NovelToon NovelToon

Psikopat Cantik

Ambisi Sabrina

 JAKARTA, 7 Juli 2009

Sabrina  dari kota Medan menuju Jakarta untuk menimbah Ilmu di sebuah Universitas ternama, dia hidup di Kota besar hanya seorang diri, kedua orang tua Sabrina memang dari kalangan berada, namun tetap saja dia selalu mempunyai keinginan yang tidak bisa ditahan, jika dia menginginkan sesuatu dia harus bisa mendapatkannya.

Alasan mengapa ia ingin kuliah di luar kota itu karena dia ingin bebas melakukan apa saja tanpa larangan kedua orang tuanya. Di Jakarta Sabrina tidak hanya  kuliah tapi dia juga memanfaatkan fisiknya untuk mencari uang dengan cara mengikuti beberapa audisi iklan dan Modeling.

Awalnya dia menemukan sebuah pamflet yang bertuliskan Audisi  Modeling Pesona Bintang management, dia mengikutinya dan lolos audisi, namun itu semua mengubahnya jadi orang yang sangat sombong, setelah mendapat beberapa kontrak kerja di agensi artis, sebuah pemotretan dan ambasador.

Tak hanya itu satu tahun kemudian dia mengikuti ajang Ratu Kecantikan Nasional, mulai dari audisi, pelatihan dia lakukan dengan serius sampai di seringlah beberapa Wanita di berbagai daerah.

“Aku akan makin bertambah sukses jika mengikuti ajang ini,” ucapnya dengan senyuman licik.

Setiap kelas selalu dia ikuti dengan rajin, mulai dari makeup, kepribadian, samapi tabel manner, hampir setiap hari ada kelas dan kegiatan.

Setiap pertanyaan mampu ia jawab dengan benar, dan ketika ada ujian tertulis, dia melakukan kecurangan dia tahu nilai dari ujian itu sangat berpengaruh di penilaian akhir, Sabrina menyabotase  dengan cara menukar dengan finalis lain yaitu Nadine, tulisan mereka memang hampir sama, apa lagi Nadine adalah seorang yang agak teledor dan kurang teliti.

“Mampus Kan loe!” dengan senyuman liciknya  Sabrina berhasil menukar tulisannya.

Targetnya adalah Nadine, bahkan ketika ada peragaan busana  dan pemotretan dia merusak dengan cara menumpahkan minuman berwarna pada gaun Nadine yang berwarna putih.

“Ouupppsss! Sorry Nad, aku gak sengaja! kamu gak apa-apakan?” tanya Sabrina dengan wajah pura-pura bersalah.

“Ah … gak apa-apa, aku bisa minta ganti kok,” ucap Nadine.

Namun tak semudah itu, Nadine mendapatkan bahwa sudah tidak ada gaun lagi yang tersisa.

“Mbak ada gaun lagi gak? Soalnya gaun saya kotor ketumpahan minuman finalis lain,” ucap Nadine.

“Sayang sekali Kak sudah tidak ada lagi,” balas PU

“Aduh gimana dong?” ucapnya bingung.

“Ada apa Nad?” tanya Angela.

“Ini gaunnya kotor habis ketumpahan minuman, kamu ada solusi? Mana kurang lima belas menit lagi,” ucapnya kebingungan.

“Gampang ikut aku.”  Angela sembari mengajak Nadine di suatu tempat.

Angela mengubah warna gaun putih itu menjadi biru  muda.

“Kok bisa gini?” tanya Nadia heran.

“Iya, aku warnai terus aku dry di mesin cuci,” balas Angela.

“Warnanya kan harus Putih?” Nadia agak sedikit takut.

“Gak wajib ada warna lain kok selain Putih tadi aku lihat, jadi jangan khawatir.” Angela mencoba menenangkan Nadine.

“Kalau gaunnya kayak gini terus mereka minta ganti gimana?” tanya Nadine polos.

“Tenang aja, aku yang tanggung jawab semuanya.” Angel memeluk Nadine  agar dia bisa agak sedikit tenang.

Sementara Sabrina begitu terkejut melihat perubahan warna gaun Nadine yang ia rusak.

“Kok bisa? Kok bisa bagus gitu?” gumam Sabrina.

Angel sebenarnya tahu dan selalu melihat gerak gerik dari Sabrina, bahkan ketika Sabrina menukar tugasnya, Angela lah  yang mengubahnya lagi dengan sembunyi-sembunyi.

Angela tahu Nadine adalah anak yang pandai dan baik, setiap sikap dan perbuatan ada nilainya di ajang kecantikan, Sabrina selalu memakai topeng Bidadari namun hatinya sangat jahat melebihi iblis.

“Lihat saja nanti aku akan menyingkirkannya pelan tapi pasti, karena dia ancaman bagiku, setidaknya aku bisa menggesernya, kalau Angel itu sangat mudah, lemah!”  dengan suara lirih dan tatapan tajam seperti mata Elang yang melihat tikus seakan ingin memangsanya.

Pemotretan itu pun selesai dan founder acara tersebut sangat puas dengan hasil yang di dapatkan.

****

Hari ini ada Beauty Clas dan mewajibkan para Finalis untuk ikut sesi ini karena ini akan menjadi bekal mereka setelah kontes itu selesai.

“Oke, Cantik perhatikan semua, jika kalian selesai dari sini, ini bisa buat bekal kalian semua di luar, kalian harus bisa mengenali jenis kulit kalian, karena setiap orang itu pasti punya tekstur kulit yang berbeda, ada yang berminyak, kering dan normal,  dan kalian juga harus tahu produk apa yang cocok buat kalian gunakan, dan jangan asal memilik produk, karena efeknya gak akan sama dengan penguna, bisa saja ada yang kulitnya sensitif  dan tidak tahan dengan bahan tertentu,” kata seorang dokter kulit bernama Rahayu.

Rahayu merupakan dokter sekaligus pemilik perusahaan kosmetik terkenal di Indonesia, bahkan sampai keluar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

Semua finalis memperhatikan arahan dan ucapan yang Rahayu katakan, setiap penjelasan mereka mencatatnya dalam selembar kertas yang sudah di sediakan panitia.

“Sebagai seorang Wanita kita harus bisa mempercantik diri kita, biar apa? Biar bisa membuat orang senang jika melihat kita, biar kita kelihatan fresh dan tidak terlihat kusam, istilahnya jaman sekarang glowing, kira-kira sudah ada yang tahu jenis-jenis alat make up?” tanya Rahayu.

“Sudah!” jawab mereka kompak.

“Saya mau satu orang untuk membantu saya di sini, Nadine,” ucap  Rahayu yang melihat satu persatu peserta namun dia lebih tertarik dengan Nadine.

Nadin sangat kaget mendengar namanya yang di sebut.

“Apa? Saya?” ucapnya tak percaya.

Dengan sinis Sabrina menatap dan mencebikkan bibirnya.

“Ngapain sih dia yang dipanggil kayak gak ada orang lain aja,” ucap Sabrina lirih.

Nadine menghampiri Rahayu dan duduk di tempat yang di sediakan.

“Nadine, cantiknya sangat  sempurna, alami dan natural, saya rasa kamu orang Jawa,” ucap Rahayu.

“Iya, Bunda,” balas Nadine dengan senyuman manisnya.

“Okey, kita mulai. dilihat dari tekstur wajah Nadine sangat indah, dari rahang, perpaduan antara dua kebudayaan rasanya ya?” tanya Rahayu.

“Iya!” balas Nadine.

“Ada bulenya, ada jawanya dan sangat cantik dan mempesona.” Puji Rahayu.

“Kebetulan ada keturunan Belanda dari garis Papa,” jelas Nadine.

“Cukup dulu kenalannya kita kembali ke materi, sebelum kita menggunakan make up kita perlu membersihkan wajah dengan cara mencuci lalu kita pake toner, serum lalu alas bedak, bisa foundation atau apapun, lalu bedak setelah itu dilanjut memakai pensil alis, maskara, lalu lipstik, ini untuk yang simpel kalau mau bisa ditambah eyeliner atau eyeshadow, blush on.” Dengan mempraktekkan tata cara penggunaan alat tersebut.

 “Dan yang terpenting harus bisa menyesuaikan make up yang cocok dengan situasi dan kondisi. Dan jangan asal, ingat ya!” lanjut Rahayu.

Kelas pun usai setelah beberapa jam yang sangat melelahkan, dan mengharuskan mereka kembali ke Asrama Puteri.

Sabrina yang merasa tersaingi oleh Nadine lagi-lagi merencanakan niat jahatnya, kali ini dia merencanakan sesuatu dengan sangat rapi, diam-diam dia menyelinap di ruang busana, di mana besok akan ada pemotretan baju adat daerah masing-masing dan di situ dia melakukan sesuatu.

Esok pun tiba, pukul tujuh pagi mereka sudah  bersiap di ruangan busana, dan memakai baju yang telah di tentukan.

Mereka sudah siap dengan make up lalu bergiliran berganti pakaian satu persatu, hingga tibalah Sabrina dan Nadine yang terakhir.

Satu jam kemudian ada sedikit perubahan yang dialami Nadine, kulitnya sedikit memerah dan dia sering menggaruknya.

“Nad, kamu kenapa?” tanya Rossa.

“Enggak tahu, badan aku gatel-gatel apa ada ulat bulunya ya?” ucap Nadine.

Rossa, Angela memeriksa sekujur tubuh Nadine namun tidak ditemukan binatang atau sesuatu di sana.

“Gak ada ulat bulunya, tapi kok bisa gini ya?!” Angela sedikit heran.

Di ujung ruangan Sabrina tersenyum puas, karena berhasil menyingkirkan Nadine di sesi ini.

“Ada apa sih?” tanya seorang Kru.

“Ini Kak, Nadin gatel-gatel,” ucap Rossa.

“Apa kamu alergi sesuatu? Atau habis makan sesuatu pas sarapan?” tanya Kru.

“Enggak!” tegas Nadine.

“Aduh padahal ini penting banget dan nilainya juga pengaruh, gimana dong? Kalau seperti ini nanti saya juga yang kena marah.” Paniknya.

“Apa gak bisa di toleransi?” tanya Angela.

“Gak bisa!” balas Kru tersebut.

Melihat kehebohan tersebut para Finalis pun bergerombol dan bertanya satu sama lain.

“Ada apa sih?” tanya peserta dari Jawa Barat.

“Enggak tahu!” balas  peserta dar Kalimantan.

“Biasalah ada yang caper alias cari perhatian,” timpal Sabrina.

Ucapan Sabrina memantik emosi Angela.

"Bisa ngasih, prihatin sedikit dia  kena musibah gitu, bukan sok acting cari perhatian atau simpati, Lo liat sana apa yang terjadi jangan ngejudge orang seenaknya!” dengan nada marah Angela memaki  Sabrina.

“Angel, jangan gitu, kalau kamu marah bakalan mengurangi nilai kamu, ingat attitude kita sebagai taruhannya di sini!”  Riana  memperingatkan agar Angela menahan emosi karena sangat mempengaruhi nilai mereka jika ada yang tahu.

“Ini bukan masalah itu Ri, ini masalah kemanusiaan, aku rela kok di kurangi nilai demi membela Nadine yang terkena musibah, biar mereka sadar dan tidak merendahkan orang lain.” Angela begitu kesal dengan apa yang terjadi.

“Katanya ajang kecantikan tapi isinya sampah!” ketus Sabrina.

“Eh, yang sampah itu siapa? kamu atau aku?” teriak Angela.

“Ya, kamu lah masa aku!” balas Sabrina dengan senyuman sinisnya lalu pergi meninggalkan Angel dengan wajah kemerahan.

“Dasar iblis!” ucap Angela pelan.

“Sudah lah Angel buang-buang waktu, gak usah di ladeni dia itu, anggap saja orang gila,” ucap Riana.

Karena yang dialami Nadine makin parah parah Kru dan Panitia penyelenggara memutuskan untuk memberikan perawatan kepada Nadine, dan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mengetahui apa yang telah dialaminya.

Pihak penyelenggara tidak mau dapat cibiran dari masyarakat luas karena kejadian ini, dan mereka menutup rapat mulut mereka, setiap ada yang tanya peserta kurang satu, mereka akan menjawab karena peserta tersebut sedang sakit dan di beri toleransi, dan akan menunggunya sampai sembuh dari sakitnya.

“Kurang satu kemana ya?” tanya Wartawan.

“Ada yang sakit, dan kami beri toleransi sampai sembuh, karena dia yang terbaik,” balas Panitia.

Lalu mereka menyudahi sesi pemotretan dan wawancara  media untuk meng'up date kegiatan tersebut. Agar tidak ada banyak pertanyaan yang terlontar dari Wartawan.

Bersambung ....

Hari yang dinanti

Hari-hari mereka lalui dengan suka cita, walau pun terkadang Sabrina sering berperilaku tidak baik terhadap teman sesamanya, namun ia tak luput dari pantauan seseorang, bahkan  ada surat peringatan khusus yang  di sampaikan padanya, karena di sana adalah tempat karantina dan tidak semua orang bisa masuk, surat peringatan itu memberitahukan bahwa perilaku dia selama ini telah ada yang memantau, dan itu sangat mempengaruhi nilainya yaitu atitute.

“Hei, kalian tahu engak kalau Sabrina dapat surat cinta dari juri,” ucap Melani peserta dari Jawa Barat.

“Wah, belum kita, emang ada kasus apa sih?” tanya Salsa peserta dari Kalimatan Timur.

“Dia, yang mensabotase acara peragaan busana sama pemotretan baju adat waktu itu,” ungkap Melani.

“Oh, yang Nadine itu ya? yang sempet mereka ribut sama Angela?” kata Jenny peserta dari Riau.

Mereka terus menggunjing Sabrina di kolam renang, karena hari itu adalah kelas berenang.

Nadine yang sudah agak membaik  keadaannya dia sempat mengikuti kelas praktek tersebut namun hanya memantau tanpa mengikuti karena lukanya yang baru mengering.

Nadine menghampir Sabrina dan bertanya tentang perbuatannya tersebut.

“Sab, aku mau tanya sama kamu! Kamu ada masalah apa sih sama aku? sampai hati banget kamu jahatin aku sedemikian rupa?” tanya Nadine.  

“Kamu tanya sama aku, apa salah kamu? Mau tahu  jawabannya? Kamu saingan aku dan aku benci bersaing sama orang yang lebih hebat dari aku!” ucap Sabrina dengan lantang.

“Kamu itu jahat banget sih, asal kamu tahu setiap kejahatan akan mendapat balasannya!” ucap Nadine lalu pergi meninggalkan Sabrina.

Sabrina mengikuti Nadine sampai ke toilet dan melihat keadaan toilet sepi Sabrina menguncinya dari dalam.

“Kamu jangan pernah mengancam aku, kamu gak tahu siapa aku dan aku akan menyingkirkankamu tapi tidak di sini.” Sabrina tersenyum disertai dengan tatapan membunuh.

Sabrina tidak mau berbuat kebodohan lagi karena akan mengancam kariernya di masa depan jika dia melakukan  sesuatu.

Bagi Sabrina, Nadine mengingatkannya dengan seseorang baginya Nadine adalah jiwa seseorang yang terjebak dalam dirinya.

****

Setiap hari selalu ada kegiatan hari ini mereka disuruh praktek kerja lapangan yaitu berada di daerah kumuh, seperti daerah tempat pembuangan sampah yang sekitarnya ada tempat tinggal para pemulung, dan anak-anak putus sekolah, setiap peserta di wajibkan mendekati para  warga yang ada di sana dan mencatat semua kegiatan tersebut selama satu minggu lamanya.

Dan mengerjakan  wawancara khusus serta mengamati setiap apa yang mereka lakukan semua di bagi menjadi beberapa kelompok dan dalam satu kelompok ada lima  anggota antara lain Nadine, Angela, Riana, Melani dan Sabrina.

Sebenarnya mereka tidak mau jika di gabung dengan Sabrina tapi ini demi nilai mereka terpaksa menerimanya dengan kata ”PASRAH.”

“Aduh males banget digabung sama Sabrina,” ucap Riana.

“Iya, dia itu jahat banget sumpah!” seru Melani  yang agak jauh.

“Tenang aja girls ada aku, jika dia macam-macam tinggal sikat,” celetuk Angela’

“Tapi harus hati-hai kamu Nad! Soalnya dia satu kelompok sama kita dan itu sangat meng khawatirkan karena dia akan lebih mudah untuk mencelakai kamu.” Riana memperingatkan Nadine untuk selalu hati-hati dalam setiap tindakan yang ia lakukan.

Setiap mereka jalan selalu menyisahkan Sabrina di belakang tanpa mengajaknya untuk bareng atau jalan besama.

“Sialan aku, cuekin!” gerutu Sabrina kesal.

Setiap hari mereka selalu setor tugas kelompok,  dan rapat antar kelompok sampai pada  di akhir  tugas kelompok Nadine mendapatkan nilai terbaik, walau ada perselisihan diantara mereka.

“Selamat ya buat kelompok Nadine. Kalian semua dapat nilai terbaik dan saya  harap  pertahankan  semua!” ujar Founder  Yayasan Puteri Jelita, yaitu Ibu Jelita.

“Dan perlu kalian ingat tidak hanya Brain dan Beauty saja yang kita nilai tapi B3 yaitu Brain, Beaty and Behaviour!” ucap seorang Juri dengan tegas.

“Untuk apa cantik, pintar tapi tingkah lakunya sangat buruk, dan kami tidak mau jika ada orang seperti itu karena akan merusak Citra Wanita Indonesia, Indonesia terkenal dengan negara yang ramah penduduknya, jika ada yang berperangai buruk apakah masih bisa kita mendapatkan predikat tersebut?  Indonesia terkenal dengan Kebudayaannya, sukunya dan berbagai macam bahasa, tidak hanya itu saja banyak tempat yang indah di Indonesia, dan banyak sekali cagar budaya yang ada di indonesia dan kita harus melestarikan semua, biar negara kita punya identitas diri, biar tidak di pandang sebelah mata oleh negara lain, kita harus memajukan Indonesia mulai dari  Pariwisata, contohnya Bali banyak sekali yang mengenal Bali, dengan kearifan lokalnya, tempat-tempat yang indah, padahal tidak hanya Bali saja yang mempunyai tempat yang indah ada tempat yang lain juga dan itu  adalah tugas kalian sebagai Puteri Indonesia yangmampu mengenalkan Indonesia ke seluruh dunia.” Kata  seorang CEO televisi ternama benama Peter Hao.

Mereka memperhatikan setiap ucapan yang di katakan Peter Hao, dan dalam sesi itu  di tutuplah dengan pertanyaan Nadine yang mendapat cibran Sabrina.

“Maaf, nama saya Nadine … mau tanya, seandainya ada yang terpilih menjadi Puteri apakah dia itu harus mempunya wawasan yang luas tentang Indonesia? Seperti  mengetahui tempat wisata atau kelebihan suatu daerah? atau kita harus mengenalkan daerah  yang sangat tertinggal untuk di pekernalkan atau di tonjolkan  sedangkan daerah tersebut sangat mempunyai potensi lebih bagus dari Bali namun terkendala  akses,” Nadin memberikan senuah pertanyaan yang agak tidak di mengerti namun sedikit dipahami oleh Peter Hao.

“Nanya apa sih? Engak nyambung banget!” gerutu Sabrina.

“Pertanyaan dari Nadine, apakah seorang yang terpilih dia harus memiliki wawasan yang luas tenntang Indonesia?  Seperti yang saya jelaskan dari awal itu tugas  kalia sebagai Puteri yang mempunyai tugas mengenalkan Indonesia dan potensi wisatanya, kalau tidak mempunyai wawasan yang luas bagaimana cara kalian mengenalkan tempat-tempat yang ada di Indonesia?   Dan yang kedua mengetahui tempat wisata atau kelebihan suatu daerah? Kalian harus cari tahu kelebihan apa yang ada di tempat tersebut yang bisa di tonjolkan untuk mengenalkan tempat wisata, dan yang terakhir memperkenalkan daerah yang tertinggal  dan mempunyai  potensi yang lebi bagus dari Bali? Dan itu tugas kalian untuk mengenalkannya, dan bisa mengajak serta pemerintahan setempat untuk bekerjasama membangun wisata yang akan memajukan tempat tersebut, kalau hanya Individu atau orang setempat yang bekerja sendiri mana mungkin bisa jika tidak ada campur tangan Pemerintah setempat, mulai dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota dan Pemerintah Propinsi, dan mereka harus kerja sama untuk membngun suatu tempat atau daerah, dan itu semua di perlukan untuk saling kerja sama dan tidak bisa sendiri- sendiri,” tutur Peter.

“Hmmm, untuk waktunya kami kira sudah cukup karena kalian perlu isirahat buat acara dua hari lagi dan itu sangat membutuhkan energi, kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Peter Hao, dan Ibu Jelita,” ucap panitia sebagai penutup acara tersebut.

Dua hari kemudian waktu yang di tunggu dan di nanti pun telah tiba, pemilihan Puteri kecantikan, mulailah mereka di panggil satu persatu dari dua puluh sembilan menyisahkan sepuluh besat dan sepuluh besar yang di panggil pertama adalah Sabrina, sabrina masuk ke lima besar dan diantaranya adalah, Sabrina, Nadine, Angela,Riana dan Melani.

Lalu di saringlah tiga besar peserta antara lain Nadine, Angela dan Riana.

Setiap mereka di beri pertanyaan oleh juri dan Nadine sangat cepat menjawabnya dan mengenak di hati para juri.

“Indonesia terkenal dengan negara kepulauan, kenapa Indonesia di sebut dengan negara kepulauan?” tanya seorang Juri bernama Angga.

“Karena Indonesia di pisahkan oleh, dataran, daratan dan lautan. Itulah yang membuat Indonesia terkenal dengan negara kepulauan, terima kasih!” ucap Nadine lantang dan penuh percaya diri.

Dan Nadine pun terpilih menjadi Puteri dan mengemban tugas mengenalkan Indonesia ke seluruh dunia.

Angela sebagai Runner Up dan menjadi Puteri pari wisata,  Riana di nobatkan sebagai Puteri persahabatan.

Namun Aada satu orang yang tak puas dngan hasil semua itu, yaitu Sabrina.

“Ah, sialan kenapa Nadine? Sangat menyebalkan!” teriaknya sambil memberantakkan kamar hotel yang tertata rapi.

“Awas aja! Aku akan menghabis kamu suatu saat nanti,” ucap Sabrina.

Entah apa yang mendasari kebencian tersebut kepada Nadine.

****

Seminggu setelah acara itu di selesai  Nadine mengemban tugasnya, dia kembali ketempat pemulung yang dulu ia datangi sebagai tugas penyuluhan.

Nadine sudah pernah berjanji akan kembali ketika ia terpilih menjadi Puteri diajang kecantikan itu, Nadine sangat  merindukan anak bernama Bella, anak seorang pemulung yang dia sangat pintar namun orang tuanya tak mampu membiayai sekolahnya, Naadine ingin mengadopsinya, sehari-hari Bella selalu mengamen di lampu merah dekat tempat resebut.

“Bella!” teriak Nadine memanggil Bella.

“Kak Nadine!” seru Bella, Bella menghampiri Nadine, dan Nadine pun sama,  namun sebuah insiden terjadi, ada mobil melaju kencang  akan menabrak Bella, namun Bella berhasil di dorong oleh Nadine, sehingga tubuhnya terpental beberapa meter, mahkota yang ia kenakan terlepas, boneka yang akan di berikan kepada Bella  terpental bersamanya dan jatuh didekatnya, darahnya mengalir dan mengenangi boneka itu.

Lima menit kemudian Ambulance datang untuk menolongnya dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

“Siapkan oksigen secapatnya dan kita hentikan darahnya terlebih dahulu!” perintah Dokter Airin.

Selang terpasang di hidung Nadine dan beberapa alat medis memenuhi tubuhnya,  Nadine dinyatakan koma, karena akibat benturan di kepalanya, darahnya terlalu banyak mengalir dan hampir kehabisan darah untung masih ada persediaan di PMI, semua panik menunggunya.

Polisi datang setelah melakukan olah TKP, dan polisi menyimpulkan bahwa ini sesuatu yang di sengaja, karena si penabrak berhasil melarikan diri, menurut para saksi.

“Ini adalah sebuah kesengajaan dan vbukan kecelakaan, jika kecelakaan pasti pelaku akan bertanggungjawab namun inib tidak, dia malah melarikan diri, dan menurut keterangan saksi, kami mendapatkan   mobil itu telah mengintai Nadine sejak lama, ini pasti ada yang menyuruh,” ungkap polisi  bernama Rama.

“Saya  selaku keluarga besar meminta pelaku dihukum seberat-beratnya!” seru Paman Nadine.

Keluarga besar Nadine tidak terima dengan kejadian ini dan meminta Polisi mengusutnya sampai ke akar-akarnya

Bersambung....

💙💙💙💙

Antara penasaran dan pasrah

  Nadine masih terbaring lemah di dalam ruang ICU. Dengan alat medis yang menghiasi seluruh tubuhnya, tubuhnya terbaring tak berdaya.Anggota keluarganya bergantian menjaganya, siang dan malam, mereka membagi waktu.

   “Polisi bilang waktu itu, katanya pelaku melarikan diri, apa mungkin ini  adalah kasus tabrak lari atau di sengaja?” gumam Angela, yang rajin membesuk  Nadine seminggu sekali.

   Dengan melihat tubuh Nadine dibalik kaca transparan itu. Hati Angela sangat tersayat dan perih. Dia tidak menyangka sahabat yang baru ia kenal dan sangat baik harus terbaring lemah di sana.

   “Nak Angela!” suara itu mengagetkan Angela, Angela menoleh  kearah sumber suara tersebut.

   “Ibu!” ucapnya.

   “Terima kasih ya Angel, kamu sering menjenguk Nadine, Ibu jadi sedikit terhibur karena masih ada orang yang perduli sama anak Ibu,” ucap Ibu nadine sedih.

   “Maafkan saya Bu, andai waktu itu saya menemani Angel, mungkin tidak akan seperti ini.” Angel menangis tersedu.

  “Sudahlah nak, ini sudah takdir dari yang di atas!” Ibu Nadine pasrah dengan keadaan anaknya saat ini.

   “Tapi ibu bangga dan senang, karena Nadine sudah menggapai cita-citanya,” lanjut Ibu Nadine dengan wajah pasrah.

   “Ibu yang sabar ya! saya akan membantu mencari tahu siapa yang membuat Nadine seperti ini,” ucap Angela.

  Sepasang mata mengamati mereka, lalu pergi meninggalkan mereka. Angel mencoba mendatang tempat tersebut dan bertanya kepada orang sekitar.

  “Apa kalian ada yang tahu siapa penabrak Nadine?” tanya Angela.

   “Ada namanya Rudi, dia tahu persis kejadian itu,” ucap seorang Pemulung.

  Angela yang penasaran pun menemui orang yang bernama Rudi dan bertanya tentang kejadian itu.

  “Maaf anda Bapak Rudi?” tanya Angela.

   “Ya, saya Rudi, anda siapa?” tanya Rudi.

   “Saya Angela, saya teman Nadine, korban yang tertabrak beberapa waktu lalu, saya mau tanya sama Bapak, apakah anda melihat orang yang menabrak teman saya itu dengan jelas?” tanya Angela.

   “Jelas sih enggak ya Neng, tapi waktu itu saya melihat mobil itu mengikuti teman Eneng, pas ada di bawah flyover,dia melaju kencang sekali dan menabrak teman Neng!” ungkap Rudi.

   “Bapak tahu ciri-ciri mobil tersebut dan orangnya?” tanya Angela.

   “Itu seperti mobil mahal jenisnya saya enggak tahu, soalnya mobilnya kinclong banget dah!” tegasnya menceritakan ciri-ciri mobil itu.

   “Plat atau nomor dari kendaraan itu Bapak tahu?” tanya Angel.

   “Wah, itu dia Neng saya enggak tahu soalnya saya buta huruf, maklum tinggal di kampung kumuh ini bisa makan saja alhamdulillah Neng,” ujar Rudi.

   Angela benar-benar menemukan jalan buntu karena saksi yang di harapkan tidak dapat memberi tahunya secara jelas. Angela menyusuri setiap jengkal tempat tersebut berharap menemukan petunjuk.Tetapi itu sangat mustahil ini sudah tiga bulan lamanya setelah kejadian tersebut.

   “Tuhan beri aku petunjuk, dan berikan keadilan kepada Nadine,” ucapnya.

****

Sabrina

    Setelah dari ajang kecantikan itu dia masih melanjutkan pendidikannya di Universitas Anak Bangsa. Dan melanjutkan profesinya sebagai model. Sabrina bertemu dengan salah seorang temannya di ajang kecantikan tersebut bernama Nora.

    “Sab, musuh kamu sekarang sudah kayak mayat hidup, kasihan ya! semua sudah di genggaman tapi semua  hanya menjadi abu,” ucapnya.

    “Aku rasa dia masuk ke sana dengan jalur khusus, apa kamu gak penasaran dia mendapatkan perhatian yang sangat khusus? Ya harusnya dia di diskualifikasi dari sana,” ujar Sabrina.

   “Ah, masa?” Nora tak percaya.

   “Kamu sih terlalu polos, di dunia kecantikan itu apa saja bisa di lakukan!” tegas Sabrina.

   Padahal Sabrina tidak pernah tahu kalau Nadine awalnya tidak ingin mengikuti ajang tersebut. Namun tawaran dari pihak Universitasnya yang mendaftarkannya di ajang tersebut, karena IPK  Nadine yang sangat tinggi, dan itu adalah alasannya. Nadine adalah pribadi Introver yang tidak seberapa punya teman, dan dia cenderung sangat pemilih. Prinsip Nadine teman sedikit tak apalah yang penting enggak fake, itulah Nadin selalu mencari ketulusan dari pada ketenaran.

   Waktu sebelum ajang kecantikan itu dimulai, ada pihak dari Yayasan Putri Jelita  milik dari Jelita mencari peserta untuk masuk kedalam acara tersebut. Ada yang ikut jalur Audisi dan mencari sendiri ke Universitas atau Sekolah mencari seseorang yang berbakat.

   “Saya mau mengajukan salah seorang Peserta didik kami, namanya Nadine dia sangat pandai,” ucap Rektor memberikan data Nadine pada utusan Yayasan tersebut.

    “Apakah dia tahu?” tanya Utusan tersebut yang bernama Harini.

   “Nanti itu mudah saja, sayangkan ada berlian namun tak tampak kilaunya hanya karena tertutup lumpur?” ujar Rektor.

   Nadine pun di panggil oleh Rektor tersebut dan diberi tahukan tentang perihal pendaftarannya di ajang Puteri kecantikan tersebut.

   “Nadine, kamu telah kami daftarkan untuk mengikuti sebuah ajang kecantikan, dan kamu kami percaya membawa nama Universitas Anak Bangsa sebagai almamater,” ucap Rektor.

   “Kok saya Pak? Saya belum layak untuk ikut acara seperti ini, dan biaya pun tidak sedikit pastinya,” ujar Nadine.

   “Kamu tenang saja, masalah Administrasi serta akomodasi kita pihak kampus yang menanggungnya,” kata Rektor.

   “Inikan gak mudah bagi saya, harus mempersiapkan semua juga,” ucap Nadine.

   “Semua sudah dipersiapkan di sana, kamu hanya  membawa diri kamu dan barang-barang kamu seperlunya saja,” tutur Sang Rektor.

   Nadine pun memberikan kabar berita itu kepada orang tuanya tersebut, dan disambut dengan bahagia.

   “Adik, ditunjuk sama pihak Universitas Anak Bangsa untuk membawa namanya ke ajang kecantikan dunia,” ucap Nadine.

   “Apa Dek? Ibu tidak salah dengar ‘kan?” tanya Ibunya yang tak percaya.

   “Iya, Bu! Pihak kampus yang membiayai semua dari pendaftaran sampai akomodasi,” terang  Nadine.

   “Anak Bapak satu ini memang membanggakan!” seru Bapak Nadine.

   Kabar tersebut pun cepat menyebar luas, dari sanak keluarga hingga warga kampungnya, yang turut bangga dengan Nadine. Sampai warga satu kampung melakukan syukuran untuk sebagai bentuk Nadine terpilih menjadi  calon Puteri Kecantikan, dan mendoakan agar Nadine ter pilih.

  “Selamat ya Nadine!” seru mereka kepada Nadine.

   Mereka mengantarkan Nadine sampai ke Asrama dan mereka juga ikut mensuport Nadine dengan SMS. Dan datang kesana sebagai bentuk dukungan dan solidaritas satu daerah. Karena Nadine tidak hanya membawa nama Universitas Anak Bangsa  tapi juga membawa nama daerah.

  Setelah terpilihnya Nadine mereka sangat bersuka cita dan bahagia namun itu semua tidak lama setelah kejadian itu menimpanya,bahkan menjadi Head line Media elektronik dan cetak mengabarkan keadaan Nadine yang sangat memperihatinkan, tidak hanya di Indonesia namun di dunia juga mengabarkannya secara besar-besaran.

   Terang saja Nadine yang seharusnya menjadi kandidat mewakili Indonesia sekarang telah tak berdaya. Dan terpaksa Angela yang mengantikan Nadine diajang tersebut dan berhasil menyabet kandidat lima besar. Angela sangat bangga ia masuk lima besar, dan semula dia tidak menyangka yang seharusnya ini adalah posisi Nadine malah ia yang menggantikannya.

   “Ini buat kamu Nad.” Angela sambil meniteskan air mata di tengah-tengah panggung dunia.

   Setelah mengemban amanah tersebut Angela akan mencari tahu siapa orang yang mencelakai Nadine, karena waktu pencarian dia terbatas waktu. Dari pagi bangun tidur hingga menjelang tidur Angela selalu mengerjakan tugas yang sudah terjadwal di setiap harinya bahkan ia sangat kurang tidur, sehingga tidak ada waktu untuk mencari tahu lebih detail. Angela meminta ijin untuk menjenguk Nadine ke rumah sakit, dan mengabarkan semuanya pada Nadine.

   “Nad! Kamu bangun dong. Aku gak bisa gini terus, harusnya ini tugas kamu Nad, kamu tangguh, dan lebih tangguh dari aku, lebih baik aku yang menggantikan kamu, karena kau gak tega liat kamu!” Angela menangis menggenggam erat tangan Nadine, air matanya terjatuh membasahi tangan Nadin seketika Nadin bereaksi, menggerakkan tangannya walau hanya beberapa detik.

   Angela lalu menghubungi dokter yang ada di sana dan menjelaskan  perihal  kejadian tersebut. Dokter pun memeriksanya dengan seksama, Nadin menunjukkan perkembangannya. Walau hanya reaksi singkat.

  “Apakah ini tanda-tanda Nadine akan sembuh atau membaik?” tanya Ibu Nadine.

   “Kami tidak bisa memastikan, karena orang koma mempunyai  reaksi sendiri-sendiri dalam menyampaikan atau merespon setiap ucapan atau sentuhan, karena syaraf ditubuhnya semua tergantung pada perintah otak!” jelas sang Dokter.

  “Kira-kira berapa lama dia bisa pulih dok?” tanya Ibu Nadine.

  “Kami sendiri tidak tahu bahkan dokter kelas dunia sekali pun tidak berani memprediksi ini semua, dan tergantung individu masing-masing, ada yang cepat ada yang lambat, bahkan ada yang sampai puluhan tahun lamanya baru sadar!” jelas Dokter.

  Ibu Nadine benar-benar pasrah, lima bulan berlalu namun Nadine tidak  bisa menunjukkan perubahan lebih baik.  Pihak dari Yayasan Jelita dan Universitas Anak Bangsa sudah tidak bisa membantu pengobatan Nadine lagi. Bahkan beberapa aset keluarga pun sudah terjual, jatah warisan Nadine sudah habis dan keluarga tidak mungkin mengambil dari hak anak yang lain, walau mereka semua ikhlas demi kesembuhan Nadine.

   “Kami bertiga ikhlas, untuk memberikan sebagian pada Nadine, kami sudah berembuk, harta bisa kita cari sedangkan jika  kita kehilangan Nadine, kita harus cari kemana? Nadine adalah harta kita semua!” ucap Kakak Nadine bernama Marchelo.

   Nadine adalah anak ke empat dari dua kelahiran kembar. Namun kakak Nadin bernama Nadira di adopsi oleh Kakak bapaknya dan di bawah ke luar negeri, karena mereka tidak mempunyai anak. Pihak keluarga lebih mementingkan kesembuhan Nadine dari pada harus mencari pelaku penabrakan tersebut. Karena polisi sendiri sudah angkat tangan dan menemukan jalan buntu. Karena mereka berpikir kalau Tuhan tidak tidur, dan pasti suatu saat nanti akan menemukan jawabannya, entah  itu kapan.

Karena sesuatu keburukan akan menampakkan dirinya sendiri suatu saat nanti. Jadi mereka hanya menunggu, menunggu keajaiban yang Tuhan kirim untuk mereka semua. Walau itu adalah sesuatu yang mustahil tapi mereka percaya pasti ada jalan keluarnya dan petunjuknya. Mereka hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Nadine dan berharap keajaiban itu ada dan berada di pihak mereka, keajaiban yang membawa kebahagian itu kembali di tengah-tengah mereka.

“Nad, cepat bangun ya! kita menunggu kamu, kita semua enggak sabar untuk berbagi cerita seperti dulu, bercanda tawa bersama seperti dulu, maafkan Kakak jika selama ini terlalu sibuk dengan urusan pribadi dan pekerjaan hingga mengabaikan kamu!” sesal Marchelo.

Bersambung ....

💙💙💙💙

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!