Di sebuah ruangan salah satu perusahaan terkenal di Ibukota terlihat seorang pria tampan nan gagah tengah asyik melihat-lihat foto seksi beberapa wanita di layar ponselnya.
Bibirnya tersenyum miring sembari sesekali mengangguk-anggukan kepala.
Padahal di saat bersamaan sang asisten tengah menerangkan perihal laporan kerja bulan ini.
Merasa ucapannya tak di dengar pria itu pun mulai dibuat jengah.
"Tuan, apakah anda mendengarkan saya?"
Namun pria didepannya ini tak menyahuti pertanyaan Damian, sang asisten.
"Tuan....? Tuan Se-an Fer-nan-do apakah anda mendengarkan saya?!!!" Ucapnya lagi dengan memperjelas nama lengkap orang tersebut.
Namun lelaki yang bernama sean itu sepertinya benar-benar tak mendengar sang asisten berbicara, dia justru tertawa dengan alasan yang tidak jelas.
"TUAN SEAN FERNANDO APAKAH ANDA MENDENGARKAN SAYA!!!" Teriak pria itu dengan nafas yang menggebu-gebu, kini dirinya sudah diambang batas kesabaran.
Sean pun terlonjak kaget hingga ponselnya nyaris terjatuh, tatapan tajam langsung ia layangkan pada bawahannya.
"Hei...!! Beraninya kau meneriaki kuuu.....!!" Bentak Sean tak terima.
Damian menghela nafas panjang, mencoba menenangkan jiwanya saat berhadapan dengan pemimpin muda itu.
"Tuan Sean yang terhormatttt......
Bisakah anda menyimpan ponsel itu sebentar? Sebentarrrrrr..... Saja" Pinta Damian selembut mungkin diiringi senyum keterpaksaan.
"Tidak bisa! Aku sedang mengurusi hal penting, asal kau tau itu!" Tolak Sean mentah-mentah.
"Hal penting?"
"Ya! Ini hal penting dan kau tidak perlu tau" Lanjut Sean.
"Apakah membuka foto telaj*ng wanita adalah sebuah hal penting?" Ucapan Damian layaknya busur panah yang menancap tepat di tengah dart board.
Sean seketika tertegun mendengar ucapan Damian, seolah tak menyangka jika asistennya tau apa yang sedang ia lakukan.
Ck, bagaimana dia bisa tau apa yang sedang aku lihat?! Jangan-jangan Damian punya indera keenam selama ini. Umpat Sean dalam hati.
"A-apa maksudmu?!! Jangan sok tau ya!" Elaknya menantang.
Namun, Damian menanggapi itu tanpa rasa takut sedikitpun. Mengurus Sean di perusahaan seperti mengurus seorang bayi yang baru saja dilahirkan.
"Tuan, tolong anda fokus disaat saya sedang menerangkan masalah perusahaan. Jangan seperti ini terus, big boss bisa marah jika melihat kelakuan little boss yang seperti Ini" Ujar Damian menasihati.
"Sudah ku bilang jangan panggil aku dengan sebutan itu lagiii....! Aku jijik....!" Sentak Sean, baginya hal itu adalah hal penting yang harus dimusnahkan.
Bayangkan saja, dimana harga dirinya ketika semua keluarga masih menyebut Sean dengan panggilan little boss?? Padahal umurnya sudah memasuki 27 tahun.
"Maaf Tuan, saya belum terbiasa" Ucap pria berusia 30 tahun tersebut.
"Kalau begitu saya mohon untuk serius selama saya menerangkan laporan kerja, tidak lama hanya satu jam"
"S-satu jam???" Seru Sean tercengang, satu jam sudah termasuk waktu yang lama untuknya. Bagi Sean yang baru saja memimpin perusahaan jangka waktu satu jam terasa seperti seharian baginya.
Selama ia menjabat sebagai CEO kurang lebih dua minggu kegiatannya tak jauh dari sekedar menandatangani berkas, selebihnya Damian lah yang mengurusi.
"Tapi satu jam terlalu lama!
Begini saja, aku beri kau waktu lima belas menit setelah itu kau bisa kembali ke ruanganmu" Titah Sean mengubah peraturan.
"Tidak bisa Tuan! Banyak yang harus saya sampaikan. Kali ini saya tidak mau mengerjakan pekerjaan anda" Kata Damian.
Pekerjaanku juga banyak tau!. Sambung Damian dalam hati.
"Ayolahhh.... Bantu aku kali ini, aku akan menggajimu dengan bayaran lebih tinggi" Tawar Sean sambil menaikturunkan kedua alisnya.
"Maaf Tuan, saya tidak tergiur dengan tawaran anda... "
"Kalau begitu bagaimana jika aku mencarikan mu wanita untuk malam ini? Aku carikan dua sekaligus"
"Wahhh.... Benarkah Tuan???" Ungkap Damian seolah-olah tergiur dengan tawaran bos nya.
Sean langsung tersenyum ketika melihat Damian yang terhipnotis oleh tawarannya.
"Tentu..!"
"Wahhh.... Anda baik sekali, Tuan.
Tapi maaf, saya tidak mau!" Merubah ekspresinya menjadi datar kembali.
Sean yang tadinya sumringah kini ternganga tak percaya, strategi nya kali ini tidak berhasil dan gagal lagi.
"Ish.... Kau ini tidak asyik sekali jadi orang!
Ayolahhh..... Tunda pekerjaan itu sedikit saja, sisanya kita bahas besok, bagaimana??"
"Tidak bisa tuan, jika anda tidak mau saya bisa menghubungi big boss" Tantang Damian yang terlihat merogoh ponsel di saku celananya.
"Ehhh.... Jangan-jangan!
Baiklah baiklah... Kita selesaikan ini semua Oke??" Kata Sean mencegah aksi nekat sang asisten.
Damian tersenyum penuh kemenangan, akhirnya ia pun membacakan kembali hasil laporan pada Sean yang nampak lebih serius dari pada sebelumnya.
"Ih.... Papi apa-apaan sih! Pokoknya Verrel tidak mau jadi sekretaris kakak, Verrel tidak mau kerja di perusahaan papi!" Protes seorang lelaki dengan gaya berbicara yang gemulai.
"Dan papi juga tidak mau ada protes! Kalian harus sama-sama meneruskan kerja keras papi, jika bukan kamu dan Sean siapa yang akan meneruskan perusahaan yang sudah susah payah papi bangun?? Tidak mungkin kan, papi menyuruh pak satpam" Jelas Fernando pada putra keduanya tersebut.
"Pokoknya Verrel tidak mau, titik!" Ujarnya kekal.
Margaret yang melihat perdebatan antara suami dan putra kesayangannya pun mulai melerai pertengkaran itu.
"Baby... Mami mohon turuti ucapan papi kali ini ya... " Bujuknya pada sang putra bungsu.
"Ihh..... Mami kok malah bela papi sih?!! Bukannya bela verrel!" Sahut Verrel kesal.
"Lihatlah putramu, kau terlalu memanjakannya sampai dia seperti ini sekarang" Tutur Fernando lagi.
"Ish... Kenapa kau menyalahkan aku sekarang? Lagipula Verrel juga punya keinginan sendiri dia ingin menjadi apa. Bukan begitu baby....?"
Verrel mengangguk setuju seraya menatap sinis pada sang Ayah.
"Keinginan apa? Keinginan menjadi seorang wanita?!" Celetuk Fernando tajam.
Pria paru baya itu pun bangkit dari duduknya.
"Pokoknya mulai besok kau harus bekerja di perusahaan papi dan membantu tugas kakakmu, tidak ada penawaran apalagi protes! Ti........tik!" Setelah itu Fernando langsung berlalu dari sana meninggalkan istri beserta anaknya.
"Huaaaaaaaa...... Mami bagaimana ini?? Verrel tidak mau jadi sekertaris kakak! Verrel ingin jadi pengangguran saja" Rengek pria muda itu pada Ibunya sambil menghentak hentakkan kaki ke atas lantai.
"Cup... Cup... Cup... Baby jangan menangis sayang, mami yakin kamu pasti betah bekerja disana. Perusahaan papi kan bagus" Ucap Margaret yang masih berusaha membujuk putranya.
"Huaaaaaaaa....... Tapi Verrel tidak mauu..... " Teriak Verrel menggema hingga ke seluruh ruangan.
Ya begitu kelakuan putra pengusaha bernama Verrel Fernando, kebiasaan dimanja sejak kecil membuat sifatnya bak wanita hingga saat ini.
Margaret yang dulunya ingin mempunyai seorang putri namun yang lahir justru anak lelaki membuat wanita paru baya itu sering memperlakukan verrell dengan cara lembut.
***
Tok Tok Tok!
Suara ketukan pintu berbunyi tiga kali di sebuah ruangan salah satu perusahaan fashion terkenal di negara itu.
Sang pemilik perusahaan yang berada di dalam sana menyuruh seseorang yang mengetuk pintu tadi untuk masuk.
"Masuk!"
Ketika mendapat perintah barulah pintu ruangan dibuka dan menampakkan sesosok wanita cantik yang berprofesi sebagai model sekaligus sahabat dari pemilik perusahaan itu.
Wanita cantik bertubuh seksi tersebut masuk dengan senyum yang tersungging manis di bibirnya.
"Hal Sofia... Maaf aku mengganggu pekerjaan mu" Sapanya pada Sang sabahat.
"Oh ternyata kau Bel, sama sekali tidak menganggu. Kebetulan sekali aku baru selesai meeting tadi" Ucapnya dan mengajak wanita bernama lengkap Bella Jhonson itu untuk duduk disofa yang berada disana.
"Bagaimana meeting nya? Dan apa hasil yang kau dapat?" Tanya Bella ketika mereka berdua sudah duduk di atas sofa.
"Keberuntungan ada padaku saat ini, perusahaan raksasa Fernando's Group akhirnya menyetujui untuk bekerja sama dengan perusahaan ku. Bahkan dia memberi saham dua kali lipat dari yang aku minta" Ucap Sofia girang, wanita yang lebih tua satu tahun dari Bella tersebut begitu antusias menceritakan pencapaiannya hari ini.
Mendengar cerita Sofia, bella turut senang akan kabar gembira itu.
"Benarkah??? Aaaaaa...... Selamat Sofia sayang! Aku yakin perusahaan mu akan lebih baik lagi setelah kerjasama ini terjadi, selamat my bestie.... Aku senang mendengar nya" Seru Bella memberi pelukan hangat kepada sahabat serta atasannya ini.
"Terimakasih Bella, aku sangat bersyukur sekali.... Bagaimanapun popularitas perusahaan ku akhir-akhir ini menurun drastis, banyak investor yang akhirnya memilih pergi dan mencabut kerjasama. Tapi untunglah semua itu kini bisa di perbaiki" Tutur Sofia dengan raut wajah yang berubah sendu.
"Sudahlah jangan bersedih lagi, aku paling tidak suka melihat sahabatku menangis, itu membuat wajahmu jelek, tau!' ledek Bella bergurau.
Sofia langsung mencubit pinggang temannya sebagai balasan.
"Aww...! Sakit tau" Pekik Bella.
"Rasakan! Itu balasan karena kau sudah menunduhku jelek"
"Hahaha.... Oke oke i'm sorry" Ucap Bella meminta maaf.
"Hmm.... Baiklah kali ini aku maafkan"
"Nah begitu dong, ini baru sahabatku" Bella pun memeluk kembali Sofia dan dibalas hangat oleh si empu.
"Ya sudah bagaimana jika hari ini kita merayakannya? Aku akan mentraktir mu, kebetulan aku punya tempat makan yang bagus dan baru saja dibuka" Ajak Sofia bersemangat.
"Siapa takut? Let's Go......... "
Kedua wanita cantik itu pun pergi dari sana dengan senyum kegembiraan yang terukir di bibir mereka masing-masing.
Malam hari Bella baru saja pulang ke rumah sekitar pukul tujuh malam, ia begitu senang berjalan-jalan dengan Sofia hingga hampir lupa jika hari mulai gelap.
Setibanya di rumah, seluruh keluarganya terlihat sedang menyiapkan makan malam. Ia pun menghampiri mereka dan langsung mencium pipi Ibunda dan sontak membuat wanita paru baya itu terlonjak.
"Bella...!!" Tegur pada sang putri.
"Hahaha..... I'm sorry mom.... " Bella tergelak puas kemudian duduk di kursi nya.
"Biar aku tebak, pasti kakak baru saja pergi dengan kak Sofia, kan?" Seru adik perempuan Bella, yang tak lain adalah Olivia.
"Yups.... Kau benar" Sahut Bella singkat.
Mendengar jawaban kakaknya sontak Olivia menegakkan tubuhnya memandang wajah bella dengan intens.
"Apa kakak membicarakan tentang permintaan ku?" Tanyanya penasaran.
"No, aku dan Sofia tidak membahas masalah pekerjaan. Kami hanya bersenang-senang tadi" Jawab Bella jujur, sembari mengambil santapan malamnya sendiri.
Lagi-lagi jawaban Bella membuat Sofia lesu dan cemberut, tangannya bersidekap tanpa berniat mengambil makan malamnya.
"Permintaan apa?" Tanya Jhonson sang Ayah.
"Oliv ingin magang di perusahaan Sofia. Tapi sayangnya di sana tidak menerima mahasiswa magang, lagipula saat ini Sofia akan dihadapi banyak pekerjaan dia tidak mungkin punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu" Seru Bella panjang lebar.
"Tapi kakak bisa saja membujuk kak Sofia, kakak kan sahabatnya. Aku yakin kak Sofia tidak akan menolak" Ucap Olivia membelah pembicaraan.
"Ck... Lagipula aku tau alasan kau ingin magang di sana, kau ingin punya nilai besar tanpa melakukan pekerjaan berat bukan? Secara kau ini pintar sekali memanfaatkan kebaikan orang lain" Ucap Bella yang langsung membuat Olivia skakmat.
Gadis dengan penampilan yang sedikit tomboy itu seketika kelabakan, bagaimana kakaknya ini bisa tau?? Hufff...... Jangan sampai ia kehilangan peluang itu.
"M-mana ada!! A-aku memang sedari dulu ingin magang di perusahaan Sofie Fashion, kakak ini sok tau sekali sih!" Bantah Olivia mengelak.
"Yaaa apapun alasanmu kau harus tetap berusaha sendiri, bagaimana pun kau kan yang kuliah bukan aku!" Perkataan Bella tak bisa diganggu gugat lagi, Olivia pun tak lagi menanggapi dan hanya memberikan raut wajah kesal pada wanita didepannya tersebut.
***
Sedangkan di kediaman lain, tepatnya di kediaman besar Fernando keluarga kaya itu juga nampak sedang berkumpul di ruang makan untuk melakukan ritual makan malam.
Namun salah satu lelaki yang juga duduk disana hanya diam tanpa berniat memakan hidangan yang tersedia, wajahnya masih menunjukkan kekesalan yang teramat dalam.
Hal itu membuat perhatian kakaknya teralih.
"Kenapa lagi dia ini?" Tanya Sean bingung, ia tidak tau drama apalagi yang terjadi tadi siang.
"Adikmu ini sangat keras kepala, dia selalu menolak permintaan papi untuk bekerja di perusahaan bersama denganmu" Sahut Fernando sang Ayah.
"Ck, kau ini bagaimana sih! Bagaimana pun kita ini harus meneruskan kerja keras papi, lihat aku... Aku sudah menjalani bisnis orang tua kita, kau harus mengikuti langkah kakakmu ini" Ucap Sean menyombongkan dirinya, padahal selama dia bekerja Damian lah yang menyelesaikan hampir semua pekerjaan. Tapi tidak mungkinkan ia berkata jujur di hadapan keluarganya? Bisa-bisa ia dicoret dari kartu keluarga.
"Wahhh.... Anak mami hebat! Little, mami bangga padamu" Puji Margaret dengan memeluk putra pertamanya.
Senyum Sean makin mengembang, ternyata keluarganya percaya begitu saja tanpa ada yang curiga. Sean pun tertawa dalam hati.
"Iiiiiiiihhhhh....... Kalian semua tidak ada yang mengerti! Verrel kesal kesal kesalllll..... " Teriak lelaki hello kitty itu, ia pun bangkit dan pergi dari sana tanpa menyentuh makan malamnya sama sekali.
"Babyyyyy........ Kembali sayang, kau belum makan makanan mu" Teriak Margaret memanggil.
"Sudah biarkan saja anak itu kembali ke kamarnya, kita lanjutkan saja makan malam bertiga" Perintah Fernando pada sang istri.
Mau tak mau akhirnya mereka pun melakukan makan malam tanpa dihadiri oleh putra keduanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!