Disaat senja hari mulai hilang dan disaat malam mulai menerpa, disaat itulah Cinta yang sudah menyelesaikan pekerjaannya yaitu mengikat gabungan seprai di kamarnya itu.
" Heeemm,, akhirnya selesai juga,," Bilang Cinta yang tersenyum melihat gabungan seprai telah selesai diikatkannya.
" Lalu, tinggal aku ikat disini dan mencobanya,," Ucap Cinta yang segera melangkahkan kakinya menuju ke kaki spring bed.
Dengan senang hati, ia langsung mengikat ujung seprai ke kaki spring bed dengan sangat kuat. Dan, sangat terasa bahwa ikatannya itu cukup kuat untuk menahan tubuh mungilnya saat mau turun ke bawah nanti.
Sambil tersenyum Cinta merasa puas atas hasil dari pekerjaannya itu.
" Heeemmmm,, pokoknya malam ini aku harus berhasil,," Ungkap Cinta yang tersenyum puas melihat hasil pekerjaannya sendiri.
Setelah merasa cukup kuat, Cinta memulai aksinya untuk melempar seprai keluar jendela. Tepat di bagian samping taman rumahnya, yang tidak terlalu banyak pengawasan dan penjagaan oleh pengawal.
" Sebentar, udah aman belum,," Ucap Cinta yang memeriksa keadaan di bawah kamarnya.
" Oohhh aman, oke aku lemparkan nih seprai,," Bilang Cinta yang melemparkan ujung seprai ke bawah.
Pada saat waktunya tepat di tengah malam, Cinta memeriksa diluar jendela dan memastikan keadaan, setelah merasa cukup aman, Cinta langsung keluar jendela yang telah dibuka teralisnya.
Sebelum ia keluar, Cinta melihat bingkai foto orang tuanya yang terpajang di atas meja tidur dekat jendelanya itu.
" Maafin Cinta Ma, Pa,, Bukannya Cinta gak mau nurutin perintah Papa,, tapi Cinta,,,," Ucap Cinta sesaat merasa bersalah atas tindakannya ini.
Namun, Cinta tidak melanjutkan kata-katanya lagi, karena, ia tidak bisa membendung perasaannya untuk menitikkan bulir bening dari mata cantiknya itu yang membasahi wajah imutnya sambil melihat foto orang tuanya.
" Papa, akan tahu jawabannya, kenapa Cinta lebih memilih pergi daripada harus menuruti perintah Papa,," Ucap Cinta yang kembali meletakkan bingkai foto di atas meja.
Lalu, Cinta meletakkan kembali foto orang tuanya itu ke atas meja tidur lagi.
Setelah perasaannya kembali nyaman, dengan tekad yang begitu kuat, Cinta memulai aksinya untuk turun dari jendela.
" Huuuhh,, aku harus yakin,," Bilang Cinta yang menyemangati dirinya sendiri.
Lalu, dengan perlahan-lahan Cinta segera turun dan memegang erat seprai, sambil bergelantungan pada seprai yang telah ia siapkan tadi.
" Waduhh,, kenapa kayak gini rasanya bergelantungan,," Gumam Cinta yang deg-degan saat ditengah seprai.
" Baik,, perlahan-lahan, perlahan-lahan, jangan sampai aku terjatuh ke bawah,," Bilang Cinta yang perlahan-lahan menuruni seprai.
Cinta merasa deg-degan saat perlahan-lahan menuruni seprai itu, karena baru kali ini ia melakukan hal yang konyol seperti saat ini. Karena tekadnya yang sangat kuat, akhirnya sampai juga Cinta ke bawah.
" Uuuuhhhhhhh,,, akhirnya.." Ucap Cinta dengan nafas yang memburu.
Saat Cinta sedang mengatur nafasnya yang memburu itu, tak menyangka di kegelapan samping taman seseorang langsung menarik tangan Cinta dan menutup mulutnya supaya Cinta tidak bisa berteriak. Niatnya mau kabur, malah ditarik oleh orang lain. Itu yang ada dalam pikiran Cinta.
Sontak, Cinta kaget bukan main, karena ia melirik ke belakang orang itu memakai baju serba hitam sehingga membuat dirinya untuk meronta, melawan perbuatan yang telah dilakukan oleh orang itu padanya.
Tapi tetap saja dia tidak bisa melawan !!!!
" Uuuummmm,,,, uuuummmm.." Suara Cinta kaget yang mulutnya dibekap oleh orang yang tidak diketahuinya.
Walaupun terlihat Cinta sangat kaget itu, seseorang yang menarik Cinta masih saja membawa Cinta ke tempat yang gelap. Sehingga ketika mereka sampai di tempat gelap tepat di bawah pohon, Cinta yang terkesiap kaget melihat dirinya sudah ditarik oleh seseorang, dengan sigap ia langsung menggigit tangan yang menarik tubuhnya itu.
Sontak orang itu langsung berteriak kecil dan menghempaskan tangannya.
" Aaaauuuuwww,,," Teriak penarik badan Cinta barusan dengan langsung menarik tangannya dari gigitan Cinta.
Cinta sangat terkejut, karena ia sangat mengenal sekali suara orang yang berteriak ini.
" Kak Rio..!!" Ucap Cinta kaget, karena yang digigitnya ialah kak Rio.
" Loh,, maaf, Kak." Bilang Cinta lagi yang merasa bersalah, saat melihat wajah Rio cukup kesakitan menahan gigitannya.
Karena, Cinta tidak menyadari bahwa Rio yang cepat-cepat menariknya tadi, saat ia baru saja sampai di bawah.
" Iya iya,, Nggak apa-apa, Non." Bilang Rio yang masih menunduk di hadapan Cinta.
" Maaf ya Kak, Cinta gak tau kalo tadi Kak Rio. Abis, Kak Rio ngagetin Cinta." Bilang Cinta yang membela dirinya dan melihat tangan Rio yang memerah digigitnya.
"Iya iya, nggak apa-apa Non, sekarang ayo pergi,," Bilang Rio yang mengajak Cinta untuk segera melanjutkan rencananya itu.
Saat mereka ingin pergi, Rio menghentikan aksinya lalu bertanya pada Cinta.
" Oh iya, Non yakin udah siap.?" Tanya Rio menoleh ke arah Cinta.
" Yakin." Jawab Cinta singkat namun penuh keyakinan.
" Ya udah, ayo Non." Ajak Rio yang memberikan jalan untuk Cinta, dengan memberi petunjuk dari arah tangan yang ditunjukkannya.
Singkat cerita, Rio adalah seorang supir pribadi Cinta, sebenarnya dia merupakan salah satu karyawan terbaik di perusahaan keluarga Cinta yaitu perusahaan Pak Hendrawan. Karena, kelakuan Rio sangat bagus, disiplin serta penurut. Oleh sebab itu, Papanya Cinta Pak Hendrawan memutuskan Rio untuk menjadi supir pribadi Putri tunggalnya itu.
Selain ia percaya dengan kepribadian Rio yang baik, ia percaya juga akan keselamatan putrinya, apabila Rio menjadi supir pribadi untuk Cinta.
Tak terasa Rio dan Cinta menelusuri bagian belakang taman rumah yang cukup besar itu, supaya bisa keluar dari rumah besar ini. Cinta dan Rio pun mengendap-endap di taman rumah sambil melihat penjagaan disana.
Disaat ada pengawal penjaga yang sedang berjalan menuju tembok pagar belakang, cepat-cepat Rio menarik Cinta untuk berhenti sejenak dibalik pekarangan bunga yang cukup lebat, agar tidak ketahuan.
" Ada penjaga lagi,," Tanya Cinta yang suaranya terdengar seperti ngos-ngosan
" Sssttt,," Bisik Rio di dekat telinga Cinta.
Cinta dan Rio memperhatikan gerak-gerik pengawal penjaga. Lalu, tak lama dari penungguan mereka, pengawal penjaga itu tiba-tiba langsung pergi dan sangat jelas sekali terlihat bahwa penjaga itu sedang mendapat telepon. Karena, merasa keadaan cukup aman, pengawal penjaga itupun berlalu ke tempat lain.
" Huuuuhhhhh..." Terdengar suara hembusan kasar nafas Cinta.
" Kayaknya udah pergi jauh, yuk Non." Bilang Rio yang masih memperhatikan gerak-gerik pengawal yang menjauh itu.
Cinta pun langsung keluar dari pekarangan bunga dan berlari menuju tembok besar pagar rumahnya itu. Sesampainya, Cinta bingung bagaimana bisa keluar dari tembok yang sebesar ini, sedangkan tangga saja tidak ada disana.
" Aduuuhhh,, gimana mau keluar, tangga aja gak ada disini." Ucap Cinta bingung dan menoleh ke kiri-kanan mencari keberadaan tangga.
" Tenang Non,, aku ada ini." Bilang Rio sambil mengeluarkan tali tambang dan pengait yang cukup besar.
" Pinter juga, kamu,," Puji Cinta sambil tersenyum melihat tali yang ada di belakang tubuh Rio.
Dan Rio hanya tersenyum tipis mendengar pujian dari Cinta. Karena, Rio tahu sekali sifat dari majikannya itu, yang jarang sekali memberikan pujian terhadapnya selama ini. Ya, sangat diketahui sekali bahwa Cinta selama ini selalu cuek dan diam pada dirinya, selama ia menjadi supir pribadi di rumah ini.
Dengan segera, Rio langsung memulai aksinya untuk melempar kaitan tali tambang ke atas pohon dibalik tembok pagar, berulang kali Rio memastikan pengait itu cukup kuat menyangkut di cabang pohon. Dengan sangat hormat ia langsung menyuruh Cinta untuk menaiki tali itu terlebih dahulu.
" Silahkan Non,, Non Cinta naiklah duluan tali ini,," Bilang Rio yang telah selesai mengaitkan talinya ke pohon di seberang tembok pada Cinta.
" Yakin, udah kuat." Tanya Cinta memastikan.
" Iya Non, kalo gitu aku aja yang duluan supaya Non percaya, kalo tali ini udah kuat." Jawab Rio memastikan tali yang dipasangnya cukup kuat.
" Iya iya, aku percaya." Jawab Cinta langsung mengambil tali di tangan Rio.
Cinta percaya akan ucapan Rio yang mengatakan bahwa tali itu cukup kuat, karena sudah dua kali ia menarik-narik tali itu untuk memastikannya. Cinta pun perlahan-lahan mulai menapaki tembok dengan memegang tali tambang yang sudah terikat sempurna.
" Kenapa selama ini aku gak belajar panjat tebing ya, kalo taunya akan begini,," Gumam Cinta dalam hati sambil menaiki tembok besar rumahnya itu.
Setelah sampai di atas tembok yang cukup tinggi itu, Cinta mulai melihat jalanan di samping tembok tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu sakit apabila tubuhnya nanti langsung terjun bebas dari tembok itu ke jalanan. Lalu, dengan segera Cinta melempar tali tambangnya pada Rio yang masih di bawah.
" Cepetan,, mumpung gak ada orang." Bilang Cinta di atas yang sedikit berbisik.
Rio yang berada di bawah langsung menangkap tali yang telah dilemparkan Cinta padanya. Dengan sangat cepat Rio menaiki tembok itu, sampai-sampai mata Cinta terbelalak tidak percaya atas gerakan Rio, yang sangat cepat menaiki tembok yang cukup tinggi.
" Gila,, cepet bangeettt dia naiknya,," Gumam Cinta dalam hati yang ternganga melihat kecepatan Rio saat menaiki tembok.
Setelah sampai di atas, mata Cinta yang masih terbelalak tidak percaya dikagetkan oleh ajakan Rio.
" Ayo Non kita lompat,, dan cepat masuk ke dalam mobil itu,," Bilang Rio mengagetkan Cinta yang masih terbelalak atas aksinya barusan.
" Hah,, iya iya,," Jawab Cinta mengangguk.
Rio segera melompat duluan dan ia sama sekali tidak tersungkur sedikitpun, membuat Cinta kagum atas kekuatan tubuhnya itu. Ya, secara dengan postur tubuhnya yang atletis dan tinggi itu membuat Cinta menggelengkan kepalanya, karena tubuhnya Rio sama sekali tidak goyah sedikitpun.
Saat melihat ke bawah Cinta merasakan saat ini dirinya antara berani dan takut untuk melompat ke bawah. Karena, ia tahu postur tubuh Rio tidak bakalan terluka hanya sekedar melompat seperti itu. Nah, sedangkan Cinta sendiri dengan postur tubuh yang mungil itu pasti akan terguling ke tanah dan pastinya akan mengalami cedera.
" Oohhh, My God bagaimana ini,," Ucap Cinta yang merasa takut.
" Ya sudahlah, loncat aja, apapun yang terjadi ini adalah pilihanku,," Bilang Cinta yang segera meloncat ke bawah sambil menutup matanya.
Dengan mata terpejam, Cinta melompat,,
Dan ia merasa bahwa tubuhnya tidak jatuh ke tanah, melainkan berada di pangkuan seseorang. Sesaat Cinta langsung membuka matanya, ternyata Rio yang telah menangkapnya.
" Huuuuhhhhh,," Suara hembusan napas Cinta yang lagi-lagi merasa aman saat tubuhnya sudah berada dalam gendongan Rio.
" Makasih ya, Kak,," Ucap Cinta sambil turun dari pangkuan Rio yang hanya disambut anggukan hormat dari Rio.
" Iya Non,, Ayo," Bilang Rio yang segera mengajak Cinta berlari menuju ke tempat mobil yang sedang diparkirkan.
Rio dan Cinta cepat-cepat berlari menuju arah mobil dan memasukinya. Mobil ini sebenarnya telah disiapkan terlebih dahulu oleh Rio sebelum mereka melakukan aksi konyolnya ini.
Biasanya Cinta masuk ke mobil selalu dibukakan pintunya oleh Rio, tapi kali ini tidak, ia cepat-cepat membuka pintu mobil dan masuk. Sedangkan Rio berlari memutar mobil, membuka pintu lalu masuk dan duduk di belakang kemudi. Ia pun langsung menghidupkan mobil dan melajukannya ke jalanan.
" Huuuuhhhhh,, akhirnya sampe juga masuk ke dalam mobil,," Bilang Cinta sambil menghembuskan napasnya yang tersengal-sengal.
Cinta yang duduk di belakang menghembuskan nafas lega, karena dirinya telah bebas dari rumah. Dia pun tersenyum senang sambil melihat Rio yang sedang fokus menyetir.
" Akhirnya,,, aku bisa kabur dari rumah,,, yeeeyyy,,," Ucap Cinta gembira karena, merasa telah berhasil akan aksi dari rencananya selama ini.
Setelah sekian lama, Cinta membuat rencananya ini, akhirnya baru malam ini rencananya berhasil dilakukan.
" Iya Non,," Jawab Rio yang juga tersenyum melihat kebahagiaan Cinta.
" Eeemmm,, Kak Rio maafin Cinta ya, yang udah ngerepotin Kakak,," Bilang Cinta seketika mendongakkan kepalanya ke bagian tengah kursi mobil depan.
" Iya nggak apa-apa, Non." Jawab Rio mengangguk.
" Eemmm,, Non maaf, Rio boleh nanya.." Tanya Rio yang melihat wajah Cinta yang duduk di belakang dari kaca tengah mobil.
" Iya, Apa..?" Tanya Cinta balik.
" Non yakin dan gak nyesel,," Tanya Rio sedikit khawatir takut salah omongan pada majikan mudanya itu.
" Iyaa,, Kak Rio, aku yakin atas tindakan yang kulakukan ini,," Bilang Cinta yang menjawab pertanyaan Rio.
" Dan pastinya aku gak akan menyesal atas tindakanku ini. Karena aku percaya, tindakanku benar,," Jawab Cinta lagi yang meyakinkan hatinya sendiri.
" Semoga aja Papa bisa menerima tindakan yang kulakukan ini,," Gumam Cinta dalam hatinya yang teringat akan sifat keras dari Papanya itu.
Rio cukup mengerti akan maksud dari ucapan Cinta itu, karena, Cinta merasa begitu yakin akan tindakan yang telah diambilnya ini.
" Eeemmm,, baik Non." Jawab Rio mengangguk atas penjelasan Cinta.
" Semoga aja keputusanmu ini benar, ya Non,," Gumam Rio dalam hati yang segera melajukan mobilnya.
Rio yang hanya sekedar supir itu hanya bisa menuruti kehendak dan perintah dari majikan mudanya ini. Ya, walaupun tindakan ini salah, namun Rio hanya bisa pasrah dan menurutinya. Rio cuma berharap semoga dengan tindakan Cinta ini, dapat membuat Cinta sendiri merasa bahagia dan tidak merasa bersalah atas tindakannya itu, jika Cinta masih terus melanjutkan rencananya ini.
***
Author
🌹Vira Lydia🌹
Rio yang hanya sekedar supir itu, hanya bisa menuruti kehendak dan perintah dari majikan mudanya ini. Ya, walaupun tindakan ini salah, tapi ia hanya bisa pasrah dan menuruti kata-kata Cinta yang sangat yakin untuk kabur dari rumahnya sendiri.
" Eemmm,, Non kita mau kemana,," Tanya Rio langsung pada Cinta.
Karena, tidak ada jawaban dari Cinta yang duduk di belakang, Rio yang masih fokus di jalanan pun langsung memelankan mobilnya dan melirik ke arah kaca tengah, dan Rio melihat sangat jelas bahwa Cinta sekarang telah tertidur pulas di kursi tengah belakang.
" Heeemmmm,,, pantesan gak ada suara, udah tidur." Ucap Rio yang geleng-geleng kepala melihat Cinta tertidur pulas.
" Eeemmm,, kira-kira mau kemana ya,,?" Gumam Rio sendiri di keheningan malam.
Lalu, sesaat Rio melajukan mobilnya lagi. Di dalam hatinya berpikir mereka mau pergi kemana ?
Karena, terlalu lama berpikir dan bingung mau pergi kemana, akhirnya Rio memutuskan untuk menghentikan mobilnya sementara di depan sebuah Restoran yang ada di pinggir jalan. Rio memastikan mobilnya berhenti di tempat yang aman. Lalu dengan segera Rio langsung menoleh ke arah belakang dan melihat Cinta yang tertidur pulas.
Rio merasa kasihan pada Cinta, karena setahunya, Cinta tidak pernah melanggar keinginan dan perintah orang tuanya itu. Tapi, kali ini Cinta memberanikan diri untuk melanggar perintah Papanya sendiri.
" Kasihan kamu Non, selama ini kamu selalu menuruti perintah orang tuamu, tapi kali ini kamu melanggarnya, semoga keputusanmu ini benar ya, Non,," Ucap Rio yang menatap Cinta tertidur.
Dengan segera Rio membenarkan posisi kursinya agak ke belakang. Karena, hatinya juga berniat untuk tidur. Sembari menunggu Cinta bangun dan menentukan kemana arah mereka akan pergi, Rio juga mengistirahatkan tubuhnya sementara. Setelah selesai membenarkan posisi kursinya Rio teringat bahwa mobil Cinta belum ditutupi tirai jendela.
" Hoaaammm,, lebih baik aku istirahat dulu, sebelum, Non Cinta bangun untuk menentukan arah kepergiannya." Ucap Rio yang menarik kedua tangannya ke depan dan segera menutup semua tirai jendela.
Lalu, Rio pun cepat-cepat membuka tirai dan menutupi semua kaca jendela mobil ini, setelah selesai Rio pun berbaring setengah duduk di kursinya, tak menunggu waktu lama untuk Rio bisa memejamkan matanya, karena kebetulan ia juga mengantuk dan sangat lelah.
Cahaya mentari pagi sudah menembus masuk ke balik tirai mobilnya Cinta. Cinta yang merasa tubuhnya sedikit pegal dan sakit, perlahan membuka matanya. Lalu, setelah terbuka semuanya ia merasa nyawanya telah kembali ke raganya. Ia pun mencoba bangun dan melihat sekelilingnya dan ia tidak terlalu heran kalau disekelilingnya hanya berada di dalam mobil.
Lalu, Cinta pun membuka tirai jendela mobilnya, dan melihat keadaan luar di balik kaca, ternyata mobilnya sedang berada di pinggir jalan besar dan di sebelahnya ada sebuah restoran yang cukup ramai. Cinta merasa bahwa dirinya saat ini sudah cukup jauh dari rumah.
Lalu, Cinta kembali melihat keadaan di dalam mobil, ternyata Rio sedang tertidur pulas di balik kemudi. Cinta bingung, bagaimanaa mau membangunkan Rio yang sedang tertidur pulas itu, terlihat dari wajahnya sangatlah lelah sekali.
" Sepertinya, dia lelah, ya udah biarin aja dia tidur,," Bilang Cinta yang melihat Rio tidur.
Cinta pun perlahan-lahan membuka pintu mobil tanpa ada bunyi sedikitpun. Tapi bagaimanapun gerakannya masih saja tetap mengeluarkan bunyi dari mobilnya itu.
Ceklek,,!!! Bunyi yang terdengar dari mobil Cinta.
Karena, merasa ada yang bunyi dari mobil tersebut, Rio akhirnya terbangun. Sambil mengucek matanya dan menguap serta menarik tubuhnya dan merenggangkannya. Rio melihat sekeliling suasana saat ini.
" Udah siang,," Bilang Rio yang melihat matahari sudah menembus dalam mobil, ia pun langsung membuka tirai jendela.
" Iya,, emang udah siang.." Bilang Cinta yang sedikit mengagetkan Rio.
" Hehehehe,, Non udah bangun,," Tanya Rio.
" Udah dari tadi,," Jawab Cinta singkat.
" Loh,, kok gak bangunin Rio Non.." Tanya Rio heran.
" Kamu tidur nyenyak banget,, jadi ya, aku biarin kamu tidur dulu.." Jawab Cinta yang menoleh ke arah kanan kaca.
" Hehhehehe,, maaf ya Non, Rio ketiduran." Bilang Rio yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena sedikit malu atas jawaban Cinta barusan.
" Ya, nggak apa-apa, aku tau kalo kamu capek,," Bilang Cinta yang melihat kondisi Rio sedikit berantakan.
" Makasih Non,," Jawab Rio mengangguk.
" Oya Non, semalam Rio bingung, Non mau kemana,, mau nanya ke Non, Non udah tidur. Makanya Rio pinggirkan mobil kesini, terus Rio istirahat juga.." Ucap Rio yang menjelaskan pada Cinta tentang kebenarannya, dan hanya di angguk oleh Cinta saja.
" Oooohhh,," Jawab Cinta singkat.
" Eemmm,, ngomong-ngomong Non mau kemana,,?" Tanya Rio memastikan perjalanan ini mau dibawa kemana.
" Entahlah, aku juga bingung mau kemana, yang pastinya aku ingin kabur sejauh-jauhnya dari jangkauan Papa." Jelas Cinta dengan mata yang berkaca-kaca, tanpa terasa bulir bening jatuh ke pipinya.
Karena, merasakan air mata mengalir ke bagian pipinya dengan segera Cinta langsung menghapus air matanya, lalu menarik nafas cukup panjang dan menghembuskan dari mulut. Setelah merasa cukup nyaman Cinta kembali melihat-lihat di sekitarnya.
Rio yang merasa prihatin terhadap Cinta, berpikir bahwa kemungkinan Cinta belum siap untuk terima dengan keadaan ini. Rio pun mencari akal untuk membuka obrolan agar membuat Cinta menjadi tidak sedih lagi. Rio merasa kalau Cinta saat ini kemungkinan sedang merindukan Mamanya, oleh sebab itu Rio menanyakan kepastian Cinta yang memilih kabur ini.
" Eemmm,, Non maaf sebelumnya, Rio mau tanya lagi,,?" Ucap Rio sedikit kaku.
" Apa ?" Tanya Cinta sambil menghapus air matanya.
" Sebenarnya, Non serius atas tindakan Non ini ?" Tanya Rio sangat hati-hati tapi, malah membuat Cinta semakin geram.
atas pertanyaannya itu.
" Iya aku serius, serius, serius, dan serius, masa pertanyaannya itu-itu doank sih,," Jawab Cinta yang sangat geram.
" Ya bukan begitu maksudnya Non, Ya, karena, Rio lihat Non sepertinya belum yakin atas tindakan Non ini." Bilang Rio yang membela akan dirinya dan melihat Cinta dengan rasa yang bersalah.
" Dari beberapa hari yang lalu, aku udah bilang kalo aku yakiiinn,,," Ucap Cinta sedikit dengan nada tinggi dan membuat Rio tertunduk lemas di balik kemudi.
" Bukannya mendukung malah nanyain itu-itu terus." Bilang Cinta sewot yang sangat geram pada Rio di depan.
Bukannya menghangatkan suasana, Rio malah bikin Cinta jadi geram padanya.
" Aduuhhh,, Rio, Rio, kamu ngomong apaan sih.." Gumam Rio menyesal dalam hati.
" I-iya, Maaf Non." Bilang Rio yang masih menunduk.
" Iya nggak apa-apa, jangan diulangi lagi." Bilang Cinta menggertak Rio dengan nada suara yang sedikit kasar.
" Baik Non,," Jawab Rio mengangguk dengan wajah malunya.
" Eeemmm,, Non kita lanjutin perjalanan sekarang,," Tanya Rio yang berbalik ke belakang dan melihat Cinta masih cemberut.
" Nanti,, aku laper kita makan dulu,," Bilang Cinta dengan nada suara yang masih terdengar marah dan wajahnya terlihat masih cemberut.
" Baik Non," Jawab Rio mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyumannya.
Lalu, Rio membuka pintu mobilnya dan turun. Setelah itu Rio membuka pintu untuk Cinta, Cinta pun turun dan melangkahkan kakinya menuju restoran tempat dimana mereka memarkirkan mobilnya.
Cinta dan Rio duduk dengan posisi yang berhadapan. Tak lama kemudian, pelayan restoran mendekati tempat mereka. Mereka pun memesan makanan dan minuman, setelah selesai memesan dan pelayan itu mengulangi pesanan mereka, barulah pelayan itu pergi.
Lalu, Cinta berdiri melangkah pergi ke toilet begitu juga dengan Rio. Setelah sampai di toilet Cinta langsung membasuh wajahnya dan berkumur, setelah merasa keadaannya cukup bersih dan segar, Cinta teringat atas kelakuannya tadi terhadap Rio.
" Aku terlalu kasar pada Kak Rio, padahal dia sangat berjasa padaku, sebenarnya dia tadi merasa kasihan terhadapku, tapi kenapa aku sangat kasar padanya. Apa yang aku lakukan." Gumam Cinta yang merasa menyesal atas kelakuannya pada Rio sambil menghadap kaca.
Setelah merasa cukup segar, Cinta keluar dari toilet dan Cinta kembali ke tempat duduknya tadi, tapi ia tidak melihat sosok Rio disana.
" Kenapa tidak ada,," Ucap Cinta yang melihat tempat duduknya tidak ada siapapun disana.
Lalu, Cinta segera menyusul ke tempat toilet pria dan kebetulan Cinta hampir saja tertabrak dengan Rio, Rio pun kaget begitu juga dengan Cinta.
" Ya ampun Non, ada apa." Tanya Rio melihat Cinta yang sedikit malu, karena sengaja menyusulnya.
" Nggak cuma mastiin, kamu udah selesai apa belum." Bilang Cinta yang merasa malu karena, sengaja telah menyusul Rio ke dalam toilet pria.
" Ya udah aku duluan.." Ucap Cinta yang berlalu pergi dengan wajah yang masih memerah karena malu.
" Silahkan Non." Jawab Rio sedikit tersenyum.
Terlihat sangat jelas Cinta sudah duduk dan disusul oleh Rio yang duduk dihadapannya. Tak lama kemudian pelayan restoran datang membawa makanan yang dipesan oleh mereka. Setelah selesai menghidangkannya pelayan itu permisi pergi.
" Silahkan dinikmati,," Ucap pelayan itu kepada Cinta dan Rio.
" Terima kasih,," Bilang Cinta dan Rio bersamaan.
Cinta melihat Rio sama sekali belum menyentuh makanannya, mungkin Rio masih merasa bersalah karena ucapannya tadi, tapi Cinta juga bersalah karena ucapannya terlalu kasar pada Rio. Cinta pun dengan sengaja menyodorkan piring makanan tepat di hadapan Rio.
" Jangan dilihatin aja makanannya, nanti Cinta habisin semua loh,, Ya udah dimakan." Bilang Cinta yang kesal pada Rio karena masih terduduk diam.
" I-iya Non,," Jawab Rio menerima makanan dari Cinta.
" Maafin Cinta kalo buat Kak Rio merasa bersalah.." Bilang Cinta yang menatap wajah Rio.
" Hah,, nggak apa-apa kok Non," Jawab Rio yang mendongakkan kepalanya menatap Cinta.
" Beneran nggak apa-apa ?" Tanya Cinta memastikan kebenaran dari wajah Rio.
" Iya Non, beneran,," Jawab Rio mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyumannya.
" Ya udah kita makan yuk, nanti kita lanjutin perjalanan kita." Bilang Cinta yang tersenyum pada Rio.
" Iya Non, makasih ya Non." Jawab Rio tersenyum malu.
Cinta dan Rio mulai berkonsentrasi dengan makanannya masing-masing. Karena, tidak ada suara di antara mereka, yang ada hanya bunyi hentakan piring dari sendok dan garpu saja.
Disela makannya Cinta memperhatikan gerak-gerik Rio dan merasa bersalah, atas sikapnya yang sengaja ngomong kasar dengan nada suara tinggi merasa kasihan pada Rio yang telah banyak membantunya.
Setelah selesai makan, Cinta membayar semua makanan tadi. Lalu, mereka berdua keluar dari restoran dan berjalan menuju mobilnya yang diparkir.
" Kak Rio maafin Cinta yang kasar tadi ya,," Bilang Cinta di sela perjalanan mereka.
" Nggak apa-apa kok Non.." Jawab Rio yang menyunggingkan senyum manisnya
" Sebenarnya, Cinta yang salah, karena udah ngelibatin Kak Rio atas tindakan Cinta ini." Ucap Cinta yang menjelaskan kesalahannya itu.
" Dan pastinya Kak Rio juga akan mendapatkan masalah,, secara otomatis Kak Rio gak ada lagi pekerjaan. Maafkan, Cinta ya Kak, karena Cinta terlalu egois, maafkan Cinta." Bilang Cinta dengan tatapan tulus pada Rio yang masih berjalan menuju mobilnya.
Langkah kaki Rio pun terhenti dan menghadap Cinta.
" Nggak apa-apa kok Non, Non gak usah menyesal, Rio tulus untuk membantu Non,," Jawab Rio yang menatap Cinta dengan ketulusan.
" Masalah pekerjaan gak usah dipikirin, mungkin setelah Non aman, Rio akan mencari pekerjaan lagi." Jawab Rio tersenyum yang membuat Cinta bingung.
" Hah!!" Ucap Cinta yang sedikit bingung atas omongan Rio barusan.
"Maksudnya dengan kata aman apaan,,?" Tanya Cinta yang merasa bingung di dalam hatinya.
" Ya udah silahkan masuk, Non," Bilang Rio yang sudah membuka pintu tengah mobil untuk Cinta.
" Hah!! Iya." Jawab Cinta yang masih memikirkan maksud omongan Rio padanya.
Lalu, Rio menutup pintu mobil tengah dan masuk ke dalam mobil kembali duduk di balik kemudi. Setelah merasa cukup aman, Rio menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya ke jalanan.
" Eeemmm,, Kak.." Celetuk Cinta di tengah keheningan.
" Iya Non." Jawab Rio yang masih fokus melihat jalan.
" Eemmm,, Kak Rio bisa cepat banget panjat tebing, itu gimana ?" Tanya Cinta yang membuat Rio bingung atas pertanyaannya itu.
" Panjat tebing,, maksud,,," Jawab Rio yang langsung dipotong oleh Cinta.
" Eh salah,, bukan panjat tebing,, maksudnya naik tembok semalam,," Jawab Cinta yang menjelaskan maksud pertanyaannya itu sedikit tertawa.
" Oooohhh,, ya bisa aja Non, apalagi dalam kondisi darurat.." Jawab Rio tersenyum setelah mengetahui pertanyaan Cinta yang sebenarnya.
" Oooohhhh gitu,," Cinta mengangguk.
" Kirain udah terbiasa.." Bilang Cinta yang nyengar-nyengir sendiri membuat Rio sedikit tersenyum.
" Non bisa aja, kirain tadi apa Non,," Jawab Rio menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Cinta yang tersenyum aneh menatap dirinya itu.
Rio tersenyum melihat tingkah Cinta yang meledeknya barusan. Ya, begitulah Cinta walaupun dia mudah ngambek, tapi cepat juga udahannya.
" Heemm,, ternyata Non Cinta bisa juga ya humor,," Bilang Rio yang membuat Cinta tergelak tertawa mendengarkannya.
" Hahahaha,, apa kak ?" Tanya Cinta yang tidak terlalu mendengarnya.
" Ternyata Non Cinta humoris,," Bilang Rio langsung pada Cinta sambil melanjutkan perjalanannya.
" Ya iya donk,," Jawab Cinta tersenyum.
" Oh iya Non kita mau kemana,," Tanya Rio langsung pada Cinta setelah mendengar Cinta selesai tertawa.
" Jalan aja dulu kak,," Jawab Cinta singkat.
Karena, telah berhasil menghangatkan suasana kembali yang terjadi di antara mereka. Akhirnya Rio segera melajukan mobilnya ke arah jalanan yang belum ditentukan oleh Cinta, kemana tujuan mereka akan pergi.
***
Author
🌹Vira Lydia🌹
Pagi itu seorang pengawal penjaga di rumah Cinta merasa aneh saat melihat ada sebuah juntaian panjang tepat dari jendela kamar nona muda di rumah majikannya ini yaitu kamarnya Cinta. Dan juntaian yang cukup panjang tersebut nyangkut di dekat ranting-ranting pohon yang tumbuh di samping kamar Cinta.
" Juntaian apa itu,," Ucap pengawal rumah Cinta saat melihat sebuah benda yang keluar dari jendela kamarnya Cinta.
Lalu, pengawal itupun melangkahkan kakinya mendekati kamar Cinta dan memperhatikan seksama apa yang menjuntai tersebut.
Dan ternyata pengawal itu sangat melihat dengan jelas bahwa terali di jendela kamar Cinta tidak terpasang dengan sempurna seperti biasanya.
" Kenapa terali kamar Non Cinta terbuka,," Ucap pengawal Dito saat melihat kondisi terali kamar itu.
Karena, merasa heran dan yakin bahwa juntaian itu merupakan juntaian kain seprai dari jendela kamar Cinta.
" Lebih baik aku harus segera melaporkan hal ini pada Tuan Hendrawan,," Gumam pengawal Dito karena melihat dengan jelas kejanggalan yang ada.
Dengan segera pengawal Dito berlari cepat masuk ke dalam rumah dan menuju ke ruangan utama rumah Cinta, tentunya langsung melaporkan suatu hal kejanggalan yang ia lihat dari kamar majikan mudanya itu.
Sedangkan di dalam rumah, Pak Hendrawan dan istrinya Bu Ranita sedang sarapan bersama. Pak Hendrawan sudah terbiasa beberapa hari ini tidak mengajak putrinya Cinta untuk sarapan bersama. Karena, sebelumnya dia sendirilah yang memerintahkan pengawal penjaga mengurung Cinta di kamarnya. Sebelum perjanjian yang telah ia sepakati dengan rekan kerjanya terlaksana.
Bu Ranita yang hanya sekedar Istri dan Ibunya Cinta merasa sangat tidak kuasa untuk melawan kehendak suaminya itu. Dia hanya bisa menuruti kehendak keras permintaan dari suaminya. Bu Ranita hanya bisa pasrah atas perlakuan suaminya terhadap Cinta beberapa hari ini.
" Besok Papa ada meeting dengan Pak Romi putra Pak Wijaya,," Ucap Papa Hendrawan di sela sarapannya.
" Iya Pa.." Jawab Mama Ranita sendu.
Saat mendengar suara Ranita yang terdengar tidak bersemangat, membuat Pak Hendrawan sedikit melirik dan menatap wajah istrinya itu.
" Mama sepertinya masih tidak setuju atas tindakan Papa pada Cinta.." Bilang Pak Hendrawan menerka sikap Bu Ranita.
" Bukannya tidak setuju Pa,, Ibu mana sih yang tidak bahagia lihat putrinya senang.." Jawab Mama Ranita yang menyela omongan Pak Hendrawan.
" Heemm,, tapi Papa lihat beberapa hari ini, sepertinya Mama tidak suka atas permintaan Pak Romi terhadap Papa.." Ucap Pak Hendrawan yang masih menerka sikap istrinya itu yang terlihat datar terhadap dirinya.
Karena, Ranita belum menjawab perkataannya, Pak Hendrawan masih terus menyambungkan pembicaraannya kepada istrinya.
" Dia putra Pak Wijaya Dinata, yang selama ini memang ada perjanjian dengan putri kita, Cinta." Ucap Pak Hendrawan yang menyambungkan pembicaraannya terhadap Ranita.
" Jadi kita sebagai orang tua harus bisa menepati janji itu,," Bilang Pak Hendrawan lagi yang sengaja mengingatkan Bu Ranita.
Lalu, dengan suara sedikit mendengus, Ranita menjawab perjanjian yang baru saja diperingatkan lagi oleh suaminya itu.
" Heemmm, yang berjanji itu kan Papa dengan Pak Wijaya, bukan Cinta dengan Pak Romi.." Jawab Mama Ranita yang masih kuat dengan konsekuensinya tidak setuju dengan perjanjian suaminya.
" Ya mau gimana lagi Ma,, Toh kita cuma punya putri satu, Cinta." Ucap Pak Hendrawan sambil mengangkat kedua bahunya.
" Papa gak mau karena Cinta yang melanggar perjanjian ini, akhirnya Papa bisa kehilangan semuanya.." Bilang Papa yang menegaskan sikapnya pada Ranita.
Ranita merasa bahwa perkataan suaminya saat ini sungguh terdengar sangat egois, karena, suaminya itu hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dibandingkan kebahagiaan Putri mereka satu-satunya.
" Heh!! Papa egois,, hanya memikirkan jabatan dan harta, tidak pernah memikirkan perasaan putri kita,," Jawab Mama Ranita tegas.
Karena, merasa tidak mau lagi menanggapi perkataan suaminya itu, setelah menjawab dengan perkataan yang tegas, Ranita segera berlalu pergi dari ruang makan dan meninggalkan Pak Hendrawan sendirian yang masih duduk di ruang makan.
" Bukannya egois Ma,, tapi harga diri,," Ucap Pak Hendrawan sambil meneriakkan suaranya kepada istrinya.
Ketika melihat istrinya itu pergi Pak Hendrawan segera meneriakkan sebuah perkataan yang menyangkut dengan harga diri namun ucapannya itu sama sekali tidak dihiraukan lagi oleh istrinya, karena, sungguh terlihat sekali dengan sikap Ranita yang sengaja berjalan menjauh dari ruang makan itu tanpa menghiraukan lagi semua pembicaraan suaminya.
Karena, Pak Hendrawan memang keras kepala, jadi beginilah yang terjadi dalam keluarga mereka. Akhirnya perdebatan antara menginginkan dan tidak menginginkan terjadi dalam beberapa hari ini.
Karena, Ranita tidak mau lagi berdebat dengan suaminya itu, sehingga Ranita memutuskan pergi padahal ia sendiri belum menyelesaikan sarapannya, ia pun segera melangkah menjauhi Pak Hendrawan yang masih duduk terpaku di kursi meja makan.
Ranita melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamar Cinta. Karena, beberapa hari ini Cinta tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Oleh sebab itu hanya pelayan sajalah yang mengantarkan makanan untuk putrinya itu.
Ya, karena hukuman dari Papanya agar Cinta bisa merenungi dan menuruti semua perintah Papanya itu. Dengan membawa seorang pelayan yang pastinya membawa sarapan untuk Cinta, Ranita membuka kunci pintu kamar Cinta.
Dan terbukalah pintu tersebut...
Lalu...
Matanya terbelalak saat melihat kamar Cinta yang kosong melompong tidak ada keberadaan putrinya sedikitpun di kamar ini. Ranita langsung melangkahkan kakinya mengelilingi kamar dan memanggil nama Cinta, tapi sayang tidak ada sahutan dari Cinta.
" Sayang kamu dimana nak,," Bilang Ranita yang keliling mencari Cinta di dalam kamar.
Karena, merasa tidak ada sahutan dan juga tidak ada jejaknya Cinta. Lalu, dengan segera Ranita memeriksakan bagian kamar mandi dan melihat area di dalam, namun Cinta putrinya itu juga tidak ada disana.
" Cinta, Cinta kamu dimana sayang.." Panggil Ranita terhadap Cinta yang memeriksa kamar mandi itu.
Karena, hasilnya tidak ada, dengan segera Ranita melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan menuju ke ruang ganti kamar Cinta. Namun disaat itu juga Ranita melihat ikatan seprai yang mengarah ke luar jendela.
" Ikatan apa ini,," Gumam Ranita yang merasa heran dengan ikatan seprai itu.
Lalu, Ranita segera memeriksakan ikatan tersebut yang berupa ikatan seprai.
" Ikatan seprai,," Ucap Ranita lagi.
Dan Ranita segera kembali memeriksa kemana arah seprai itu, lalu, Ranita memperhatikan ke arah jendela dan sangat benar sekali bahwa seprai itu keluar dari jendela serta seprai saat ini sedang tersangkut di ranting pohon. Sesaat mata Ranita terbelalak dan kekhawatiran mulai menguasainya.
" Cinta, jangan jangan kamu..." Ucapan Mama Ranita terputus ketika pemeriksaanya telah selesai.
Dengan segera Ranita langsung membuka lemari di ruang ganti dan benar ternyata Cinta telah membawa barang-barang berharga dan sedikit bajunya.
" Apa,, Cinta,," Ucap Ranita yang terbelalak kaget ketika melihat lemari kamar Cinta yang sedikit berkurang isinya.
Sementara itu, Pak Dito kepala pengawal penjaga rumah Cinta, masuk ke dalam rumah dan langsung menghadap Pak Hendrawan yang masih duduk di kursi meja makan. Tanpa disadari kehadiran Pak Dito cukup mengagetkan Pak Hendrawan yang masih termenung. Dito pun membungkukkan badannya memberi hormat kepada Tuannya ini.
" Ada apa Dito,,?" Tanya Pak Hendrawan yang melihat pengawalnya itu sedang menghadap dirinya.
" Maaf Tuan saya mengganggu, saya mau melaporkan bahwa ada sedikit kejanggalan di jendela kamar Nona Cinta." Bilang Dito menjelaskan keadaan yang ia lihat.
Pak Hendrawan sedikit kaget dan bingung dengan maksud perkataan pengawalnya ini.
" Maksud kamu apa Dito ?" Tanya Pak Hendrawan yang mengerutkan dahinya, karena memang benar ia merasa bingung atas perkataan pengawalnya ini.
" Ada seprai yang terjuntai di balik kamar Nona Cinta.." Ucap Dito lagi sambil menjelaskan maksud perkataannya.
" Hah!! Apa.." Tanya Pak Hendrawan yang membelalakkan matanya dan semakin bingung dengan penjelasan pengawalnya ini.
Disaat Pak Hendrawan sedang kebingungan atas maksud dari laporan Dito, saat ini sungguh terdengar sekali dari atas suara istrinya yang berteriak memanggil suaminya itu. Tentu saja, Pak Hendrawan kaget ketika mendengarkan suara teriakan dari istrinya itu.
" Pa,,," Teriak Mama Ranita yang begitu terdengar oleh Pak Hendrawan dan juga Dito yang masih berada di bawah.
Karena, kaget atas ungkapan Dito beserta dengan teriakan suara istrinya itu. Membuat Pak Hendrawan dengan sangat sigap untuk cepat-cepat melangkahkan kakinya ke atas menuju kamar Cinta, yang juga diikuti oleh Dito.
Betapa kagetnya Pak Hendrawan melihat wajah Ranita yang sangat khawatir itu.
" Ada apa Ma,," Tanya Pak Hendrawan y
ketika sampai di depan kamar Cinta dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
Karena, sebenarnya Pak Hendrawan juga takut kalau ada suatu hal yang terjadi pada anaknya itu.
" Cinta, Cinta,," Bilang Ranita yang terputus oleh pertanyaan Pak Hendrawan.
" Kenapa dengan Cinta ?" Tanya Pak Hendrawan mendekati Ranita yang masih berdiri mematung di dekat jendela kamar.
Sebenarnya dalam hati Pak Hendrawan takut terjadi hal buruk pada Cinta, misalnya Cinta melakukan hal nekat diluar batas pemikiran orang normal, ya seperti bunuh diri.
" Cinta gak ada di kamar Pa,, hiks,," Bilang Ranita spontan dan mulai menumpahkan air matanya.
" Hah?? apa.." Ucap Pak Hendrawan yang kaget mendengar suara spontan dari istrinya.
Lalu, karena tidak sabar dan juga kaget dengan keadaan yang terjadi Pak Hendrawan segera melihat-lihat kondisi kamar Cinta. Dan sungguh terlihat dengan sangat jelas bahwa kamar Cinta saat ini memang kosong tidak ada tanda-tanda Cinta di dalam kamar itu.
Pak Hendrawan juga berpikir akan maksud dari laporan yang disampaikan Dito ialah kemungkinan Cinta putrinya itu melakukan suatu hal seperti gantung diri.
Namun, ternyata Pak Hendrawan melihat kain seprai terikat di bawah spring bed lalu menjalar ke arah jendela, sedangkan jendela kamar itu sendiri sudah terpasang terali yang hanya menempel saja. Dan memang benar terlihat dari luar terali tersebut masih ada, tapi setelah diselidiki dari dalam ternyata terali itu sudah terbuka dan hanya menempel saja.
Dengan sangat kesal dan marah, Pak Hendrawan mengeluarkan amarahnya karena Cinta telah berani melarikan diri dari rumahnya.
" Aku pikir Cinta bunuh diri, tapi, ternyata Cinta dengan sengaja melarikan dirinya,," Gumam Pak Hendrawan ketika memeriksakan keadaan kamarnya Cinta.
Lalu, karena sangat kesal akan tindakan anaknya itu, tanpa terasa Pak Hendrawan berteriak memanggil nama Cinta.
" Cinta,,,,,,,," Teriak Pak Hendrawan yang sangat kesal atas tindakan Cinta yang telah kabur dari rumah.
" Kamu sengaja kabur dari rumah untuk bikin Papa malu..." Ucap Pak Hendrawan dengan amarahnya yang begitu memuncak.
Ketika Pak Hendrawan berteriak dan memaki kesal kelakuan yang Cinta lakukan itu, membuat Ranita yang tadinya menangis berhenti spontan. Karena, heran dengan sikap suaminya yang sama sekali tidak khawatir karena telah kehilangan putrinya dari rumah ini.
" Kenapa Papa berteriak seperti itu,, Papa yang salah bukan Cinta,, Ini semua karena Papa,, yang terlalu memaksa Cinta untuk menuruti ambisi Papa.." Bilang Ranita yang balik marah pada Pak Hendrawan.
Ucapan Mama Ranita memang benar, Cinta tidak akan melakukan hal senekat ini apabila tidak ada pemaksaan untuk menuruti perjanjian Papanya itu.
Dengan sangat sigap pelayan yang telah lama berada di luar itu masuk dan mendekati Ranita. Pelayan itupun mengajak majikannya ini untuk keluar dari kamar Putrinya ini.
" Ayo Nyonya,," Ucap Bi Imah yang mengajak dan membujuk Ranita untuk keluar dari kamar.
Ranita yang masih lemas mendengar umpatan dan makian dari suaminya itu hanya bisa menuruti ajakan Bi Imah untuk keluar dari kamar Putrinya ini.
Sementara itu, Pak Hendrawan sendiri masih bingung dalam pemeriksaaannya terhadap terali kamar Cinta yang hanya menempel dan bisa terbuka seperti saat ini. Pak Hendrawan tidak habis pikir kapan putrinya itu bisa membuka terali jendela kamarnya ini.
" Kenapa terali kamar ini bisa terbuka sendiri," Gumam Pak Hendrawan ketika melihat terali kamar Cinta yang sudah terbuka.
" Kapan, Cinta membukanya ?" Tanya Pak Hendrawan yang bingung akan pemikiran dari anaknya itu.
Namun, percuma saja jika saat ini Pak Hendrawan memikirkan kenapa terali jendela kamar itu bisa terbuka. Yang terpenting untuk sekarang adalah mengetahui keberadaan Cinta yang telah kabur itu.
" Percuma saja aku memikirkan kapan terali ini bisa terbuka,," Ucap Pak Hendrawan seketika teringat akan pengawalnya itu.
" Lebih baik, aku perintahkan Dito untuk segera mencari keberadaan Cinta saat ini,," Ucap Pak Hendrawan dengan segera memanggil pengawalnya.
Karena, sudah terlambat untuk memikirkan suatu hal yang telah terjadi pada Cinta. Untuk saat ini dengan segera Pak Hendrawan memanggil Dito pengawal penjaga rumahnya yang masih diluar pintu kamar agar bisa mencari kemana arah Cinta pergi sekarang.
" Dito,,," Panggil Pak Hendrawan pada pengawalnya.
Karena, mendengar sebuah panggilan pada dirinya itu, dengan sigap Dito masuk dan berdiri di hadapan Tuannya
" Iya, Tuan,," Jawab Dito hormat.
" Cepat kamu lacak dimana Cinta sekarang.." Ucap Pak Hendrawan yang memerintahkan pengawalnya itu.
" Baik Tuan, segera dilaksanakan.." Jawab Dito tegas dan menundukkan kepalanya memberi hormat lalu keluar dari kamar.
Setelah mendapatkan perintah dari Tuan Besarnya itu, dengan segera Dito keluar dari kamar dan tinggallah Pak Hendrawan seorang diri di kamar putrinya ini.
" Kamu kemana Cinta, kamu ingin membuat Papa malu,," Gumam Pak Hendrawan memikirkan tingkah laku Cinta yang kabur dengan sorot mata yang masih menatap keluar jendela dengan sangat marah.
Saat ini Pak Hendrawan jelas begitu sangat marah dengan kelakuan Cinta yang membuatnya berpikir bahwa kaburnya Cinta dengan kesengajaan ini membuatnya berpikir bahwa Cinta hanya akan membuatnya malu di depan keluarga sahabatnya itu yaitu keluarga besar Pak Wijaya Dinata.
****
Author
🌹 Vira Lydia🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!