Wilona Adisty adalah gadis 19 tahun yang masih bertahan dua tahun di kelas tiga SMA, bukan karena dia bodoh tapi gadis yang sering di sapa dengan nama Wilo itu sangat nakal dan keras kepala.
Dia tinggal di Apartemen nya sendirian, dan Wilo tidak suka di kekang oleh siapapun karena menurutnya hidup nya adalah hidup nya, dan tidak ada satu pun orang yang bisa merubah nya, terkecuali atas keinginan nya sendiri.
🌹
Di malam yang dingin ini terlihat seorang gadis berpakaian sangat minim yang baru keluar dari mobilnya, seperti malam-malam biasa nya Wilo akan bersenang-senang menghamburkan uang nya yang tidak ada habisnya itu.
Club' malam ini menjadi salah satu tempat yang sangat di sukai Wilo, hidup sendiri membuat Wilo berpaling ke tempat-tempat yang tidak bisa dia sebut adalah tempat yang baik itu.
"Will!" panggil seorang gadis seksi.
"Baru nyampe?" lanjut gadis itu lagi.
Wilo mengangguk kecil.
"Sorry guys, tadi di jalan macet parah." kata Wilo sambil mendudukkan bokong nya di kursi.
"Santai aja kita juga baru datang kok, apalagi si Mela nih dia baru keluar kandang katanya nyokap nya masih belum bobok." ucap Dewi sambil tertawa.
Membuat Mela yang mendengar nya langsung memukul lengan teman nya itu.
"Aku doain nanti pas pulang nya bokap si Dewi sudah nongki di depan teras biar tau rasa." cerocos Mela sambil tersenyum sinis.
Membuat Wilo geleng-geleng kepala, dan langsung merangkul ke dua teman nya itu.
"Udah jangan saling meledek mending malam ini kita happy-happy aja, lagian besok hari libur aku harus ke rumah kakek yang di kampung, nggak bisa happy-happy lagi." kata Wilo lagi.
"Seriusan anak bandel yang tajir ini mau masuk kampung?" Dewi dan Mela melirik Wilo.
Tidak percaya jika teman nya yang cantik dan terkenal nakal itu masih memiliki sisi baik dan mau menengok kakek nya yang sedang sakit.
"Emang aku senakal itu ya?" tanya Wilo pura-pura bodoh.
Membuat Dewi dan Mela langsung memutar bola matanya malas, tentu saja Wilo nakal dan liar, di usianya yang 19 tahun tapi masih tinggal di kelas tiga SMA saja itu sudah menjadi salah satu contoh betapa bobroknya satu teman nya itu.
Tapi meski begitu persahabatan mereka tidak bisa di artikan dengan apapun, Mela dan Dewi adalah dua sahabat Wilo yang selalu ada untuk Wilo di saat-saat Wilo sedih ataupun senang, dan bahkan mereka nakal pun karena berteman dengan Wilona.
"Udah yuk musik nya udah enak nih." Wilo tidak perduli apa kata orang tentang nya, dia mengajak kedua teman nya untuk ikut joged bersama pengunjung club' yang lain nya.
Bersenang-senang, itulah yang mereka lakukan sekarang, ketiga berjoget dan tertawa tanpa rasa malu lagi, tapi meski demikian mereka tidak membiarkan ada yang mengganggu kesenangan mereka, kalaupun ada orang itu akan berakhir mengenaskan, karena ulah ketiga gadis itu.
Jep ajep..ajep..
Suara musik yang kencang itu membuat tubuh ke tiga gadis itu semakin terbuai untuk semakin mendalami lagu nya..
Sampai akhirnya..
Terdengar suara mobil polisi, Mela yang mendengar suara orang-orang ribet langsung melotot, begitu pun dengan Dewi yang langsung melirik Mela.
"Polisi!" ucap keduanya panik.
Wilo yang tidak tau apa-apa dan fokus berjoget itu tidak menghiraukan wajah panik kedua teman nya, ia berpikir jika teman nya itu mungkin sedang panik karena pulang nya akan di marahi orang tuanya.
"Wilo polisi!" kata Dewi panik, dan langsung membawa Wilo menjauh untuk bersembunyi.
"Apaansih Dew Mel, aku kan lagi asyik joget!" kesal Wilo sambil menepis tangan teman nya, dan dengan santainya berjalan kembali ke tempat tadi, dimana dia bisa berjoget tanpa memikirkan semua beban hidup nya yang tidak punya siapa-siapa.
"Si Wilo bodoh atau gimana, udah tau ada polisi malah balik lagi." kesal Dewi.
"Udah biarin aja, lagian dia orang kaya udah yuk kita pulang aja lagian percaya Wilo itu pinter lari nya cepet kaya copet." timpal Mela.
Dan akhirnya kedua teman Wilo itu pulang dengan jalan aman yang hanya di ketahui beberapa orang saja, mereka tau seperti apa Wilo jadi mereka tidak terlalu khawatir jika Wilo tertangkap.
Wilo masih berjoget sampai akhirnya tiba-tiba sebuah tangan memegang lengan nya, Wilo kaget dia replek membalikan tubuhnya dan semakin kaget pula Wilo saat melihat satu tangan nya sudah di borgol.
"Bapak polisi, hehe ganteng banget sih Pak." Wilo tersenyum seramah mungkin.
"Kamu harus ikut saya, dasar anak muda jaman sekarang memang bandel-bandel." ucap Pak polisi.
"Jangan dong Pak, hiks saya begini karena hiks.. Pak kakek saya sedang sakit hiks.. bapak kok tega mau nangkep saya padahal hiks.. bayangin kalau aku itu anak atau adik bapak hiks, apa bapak tega ngelihat adik atau anak bapa di penjara dan jadi napi." seperti biasanya Wilo memainkan drama nya.
Pura-pura menjadi gadis menyedihkan yang kehidupan nya sangat malang, dan memanipulasi itu adalah keahlian nya.
Dan benar saja, wajah polisi itu seketika menjadi iba dan langsung mengusap kepala Wilo, dia melepaskan borgol nya..
"Lain kali jangan sampai ke tangkap lagi, sudah sana pergi sebelum teman-teman saya melihat kamu." ucap pria itu sambil mengusap kepala Wilo.
Wilo mengangguk dengan wajah senang nya, dia langsung kabur begitu saja tanpa mengatakan terimakasih karena selama hidup nya tidak ada satupun yang berjasa dalam hidupnya, begitulah pemikiran yang Wilo pegang sekarang.
Saat akan mengendap-endap ke dalam mobilnya tiba-tiba Wilo melihat beberapa polisi yang baru keluar dari Club', mereka tentunya membawa beberapa wanita muda dan beberapa pria yang langsung di naikan ke dalam mobil patroli.
Wilo tertawa melihat beberapa wanita yang tadi sempat membuat nya risih itu, sampai akhirnya mobil patroli polisi itu pergi menjauh dari area club', Wilo tersenyum enteng dan berjalan ke arah mobil nya.
Bukk..
"Kalau jalan itu lihat-lihat dasar!!" Wilo menatap tajam pria di depan nya.
"Kau yang menubruk ku dan kau yang marah? dasar gadis gila!" sinis Pria itu kembali melangkah.
Wilo tidak terima di sebut gadis gila, dia langsung melemparkan heals nya ke arah pria itu dan mengenai punggung pria itu.
Bukk !!
"Kau!"
"Apa!!"
"Dasar gadis nakal tidak punya etika!" ucap pria itu menatap tajam ke arah Wilo.
"Emang aku pikirin? enggak tuh." Wilo berjalan santai ke arah mobil nya.
"Memang gadis gila!"
"Aku masih mendengar suara mu, bicara sekali lagi heals satu nya lagi akan melayang ke wajah mu!"
"Kurang ajar, dia tidak tau siapa aku!" pria itu terlihat marah.
"Bos apa anda tidak apa?" ucap pria yang duduk di kursi pengemudi.
"Kau memang Asisten tidak bisa di andalkan, aku berhadapan dengan gadis gila dan kau masih bisa bertanya!" pria itu semakin terlihat marah besar.
🌹
^^H A P P Y R E A D I N G^^
🌹🌹🌹🌹🌹
Wilo pulang dengan wajah ngos-ngosan, sesampainya di apartemen nya Wilo hanya memilih berbaring di kamar dengan penampilan yang terlihat kacau.
Hampir saja tadi dia ketangkap oleh polisi, untung dia pandai berpura-pura menjadi gadis polos jadi Wilo tidak ikut terbawa ke kantor polisi.
"Untung aja bisa lolos, kalau nggak pasti tambah runyam hidup ku." gumam Wilo.
"Lagian itu si Mela sama si Dewi jadi teman bukan nya bantu malah ninggalin, bikin kesel aja." lanjut Wilo kesal.
Tring..
Tring..
Beberapa pesan masuk ke dalam ponselnya, Wilo membaca satu persatu dari pesan itu, dua diantara nya adalah pesan dari Dewi dan Mela yang menanyakan keberadaan nya sekarang.
Dan sisa nya adalah pesan dari kampung, lebih tepatnya tetangga yang biasa menjaga kakek nya.
"Non Wilo kapan ke kampung nya?, kakek sudah menanyakan non Wilo katanya kakek mau bertemu sama non Wilo secepatnya."
Wilo melirik ransel di pinggir ranjang nya, dia sudah menyiapkan ransel itu dari jauh-jauh hari untuk menemui kakek nya.
"Sekarang tidur dulu, dan pagi nya aku berangkat." gumam Wilo sambil mencoba memejamkan matanya.
Tidak peduli dengan pakaian nya yang berantakan di tambah make up yang masih menempel, Wilo memilih tidur dengan posisi kaki yang masih menyentuh lantai.
Tidak ada orang tua, membuat Wilo hidup sesuka nya dan yang dia tau hanyalah uang nya banyak meski dia menghamburkan nya sekalipun saldo rekening nya tidak akan pernah habis.
Pagi menyapa, Wilo yang mendengar suara dering alrm yang biasa dia gunakan untuk membangunkan nya sekolah itu kini nampak sedang mengucek matanya.
"Masih jam 6." gumam nya sambil menguap lebar.
"Aaa males! masih ngantuk." Wilo masih ingin tidur.
Tapi mengingat pesan dari tetangga sang kakek, Wilo mau tak mau harus bangun dari tempat tidur nya, dan dengan gerakan malas Wilo berjalan ke arah kamar mandi, Wilo memilih mandi agar tubuhnya lebih segar.
Dan setelah beberapa menit Wilo yang sudah selsai mandi dan berpakaian pun memilih langsung pergi ke kampung sang kakek.
Wilo tidak menggunakan mobilnya, dia malas mengendarai mobilnya dan karena itu Wilo memilih memakai jasa kendaraan umum.
Sudah hampir dua jam lebih, mobil masih melaju, Wilo sedikit mengantuk tapi dia tahan karena dia tau jika pria di samping nya itu terus memperlihatkan nya.
"Kalau bukan demi kakek aku nggak akan mau kaya begini, mana di deketin pria mesum lagi." batin Wilo kesal.
"Non Wilo udah sampai di mana? kakek nanyain."
Lagi-lagi pesan itu datang, membuat Wilo kesal dan mengusap layar ponselnya menjadi sebuah panggilan telpon.
"Halo, bi kakek mana?" tanya Wilo.
"Non Wilo tumben nelpon." suara wanita paruh baya yang logatnya Sunda.
"Habisnya bibi bawel, mana kakek aku mau ngomong sama kakek." balas Wilo.
Beberapa orang melirik ke arah nya, tapi bukan nya Wilo yang tidak tau malu, gadis itu nampak santai berbicara tanpa memperdulikan sekitarnya yang kebanyakan nya adalah bapak-bapak dan ibu-ibu.
"Halo! Wilo kamu kapan kesini nya? kakek rindu pulang ya kakek lagi sakit, uhukk..kakek mau ketemu sama kamu." terdengar suara pria tua, seperti orang sakit suara kakek nya pun tidak terlalu besar.
"Kakek bicara nya satu-satu dong, Wilo lagi di jalan mau ke sana, udah dulu ahk.. ini Wilo di lihatin orang, bye kek." Wilo memutuskan panggilan nya sepihak.
Lalu melirik pria di samping nya dengan wajah sinis nya.
"Apa lihat-lihat, pindah sana ketek kamu bau!" kata Wilo sambil memeluk tas nya, menutupi bagian dada nya yang dari tadi terus menjadi bahan tataan pria mesum di samping nya.
"Mentang-mentang cantik, songong banget neng." kata si pria, alih-alih sakit hati dia malah berniat menggoda Wilo.
Apalagi dia lihat Wilo adalah gadis kota, dia rasa boleh juga kalau mendekati Wilo itung-itung dapat rejeki nomplok mana gadis di sampingnya sangat cantik lagi, begitu pikiran liar pria itu.
"Ngomong tuh sama nenek-nenek, dasar nggak jelas!" Wilo memilih memainkan ponselnya, dan tidak memperdulikan pria di samping nya.
Tapi tiba-tiba tangan laki-laki itu memegang paha nya, Wilo memang memakai rok yang cukup seksi meski dia juga memakai kan legging panjang berwarna hitam di dalam nya itu melotot.
Beraninya !!
Brugkkk !!
Pria itu tersungkur ke bawah jok, dan hal itu membuat semua orang yang ada di dalam bus itu menjadi riuh.
"Wanita sialan!" pria itu langsung menarik rambut Wilo dengan kasar.
"Dasar pria mesum!" Wilo tidak mau kalah dia langsung meninju dagu pria itu yang membuat pria itu lagi-lagi terjatuh lagi.
"Hajar terus neng!"
"Ehk si neng nya galak amat, amit-amit deh kalau punya anak kaya gitu."
Dan banyak lagi ucapan-ucapan orang-orang yang melihat kejadian itu, dan karena pertengkaran itu juga mobil pun akhirnya berhenti di tengah jalan.
Drama itu di hentikan dengan pria itu yang memang ketahuan tidak sopan, saksi nya adalah si nenek dan setelah itu mobil nya pun kembali melaju lagi.
Beberapa jam berlalu..
Akhirnya Wilo sampai di rumah kakek nya, gadis berambut panjang itu berjalan masuk ke rumah sang kakek, talat bukan rumah tapi Villa, kakek nya di sini adalah orang yang di segani dan maka dari itu Wilo mendapatkan pelayanan khusus di tempat ini.
"Kek, Wilo datang." ucap Wilo sambil berjalan mendekati kakek nya.
Pria yang duduk di kursi roda itu melihat ke sumber suara, wajahnya tersenyum senang tak kala saat melihat Wilo cucu kesayangan nya yang datang menemui nya.
"Apa kabar sayang, sudah makan?" tanya kakek sambil tersenyum.
Wilo menunduk malu, dia memang bukan anak baik bahkan dia selalu menolak untuk tinggal bersama kakek nya, Wilo selalu ingin hidup mandiri karena dia tau setelah kakek nya tiada nanti dia hanya akan sendirian.
"Aku baik, kakek yang apa kabar?" Wilo masih menunduk, mencoba menahan air mata nya sampai akhirnya dia tidak bisa membendungnya lagi dan akhirnya air mata nya pun jatuh begitu saja.
"Kakek." Wilo memeluk kaki sang kakek.
Kakek Wirawan mengusap kepala cucu kesayangan nya itu, lalu membelai wajah sang cucu dengan penuh kelembutan.
"Jangan menangis, kakek tau kamu itu hebat makanya kakek mau ketemu sama cucu kakek yang hebat ini, bagaimana dengan Mama dan papa mu?" tanya kakek Wirawan.
Yang seketika membuat Isak Wilo terhenti, lalu menatap kakek nya.
"Aku nggak punya Mama dan Papa, aku hanya cucu kakek, bukan anak siapa-siapa!" ucap Wilo dengan wajah serius.
"Wilo" panggil kakek Wirawan.
"Nggak kek, mereka sendiri yang mengatakan nya jika mereka nggak pernah mau perduli dengan aku, aku nggak punya orang tua, aku hanya punya kakek!"
🌹
Jangan lupa like coment and Vote ya kak ♥️🤗🙏
^^H A P P Y R E A D I N G^^
🌹🌹🌹🌹🌹
Kakek Wirawan hanya bisa memberikan pelukan hangat nya untuk sang cucu, dia tentu tau seperti apa kehidupan Wilo cucu nya itu selama ini, yang kekurangan peran orang tua.
Wilo hidup tanpa kasih sayang orang tua nya, tepatnya setelah perceraian kedua orang tuanya yang membuat Wilo menjadi gadis yang tidak bisa mengontrol emosi nya dan hidupnya tidak seperti anak gadis pada umum nya yang mungkin bisa lebih nyaman menjalani kehidupan nya.
"Aku benci mereka kek." ucap Wilo kali ini isakan tangis nya menjadi tatapan tajam.
Tangan nya mengepal, Wilo berjanji akan membalaskan dendam nya pada kedua orang tuanya yang sibuk dengan hidup baru nya, tanpa memperhatikan nya.
"Aku akan membuat mereka hancur, kalian berdua bersiaplah untuk mendapatkan kehancuran yang akan di ciptakan oleh anak yang tidak di harapkan ini." batin Wilo sambil melepaskan pelukannya kakek nya.
"Tidak baik membenci orang tua mu, jangan begitu karena bagaimanapun mereka adalah orang tua mu." kata kakek memberi pengertian.
Meski dirinya pun sama di campakkan nya oleh anak nya, uang? ya hanya itu yang sering anaknya kirim pada nya begitupun dengan Wilo.
"Aku tidak mau membahas itu lagi, aku mau tidur cape." Wilo berdiri, lalu berjalan begitu saja meninggalkan kakek nya.
Kakek hanya melihat kepergian sang cucu dengan wajah iba, kasihan tentu saja dia merasa kasihan dan karena itu juga dia meminta Wilo untuk pulang.
"Aku harus mencari cara untuk Wilo bisa menerima pernikahan ini, umur ku sudah tua dan aku sering sakit-sakitan aku tidak mau Wilo sendirian." gumam kakek Wirawan sambil meneteskan air mata nya.
"Onah!" panggil kakek Wirawan.
Dan datanglah wanita paruh baya yang membantu nya dalam sehari-hari itu.
"Ada apa Pak?" tanya bi Onah.
"Tolong ambilin ponsel saya." pinta kakek Wirawan.
"Baik pak." BI Onah berjalan ke kamar kakek Wirawan.
"Ini Pak." BI Onah memberikan ponsel pada kakek Wirawan.
Kakek Wirawan menerima ponselnya dan langsung mengusap layar ponselnya mencari nama teman lama nya.
"Halo!"
"Yuhu ada apa? tumben sekali pria tua kau menelpon ku, haha kau rindu ya?"
"Aku ingin bicara penting dengan mu."
"Bicaralah, telingaku masih berfungsi kok secara aku ini masih muda dan masih bahenol."
"Bisakah kau tidak bercanda! aku sedang sakit parah dan aku takut aku mati tanpa melihat cucu ku menikah, dasar nenek-nenek centil."
"Hey dasar pria tua!"
"Mona berhenti bicara omong kosong!"
"Iya, lalu kau mau apa? mau cucu mu menikah dengan ku? aku tidak mau menikah dengan daun muda"
"Astaga bukan itu maksud ku, cucu ku perempuan dan masih 19 tahun, aku ingin cucu mu menjadi suami cucu ku, dan dengan begitu aku bisa bernafas lega."
"Kau bercanda? astaga aku benar-benar syok, cucu ku memang harus segera menikah."
"Aku serius, maka dari itu datanglah ke Villa X yang ada di kota Xxxx, dan bawa cucu mu"
"Haha baiklah, tunggu aku pria tua kita akan menjadi besan."
Dan Tut..
Panggilan itu terputus oleh kakek Wirawan.
"Kalau aku punya teman banyak sudah pasti aku menikahkan cucu ku pada yang lain, tapi huh.. hanya Mona yang memiliki cucu kaya, aku harus bisa menikahkan Wilo dengan pria yang memiliki tanggung jawab penuh seperti Bryan, dia matang dan pas untuk Wilo yang keras." gumam kakek Wirawan.
Di kamar Wilo nampak sedang melihat beberapa foto masa kecilnya, masa kecilnya bersama nenek dan orang tuanya yang masih bersama-sama.
"Kalian jahat pada ku dan aku tidak boleh jahat? bukan kah itu tidak adil?" Wilo mencoret bagian wajah kedua orang tuanya dengan spidol.
Lalu tertawa terbahak-bahak karena merasa lucu.
"Selamat ulang tahun, haha.. kemarin siang aku melihat wanita ini mengucapkan selamat ulang tahun pada bocah itu, sedangkan pada ku? datang pun bahkan enggan." sekali lagi Wilo menertawakan hasil coretan nya di bagian tubuh kedua orang tuanya.
Sedangkan di tempat lain seorang pria nampak kaget mendengar kabar jika Oma nya serangan jantung lagi.
"Percepat jalan nya! kenapa kau lambat!" kesal pria itu karena perjalanan nya terasa sangat lama.
"Maaf tuan di luar macet." kata pria yang menyupir.
"Pencet klakson nya, aku harus cepat Oma ku sedang sekarat" kata pria itu dingin.
"Tapi tuan_" ucap pria yang menyupir terhenti.
"Pencet saja, aku tidak mau tau kau harus melakukan nya."
Huh..
Terpaksa pria bernama Nobles itu pun harus menurut menjadi pria bodoh yang memencet klakson, dan mendapatkan beberapa umpatan dari pengendara lain nya karena telah membuat kebisingan.
"Setidaknya bertahan lah untuk menunggu ku mengucapkan perpisahan Oma." gumam pria itu.
Dan meninggalkan perjalanan yang macet, di rumah mewah nampak seorang nenek-nenek yang terus berjalan ke sana ke mari sudah seperti setrikaan.
"Bagiamana menurut mu?" tanya Oma Mona.
"Mungkin tuan muda akan menolak nyonya." balas Jodi, asisten pribadi Oma Mona.
"Tapi aku tidak perduli, di harus menikah dengan cucu si tua Wirawan, kasihan teman ku sedang sekarat dan ingin menikahkan cucu nya, aku juga sama dengan si tua yang ingin punya cicit dari cucu ku." balas Oma Mona.
"Nyonya di luar sudah ada mobil tuan muda." ucap Jodi.
Astaga.
Oma Mona langsung dengan cepat merebahkan tubuhnya di ranjang, dan pura-pura terlihat sakit.
Ceklek..
"Oma." panggil seorang pria.
Dia tak lain adalah Bryan Adams Steep, seorang pengusaha sukses yang nama nya cukup terkenal di dunia bisnis, tapi tidak dengan masalah percintaan nya tidak sesukses pekerjaan nya.
"Huh.. kau baru datang setelah Oma hampir mati." Oma Mona mulai melancarkan drama nya.
Jodi dan Nobles memilih keluar, keduanya adalah pasangan suami istri yang baru menikah beberapa bulan ini, dan belum mendapatkan honeymoon nya karena memiliki bos yang rese seperti Bryan.
"Oma, jika ingin mati jangan menunggu ku, matilah dengan tenang aku akan menyiapkan pemakaman yang bagus." balas Bryan dingin.
Tentu dia tau kalau Oma nya itu sedang bermain drama, terkahir kalinya Oma nya membuat drama jatuh dari tangga dan itu yang mengakibatkan wanita tua itu memakai tongkat.
Tapi sekarang? Bryan penasaran apa yang akan di lakukan Oma nya, apa Oma nya akan melompat dari ketinggian dua puluh meter? atau mungkin akan naik ke atas pohon seperti yang di lakukan nya beberapa bulan lalu?.
"Dasar cucu gila, kenapa sih tidak menurut saja untuk menikah, Oma ingin punya cicit dari mu." kata Oma Mona sambil menatap sang cucu penuh harap.
Sudah Bryan duga kalau ujung-ujungnya akan ke sana, menikah menikah dan menikah, Bryan malas membicarakan itu.
Pria itu berdiri dan berniat pergi, namun dengan cepat Oma Mona yang melihat itu langsung mengambil racun tikus yang sudah disiapkannya dari sejak tadi.
"Jika kau tidak mau maka bersiaplah melihat Oma mati di depan mu." ancam Oma Mona sambil membuka penutup botol kecil itu.
Alih-alih perduli, Bryan malah tersenyum kecut.
"Silahkan saja, dan mungkin setelah Oma keracunan aku akan membuatkan pemakaman Oma seperti tikus karena Oma mati dengan racun tikus." balas Bryan yang masih tidak mau menuruti keinginan sang Oma.
Huh..
"Baik kalau kamu nggak perduli lagi, Oma akan meminum nya." Oma Mona langsung meminum sedikit dari racun tikus itu.
Yang mana hal itu membuat Bryan kaget dan langsung melemparkan racun tikus itu ke lantai.
Brugkkk !!
Oma Mona jatuh ke pelukan Bryan.
"Oma! astaga kenapa harus seperti ini!"
"Uhuk.. uhukk.."
"Oma hanya mau kamu menikah."
"Oma, aku tidak mau."
"Tidak mau sekarang, tapi nanti kau akan tau enak nya menikah."
"Oma!"
Uhuk !!
"Oma mohon, uhuk.. Oma.." Oma Mona pura-pura menutup matanya.
"Baiklah Oma aku mau, pilihkan siapapun asal dia bukan gadis nakal."
"Kau serius?" Oma Mona dengan cepat membenarkan posisi nya.
"Oma!"
"Sudah deal, kamu harus menikah! dan bersiap-siap besok kau harus ikut Oma karena calon pengantin mu ada di desa."
"Astaga Jodi!! yuhuu rencana berhasil! Bryan mau menikah."
"Oma bukan kah Oma meminum racun tikus? kenapa Oma sekuat itu?" Bryan menatap Oma nya tidak percaya.
Dan saat itulah Oma Mona lupa jika dia masih dalam proses drama, tapi karena sudah terbongkar jadi Oma Mona langsung tersenyum.
"Itu isinya teh manis, mana mungkin Oma mau mati, enak saja Oma masih enam puluh tujuh tahun dan Oma masih sehat."
🌹
Jangan lupa like coment and Vote ya kak ♥️🤗🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!