Hari ini Ve, akan berangkat ke kampus dengan menggunakan motor bututnya seperti biasa. Ibunya sering menyuruhnya mengantarkan kue terlebih dahulu ke warung-warung yang biasa langganan pesan pada ibunya.
Semenjak dia lahir, sampai sekarang dia hidup hanya berdua dengan ibunya. Dia tidak tahu rupa dari ayahnya seperti apa. Jika di tanya kemana ayahnya, ibunya selalu bilang pergi entah kemana. Jadi mau tidak mau, Ve menjadi anak yang tomboy dan dia senang olah raga anak laki-laki sejak kecil.
Sejak kecil Ve di didik ibunya memang untuk jadi anak yang tomboy, pandai ilmu bela diri karena di dekat rumahnya ada klub pencak silat dan karate. Dari sejak umur sepuluh tahun sudah di daftarkan ibunya, karena memang dia ingin anaknya bisa menjaga diri. Dan Ve sendiri suka dengan olah raga yang menantang dan berani.
Sampai dia menginjak dewasa berumur sembilan belas tahun. Kini dia pemegang sabuk hitam di klub karatenya. Kadang dia juga di suruh melatih anak-anak kecil yang ikut juga berlatih karate dan pencak silat.
Harapan ibu Ve, sangat sederhana menurut Ve sendiri. Dia agar bisa menjaga diri dari bahaya yang tidak terduga.
Ve tidak mempermasalahkan alasan ibunya, cuma yang dia bingung sejak kecil Ve tidak pernah mengenal ayahnya. Pernah dia bertanya pada ibunya tentang ayahnya, namun selalu di jawab pergi jauh.
Dan akhirnya Ve malas untuk bertanya tentang ayahnya lagi. Toh dia juga hidup dengan baik berdua dengan ibunya.
"Ve, tolong nanti sore kirim pesanan kue pada bu Salma ya." pinta ibunya.
"Iya bu, tapi nanti setelah melatih anak-anak di klub ya." ucap Ve.
"Ya, ngga apa-apa." ucap ibunya.
Ve bersiap untuk pergi kuliah, dia berangkat kuliah seperti biasa mengendarai motor scoopynya keluaran pertama. Jadi bisa di pastikan motornya sudah butut karena seringnya di pakai bolak-balik kampus.
Itu juga membelinya bekas orang yang sedang butuh uang, dan ibunya Ve membeli karena dia memang membutuhkan motor untuk mengantarkan pesanan pelanggannya.
Ve mengeluarkan motornya dan langsung menstater sekalian di panasi. Dia mengelap body motor dengan kanebo yang dia bawa dari dalam rumah.
Andre menghampiri Ve yang sedang mengelap motornya. Dia sahabat Ve sejak kecil dan tetangga rumahnya juga.
"Ve, numpang dong. Motor gue mogok." ucap Andre pada Ve.
"Ya, mogok mulu motor lo." jawab Ve singkat.
Lalu Andre kembali ke rumahnya lagi, dia mengambil tas ranselnya dan kembali lagi ke tempat Ve mengelap motornya.
"Motor kamu kenapa lagi, Ndre?" tanya ibu Ve yang membuang air sisa cucian beras ke tanaman yang dia tanam di depan rumah.
"Biasa tante, minta di servis." jawab Andre sambil nyengir kuda.
"Itu bukan minta di servis, tapi minta di lem biru." timpal Ve.
"Apaan lem biru?" tanya Andre bingung.
"Lempar beli baru." jawab Ve santai.
"Hahahah! Ada-ada aja istilahnya lo itu." ucap Andre dengan tertawa ngakaknya.
Ibu Tika, ibu Ve hanya menggeleng kepala dengan tingkah lucu sahabat dari anaknya itu. Bagi ibu Tika istilah itu sudah biasa di dengar dari anaknya ketika dia mengeluhkan barang rusak, dia juga bingung pertama kali dengar istilah itu. Tapi sekarang sudah biasa mendengarkan Ve berkata seperti itu.
"Bu, Ve berangkat dulu ya." pamit Ve pada ibu Tika.
"Iya, hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya Ve." pesan ibu Tika.
"Iya."
Lalu Ve naik di depan, sedangkan Andre di belakang. Memang aneh, tapi Ve tidak mau motornya di ganti oleh orang lain selain dirinya jika ada laki-laki yang ikut bonceng dirinya.
"Lo udah siap?" tanya Ve pada Andre.
"Udah dong. Cuuus kita berangkat." ucap Andre.
"Berangkaaaat." ucap Ve sambil menepuk depan motornya seperti di sitkom di televisi.
_
Sampai di kampus, Ve memarkirkan motornya di tempat parkiran seperti biasanya. Dia akan memarkirikan motornya di paling pojok, karena motornya tidak akan mengganggu motor lain.
Dia tahu, kampus yang dia mencari ilmu itu bergengsi jadi dari pada ribut dengan anak-anak lain lebih baik dia mencari aman. Tapi bukan berarti dia takut pada mereka yang notabene rata-rata anak orang kaya semua.
"Ve, gue masuk duluan ya. Jam kuliahnya sebentar lagi mulai." ucap Andra pada Ve.
"Oi, lo ngga bilang terima kasih kek ke gue. Main ngeloyor aja." ucap Ve kesal pada sahabatnya itu.
"Yaelah Ve, timbang terima kasih aja lo ributin. Iya gue terima kasih numpang di motor lo." ucap Andre sambil meloyor pergi.
"Ish, dasar." gerutu Ve.
Ve lalu melenggang pergi meninggalkan tempat parkiran. Dia melirik jam melingkar di tangannya, dia juga harus bergegas masuk kelas. Karena dosen kiler pasti memberinya hukuman kalau telat masuk kelas.
"Ve, lo tumben ngga telat?" tanya Gilang dari belakang menepuk pundak Ve.
"Lo kan tahu, hari ini dosen kiler masuk ke kelas kita. Gue harus on time." jawab Ve.
Gilang tersenyum, dia membenarkan dalam hati. Pak Doni, dosen kilar statistik di jurusan sosial fakultas pendidikan.
Gilang dan Ve satu kelas di jurusan yang sama. Ve sebenarnya salah masuk jurusan, bahkan salah masuk fakultas. Dia mengira formulirnya sama saja, tapi ternyata berbeda. Mau tidak mau akhirnya Ve masuk jurusan sosial dengan Gilang.
Gilang juga sahabat Ve setelah masuk satu jurusan. Memang di jurusan Ve masuki itu kebanyakan anak orang kaya baru, makanya gayanya selangit.
Ve sendiri heran, kenapa mereka masuk ke fakultas pendidikan. Bukannya fakultas yang bonafit seperti kedokteran atau Mipa. Itu kan fakultas bergengsi.
Dia pernah bertanya pada Gilang, kenapa seperti itu teman-teman satu kelasnya. Dia bilang mereka hanya kesasar, Ve pun hanya tertawa waktu itu.
Ve dan Gilang masuk ke dalam kelasnya, dia duduk di belakang Gilang. Baru juga duduk, dosen yang di sebut kiler oleh Ve sudah masuk dan memerintahkan ketua kelas untuk memberi salam pada dosen.
Memang seperti anak SD kalau dosen masuk memberi salam, tapi hanya pak Doni sang dosen kiler saja yang seperti itu. Yang lain tidak, biasa saja.
Bagus untuk kedisiplinan dan menghormati guru siapapun itu, tapi Ve berpikir seperti anak SD. Namun begitu, setiap mahasiswa harus menuruti apa perintah pak Doni. Dan sialnya lagi pak Doni adalah dosen statistik yang mana mata kuliah statistik itu susah susah gampang.
"Anak-anak, seperti biasa bapak akan mengetes kalian untuk membuat statistik siswa di sekolah SMA, jadi kalian bersiap untuk memberikan jawaban di kertas dan siapa yang pertama bapak tunjuk akan maju ke depan mempresentasikan hasil jawabannya." kata pak Doni.
Dan ini adalah salah satu yang tidak di sukai oleh mahasiswa di kepas Ve, tapi mereka bersabar karena dua bulan lagi pergantian semester dan kata kakak kelas di semester selanjutnya mata kuliah pak Doni tidak ada.
Begitulah, semua bersabar dan menuruti tugas dari pak Doni. Jika tidak, makan bersiap nilai akan mendapatkan nilai E atau D. Sudah di pastikan nilai itu akan mengulang mata kuliahnya.
Jadi, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menuruti apa yang di tugaskan pak Doni.
_
_
_
😊😊😊😊😊😊
Setelah mata kuliah pak Doni yang kiler itu, kini berganti dengan mata kuliah lainnya.
"Lang, katanya ada dosen baru ya?" tanya Ve pada Gilang.
"Iya, tapi ngga tahu mata kuliah apa." jawab Gilang.
Seperti biasanya, jika dosen selesai mengajar mata kuliah mahasiswa ribut dan bercanda. Ada yang merumpi, ada yang bercanda dan ada juga yang langsung mengerjakan tugas dari pak Doni.
Ketika semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada seorang laki-laki masuk yang lumayan tampan wajahnya. Semua mata terpana pada laki-laki itu.
Dengan wajah datar, dia berjalan menuju meja dan kursi yang biasa dosen duduk untuk menyampaikan mata kuliah.
Semua mata mahasiswa dan mahasiswi tak lepas dari gerakan sang laki-laki itu.
Dia duduk dengan santai, meletakkan tas yang dia bawa juga beberapa buku untuk mengajar mata kuliahnya.
"Selamat siang semuanya." ucapnya.
"Selamat siang pak." jawab semua mahasiswa.
Laki-laki itu berdiri di depan kelas, dia melangkah maju mundur. Pandangannya mengedar di setiap bangku mahasiswa, sampai pada kursi Ve. Dia menatap lama.
Dia heran, kenapa Ve diam saja dan masih menunduk menulis entah apa.
Ingin dia menegur, namun sebelumnya dia akan memperkenalkan diri pada mahasiswanya.
"Bapak dosen baru ya?" tanya ketua kelas, Ramon.
"Iya, perkenalkan nama saya Erick Jefferson. Dosen mata kuliah matematika yang baru di kelas ini. Nanti ketua kelas saya minta nama-nama mahasiswa di sini agar saya bisa mengenal kalian semua." kata Erick.
Kembali dia menatap Ve yang masih sibuk dengan tulisannya. Gilang yang duduk di sebelah Ve, menyenggol lengan Ve agar dia menghentikan kegiatan menulisnya.
"Ve, berhenti dulu nulisnya. Tuh lihat dosen baru liatin lo terus dari tadi." bisik Gilang pada Ve.
Ve menoleh ke arah Gilang yang menunjuk ke depan sudah ada dosen baru. Mata Ve beralih ke arah dosen yang sedang menatapnya. Mereka saling berpandangan, lalu Erick mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Coba, siapa ketua kelas di sini?" tanya Erick.
Dan semua menunjuk pada Ramon, Ramon pun mengerti. Dia maju ke depan dengan membawa buku absen teman-temannya. Kemudian di berikan berikan pada Erick.
"Ini pak, nama-nama mahasiswa di kelas kami." ucap Ramon.
Erick tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia lalu membuka buku absen tersebut dan meneliti satu persatu nama-nama yang terdaftar di sana.
Dia kemudian menyebut satu persatu, dan melihat wajah setiap mahasiswanya.
"Adinda Rahmawati."
"Iya pak, saya."
"Bima Samudra."
"Saya, pak."
Erick terus menyebut nama-nama mahasiswanya, hingga di kedua nama terakhir dia mengerutkan keningnya.
"Ve."
"Saya pak." sahut Ve.
Erick berdiri dan melangkah ke depan, dia ingin tahu kenapa nama itu sangat singkat.
"Ve, nama kamu hanya dua huruf?" tanya Erick penasaran.
"Iya pak, ibu saya memberi namaku seperti itu." jawab Ve.
Semua teman-teman Ve juga sebenarnya heran, kenapa namanya cuma dua huruf.
"Apa ibu kamu kurang kosa kata, sehingga nama kamu hanya dua huruf?" tanya Erick semankin penasaran.
"Tidak, ibuku wanita cerdas. Agar beliau tidak rumit mengeja namaku pak Erick." jawab Ve tegas.
Menarik, gumam Erick dalam hati. Dia akan mencari tahu tentang Ve, lalu Erick duduk lagi memgambil bukunya dan membuka halaman pertama. Tapi sebelumnya dia ingin tahu, sejauh mana mata kuliah yang pernah di ajarkan oleh dosen sebelumnya.
Dia memulai mata kuliah dengan memberi soal ringan, lalu di tugaskan untuk di selesiakan secara mandiri.
Ve sendiri masih fokus dengan tugas dari mata kuliah statistik.
"Ve, lo masih mengerjakan tugas dari pak Doni?" tanya Gilang pada Ve.
"Iya nih, tanggung." jawab Ve.
"Tapi di kerjakan di rumah kan bisa, Ve?" kata Gilang lagi.
"Sore gue harus bantu ibu ngirim pesanan ke langganannya. Malam gue ada tugas dari klub untuk melatih anak-anak yang siap tanding di turnamen." jawab Ve.
Gilang hanya menggeleng kepala saja, dia takjub dengan sahabatnya itu. Bisa menyelesaikan semua tugas dengan baik.
"Ve, pak Erick ngeliatin lo terus tuh." kata Gilang.
Ve mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Erick yang masih menatapnya.
Ve pun menutup bukunya, dan beralih memgambil buku mata kuliah matematika. Ve kembali melihat ke arah dosen tampan itu.
"Ve, bisa kamu maju ke depan?" tanya Erick.
Ve diam, dia menatap papan tulis. Baru tahu ada tugas dari dosennya itu.
Dia mengambil bukunya mencatat apa yang tertulis di papan tulis. Tapi dia merasa aneh, kenapa di beri tugas dulu?
"Maaf pak, apakah harus mengerjakan tugas dulu sebelum mata kuliah anda di jelaskan?" tanya Ve.
Semua mata menatap Ve, apakah Ve tidak mendengarkan ucapan pak Erick tadi?
"Ve, saya kecewa kamu lebih fokus pada satu mata kuliah saja. Sehingga kamu tidak mendengarkan penjelasan saya tadi." jawab Erick.
Ve diam, matanya berkeliling melihat teman-temannya menatapnya aneh. Gilang menyenggol lengan Ve kembali, dia berbisik pada Ve.
"Makanya lo jangan nulis aja, tuh kan jadi malu sendiri." bisik Gilang.
"Baik pak." ucap Ve tiba-tiba.
"Apanya yang baik?" tanya Erick.
Semua teman Ve tertawa kecil, malah ada yang di tahan dengan tangannya.
"Eh, maksud saya akan saya kerjakan tugas dari bapak." ucap Ve gugup.
"Perlu saya jelaskan lagi apa yang saya ucapkan?" tanya Erick.
"Tidak pak, saya bisa mengerjakan tugas pak Erick kok." ucap Ve penuh keyakinan.
"Oke, sekarang kamu kerjakan tugas pertama perkenalan saya ini." ucap Erick lagi.
Setelah bicara seperti itu, kembali Erick duduk di kursinya. Dia seperti mencatat sesuatu di pikirannya.
_
Mata kuliah terakhir telah selesai, kini waktunya pulang. Ve merapikan buku-bukunya dan bergegas pulang karena tugas sudah menantinya lagi.
Teman-teman Ve di kelas sering membahas pak Erick, dosen baru yang tampan juga sangat cerdas dalam menerangkan mata kuliah matematika. Entahlah, apa memang karena Erick pandai menjelaskannya atau karena mahasiswa sangat tertarik karena ketampanan Erick.
"Ve, lo kok kelihatannya ngga tertarik dengan pak Erick ya?" tanya Sonya teman satu kelas Ve.
"Tertarik apanya?" tanya Ve santai.
"Ih, pak Erick tuh tampan tahu. Gue baru tahu kalau pak Erick hanya masuk di kelas kita aja dan di kelas semester tujuh. Dia jadi idola dadakan di kampus kita." ucap Sonya lagi.
"Ya, silakan kalian mengidolakan pak Erick. Gue biasa aja, jadi jangan khawatir gue akan tertarik dengan pak dosen tampan itu." ucap Ve lagi.
"Ah, yang bener lo? Tapi kelihatannya tadi pak Erick liatin lo terus deh, dari pertama masuk sampai selesai."
"Taulah, gue ngga peduli."
Ve lalu keluar dari kelasnya menuju parkiran. Dari jauh Andre sudah memanggil Ve dengan teriakannya.
"Veee, tunggu gue!" teriak Andre.
Ve berhenti, lalu dia melanjutkan langkahnya. Andre sudah sejajar dengan Ve langkahnya.
"Ve, tadi ada salam dari Simon." kata Andre.
"Simon siapa?"
Ya elah nih anak, Simon si bintang basket itu. Dia suka sama lo."
"Oh."
"Lho, kok oh aja sih jawabnya."
"Ya, terus gue mau jawab apa?"
"Ya apa kek, biar gue dapat traktiran dari Simon jika bisa ngedektin lo sama dia."
"Mimpi aja lo, udah ah. Gue mau pulang, anak-anak pasti udah nugguin gue di klub. Kalao lo mau bareng sama gue, cepetan sekarang."
"Ngga, Ve. Gue ada janji sama Fika mau ngerjain tugas bareng."
"Ya udah, gue cabut dulu."
Ve segera menaiki motor scoopynya dan langsung menjalankannya, melaju dengan kecepatan sedang untuk pulang ke rumahnya.
_
_
_
😊😊😊😊😊😊😊
Setelah pulang kuliah, Ve langsung ke tempat klub di mana dia melatih anak-anak karate dan pencak silat. Nanti setelah pulang dari klub dia akan mengantarkan kue pesanan ibu Salma pada ibunya.
Ve memarkirikan motornya seperti biasa di bawah pohon beringin. Di sana sudah ada Arfan, ketua klub sekaligus pengurusnya. Ve menghampiri Arfan yang sedang memberi arahan pada anak-anak yang akan melakukan laithan sama Ve.
"Bang, anak-anak sudah datang semua ya?" tanya Ve pada Arfan.
"Tingga satu lagi, Ve." jawab Arfan.
Ve mengerutkan keningnya, dia melihat seluruh anak ada sepuluh anak.
"Tapi semua jumlahnya sudah lengkap, bang. Memang ada anak baru yang masuk?" tanya Ve.
"Iya, kemarin siang seharusnya dia masuk. Tapi kata kakaknya baru bisa masuk sekarang." jawab Arfan.
"Ya sudah, aku ganti baju dulu ya bang." kata Ve.
"Ya, jangan pake lama." kata Arfan.
"Iya."
Ve berlalu dari hadapan Arfan yang sedang merapikan kuda-kuda pada anak-anak. T
Tak berapa lama, datang dua orang anak sepuluh tahu dan laki-laki berpakaian batik formal ciri khas seorang guru mengantar anak kecil itu.
"Selamat siang bang Arfan." ucap laki-laki itu.
"Siang juga pak Jeff, senang bertemu anda lagi. Bagaimana, apakah anda siap mendaftarkan adik anda ke klub kami?" tanya Arfan.
"Ya tentu saja, karena saya pikir ini klub karate yang bagus." ucap laki-laki di panggil Jeff.
"Iya syukurlah kalau anda mempercayakan klub kami untuk latihan karate adik anda. Tapi seperti apa yang saya katakan, pelatih anak-anak di sini itu perempuan. Jadi apakah anda menerimanya? Karena sejauh saya menerima anak-anak ingin berlatih karate di sini, saya tunjukkan pelatihnya perempuan mereka malah mundur. Mungkin mereka tidak percaya dengan anak buah saya itu." kata Arfan menjelaskanpoanjang lebar.
"Tidak masalah, yang penting adik saya ini bisa berani dan sedikit ada kemampuan bela diri agar tidak di ganggu terus oleh teman-temannya." ucap Jeff.
Arfan menyuruh anak-anak untuk bersiap, karena waktu sudah menjelang sore.
"Mm, pak Arfan kemana pelatihnya ya?" tanya Jeff penasaran.
"Oh, dia sedang berganti baju. Mungkin sebentar lagi selesai." jawab Arfan.
Sepuluh menit berlalu, Ve belum juga selesai. Jeff rupanya tidak bisa menunggu lama, dia sering melirik jam di tangannya.
"Pak Arfan, saya tidak bisa menunggu lebih lama karena ada urusan lagi." kata Jeff.
"Oh, ya sudah kalau pak Jeff tidak bisa menunggu. Biasanya sih dia langsung masuk, mungkin dia sedang ke toilet. Sebantar saya panggilkan."
"Tidak usah pak Arfan, lain kali saja saya berkenalan dengan pelatihnya. Saya buru-buru, kalau begitu saya langsung pamit saja." kata Jeff lagi.
"Oh ya pak Jeff, nanti saya sampaikan padanya kalau pak Jeff mau bertemu." ucap Arfan.
Lalu laki-laki bernama Jeff itu berpamitan juga pada adiknya dan pergi meninggalkannya bersama teman-temannya
_
Ve bersiap untuk pulang ke rumah, dia sudah di telepon oleh ibunya untuk segera mengantarkan keu pesanan ibu Salma.
Anak-anak di klub sudah bubar, dia memarkirkan motornya dan siap meluncur pulang. Tapi dia melihat anak yang tadi baru masuk di klub sedang duduk memunggu jemputan.
Ve melirik jam besar di tangannya, masih pukul empat tiga puluh. Dia lalu mendekat pada anak tersebut.
"Kamu belum di jemput?" tanya Ve pada anak itu.
"Belum kak, kata bang Jeff datangnya telat masih ada kelas sebentar lagi." jawab anak itu.
"Kakak lupa nama kamu, siapa namanya?" tanya Ve lagi.
"Jody kak." jawab Jody.
"Oh, Jody. Kakak mau pulang, tapi kamu masih di sini. Apa kamu ngga apa-apa kakak tinggal sendiri di sini?" tanya Ve lagi.
"Iya kak, ngga apa- apa. Bang Jeff juga sebentar lagi sampai kok."
"Ya sudah, kakak pulang dulu ya."
Jody mengangguk, dia lalu kembali bermain gawainya sembari menunggu kakaknya datang menjemput.
Ve melajukan motor scoopynya dengan kencang, meski tidak jauh rumahnya dari tempat klub, dia harus cepat sampai agar ibunya tidak mengomel terus.
"Kamu lama banget sih pulangnya?" kata ibu Tika dengan kesal.
"Maaf bu, tadi ada anggota baru jadi harus melatih dia lebih lama. Karena ketinggalan jauh soalnya. Mana kuenya bu?"
"Tuh ada di meja, cepat ya tadi ibu Salma menelepon minta cepat karena habis magrib dia mengadakan pengajian di rumahnya." kata ibu Tika lagi.
"Iya." jawab Ve.
Dia lalu mengambil bungkusan besar di meja dan menentenganya. Dia gantungkan di depan dan segera menstater motornya terus melajukannya dengan agak kencang.
Rumah ibu Salma melewati klub karate di mana dia melatih anak-anak di sana. Dia tidak melihat Jody masih di sana.
Dua puluh menit dia sampai di rumah ibu Salma dan memyerahkan pesanannya, lalu menerima uang kuenya. Tak mau membuang waktu, dia langsung pulang karena malam nanti juga harus melatih anak yang ikut turnamen bulan depan.
Dia melaju dengan kencang, ingin segera mandi dan istirahat. Tapi ketika dia menoleh ke arah bangunan klubnya, Ve masih melihat Jody duduk di bangku itu.
Dia kembali melirik jam di tangannya, sudah jam setengah enam. Tanpa pikir panjang, dia menghampiri Jody
"Jemputannya belum datang?" tanya Ve pada Jody.
"Belum kak, kata bang Jeff mobilnya mogok." jawab Jody.
"Ya udah, ayo kakak antar kamu pulang." kata Ve.
"Ngga usah kak, bang Jeff sebentar lagi sampai kok."
"Kalau kemalaman gimana? Udah ayo kakak antar kamu pulang." kata Ve memaksa.
Mau tidak mau Jody menurut, Ve benar mau sampai kapan Jody menunggu kakaknya itu.
"Rumahnya jauh ya?" tanya Ve.
"Lumayan kak." jawab Jody.
"Di mana?" tanya Ve lagi.
"Di kompleks Berlian permai." jawab Jody.
Wah, itu kan kompleks elit. Tapi kenapa Jody ikut klub karate di tempatku? yang tempatnya kecil dan pelatihnya hanya dirinya, bukan pelatih profesional dan hanya amatir. Pikir Ve.
Setengah jam perjalanan motor Ve melaju, kini dia sampai di kompleks perumahan elit itu. Tak lupa juga dia izin masuk pada satpam penjaga di depan pos karena harus mengantar anak dari yang rumahnya di kompleks itu.
Setelah dapat izin masuk, karena memang penjagaan sangat ketat di kompleks tersebut.
Di depan rumah mewah, motor Ve berhenti.
" Terima kasih kak udah mengantar saya." ucap Jody sambil membungkuk.
"Ya, kamu hubungi kakakmu kalau sudah sampai di rumah. Biar kakakmu tidak bingung menarimu tidak ada di klub." ucap Ve.
"Iya kak."
"Ya udah, kakak pulang dulu ya." kata Ve pamit.
"Iya."
Ve melajukan motornya keluar dari kompleks perumahan elit tersebut. Dia melaju santai karena jalanan kompleks itu sangat sepi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!