NovelToon NovelToon

Scandal With My Boss

Bab 1 - Bertemu Bos

Diharapkan setelah membaca cerita ini di setiap babnya untuk memberikan vote dan komentar sebagai bentuk dukungan dari kalian.

---

Annetasya Cloper wanita berusia 22 tahun itu memasuki ruangan HRD dan setelah menjalani proses interview, akhirnya Anne di persilahkan untuk langsung menghadap ke ruangan CEO seketika detak jantungnya terasa berdegup sangat cepat saat ia telah berada di depan pintu bertuliskan R. CEO, ia mengetuk pintunya nya dengan sopan dan saat atasannya dari dalam mempersilahkan dirinya untuk masuk ia langsung memasuki ruangan itu.

"Selamat siang Pak Darren perkenalkan saya Annetasya Cloper sekretaris baru anda," ucapnya memperkenalkan diri.

Bosnya itu menatapnya dari atas sampai bawah dan seketika ia tersenyum, senyuman itu berhasil membuat Anne merasakan kekhawatiran di hatinya.

"Maaf Pak Darren apa ada tugas yang harus saya kerjakan?" bosnya yang di ketahui namanya Darren itu, ia langsung menganggukkan kepalanya.

"Iya ada, tugas untukmu pijat bahu saya, huh.. saya sangat lelah sekali hari ini," pintanya seraya memijit pelipisnya, tugas macam apa itu barusan Anne ingin menolak tapi percuma juga.

"Hey kenapa kau diam saja, tadi kau bertanya apa tugasmu? Cepat pijat bahuku," Darren yang kesal melihat Anne yang terus berdiam diri.

"Ya baik Pak," Anne menghampiri Darren yang sedang duduk di kursi kerjanya dan setelah itu ia langsung memijit bahu Darren.

"Uh.. ternyata enak juga pijatanmu," mata Anne melotot mendengar suara ******* itu, ada apa ini dengan bosnya bisa-bisanya dia mengeluarkan suara seperti itu.

"Apa kau bisa memijat yang lain?" pijatan Anne terhenti akan pertanyaan Darren barusan, seketika pikiran kotornya melayang kemana-mana.

"Tidak, maaf Pak saya hanya bisa memijat bahu saja." katanya dengan menundukkan kepalanya.

Darren tersenyum senang karena berhasil membuat Anne merasa kesal padahal baru saja ia memulai menggodanya, Anne mungkin akan menjadi mainan barunya.

...***...

Darren menandatangani beberapa berkas yang di berikan Anne padanya tapi anehnya wanita itu tidak di berikan izin untuk keluar dari ruangannya.

"Besok jam 11 siang nanti ada jadwal Pak Darren bertemu dengan investor," Darren mengangguk.

"Apa kau tidak lelah terus-terusan berdiri? Duduklah di kursi, bersantai saja anggap kita ini teman," ucapnya menyuruh Anne untuk duduk.

"Maaf Pak tapi anda adalah atasan saya," Darren menatapnya.

"Kau tahu ini untuk pertama kalinya saya memiliki seorang sekretaris semuda kamu jadi anggap saja kita ini teman atau seorang adik dan kakaknya.. "

"Atau bahkan jika kau mau, kau bisa menganggap ku sebagai kekasihmu nona Annetasya Cloper." Darren mengedipkan sebelah matanya menggoda Anne.

Anne mengalihkan pandangannya tidak ingin melihat wajah tengil Darren yang terus menggodanya, tujuannya disini untuk bekerja bukan untuk meladeni godaan atasannya.

...***...

Jika bukan karena tuntutan ekonomi mungkin Anne bisa melanjutkan pendidikan S2 nya di bidang management akuntasi tapi sudah bisa mendapatkan gelar sarjana saja ia sudah sangat bersyukur.

Anne hidup sebatang kara, ia sejak lahir tidak pernah mengetahui dimana kedua orang tuanya berada, karena sejak lahir Anne sudah di titipkan di panti asuhan dan setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk keluar dari panti dan melanjutkan kehidupannya sendiri.

Dan sekarang untuk melanjutkan hidupnya Anne harus bekerja, dulu ia juga pernah bekerja di sebuah kafe saat ia masih kuliah dan sekarang impian terwujud bisa bekerja di perusahaan besar di D.J Enterprises.

Tapi, disini ia harus berhadapan dengan bos tengilnya yang suka sekali menggodanya.

Darren Jackson memang ia akui pria itu sangat tampan dan mapan siapa yang tidak suka dengannya tapi Anne pun harus sadar diri akan posisinya bisa jadi Darren memang pria yang suka menggoda wanita, jadi ia harus bisa memaklumi sikap tengil Darren padanya.

Seperti sekarang ini Darren mengajaknya untuk makan siang bersama.

"Terimakasih Pak Darren untuk traktirannya tapi makanan yang anda pesan ini terlalu banyak," Anne tidak enak hati karena Darren memesan makanan sebanyak ini.

"Aku memesannya untukku sendiri, kau pesan yang lain saja," Anne membulatkan matanya mendengar ucapan Darren barusan, pria ini benar-benar sangat menyebalkan.

Darren terkekeh, "Aku bercanda, kau makan saja, semua ini kita habiskan bersama," katanya yang merasa senang melihat ekspresi Anne barusan.

"Dan ingat saat kita bersama jangan memanggilku dengan sebutan Pak itu, aku ini masih 26 tahun masih muda saat kita bersama panggil namaku saja," pintanya.

"Iya baik.. Darren," ucapnya.

Darren diam-diam memperhatikan Anne yang sedang makan, sebenarnya Anne terbilang cukup cantik juga, rambutnya yang panjang berwarna cokelat itu huh terlihat sangat cantik saat tergerai dan bibirnya yang kemerahan itu sungguh Darren ingin menciumnya.

"Apa yang kau perhatikan?" tanya Anne menyadari Darren menatapnya dengan intens.

"Bibirmu," Darren tersenyum seraya mengigit sedotan minumannya.

"APA! Kau.. " Anne di buat shock mendengarnya kalau bukan atasannya mungkin Anne sudah memukul wajah tengilnya itu.

Darren terbahak melihat ekspresi Anne barusan, dia benar-benar sangat menggemaskan. Ini untuk pertama kalinya Darren merasa nyaman saat bersama wanita biasanya ia tidak pernah nyaman apalagi jika bersama tunangannya yang menyebalkan itu.

...***...

Satu bulan kemudian..

"Bagaimana perasaan mu untuk pertama kalinya ikut rapat penting?" tanya Darren pada Anne yang tengah berjalan beriringan dengannya seraya membawa beberapa berkas di tangannya.

"Sangat menyenangkan," Anne tersenyum sumringah. Ya, ini untuk pertama kalinya dia ikut serta dalam rapat penting seperti cerita yang sering ia baca di novelnya.

"Kau akan selalu terlibat hal-hal penting nanti bersamaku Anne," Darren mengingatkannya dan Anne menganggukkan kepalanya.

Bukan hanya rapat nantinya Anne pasti akan ikut serta dalam menemani Darren tugas dinas baik itu ke luar kota ataupun sampai ke luar negeri. Membayangkan perjalanan dinas saja sudah berhasil membuatnya merasa senang.

"Hari ini kau pulang naik apa?" tanyanya.

"Taksi," Darren merasa kasihan mendengar sekretaris cantiknya itu yang harus pulang naik taksi.

"Akan ku antar kau pulang Anne," Anne menggeleng.

"Tidak perlu repot-repot Pak Darren, aku bisa pulang sendiri,"

"Tidak ada kata penolakan untukku," Anne menghela nafasnya, bosnya itu selalu seenaknya saja.

"Bereskan mejaku dan beberapa berkas penting lainnya masukan ke dalam tasku, sekalian bawakan tas ku, kau aku tunggu di parkiran." perintahnya.

Anne tercengang mendengarnya, apa-apaan ini, jam kantor telah selesai tapi Darren memerintahkannya seakan-akan dia adalah asisten pribadinya.

...***...

Anne membawa tas Darren beberapa karyawan lain memperhatikannya saat ia memasuki mobil Ferrari hitam itu, semua karyawan tahu jika mobil sport itu milik siapa lagi kalau bukan CEO di perusahaan mereka bekerja.

"Kau ini lama sekali aku sudah menunggumu sampai 10 menit lebih sendiri," cercanya.

"Pak Darren atasanku yang terhormat, menunggu 10 menit saja anda sudah mempermasalahkannya, baiklah aku meminta maaf karena sudah membuatmu menunggu ku terlalu lama," Anne berusaha tersenyum semanis mungkin untuknya.

"Ya, baiklah aku maafkan lain kali kau harus bisa lebih cepat lagi," Anne tak meladeninya, ia lebih memilih melihat pepohonan di luar sana.

Cuaca di kota New York saat ini sedang sering sekali turun hujan jadi mengakibatkan jalanan sedikit licin. Anne selalu menantikan turunnya salju nanti tapi sayangnya ia masih harus menunggu selama empat bulan lebih lagi untuk menunggu turunnya salju.

"Dimana rumah mu?"

Anne memberitahu alamat tempat tinggalnya yang terdapat di pemukiman kumuh, bahkan mobil Darren saja tidak dapat masuk ke dalam gang sempit itu terpaksa Anne harus turun di depan gang.

"Terimakasih Pak Darren,"

"Besok aku jemput,"

"Tidak perlu Pak, aku bisa.. "

"Jam 7 pagi kau sudah harus siap, sampai jumpa besok sekretaris ku tersayang." ucap Darren seraya mengedipkan sebelah matanya.

Mobil Ferrari milik Darren melaju pergi begitu saja sedangkan Anne dia tengah menghentakkan kakinya ke bumi karena kesal dengan sikap atasannya itu, yang selalu seenaknya memberikan perintah tanpa bisa ia bantah.

...***...

TBC.

Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya teman memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Bab 2 - Makan Siang

Darren menjemput Anne tepat waktu begitu juga dengan Anne yang tepat waktu telah menunggu Darren di depan gang rumahnya dan siang ini mereka akan bertemu dengan klien penting di salah satu kafe yang sudah di tentukan.

Darren cukup takjub dengan pakaian dan dandanan Anne yang sangat rapi, dan terlihat sangat cantik sampai ia di buat terpesona sendiri.

"Ehem.. maaf Pak Darren kita sudah sampai di kafe tujuan," ucapnya mengingatkan.

"Ya, memang kita sudah sampai. Ayo turun."

Ya, itu yang ingin Anne katakan ayo kita turun Darren sayang tapi sayangnya pria itu malah terus memperhatikannya sampai berhasil membuat Anne merasa jengah.

"Anne,"

"Iya kenapa Pak?"

"Hari ini kau sangat terlihat cantik," bisiknya tepat di telinga Anne yang berhasil membuatnya langsung memukul lengan Darren ia sudah sangat kesal di buatnya.

"Kamu ini berani sekali memukul atasanmu,"

"Dan kau berani sekali menggoda sekretaris mu Pak Darren Jackson," kata Anne dengan kesal.

Darren malah tersenyum devil mendengar Anne mengatakan kalimat itu barusan, jika bukan karena sedang berada di luar ia ingin sekali tertawa terbahak dengan kencang.

"Sudah jangan banyak bicara apa kau tahu tuan Zack sudah menunggu kita dari tadi," Darren menggenggam tangannya menariknya ikut masuk ke dalam kafe.

Zack selaku investor yang ingin ikut menanam sahamnya di perusahaan D.J Enterprises sudah menunggu kedatangan Darren dan ia dibuat kagum dengan kemesraan Darren menggenggam tangan sekretaris barunya itu, ia sudah cukup lama mengenal Darren dan baru pertama kalinya ia melihat Darren seintens itu dengan wanita.

"Maaf tuan Zack sudah membuat anda menunggu lama," Anne melepas paksa genggaman tangan Darren.

"Wah kalian ini sangat romantis, apa sekretaris barumu ini adalah pacarmu Darren?"

"Menurutmu," Darren mengedipkan matanya dan terkekeh.

Apalah daya Anne hanya bisa duduk manis di samping Darren tengil itu dan mendengarkan obrolan penting mereka, bukan hanya obrolan penting tapi keduanya membicarakannya juga ini semua karena ulah Darren yang dengan lancang menggenggam tangannya.

"Tuhan.. kenapa bisa aku bekerja dengan manusia menyebalkan seperti Darren Jackson ini." batinnya berbicara.

Anne rasa ia telah salah memimpikan agar bisa bekerja di D.J Enterprises bisakah ia mengundurkan diri saja tapi ia tidak akan mampu membayar segala kompensasinya.

...***...

Darren menatap Anne yang sibuk dengan beberapa berkas yang diberikan Zack padanya padahal mereka saat ini sudah selesai bertemu dengan Zack dan saatnya menikmati makan siang bersama.

Seketika Darren tersenyum jahil tangannya menyentuh tangan Anne yang sedari tadi mengetuk-ketuk meja, dan hal itu berhasil membuat Anne terkejut sontak ia langsung menarik tangannya.

"Apa lagi yang ingin kau lakukan?" Anne berteriak keras menatap Darren yang sedang terkekeh.

"Wow.. ternyata kau benar-benar galak sekali ya," Darren masih terkekeh membuat Anne mencabikkan bibirnya karena saking kesalnya.

"Kau dari tadi seperti manusia yang paling sibuk sendiri, apa kau tidak lihat! Itu makananmu sampai dingin berhentilah bekerja saat kita sedang makan bersama." Darren mengedipkan satu matanya berhasil membuat Anne menelan salivanya.

Anne mendengarkan kata Darren ia mengesampingkan berkasnya dan memakan makanan yang dipesankan Darren untuknya. Darren memperhatikan Anne, dia mengagumi cara makan wanita yang ada di hadapannya itu yang terlihat sangat menggoda, apalagi saat bibir kenyal milik Anne melahap mienya.

"Apa sebegitu terpesonanya anda padaku tuan Darren!" Anne menatapnya tajam, lagi-lagi Darren terkekeh.

"Bisakah sehari saja kau tidak bersikap manis nona Anne?" katanya seraya menopang dagunya dengan satu tangannya.

"Huh sayangnya aku memang sudah di lahirkan sejak lahir semanis ini tuan Darren," cibir Anne menjawab godaan Darren.

"Wah benarkah, bolehkah aku mencicipi seperti apa rasanya manisnya dirimu nona Anne?" ucapan Darren barusan berhasil membuat Anne menggeramkan giginya, ingin sekali Anne menyentil otak mesum Darren.

Anne langsung melahap seluruh makanannya, ia lebih fokus pada aktivitas makannya di bandingkan harus melihat wajah tengil Darren yang sekarang tengah terkekeh.

...***...

Anne berdiri di samping Darren yang sedang duduk di sofa bersama Moa Gibson tunangannya, sungguh ingin sekali Anne segera keluar dari ruangan ini rasanya ia hanya sedang di jadikan obat nyamuk diantara mereka.

"Ayolah sayang nanti malam kita jalan ya," Moa terus merengek meminta Darren untuk keluar malam berkencan dengannya.

"Aku sibuk Moa kau pergi sendiri saja," Anne bisa melihat sepertinya Darren tidak menyukai Moa, sedari tadi pria itu mencoba melepaskan pelukan Moa di tangannya.

Tapi, jika Darren tidak menyukai Moa untuk apa mereka sampai bertunangan. Apa karena mereka di jodohkan, pikiran Anne melayang kemana-mana. Anne mencoba mengusir pikirannya untuk apa dia memikirkan pria menyebalkan seperti Darren.

"Baiklah ayo kita pergi berkencan nanti malam tapi dengan satu syarat,"

"Apa itu baby katakan saja, kau ingin malam ini aku memberikan kehangatan untukmu?" Darren merasa jijik mendengar kata kehangatan itu, siapa juga yang meminta kehangatan dari Moa.

"Tidak pikiranmu itu, aku mau pergi berkencan asalkan Anne ikut bersama kita nanti malam," bagaikan di sambar petir di sore hari Anne membulatkan matanya, ia tidak percaya dengan pikiran sinting Darren barusan.

Apa-apaan ini, disini di dalam ruangan ini saja Anne sudah merasa seperti obat nyamuk apalagi jika sampai ia ikut bersama mereka. Sungguh, Anne tidak bisa membayangkannya.

"Maaf Pak Darren sepertinya saya tidak bisa ikut, mana mungkin saya menganggu waktu berkencan anda dengan nona Moa," ucapnya berhati-hati.

"Lihatlah dia saja tidak mau kan, sudahlah kita pergi berdua saja lagi pula aku tidak mau kencan kita di ganggu orang lain," Anne menaikan satu alisnya, siapa juga yang mau menjadi pengganggu.

Keberadaannya di ruang ini juga atas dasar perintah dari Darren, jika bukan karena perintah mungkin Anne sudah keluar dari ruangan yang panas ini.

Darren menatap Anne yang di tatap malah ketakutan, ia mengerti maksud Darren. Jika perintah darinya tidak ingin ada kata penolakan.

"Kau harus ikut Anne, kau ini bukan hanya sekretaris ku! Kau juga mulai sekarang adalah asisten pribadiku,"

"Baiklah, Pak Darren saya akan ikut nanti malam."

Anne harus mengalahkan rasa kesalnya, karena bagaimana pun Darren adalah atasannya. Ya atasan sinting, idiot dan tengilnya. Anne bingung untuk apa ia ikut serta dalam kencan mereka berdua, apa fungsinya ia nanti di sana.

Darren sungguh kau benar-benar sinting berhasil membuat Anne kebingungan sendiri.

Tujuan Darren mengajak Anne ikut serta dalam kencannya ialah karena dia bosan jika harus terus-terusan bersama Moa dari dulu pertunangan ini tidak pernah Darren inginkan, jika bukan karena permintaan Jackson--Ayahnya mungkin Darren tidak akan mau.

Jackson dan ayah Moa yaitu Vincent Gibson mereka sudah bersahabat lama, sejak Darren dan Moa masih kecil kedua orang tua mereka sudah sepakat jika anak mereka telah tumbuh dewasa. Mereka berdua akan menjodohkan keduanya.

TBC.

Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Bab 3 - Kencan Gila

Malam ini sesuai perintah Darren dia Anne sudah bersiap menunggu Darren menjemputnya, tidak butuh waktu lama mobil Darren sudah sampai di depan gang rumahnya. Anne langsung masuk ke mobil dan duduk di jok belakang, tapi seketika Darren tidak kunjung menjalankan mobilnya.

"Kenapa?"

"Kamu pikir aku ini supir pribadi mu nona cantik, duduk di depan,"

"Aku tidak mau, nona Moa nanti yang akan duduk di depan bersamamu,"

"Kau tahu perjalanan ke rumah Moa itu menghabiskan waktu satu jam lebih, jadi cepatlah pindah ke depan nanti kau akan pindah duduk lagi ke belakang jika ada Moa." baiklah Anne menurutinya, ia berpindah ke jok depan menemani Darren tengil ini.

Ya, perjalanan ke rumah Moa lumayan cukup lama itu karena Darren yang membawa mobil lumayan cukup pelan, bagaimana mereka bisa sampai tempat tujuan dengan cepat.

"Pak Darren.. "

"Hey sudah berapa kali ku katakan jangan panggil aku seperti itu, jika kita sedang berdua,"

"Maaf maksudku Darren bisakah kau menambah kecepatan mobilmu, bagaimana kita akan sampai ke rumah nona Moa dengan tepat waktu jika kau membawa mobil seperti ini," ujarnya.

"Wah ternyata wanita sepertimu sukanya yang lebih cepat ya dari pada bermain pelan." Darren mulai berbicara yang tidak di mengerti oleh Anne.

Anne berusaha menghilangkan pikiran kotornya, ada apa ini dengannya sekarang bertemu dengan Darren membuatnya sering berpikiran kotor saat menebak kemana arah pembicaraan pria itu.

...***...

Ya, mereka sampai di rumah Moa tepat satu jam yang di katakan Darren dan secepatnya ia berpindah duduk di belakang. Anne sengaja tidak ikut turun dari mobil karena bagaimana mereka sedang berada di depan rumah Moa, ia khawatir jika nanti orang tua Moa melihat dirinya.

"Darren ku pikir kau sedang bercanda mengajaknya ikut dalam kencan kita ini, ternyata kamu benar-benar membawanya," ujar Moa kesal.

"Sejak kapan aku bercanda dalam berbicara."

Anne berusaha untuk tetap tenang ia tidak ingin ikut campur urusan kedua manusia aneh itu, keberadaannya hanyalah karena perintah Darren yang tidak lain dan tidak lebih bukan karena apapun itu.

Mereka sampai di restoran yang terkenal di ibu kota New York. Anne benar-benar merasa seperti orang gila yang mau saja menemani pasangan absurd kencan.

"Kau ingin makan apa nona Anne?" Anne di buat celingukan, pria ini sudah tidak waras apa seharusnya dia bertanya pada tunangannya bukan malah pada dirinya.

"Darren sayang kenapa kamu malah bertanya pada dia seharusnya, kamu juga menanyakan hal yang sama padaku?" rengek Moa manja pada Darren.

"Baiklah biar adil, aku akan pesan makanan yang sama untuk kita bertiga." Darren memesan menu yang paling spesial dan termahal di restoran ini.

Sungguh disini Anne merasa dirinya seperti pacar kedua seorang Darren, pria itu memperlakukannya benar-benar seperti kekasihnya.

Ayolah, Anne ingin sekali secepatnya pulang.

...***...

Anne terus mengikuti mereka dari belakang, setelah makan entah mau kemana lagi mereka berdua ini dan ternyata mereka berhenti di tempat penjual es krim.

Melihat Moa yang sedang memesan es krim rasa coklatnya membuat Anne ingin juga, huh tapi sayangnya dia tidak punya uang.

"Ah.. " Anne merasa terkejut saat satu cup es krim rasa coklat langsung Darren suguhkan di hadapannya, sejak kapan pria itu memesankan untuknya.

"Untukku?" Anne mendelik kan matanya dan Darren menganggukkan kepalanya seraya menyunggingkan eyes smilenya.

"Iya untuk siapa lagi cepat ambilah nanti keburu mencair, huh aku memang pria yang perhatian bukan." Darren memuji dirinya sendiri.

Moa merasa kesal karena sedari tadi Darren lebih perhatian kepada sekretarisnya di bandingkan dirinya.

"Darren.. " yang di panggil melihatnya dengan malas.

"Kenapa lagi?"

"Aku ingin menangis, kau mengabaikan ku dan terlalu perhatian padanya," Moa menunjuk Anne yang di tunjuk tertegun diam.

Darren berdecak pinggang ini yang tidak di sukai Darren dari kecil Moa tidak pernah bersikap dewasa dan terlalu berlebihan seperti seorang bocah.

"Sudahlah kau jangan menangis, jika bukan karena Anne ada disini aku tidak akan mau kencan keluar di malam hari seperti ini," Anne yang mendengar ia langsung memukul pantat Darren karena berbicara asal begitu.

Anne sejujurnya merasa tidak enakan pada Moa tapi sesungguhnya ia benar-benar tidak pernah meminta untuk di beri perhatian, pria sinting ini saja yang terus memberikannya perhatian dari saat mereka makan sampai sekarang.

"Aku ingin pulang, sekarang juga."

"Ya, baiklah ayo kita pulang."

Senangnya mendengar kata pulang, sudah dari tadi Anne menunggu kalimat itu dan akhirnya ia bisa merasa lega setelah pulang dari kencan gila mereka ini.

...***...

"Kau tidak seharusnya bersikap seperti itu pada nona Moa," ucapnya.

"Memangnya aku harus bersikap seperti apa Anne?" Darren bertanya, pertanyaan Darren tidak bisa Anne jawab.

"Ya, setidaknya hargailah dia sekalipun kau tidak menyukainya." sarannya.

Darren hanya menganggukkan kepalanya dia tidak benar-benar mendengarkan nasehat dari Anne, baginya apa yang tidak dia sukai ya dia tidak akan menyukainya.

Mobil Darren sampai di depan gang rumah Anne, wanita itu turun begitu juga dengan Darren yang ikut turun berhasil membuat Anne menatapnya heran.

"Kenapa? Aku akan mengantarkan mu sampai di depan rumahmu,"

"Tidak perlu, aku bisa sendiri sebaiknya kau pulang saja,"

"Tidak, ayo aku antar." Darren menggenggam tangan Anne sontak membuat sang empu terkejut.

Anne merasa tidak nyaman akan genggaman tangan Darren di tangannya pasalnya ia tidak pernah berjalan beriringan dengan pria, dan pada saat mereka sedang berada di gang jalan menuju rumahnya.

"Bisakah kau melepaskan tanganmu," Anne mencoba melepas paksa tapi Darren tidak membiarkannya.

"Kau ini kenapa huh, jangan grogi tenang saja. Aku seperti ini sedang menjagamu,"

"Apanya yang menjaga? Ini bukan menjaga tapi kau memanfaatkan keadaan,"

"Hahaha.. kau bisa saja Anne," Darren malah terbahak senang melihat Anne grogi seperti ini.

Dan saat mereka sampai di depan rumah sewa milik Anne, ia langsung menginjak sepatu Darren membuat sang empu melepaskan tangannya.

Rumah sewa yang minimalis hanya terdapat satu kamar dan satu ruang tamu yang langsung terhubung dengan dapur.

"Lepaskan tanganmu, kita sudah sampai, terimakasih sudah mengantarkan ku pulang dan sampai jumpa Pak Darren."

Anne langsung berlari masuk ke dalam rumahnya dan langsung mengunci pintunya dengan rapat berhasil membuat Darren menggelengkan kepalanya melihat tingkah Anne barusan.

"Dasar wanita aneh," Darren tidak langsung pergi, ia melihat-lihat sekitar rumah sewa Anne.

Anne yang masih berdiri di balik pintunya, ia mengintip jendela dan ia masih melihat Darren masih di luar sana.

"Ck! Kenapa pria sinting itu masih belum juga pergi sih?!" Anne geram.

"Hey jangan mengintip ku, sudah sana cepat beristirahatlah.. "

"Tidak usah khawatir denganku sayang, aku pasti akan pulang dengan baik." ujar Darren yang berada di luar sana, ia menyadari Anne yang barusan mengintipnya.

Anne langsung bergidik geli mendengar ucapan Darren barusan, ia segera mematikan lampu di dalam kamarnya. Terserah, Darren mau pulang dengan selamat ataupun tidak Anne tidak perduli akan hal itu.

TBC.

Di harap memberikan Vote dan Komentarnya ya prend memberikan kedua poin itu sangat gratis. :)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!