Namaku adalah Ariela hubris, aku berumur 27 tahun, cita citaku sangat biasa yaitu menjadi baker Chef untuk meneruskan bisnis toko roti milik keluargaku, sangat biasa bukan? Benar.. karena pernikahan yang mendadak itu satu satunya keinginanku itu tak terpenuhi karena suamiku Ken hanya butuh seorang istri untuk mengisi kekosongan di dalam rumah mewahnya.
Ken adalah cucu tertua dari direktur J Group, perusahaan restaurant yang cabangnya sudah tak asing lagi di negara tersebut.
Hubungan ini terjalin karena hubungan pribadi Ayahku dan Direktur J group, karena hutang budi di masa lalu kepada Ayahku sehingga di detik terakhir hidupnya ia menginginkan pernikahanku dan cucu tertuanya dengan memanfaatkan harta warisannya.
Dengan kata lain ia tak ingin hubungannya dengan keluarga Ayahku putus begitu saja setelah kematiannya.
Setelah kami menikah, hari hariku dipenuhi dengan rasa kesepian karena kami memang bersepakat untuk saling mengenal terlebih dahulu, ia hanya memberikan satu syarat untukku agar aku tak bekerja dan tak meninggalkan rumah yang kami tinggali hanya berdua, jika aku menurutinya ia bersedia membantu melebarkan bisnis toko kami.
Ia pun menepati janjinya dan sering membantu keuangan dan memperbesar toko keluargaku, tak lama Ayah dan ibu tiriku sangat menyukainya begitupun aku.. melihatnya yang bekerja keras membantu keluargaku ditengah kesibukannya akupun luluh olehnya hingga aku menyadari aku selalu menunggu nunggu kedatangannya, ia pun selalu bersikap hangat kepadaku seolah kami memiliki perasaan yang sama.
Aku tak pernah berfikiran buruk kepadanya meskipun ia pulang larut malam dengan keadaan mabuk, aku hanya berfikir ia pasti lelah dan aku harus lebih merawatnya.. terkadang ucapannya saat mabuk justru membuatku semakin berdebar, karena setiap ia seperti itu ia selalu menatapku dalam dalam dan membisikan kata kata cinta yang kupikir untukku.
Sore itu aku mendatangi kantor suamiku dalam rangka hari ulang tahunnya yang ke 30 tahun, setelah 2 tahun menikahinya karena perjodohan ini, lambat launpun aku membuka hatiku untuknya meskipun kami masih tidur di kamar terpisah namun kami mulai dekat.. itulah pikirku, siapa sangka setelah sampai diruangan kerjanya aku menemukan suamiku sendiri sedang berbincang dengan ponselnya.. "Tenanglah.. aku akan mendatangimu dulu sebelum istri statusku yang tak berguna itu, aku tak pernah menyukainya sedikitpun, aku hanya mencintaimu sedari dulu yunaa.. aku menikahinya hanya karena keinginan terakhir kakekku dan juga jika bukan dia aku nyaris tak bisa mendapatkan warisan sedikitpun, kita hanya perlu bertahan 1 tahun lagi seperti keinginan kakek dan setelah itu kita bisa terus bersama selamanya, bersabarlah sedikit lagi!!"
Begitulah ucapan suami yang kini hanya bisa kulihat punggungnya saja.
Ditengah percakapannya bersama orang berharganya itu ia membalikan badan dan melihat ke arahku yang terlihat dari selah pintu yang sedikit terbuka.
Aku menyadari dia melihatku dan aku hanya bisa melarikan diri agar ia tak bisa melihat diriku yang menyedihkan ini..
Aku menaiki busway yang saat itu berhenti tepat saat aku sampai di halte dengan gemetar..
Aku duduk menghadap jendela sembari menenangkan hatiku yang terluka, tak lama bus yang kunaiki berguling karena sebuah truk yang melaju cepat menabrak bus kami, seketika kami jatuh dan terluka, saat itu aku masih belum kehilangan kesadaran dan berusaha keluar namun karena kehabisan tenaga dan kesadaranku semakin menurun..
Aku hanya bisa pasrah dan mengingatnya yang hanya menyebut namaku sekali dan tak mengejarku atau mencoba memberi penjelasan kepadaku yang melarikan diri setelah mendengarkan percakapan mereka, begitulah ingatan terakhirku, aku yang bodoh dan hidupku yang kusesali...
Sampai jumpa diepisode 1 🙏❤
2 tahun lalu sebelum kecelakaan maut terjadi..
Sore hari saat Ariela baru saja pulang dari kursus tataboganya ia melihat Ayahnya tengah berbincang akrab dengan seorang kakek tua yang asing baginya di teras depan rumah, mereka tampak harmonis untuk seukuran orang asing "ahh masa bodoh lah aku hanya perlu menyapa sekedarnya saja" pikir Ariela dalam hati.
"Aku pulang Ayah.. Haloo Kakek!" ucap Ariel yang menyapa sekilas sembari terus meneruskan langkahnya memasuki rumah.
"Haloo juga" ucap Kakek Roger dengan suara serak khas orang tua.
"Duh anak itu kebiasaan banget langsung pergi gitu nggak sopan, maaf ya" ucap Ayahnya Ariel, Demian Hubris.
"Nggak papa, namanya juga anak muda untuk apa mengobrol dengan seorang kakek tua sepertiku hehe"
"Anda belum setua itu kok, anda selalu sehat dan bugar seperti dulu"
"Hahaha makasih pujiannya lho meskipun itu hanya untuk menghiburku hahaha"
"Ahahahha"
"Kondisi kesehatanku semakin hari semakin menurun, banyak aktifitas yang sudah tak bisa kulakukan.. yahh namanya orang tua, aku pun merasa sudah cukup untuk hidup"
"Anda tidak boleh bicara seperti itu, saya yakin anda bisa hidup lebih lama dari yang anda kira"
"Hahahaha.. kenapa perbincangan kita menjadi semakin berat ya hahahh.. ngomong ngomong putrimu barusan sangat cantik yaa, apa dia sudah bekerja? Kalo pacar? Apa dia sudah memilikinya?"
"Hahaha.. anda buru buru sekali ingin tahu tentang putriku satu satunya yaa"
"Tentu saja, dia gadis yang sangat cantik dan enerjik kelihatannya"
"Anak itu.. meskipun saya menginginkan dia hidup dengan menjalani keinginan cita citanya sendiri dan mencari kesuksesan lain tanpa harus mengikuti arah keluarganya tapi ia tetap bersikeras ingin membantuku meneruskan bisnis kecil kami, seperti yang Anda tahu sekian lama toko kami tak ada perkembangan yang signifikan"
"Apa salahnya bisnismu itu? Apa perlu kubantu mengembangkannya, saya kan sudah pernah bilang aku akan bantu jika kamu membutuhkannya??"
"Tidak perlu merepotkan anda, meskipun bisnis kami begini begini saja tapi tetap saja ini cukup untuk kami menggantungkan hidup!"
"Padahal saya selalu ingin membantumu, tapi kamu selalu seperti itu!!"
"Dan saya sudah bilang, Anda tak perlu merasa berhutang budi dengan kejadian di masa lalu, sungguh itu akan membuat saya terbebani"
"Baiklah, saya harus pulang sekarang.. Demian.. datanglah ke rumahku sesekali, rasanya aku tak kuat lagi untuk datang kesini"
"Apa yang anda katakan, anda harus terus sehat!! Panggilah saya jika anda ingin bertemu"
"Tit tit" bunyi suara klakson mobil.
"Iyaa.. supirku tiba aku pergi sekarang"
"Mari saya antar" ucap Demian sembari memegangi lengan kakek Roger yang sulit berjalan namun supirnya segera turun dan menghampirinya dengan mendorong kursi roda kakek Roger.
Kakek Roger tersenyum dan melambai dari dalam mobilnya kepada Demian, seolah itu menjadi salam perpisahannya yang terakhir, Demian terus memandang hingga mobil mewah hitam itu tak terlihat.
*
*
2 Bulan kemudian.
"Tok tok tok" suara ketukan pintu rumah keluarga hubris.
Ibu tiri Ariela membukakan pintunya.
"Iyaa?? Anda mencari siapa?" tanya ibu tiri ariel, Evelina.
"Apa benar ini kediaman Pak Demian Hubris? Nama saya Kennan William hubert, saya cucu pertama dari kakek Roger hubert pemilik J Group " ucap pria yang mengenakan setelan jas mewah dan elegan itu.
"Ahh.. jadi begitu(J Group? Wahh orang kaya), ada perlu apa yaa? Oiyaa silahkan masuk dulu, duduklah.. saya akan memanggil suami saya di toko seberang jalan" ucap evelina sembari menunjuk ke arah tokonya.
"Baik.. maaf merepotkan Anda"
Selang beberapa waktu Demian pulang bersama istrinya, karena kebetulan Ariel sedang ikut membantu di toko roti.
"Halooo.. Saya Demian, katanya Anda cucu Bapak Roger? Ada yang bisa saya bantu?" ucap Demian setelah duduk di hadapan Ken.
"Perkenalkan saya Ken hubert cucu kakek Roger hubert!!"
"Ahhh.. ternyata anda cucunya, anda tampan seperti beliau"
"Terimakasih.. kedatangan saya kemari karena ingin langsung menyampaikan wasiat terakhir dari kakek saya.."
"Apa?? Wasiat terakhir?? Maksud anda?? Beliau???" ucap Demian kaget dan gemetar.
"Benar.. kakek saya telah berpulang seminggu yang lalu, sebelum meninggal beliau dirawat dirumah sakit selama satu bulan dan akhirnya beliau tak bisa bertahan" ucap Ken dengan ekspresi sedih dan putus asa.
"Astaga.. sampai dihari terakhirnya saya tak menemuinya sama sekali, saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri, padahal beliau sudah bilang agar saya menemuinya sesekali, dengan alasan beliau tak memanggil saya tak memiliki alasan mendatanginya, saya sangat menyesal"
"Anda tak perlu berfikir seperti itu, kakek saya pasti telah membuat pilihannya sendiri karena tak mencari anda, Sebenarnya Beliau meninggalkan surat wasiat yang berhubungan dengan anda, tapi saya merasa tidak enak mengatakannya disituasi ini"
"Apa yang beliau inginkan? Saya pasti akan menurutinya jika saya mampu"
"Kakek saya ingin agar keluarga kami tetap menjalin hubungan yang baik dengan keluarga anda dengan menjalin pernikahan"
"Pernikahan? Maksudnya?"
"Saya dengar anda memiliki seorang putri?"
"Benar.. jadi maksudnya putri saya menikah dengan keluarga hubert?"
"Lebih tepatnya kakek saya menginginkan putri anda menikah dengan saya"
"Sepertinya kami tak memiliki alasan untuk menolak niat baik mendiang kakek Roger, benar kan suamiku?" ucap Evelina tanpa berpikir.
"Apa yang kamu maksud istriku? Kita harus menanyakannya kepada Ariel terlebih dahulu sebelum memutuskannya, bagaimanapun ini tentang masa depannya"
"Kamu sendiri baru saja bilang akan menuruti keinginan kakek Roger kan??"
"Benar, tapi ini keputusan yang hanya bisa diputuskan oleh putriku sendiri"
"Saya mengerti, ini pasti berat untuk putri anda karena terlalu mendadak, saya akan menunggu keputusan putri anda"
"Terimakasih untuk pengertiannya nak Ken"
"Tidak, justru saya yang berterimakasih anda tidak langsung menolak saya hehe.. sepertinya saya harus undur diri sekarang karena masih ada pekerjaan yang menunggu, ini kartu nama saya, anda bisa menghubungi saya setelah putri anda membuat keputusan"
"Baik.. anda pasti sibuk, selamat jalan" ucap Evelina sembari tersenyum ramah dan mengantarkan Ken keluar.
" Suamiku.. kamu jangan terlalu khawatir, ini adalah kesempatan baik untuk Ariel dan keluarga kita berbesan dengan pemilik J group" ucap Evelina.
"Aku akan membicarakannya dengan Ariel" ucap Demian yang hendak kembali ke toko roti.
*
"Ayah.. sudah kembali? Aku harus ke tempat kursus sekarang.." ucap Ariel sembari melepas celemeknya.
"Ariel !!"
"Ya?"
"Menurut ayah kamu tidak perlu lagi ikut kelas kursus, kamu sudah lebih mahir jika dibanding ayah"
"Wahh.. keahlianku belum bisa dibandingkan dengan master Chef 'Odiya Bakery' kan ayah, aku juga sedang memperdalam ilmu agar toko kita ini cepat berkembang"
"Tadi.. yang mencari ayah adalah cucu laki laki dari Kakek Roger, kakek yang kamu sapa beberapa bulan lalu, kakek itu sekang sudah berpulang.. dan dia meninggalkan wasiatnya agar putriku mau menikah dengan cucunya!!"
"Kakek ganteng itu sudah meninggal??? lebih dari itu.. Apaaaa?? Menikahhh????"
Bersambung.....
Ariel terkaget kaget mendengar wasiat terakhir dari kakek kenalan Ayahnya.
"Kamu pasti sangat kaget kan??" ucap Demian.
Ariel hanya bisa mengangguk dengan rasa kebingungan.
"Kamu pikirkan saja dulu, tapi Ayah harap kamu mau menerimanya, pria itu terlihat baik, berpendidikan, dan sopan, yang lebih penting dia itu sangat tampan dan kamu nggak perlu bekerja keras karena pasti kamu nggak akan kekurangan.. itu cukup untuk ayah, kamu juga sudah diusia untuk menikah"
"Tapi.. jika aku menolaknya apa ayah akan kecewa?"
"Semua keputusan ada padamu!" ucap Demian.
"Aku akan memikirkannya, aku pergi dulu ayah!"
"Iyaa.. hati hati"
Ariel pergi dengan perasaan kacau yang menyelimuti pikirannya.
"Hahhh.. Ayah tak membantah, pasti ia akan kecewa kalo aku menolaknya kan? Itu namanya bukan mengharap keputusanku melainkan aku berkewajiban menerima pernikahan itu.. kenapa nggak sekalian bilang aja kalo aku nggak boleh menolaknya sih.. semakin dipikir semakin membuat kesal!!" gumam Ariela mrnggerutu disepanjang perjalanannya.
Diperjalanan Ariel melihat sahabatnya Yuna sewaktu SMA sekaligus kuliah sedang duduk berhadapan dengan seorang pria yang tak terlihat wajahnya, di coffee shop disamping tempat kursus tataboga Ariel.
"Eh.. itu Yuna kan, sama siapa yaa, apa itu pacarnya? Apa aku datangi saja? Nggak deh aku udah telat.. Astagaaa!!" gumam Ariel sambil berjalan terburu buru setelah melihat jamnya.
*
*
"Jadi Kakak menemuiku disini untuk meminta izin menikahi perempuan lain?" ucap Yuna dengan ekspresi marah.
"Yuna.. kamu tahu kan aku sangat mencintaimu, selama ini aku hanya melihatmu saja, tapi karena wasiat terakhir kakekku aku harus menikah dengannya, maafkan aku Yuna, aku harap kamu bisa bersabar sampai 3 tahun pernikahanku, setelah itu aku akan menceraikannya dan kembali padamu..aku janji aku tak akan berhubungan dengannya, kami hanya akan tinggal dirumah yang sama selama 3 tahun, apa kamu bisa mengerti aku? hehhh??" ucap Ken dengan ekspresi putus asa.
"Berhenti memasang wajah seperti itu!! Kamu tahu aku sulit jika kamu menggunakan ekspresi itu???"
"Aku tahu!! Maka itulah aku menggunakannya sekarang!!" ucap Ken tersenyum.
"Jangan senyum!!!!! Nggak lebih dari 3 tahun!!! Nggak boleh berhubungan fisik!!!"
"Iyaaa.. aku janji, tolong percayalah padaku yahh???" ucap Ken yang menggenggam erat tangan Yuna.
Yuna dan Ken telah menjalin hubungan selama 1 tahun secara diam diam, mengapa harus diam diam? Itu karena latar belakang keluarga yang jauh berbeda.. Ken pikir hubungannya dengan keluarga yang tidak setara akan menimbulkan masalah untuknya sebagai calon penerus atas hak waris perusahaannya, namun kenyataannya malah ia diharuskan menikahi gadis yang lebih tidak setara dengan keluarganya.
Ariel yang tak bisa berkonsentrasi dengan kegiatannya itu memutuskan untuk mengakhiri pelatihannya itu, ia kembali berjalan dengan keraguannya..
Ariel menghampiri Yuna yang masih terlihat dari dinding kaca Coffe shop itu seorang diri,
"Yuna, tok tok tok" ucap Ariel mengetuk dinding kaca disamping yuna.
"Ahh.. Ariel!! Siniii" ucap Yuna dengan bahasa isyaratnya.
"Kamu ngapain sendirian disini? Aku pikir tadi melihatmu bersama dengan seseorang?"
"Iyaa.. tadi aku bertemu seseorang disini tapi sekarang dia sudah pergi"
"Pacarmu?"
"Aku sih maunya begitu!! Hahaha"
"Cih.. maunya??? hehehe"
"Kamu kenapa jam segini masih keluyuran? Harusnya sekarang kamu ada di gedung sebelah kan??" ucap Yuna yang berusaha mengganti topik pembicaraan.
"Ahhh.. benar, aku sedang banyak pikiran jadi nggak bisa fokus, Ahh.. pusing banget rasanya" gumam Ariel sembari menyandarkan kepalanya di meja.
"Kamu sedang ada masalah??"
"Iyaaa!!"
"Apa seberat itu??"
"Iyaa.. sepertinya aku harus menikah!!"
"Apaaa??? Jangan bercanda deh!! Kmu mau nikah sama kucing ya?? Hahaha"
"Hei!! Kenapa malah meledeku??"
"Wahhh.. kamu serius??"
"Iya!! Masih nggak percaya??"
"Ahhh jadi ternyata serius yaaa, aku heran aja orang yang nggk pernah mau pacaran seumur hidup tiba tiba bilang mau menikah?? Hahahha"
"Aiihhhh.. kamu seneng banget yaa??"
"Seneng dong pastinya, kenapa kamu nggak seneng yah??"
"Ahhh.. nggak tau!!!!! Aku pulang dulu yaa!!" ucap Ariel sembari bangun dari kursinya dan melangkah keluar meninggalkan Yuna sendirian.
Satu minggu berlalu.. Setelah cukup memikirkan keputusan yang hendak ia ambil, akhirnya ia mengutarakan keputusannya itu didepan Ayah dan Ibu tirinya.
"Aku akan menikah!" ucap Ariela.
"Bagus.. bagus sekali Ariel, Ayah bangga kepadamu!" ucap Demian memeluk putrinya itu dengan bahagia.
"Benar!! Itu baru anak berbakti!!" ucap Evelina seraya tersenyum sumringah.
Ayahnya tersenyum mendengar keputusan bijak yang diambil putrinya, raut wajah Ayahnya kembali bersinar setelah beberapa hari terlihat muram.
"(Kebahagiaan Ayah yang utama buatku, asal Ayah senang aku pun sudah cukup)" pikir Ariel dalam hati.
Setelah itu Evelina langsung memberitahukan kabar bahagia itu kepada Ken, lalu keesokan harinya Ken beserta keluarganya mendatangi keluarga Ariel untuk membicarakan pernikahan.
Itulah pertemuan pertama antara Ariel dan Ken, mereka berkenalan dengan singkat kemudian dilanjutkannya menentukan hari pernikahan mereka.
Tak perlu waktu lama hingga hari pernikahan pun tiba, Pernikahan digelar dengan sederhana dan tertutup namun tetap memiliki kesan mewah, Ariel menjalani prosesi pernikahan dengan kidmat dan tak banyak bicara, ia sangat tegar meskipun pernikahan itu bukanlah keinginannya.
Sampai tiba waktunya Yuna mendatangi kedua mempelai untuk memberikan doa restu dan ucapan selamat, betapa terkejutnya Yuna melihat pasangan sahabat baiknya itu adalah orang yang telah lama ia cintai..
Yuna berbalik arah dan berlari bersembunyi di dalam toilet, ia tak kuasa menahan tangisannya yang telah ia tahan.
"Kenapa!! Kenapa harus dengan dia!!" ucap Yuna lirih yang menghadap ke cermin washtafel.
Setelah beberapa saat Yuna terdiam sendirian di toilet itu, ia mulai berpikir dan menata hatinya kembali.
"Nggak ada gunanya aku seperti ini!!" gumam Yuna sembari membasuh air matanya.
Yuna kembali ke aula resepsi setelah memperbaiki riasannya.. sampailah ia dihadapan pengantin pria dan wanita.
Ken yang melihat Yuna pun tak kalah terkejutnya, ia pikir Yuna sengaja mendatanginya, saat Ken hampir mengucapkan kata kepada yuna, yuna segera menghampiri Ariel, ia memeluk erat Ariel dan membisikan ucapan selamat.
"Selamat yaa, semoga kamu selalu bahagia!!" bisik Yuna yang memeluk Ariel.
"Makasih ya.. kamu udah mau datang kesini!!"
"Kita kan teman!! Mana mungkin aku nggak datang!!" ucap Yuna sembari sesekali melirik ke arah Ken.
Ken pun terkejut melihat ternyata Ariel dan Yuna berteman dekat.
"Oh iya.. kenalin.. ini suami aku Ken, Ken dia adalah Yuna teman baikku satu satunya!!" ucap Ariel menunjuk ke arah Ken dan yuna bergantian.
"Haloo.. suaminya Ariel!!" sapa Yuna dengan senyum kecut.
"Ha.. halooo!!" sahut Ken ragu ragu.
Setelah itu Yuna pun segera berpamitan dengan Ariel dan meninggalkan acara, Yuna pergi dengan rasa kesal yang memenuhi hati dan pikirannya setelah berpura pura ikut bahagia didepan sahabatnya.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!