Pagi mulai menyingsing, suara adzan mulai terdengar dari mushola yang lumayan dekat dari rumah Lesya. Lesya yang merasa mendengar suara adzan mulai mengerjapkan matanya berusaha untuk terbangun dari tidurnya. Inilah "Lesya Maheswari", seorang gadis biasa berusia 24th yang hidup dikampung. Lesya gadis yang cantik, alis mata agak tipis dengan bulu mata yang lentik. Bibirnya tipis dan kecil serta warna merah alami yang terkesan menggoda. hidungnya minimalis (alias sedikit pesek) namun karena wajahnya kecil jadi terlihat imut. kulitnya putih bersih, tubuhnya sesuai dengan tinggi rata-rata wanita lokal yaitu 160cm. Rambutnya lurus hitam berkilau. Dia terlihat sempurna meskipun tanpa make up. Kecantikan alami yang ada dalam dirinya tetap terlihat mempesona meskipun tanpa berdandan.
Dia melihat jam yang tertempel didinding menunjukkan jam 4 pagi. "Hoooaaamm"... Dia menguap dan menutup mulutnya. "Aaah...kenapa pagi cepat sekali. Padahal mataku masih mengantuk". Dia bergumam sendiri sambil menggeliat ditempat tidurnya.
Dia masih merasa ngantuk karena semalam begadang mengkoreksi dan menilai tugas-tugas yang dikerjakan muridnya kemrin.
Setelah bangun Lesya langsung bergegas mengambil baju yang bersih untuk berganti dan memakainya untuk mengerjakan sholat subuh. Setelah itu masuk kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil wudhu. Lalu dia mengerjakan sholat .
Setelah selesai sholat dia mengemas mukena dan sajadahnya. Lalu dia beranjak kedapur untuk memasak menu sarapan pagi ini. Dia membuat dua gelas susu untuk dirinya dan ibunya, serta membuat sayur sop ayam beserta lauk lainnya. Di siapkan masakannya diatas meja makan.
O iya, Lesya tinggal berdua dengan ibunya. Ibunya bernama "Marini". Sedangkan ayahnya sudah meninggal disaat usia Lesya menginjak 13th. Ayahnya meninggal karena kecelakaan motor dan naas, nyawanya tidak terselamatkan. Semenjak saat itu ibu Lesya bekerja banting tulang untuk kelanjutan hidup mereka berdua, serta berjuang untuk menyekolahkan Lesya sampai selesai kuliah. Namun keadaan ibu Marini saat ini tidak sesehat dulu. Dia sering sakit karena penyakit paru-paru yang dideritanya. sebulan sekali beliau sering memeriksakan keadaannya kerumah sakit dan harus meminum obat setiap hari supaya kondisi kesehatannya setabil. Dan saat itulah Lesya melarang ibunya untuk bekerja. Kalau sedang bosan karena terus berada dirumah ibunya akan membuat sedikit kue dan dia titipkan di warung dekat rumah.
"Ibu apakah ibu selesai beberes dan mandi ?. Aku sudah selesai memasak untuk sarapan. Ayo kita sarapan bersama. Teriak Lesya untuk mengajak ibunya sarapan.
"Iya, ibu masih merapikan baju ibu dan akan segera keluar dari kamar" sahut ibu Marini dari kamarnya.
Setelah selesai makan bersama. Lesya beranjak dari duduknya untuk segera mandi dan berangkat kerja.
Setelah mandi, Lesya memilih baju yang akan digunakannya. Dia memilih baju dengan atasan kemeja polos berwarna pink muda dipadupadankan dengan celana kain panjang berwarna putih.
Dia duduk didepan meja riasnya sambil memandangi wajahnya. "Aku apakan ya rambutku hari ini ?, Apakah aku tali atau aku gerai saja". Dia bergumam sendiri.
Akhirnya dia memilih untuk menali tinggi rambutnya. Penampilannya sangat cantik serta rapi.
"Oke selesai, aku siap berangkat hari ini. Semanagt Lesya. Karena kamu masih membutuhkan uang untuk beli beras agar menjadi sesuap nasi" dia menyemangati dirinya sendiri saambil mengambil tas dan semua peralatan yang akan dia bawa.
"Ibu aku pamit berangkat dulu, ibu hati-hati dirumah. Jangan mengerjakan sesuatu yang berat. Biar aku saja nanti yang mengerjakan sepulang dari mengajar" kata Lesya.
"Iya iya Lesya. Kamu bawel banget ya. Ibu bukan anak kecil". Ibu Marini berkata sambil tersenyum.
"Oke, aku berangkat ya bu, kalo ada apa-apa langsung telepon Lesya ya bu" kata Lesya.
"Iya iya, sudah sana berangkat nanti terlambat. Hati-hati dijalan" jawab ibu Marini.
"Assalamu'alaikum" Lesya mengucap salam.
"Waalaikumsalam" ibu Marini menjawab.
Lesya berangkat dengan menggunakan motor matic yang dia beli dari hasil dia berkerja paruh waktu selama masih kuliah. Hari ini barang bawaannya lumayan banyak. sehingga dia membawa dua tas. Satu tas berisi buku-buku para murid dan satu tas lagi tas jinjing yang biasa dia bawa.
\_Mohon dukungannya untuk karya pertamaku ya teman-teman...
Ini karya pertamaku murni hasil dari imajinasiku sendiri tanpa menjiplak atau plagiat dari karya penulis lain. Kalau ada kata-kata, nama, tempat atau alur cerita yang mirip itu hanya kebetulan.
Semoga kalian suka membacanya. 😊
Tinggalkan jejak dengan Like dan komentar. serta kasih kritik dan saran dikolom komentar.
Terima Kasih. 🙏
Yuk mampir juga ke Instagramku @d.oktams.
Lesya akhirnya sampai di sekolah dengan mengendarai motor maticnya. Jam sudah menunjukkan pukul 7. "Alhamdulillah aku sudah sampai" sambil meletakkan helmet kedalam jok motornya.
Setelah itu dia memasuki ruangan guru menghampiri mejanya. Dia duduk dan menaruh tas dan semua buku-buku yang dia bawa pulang kemaren. "Ternyata aku yang datang paling awal hari ini".
Lesya mengajar disekolah swasta SMA Unggul Guatama lebih tepatnya. SMA Unggul Guatama adalah sekolah yang paling bagus, maju dan populer. Meskipun sekolah swasta namun sekolah itu tak kalah dengan sekolah negeri yang ada di wilayah itu karena sudah terakreditasi A dan malah menjadi sekolah yang paling bagus dari sekolah lain. Ada tiga Akademi di sekolah itu. Yaitu Bahasa dan sastra, IPA, IPS. Tital kelas sekarang ada 50 kelas. Lalu masih ada ruangan lain selain kelas, seperti ruang Aula yang besar, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA dan Laboratorium IPS. Ruang Komputer, ruang penyiaran, dan ruangan kantor para guru, dua Mushola, Koprasi dan dua Kantin yang begitu besar. Halamannya pun begitu luas dan terdapat lapangan yang membemtang luas didepan sekolah ini. Sehingga tampak dari depan sekolah ini begitu mewah dan elit.
Lesya lulusan universitas bergengsi dikota "Y" dengan beasiswa dan nilai yang cukup memuaskan. Sehingga dia diterima untuk bekerja disekolah tersebut. Dia memilih sekolah itu karena jarak sekolah dari rumahnya lumayan dekat. Hanya butuh waktu 30menit untuk sampai sekolah.
Tak lama kemudian datang rekan guru muda. Namanya "David Aditya" sosok guru muda yang tampan dan digandrungi para guru perempuan muda lainnya. Tak hanya itu para murid-murid perempuan disekolah itu juga menggandrunginya.
"Selamat pagi bu Lesya" sapa David pada Lesya.
"Selamat pagi juga pak" sambil membungkukkan badan membalas sapaan David.
"O iya bu Lesya, hari ini ada jam dikelas berapa ?" Tanya David sambil duduk dikursi yang mejanya berada tepat didepan meja Lesya .
"Ee... Saya pagi ini jam pertama dikelas 11A pak" jawab Lesya.
"Kebetulan sekali jam pertama saya dikelas 11B". Kata David sambil tersenyum tipis.
Bel pun berbunyi. Lesya segera beranjak dari tempat duduknya dan membawa banyak buku ditangannya. Tiba-tiba David menepuk bahu Lesya "Biar saya bantu" lalu meraih semua buku yang Lesya bawa tanpa menunggu jawaban dari Lesya.
"Duh kenapa pak David baik banget sih. Kalo diginiin terus kan aku jadi baper" gumam Lesya dalam hati. "Pikiran apa itu, suka ngawur kalo ngomong" dia membuyarkan lamunannya dan segera menyusul David dari belakang.
"Pak David, sudah hampir dekat dari kelas, biar saya saja yang bawa" berusaha meminta.
"Biar saya bantu bawa sampai kelas bu Lesya".
"Tapi itu berat pak David".
"Tak apa, ini mungkin berat bagi bu Lesya, tapi tidak bagi saya. Apa bu Lesya gak Lihat aku begitu sehat dan bugar ? jadi membawa buku segini saja tidak akam ada masalah nagiku" ia mengatakannya sambil tersenyum kearah Lesya dan ia terus berjalan. Langkah kakinya lebar karena kakinya yang panjang dan tubuhnya yang tinggi. Badannya terlihat atletis sehingga dia selalu cocok menggunakan kemeja apapun. Lesya yang berjalan sedikit cepat dari belakang David membatin "Kenapa mahkluk ciptaanmu ini terlihat sempurna Ya Allah. Badannya begitu atletis dan bau badannya begitu wangi, padahal aku jalan berjarak dengannya, tapi bau wangi itu masih tercium di hidungku. kira-kira orang tampan sepertinya kelihatan jelek kalau pas ngapain ya ? . Apa pas dia nahan kentutnya ?. Puuuffftt". Lesya menahan tawa karena pikirannya yang ngawur itu.
"jedug",
Tiba-tiba Lesya menabrak punggung kekar David karena langkah David yang tiba-tiba berhenti hendak membuka pintu dan Lesya tak menyadari hal itu karena keasyikan mengobrol dengan batinnya. "Aduh,,, sambil mengelus Dahinya. Maaf pak saya tak sengaja. "Duh, gegara ngelantur jalan aja jadi nggak fokus" gumamnya dalam hati.
"Bu Lesya nggak apa-apa kan ?" tanya David dengan mengrenyitkan kedua alisnya.
"Tida apa-apa pak, maaf" sekali lagi Lesya mengucap maaf.
"Iya, yang penting bu Lesya nggak apa-apa".
"Oh, biar saya bukakan pintunya pak" mengambil alih hendel pintu yang ada didepan David.
"deg"...
Jantung David terasa digunjang karena Lesya yang tiba-tiba berdiri tepat didepannya sehingga dia bisa mencium aroma wangi yang lembut dari rambut Lesya. "Jantungku please jangan norak, baru begini aja kalian sudah berulah. tolong berdetaklah dengan tenang". Bujuk David dalam hati.
sreeekk,,, suara pintu terbuka. "Nah sudah aku buka, pak David silahkan masuk duluan". Lesya mempersilahkan David. Para siswa yang duduk dikelas itu memperhatikan kedua guru mereka. Beberapa murid perempuan berbisik "eh, apakah mereka berpelacaran ?, kenapa mereka begitu dekat ?, senyum pak David pun terlihat berbeda dari biasanya. Kok saya ndak rela ya kalau bu Lesya beneran pacaran sama pak David". gumam beberapa murid yang sedang berbisik dan memperhatikan.
"Saya letakkan bukunya dimeja ya bu Lesya" sambil meletakkannya.
"Terima kasih banyak pak David, maaf saya merepotkan bapak". Lesya merasa tak enak.
"Tak apa bu Lesya saya senang bisa membantu, saya siap membantu apapun kalau bu Lesya butuh bantuan saya" sambil tersenyum sopan.
"Sekali lagi terima kasih pak".
"Iya sama-sama". Lalu keluar meninggalkan kelas itu. "Lesya senyummu itu sangat cantik dan anggun". Gumam David dalam hatinya.
"Selamat pagi semuaaa... kalian haru ini terlihat sangat cantik dan tampan" sapa Lesya kepada muridnya yang berada dalam kelas.
"Pagi juga bu Lesya" jawab murid. "sepertinya bu Lesya yang terlihat lebih cantik karena lagi berbunga-bunga" celetuk salah satu murid yang bernama Anisa. "Ciiyeeee..." diikuti sorakan dari teman lainnya.
"Sudah-sudah, kita mulai ya pelajaran hari ini. Buka buku Bahasa mandarin halaman 55".
Dan pelajaranpun terus belangsung seperti biasanya. Siswa di Sekolah itu terlihat sedikit santai pada Lesya karena dia menganggap para muridnya sebagai teman. Hal itu membuat energi Lesya merasa lebih muda. meskipun tak semuda mereka. Bahkan tak jarang muridnya itu curhat dengannya dan bercerita tentang masalah yang dialami. Dengan senang hati Lesya mendengar keluh kesah mereka dan terkadang memberi solusi untuk mereka kedepannya. Dan murid-muridnya merasa nyaman bercerita kepada gurunya itu. Tapi karena perlakuan Lesya yang santai kepada muridnya bukan berarti mereka bisa semena-mena. Lesya tetap seorang guru yang harus mereka hormati. Mereka tetap sopan santun kepada Lesya. sehingga tidak menghapus norma kesopanan dalam diri mereka.
\_Terus dukung aku ya, supaya aku makin rajin nulis ceritanya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang tepat dan penulisan yang salah. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komentarnya. 😊
Terima kasih 🙏
Sedangkan dirumah keluarga Rayandra baru menyelesaikan sarapan pagi. Dimeja makan ada "Guatama Rayandra" yang biasa dipanggil Tuan Tama. Dan "Liana Bayuni" yang biasa disapa Nyonya Lia. Serta "Liam Rayandra" putra satu-satunya dari keluarga tersebut, yang dipanggil Tuan muda Liam. Ayah Liam berketurunan Chinese dan ibunya berketurunan jawa. Namun Ayah Liam sudah menjadi mualaf semenjak beliau mau menikahi ibunya yaitu "Liana Bayuni". Ibu Lia kental sekali adat jawanya. Beliau dari kecil sudah tinggal di daerah "Y" tersebut. Beliau sosok yang cantik anggun dan kalem namun agak cerewet.
(maklumlah ya kalau ibu-ibu itu cerewet. emang itu sebuah tuntuttan. wanita yang saat gadis pendiam dan kalem bisa berubah seketika menjadi galak dan cerewet disaat mereka sudah menyandang status istri apalagi seorang ibu. hahaha.... kenapa jadi author yang curhat). Lanjuuut...
Sedangkan Tuan "Guatama Rayandra" memang dari kecil berdarah Chinese. Beliau keturunan ningrat dari lahir. Tak heran jika beliau sekarang mempunyai bisnis dan sukses sejak usia muda.
Keluarga ini adalah keluarga pengusaha yang kaya raya. Memiliki usaha dibidang teknologi merakit jaringan komputer dan laptop, perusahaan kertas serta yayasan sekolah yang sangat elit dan masih banyak usaha kecil yang tak terlihat.
Tuan Tama adalah pendiri perusahaan tersebut dan sekarang dialihkan pada Liam sebagai pemimpin atu CEO dari perusahaan tersebut. Sedangkan Tuan Tama hanya memantau serta menjalankan bisnis kecil"annya itu.
(Waaah... Dari nama aja kelihatan dari keluarga mewah banget ya. Hahaha... Maaf author ngelantur dan pengen ketawa. Agak heran aja kenapa author bisa bikin nama kayak gitu. Duh, author jadi banyak ngomong nih ). Lanjuut...
"Pagi ini kamu mau kemana dulu Liam ?" Tanya nyonya Lia.
"Aku nanti ke kantor Proweb dulu lalu ke sekolah mah" kata Liam.
"Kalau capek istirahatlah, jangan terlalu capek" mamah Lia penuh perhatian pada putranya.
"Mah, putramu itu bukan anak kecil lagi mah" sahut Tuan Tama dengan wajah datar.
"Aku tau pah, tapi anakmu itu suka lupa waktu kalau sudah bergulat dengan kerjaannya".
"Jangan kawatir, aku berangkat dulu" Liam berkata dengan wajah datar dan berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Hati-hati" kata sang ayah.
"Iya" Liam menjawab singkat dengan wajah datar dan melenggang pergi dengan langkah panjang.
"Mah, kamu dulu nyidam apa sih ma waktu hamid Liam" Tuan Tama berkata sambil memandangi punggung putranya yang sudah melangkah pergi keluar rumah.
"Nyidam es balok satu truck. kenapa ?" jawab bu Lia dengan wajah ketus.
"Pantesan dingin banget kayak Kulkas 8 pintu. semakin besar semakin dingin" cletuk Tuan Tama ngasal karena heran dengan sifat dingin putra semata wayangnya. "Ajarin dia cara senyum mah. Nggak harus senyum tiga jari, senyum tipis pun sudah terlihat bagus".
"Lah, kenapa papa nyalahin saya. Bukankah sifat dan kelakuannya 99% mirip denganmu pah ?" Mama Lia.
"Ya tapi kan aku nggak sedingin itu dulu mah".
"Dih, papa lupa caranya ngaca apa gimana pah. Nggak nyadar kalau papa dulu juga sedingin itu sebelum kenal mama" kata-kata mama Lia tak kalah sengit.
"Duh, bakal jadi panjang nih perkara sifat dingin doang" Tuan Tama bergumam.
"hahaha, makanya pah, jangan salahin Liam kalau sekarang sifat + kelakuannya seperti itu. Itulah hasil cetakan papa" Mama Lia merasa kali ini menang berdebat dengan suaminya.
"Jangan lupa mah, tampannya dia juga cipratan ketampanan dari papanya" tersenyum sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Allahhu Akbar... punya suami narsis nggak ketulungan" Mama Lia menggeleng dan berdecak heran.
*
*
*
Liam Rayandra sosok yang begitu tampan, perawakannya tinggi dan terlihat gagah. Hidung mancung dan alisnya menyempurnakan wajah tampannya. Terlihat sempurna dari sisi manapun ketika dilihat. Sayang sikapnya begitu dingin dan sedikit arogan. Banyak wanita yang mendekati dan ingin menjadi pendamping hidupnya. Tapi Liam tak pernah menghiraukan wanita-wanita itu.
Liam masuk ke mobil mewahnya. Hari ini dia menyetir sendiri karena dia menyuruh asistennya mengurus laporan dan keperluan rapat pagi ini.
"Eric Pradipta" asisten pribadi yang dipercaya Liam. Eric sudah seperti tangan kanan Liam. Dia selalu cekatan dan sigap saat bosnya itu memerlukan atau memerintahkan sesuatu.
\_hay hay haaayy... masih setia membaca novel karya aku nggak nih teman-teman...
maaf ya kalo ada salah penulisan atau kata-kata yang kurang tepat. Jangan lupa like, komentar kritik dan sarannya yah teman-teman. 😁
Terima Kasih 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!