" kata Bintang sambil bersandar pada Irdina.

"Ka Aku ke toilet dulu ya" kata Irdina yang entah kenapa risih dengan sikap Bintang.

Saat Irdina selesai dari kamar mandi, Irdina kembali ke kelas komunitas sastra, Irdina tanpa sengaja melihat Bintang yang asik mengobrol dengan Lita mahasiswi tingkat 1 yang kelasnya bersebelahan dengan kelas Irdina.

Irdina melihat ka Bintang memegang tangan Lita dan mencium tangannya, Lita yang malu-malu tidak risih sedikitpun dengan sikap Bintang padanya.

"Hemmz...ko jadi haus ya" kata Irdina. Bintang menyadari kedatangan Irdina, langsung menghampiri Irdina.

"Tadi Aku lagi kasih tahu Lita tentang puisinya" kata Bintang mencoba menjelaskan.

"Oh gitu kasih tahunya dengan cara cium tangannya yah ka" kata Irdina.

"Kamu salah lihat kali Din, tadi di tangan Lita ada sesuatu, Aku mencoba untuk meniupnya saja ko" kata Bintang mengelak.

"Terserah kaka deh, lagi pula Aku ini siapa sih, kan bukan siapa-siapa Kaka juga" kata Irdina kesal.

"Jangan ngambek gitu dong Din, Aku tidak ada apa-apa ko, masa Kamu bilang bukan siapa-siapa sih, ya Kamu kan pacar Aku" kata Bintang sambil menyentuh wajah Irdina.

Irdina mulai risih dan menjauh dari Bintang.

"Sejak kapan kita pacaran Ka, Kaka saja belum secara resmi menyatakan perasaan ke Aku dan Aku juga belum mengatakan apa-apa tentang perasaan Aku" kata Irdina yang mulai risih dan menjauh.

"Jangan jauh-jauh dong duduknya untuk apa semua itu Dina, asalkan Kita sama-sama suka, ya berarti Kita sudah pacaran kan" kata Bintang sambil mendekati Irdina dan menggenggam tangan Irdina.

Irdina mulai risih dan melepaskan tangannya dari Bintang.

"Ternyata sikap Bintang aslinya seperti ini playboy, suka mempermainkan hati wanita, oh betapa bodohnya aku jatuh cinta sama laki-laki kaya Dia" kata Irdina dalam hati.

"Kayanya Aku harus pulang deh Ka" kata Irdina yang mulai risih dengan Bintang.

"Mau kemana Din, Aku antar Kamu pulang ya" kata Bintang yang menarik tangan Irdina dan merangkul Irdina.

"Tidak perlu Ka nanti yang ada tunangan Ku bisa salah paham" kata Irdina tegas.

"Apa tunangan, sejak kapan?" kata Bintang kaget.

"Sejak kemarin malam dan ini adalah cincin pertunangan Kami" kata Irdina.

"Ko Kamu gitu Din, bukannya kita sama-sama suka, ko Kamu tiba-tiba tunangan" kata Bintang yang terlihat sangat kesal.

"Ka tolong lepaskan tanganku, Kaka cuma geer kali, sejak kapan Aku bilang suka ke Kaka" kata Irdina.

"Kalau Kamu gak suka ke Aku kenapa sampai detik ini Kita masih dekat dan Kamu tidak pacaran dengan pria manapun, dan hanya dekat dengan Aku" kata Bintang percaya diri sambil menghalangi jalan Irdina dengan kedua tangannya.

"Kata siapa Aku tidak dekat dengan pria manapun, buktinya sekarang Aku sudah punya tunangan kan" kata Irdina sambil mendorong Bintang.

Irdina pergi meninggalkan Bintang dan Bintang mengikuti Irdina, Musa datang menjemput Irdina.

"Sudah selesai kan" kata Musa.

"Iya sudah ko" kata Irdina lesu.

Musa heran dengan sikap Irdina, yang terlihat lesu tidak bertenaga, karena biasanya Irdina selalu ceria dan selalu berdebat dengan Musa, tapi kali ini Irdina hanya terdiam.

"Kamu kenapa Din?" kata Musa.

"Tidak apa-apa" jawab Irdina singkat.

"Kenapa sih, aneh banget biasanya Kamu suka ngajak Aku ribut" kata Musa heran.

"Tidak apa-apa" kata Irdina.

Tiba-tiba Irdina menangis dan banyak yang melihat ke arah Irdina.

"Eehh, Dina jangan nangis dong malu tahu, tuh di lihat sama semua orang, nanti disangkanya Aku ngapa-ngapain Kamu lagi" kata Musa.

Irdina semakin kencang menangis hingga Ia duduk di tanah dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

"ssstttt...Dina udah ya udah..." kata Musa sambil menepuk-nepuk pundak Irdina untuk menenangkan Irdina.

"Dina ini aku punya coklat, udah ya jangan nangis" kata Musa.

Irdina masih juga menangis kemudian Musa memeluk Irdina mencoba untuk menenangkannya.

Irdina pun mulai tenang meski masih menangis. Tiba-tiba Bintang datang dan langsung memukul wajah Musa.

"Oh jadi ini Dina cowok yang membuat hubungan Kita hancur" kata Bintang.

Musa membalas pukulan Bintang "oh jadi Kamu cowok yang membuat tunanganku menangis, itu balasan karena membuat tunangan Saya menangis, jangan pernah Anda mengganggu tunangan Saya, ngerti" kata Musa tegas.

"Ayo Dina kita pulang" kata Musa sambil membawa Irdina masuk ke mobil.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!