NovelToon NovelToon

Daddy I Love You

DILY Bab 1 ~ Cemburu

Seorang gadis cantik berusia 17 tahun, terlihat asik menonton sebuah drama di layar laptop miliknya.

Suasana rumah yang lumayan sepi membuat gadis cantik bernama Ayana mulai di runduh rasa bosan. Di lihatnya jam yang terletak di dinding sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam.

Akan tetapi, matanya belum juga merasakan kantuk.

"Bosan di kamar cuma nonton terus, kalau ngga baca novel, ya baca komik. Itu saja yang aku lakukan tiap hari." Gumamnya menatap malas ke arah pintu kamar

Gadis cantik itu berjalan keluar dari kamar menuju lantai bawah mengggunakan lift.

_Tring_

Pintu lift terbuka. Ayana melangkah keluar menuju dapur yang terletak lumayan jauh.

Ketika langkahnya semakin mendekati dapur, samar-samar dia mendengar suara seorang wanita tengah tertawa.

Karena penasaran, Ayana melangkahkan kakinya pelan mengikuti arah suara yang tadi di dengar. Ada perasaan tidak biasa timbul di dalam hati saat sampai di ruangan yang begitu privat.

Sebuah ruangan besar, dimana sang pemilik rumah sering menyelesaikan pekerjaan kantor.

"Ritz, jangan melakukannya disini. Bagaimana kalau nanti ada yang mendengar dan melihat kita." Tegur Maira, mencoba menahan sang kekasih yang mulai melakukan sesuatu padanya

"Memangnya siapa yang akan melihat kita? Jam segini Ayana sudah tidur, semua pelayan berada di gedung belakang, jadi tidak ada siapaun lagi selain kita berdua." Ritz tidak menggubris ucapan kekasihnya

Maira hanya diam, meladeni sikap pria yang kini telah menjadi tunangannya dan sebentar lagi mereka mungkin akan melangsungkan pernikahan.

Ruangan kantor yang tidak tertutup rapat membuat aktifitas kedua orang dewasa itu sangat jelas terdengar sampai keluar ruangan. Hal itu berhasil mengusik gadis cantik yang entah mengapa justru penasaran dengan apa yang mereka lakukan.

Posisi Ayana hanya berjarak sekitar tiga meter dari pintu yang sedikit terbuka, dia dapat dengan jelas menyaksikan adegan panas pasangan dewasa tersebut.

Meski hanya sebatas yang wajar tanpa melakukan hubungan yang lebih, namun semua itu bisa membuat gadis cantik dengan pikiran yang masih terlalu polos sedikit ternoda.

Ayana begitu syok dengan apa yang dilihatnya barusan. Seorang pria yang begitu dia sayangi terlihat sangat mesra dengan wanita yang tidak lain merupakan tunangannya.

Ada sedikit rasa sakit yang hinggap dihatinya kalah harus kembali melihat kedekatan pasangan dewasa tersebut.

"Daddy." Gumamnya lirih tanpa sadar air mata sudah jatuh membasahi pipi

Bagaimana dia akan bertahan dengan status seorang anak meski hanya anak angkat. Menjalani hidup dengan tenang bersama pria yang telah menolong dan merawatnya sejak berusia 10 tahun, ternyata mampu menimbulkan perasaan lain di hati Ayana.

Pernah berapa kali Ayana menatap kagum penuh perasaan pada Ayah angkatnya, dan semuanya di simpan gadis itu dengan rapih dalam hati.

Apa yang akan dikatakan Daddy nya jika mengetahui gadis kecil yang telah ia anggap seperti anak sendiri justru memiliki perasaan yang lain terhadapnya. Mungkin saja Ayana akan kehilangan sosok yang begitu dia sayangi jika pria tersebut mengetahui gadis kecil yang ia rawat selama 7 tahun malah menyukainya.

Masih terdengar suara tawa dan candaan dari ruangan Daddy nya, membuat hati Ayana merasakan sakit. Dari pada harus menyaksikan kemesraan yang tidak pantas di lihat, dia memilih kembali masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang campur aduk antara kesal dan cemburu.

🍀

Ayana membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size.

Pikirannya kembali mengingat saat dimana lima tahun yang lalu mendapatkan kembali ingatannya yang sempat hilang akibat kecelakaan.

Flashback On.

#Lima Tahun Lalu

Alfaritz membawa Ayana ke rumah sakit guna melakukan pemeriksaan rutin.

Ingatan gadis itu perlahan membaik, membuat pria itu harus memastikan kondisi Ayana agar baik-baik saja.

"Devan, bagaimana dengan kondisinya?" tanya Ritz saat seorang Dokter yang merupakan sahabatnya baru saja selesai memeriksa keadaan Ayana.

Pria itu tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Ritz, terdengar helaan napas berat keluar dari mulutnya membuat Ritz semakin penasaran.

"Katakan secepatnya Devan! Kamu tentu tahu apa yang paling aku benci," sentak Ritz begitu tidak sabaran ingin mengetahui seperti apa kondisi anak angkatnya itu.

"Ckck, kau sungguh tidak sabaran sekali, Ritz." Cebik Devan menatap kesal pada sahabatnya tersebut

"Tenang saja. Sejauh ini sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Ayana perlahan bisa mengingat kembali masa lalunya, jangan biarkan otaknya berpikir terlalu keras, sebab itu akan mengakibatkan otaknya bekerja tidak stabil. Selanjutnya, tetap pastikan Ayana rutin meminum vitamin yang telah aku berikan."

"Dan satu hal lagi," sambungnya sedikit terjeda.

"Ada apa, Van?" Tanya Ritz khawatir.

Devan mentap serius ke arah sahabatnya, ada sedikit kekhawatiran yang muncul di hatinya. Tetapi sebagai seorang Dokter, ia harus profesional dan tentunya menjalankan tugas sesuai dengan aturan.

"Jangan sampai kau menyakiti hati dan perasaannya, bukankah kau mengatakan padaku jika Ayana adalah gadis yatim piatu? Yang dia butuhkan sekarang adalah perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat, dan aku harap kau bisa memberikan semua itu Ritz." Jelasnya

Alfaritz menyimak setiap ucapan dari sahabatnya yang mengatakan soal kondisi Ayana.

"Apa ada efek samping yang muncul jika tanpa sengaja gadis itu terluka?" tanyanya memastikan.

"Tentu saja ada. Benturan di kepalanya cukup keras, meski dikatakan sudah sembuh dan ingatannya juga sudah pulih. Tidak menutup kemungkinan bila mendapat tekanan terlalu serius dari luar yang mengakibatkan otaknya befikir terlalu keras, pasti akan ada efek samping. Misalnya, gadis itu akan tiba-tiba depresi atau mungkin menjadi pendiam dan sulit di ajak bicara."

"Ini hanya perkiraan dariku saja, kau juga tidak mungkin akan menyakiti hati gadis kecil itu, kan?"

"Ingat Ritz. Saat kau bertekat membawanya kesini, artinya semua yang berkaitan dengannya akan berada dalam pengawasan mu. Kau juga mengganti nama gadis itu bukan? Jadi jangan biarkan otak dan hatinya sampai terluka walau hanya sedikit."

Devan berbicara panjang lebar bukan sekedar menjelaskan efek samping yang akan di derita Ayana, melainkan segala sesuatu yang mungkin saja akan membahayakan kondisi mental gadis itu.

Dan tanpa mereka sadari percakapan yang masih berlangsung telah di dengar oleh Ayana.

Jangan anggap remeh umurnya yang baru berusia 12 tahun. Di usia yang masih sangat kecil saja cara kerja otak Ayana sangat cepat dan mampu mengingat setiap kejadian yang di lihat, di dengar, atau di rasakan oleh gadis itu.

Flashback Off.

🌸

Lamunan Ayana langsung buyar kala merasakan sesuatu menyentuh pipinya.

Gadis itu menoleh ke arah samping, di mana pria tampan yang membuatnya cemburu beberapa waktu lalu, tengah berbaring menghadapnya dengan tatapan yang begitu lembut.

"Daddy." Panggilnya lirih

"Hmm, kenapa belum tidur?" tanya Ritz saat posisi Ayana sudah berhadapan dengannya.

"Tidak bisa tidur," jawab Ayana jujur walau sebenarnya di hatinya masih menyimpan sakit tanpa sengaja melihat sang Daddy begitu mesra dengan kekasihnya.

"Coba lihat sudah jam berapa sekarang!" titah Ritz seraya melirik kearah jam yang tergantung di dinding.

"Sudah lewat tengah malam."

Ayana menjawab dengan malas, enggan menatap kedua manik mata Daddy nya.

Melihat ada perubahan sikap yang terlihat dari Ayana, membuat pria itu yakin jika yang tadi di lihatnya berdiri tidak jauh dari ruangan kerja adalah gadis itu.

_Astaga Ritz, apa yang sudah kau lakukan?_ Rutuknya berbicara dalam hati

Merasa begitu tidak enak aktifitas yang dilakukan tadi bersama sang kekasih justru tanpa sengaja di lihat oleh gadis kecil yang begitu ia sayangi.

Ritz terlalu ceroboh sampai lupa kalau Ayana akan terbangun di malam hari karena mendadak gelisah, bahkan tidak jarang gadis itu akan masuk kedalam kamarnya untuk tidur sambil memeluknya.

Tidak ingin membuat pikiran Ayana terusik, mau tidak mau malam ini Ritz ikut tidur di kamar putri angkatnya yang masih saja bersikap manja meski sudah beranjak dewasa.

Ritz dapat merasakan punggung Ayana yang bergetar sedikit kuat seakan menahan isak tangis yang keluar dari bibir mungilnya.

Ada rasa penyesalan hinggap di hati pria itu ketika mengetahui putri yang ia angkat mulai beranjak dewasa, nyatanya semakin bergantung dan mudah tersakiti.

🍃🍃🍃🍃🍃

DILY Bab 2 ~ Masalah Di Kampus

Setelah kejadian semalam.

Dimana Ritz begitu sabarnya menenangkan putri angkatnya yang terus menangis tanpa mau bicara.

Pagi ini. Rencananya Ayana ingin pergi ke kampus. Sudah seminggu dia tidak masuk kuliah karena sempat drop akibat kelelahan.

Gadis berparas cantik itu harus masuk kuliah mengingat sudah lumayan banyak M.K yang tertinggal jauh.

_Ceklek_

Pintu kamar Ayana terbuka dengan lebar, menampakkan sosok pria tampan yang sudah lengkap dengan setelan jas kerjanya.

Mata Ayana tidak berkedip memandang betapa sempurnanya ciptaan Tuhan yang begitu menggetarkan hatinya, seolah apa yang dilihatnya saat ini tidak memiliki kekurangan sedikit pun.

"Morning sayang," sapa Ritz melangkah masuk ke dalam kamar dengan bibir tersenyum manis.

"Morning Dad," balas Ayana pelan segera mengalihkan pandangan ke arah lain.

Gadis itu teringat kembali kejadian semalam. Dia masih sakit hati melihat pria yang berada di hadapannya hanya berstatuskan ayah angkat dan bukan sebagai kekasih.

Bersikap seolah tidak merasakan apa-apa, justru menjadi beban terberat bagi gadis itu yang kadang kala hanya bisa menangis dalam diam.

"Mau berangkat bareng Daddy?" tanya Ritz sudah duduk di sisi tempat tidur, menatap ke arah putrinya yang sibuk memoles wajah di depan kaca.

"Ngga. Aku sudah di jemput sama Rangga, sekalian mau mampir ke toko buku." Tolak Ayana dengan nada terkesan dingin

"Kamu masih marah sama Daddy?" tebak Ritz bertanya karena yang ia tahu akan seperti apa putri angkatnya itu bila sedang marah.

"Untuk apa aku marah, toh Daddy ngga buat kesalahan juga kan?" balas Ayana malas, sebab ini bukan yang pertama kali mereka berbicara dengan topik masalah yang sama.

Seketika raut wajah Ritz berubah dingin mendengar kalimat yang keluar dari mulut putri angkatnya tersebut.

"Kamu ingin Daddy melakukan apa lagi agar nada bicaramu itu tidak selalu ketus?" Kesalnya masih berusaha mengalah.

Ia tidak suka jika Ayana selalu saja berbicara dengan nada tidak baik saat suasana hatinya memburuk.

"Bukankah Daddy sudah minta maaf? Sampai kapan kamu akan menutup diri dari Daddy?" Ritz berucap lirih, begitu sulit rasanya menembus dinding yang telah lama dibuat Ayana.

"Aku," sahut Ayana merasa bersalah.

"Sudahlah, kamu selalu seperti itu pada Daddy. Bahkan hari spesial Daddy pun kamu tidak ingat lagi." Ritz menyela ucapan putrinya

Ia begitu sedih, bahkan saat yang paling di tunggu akan ada kejutan dari putrinya pun tidak lagi di ingat gadis itu.

Ayana yang sadar seakan tidak berkutip, dia telah lupa jika semalam adalah hari ulang tahun Daddy nya.

"Dad," panggil Ayana saat melihat Ritz ingin keluar dari kamar.

Salahkan saja dia yang telah dipenuhi rasa cemburu, padahal semalam Ayana sudah mempersiapkan semuanya. Tetapi, karena terlalu asik menonton drama dia lupa akan tujuan awalnya.

"Dad, tunggu!" Teriak Ayana semakin panik.

Ritz yang baru memegang gagang pintu kamar putrinya langsung terhenti, ia terkejut mendapat pelukan mendadak dari Ayana.

"Maaf, Ayana salah. Ayana lupa semalam ulang tahun Daddy, maaf." Ucapnya lirih semakin mengeratkan pelukan di perut Ritz

"Jangan pergi, Ayana sungguh lupa." Mohonnya tanpa melepas pelukan

Ayana semakin memeluk erat tubuh kekar Ritz dari arah belakang, sangat jelas terasa betapa gemetarnya tubuh mungilnya ketika menangis.

Ritz yang merasa kasihan, sontak membalikkan tubuhnya menghadap ke arah sang putri kesayangan.

"Hey, jangan menangis sayang. Daddy yang harusnya minta maaf sudah melakukan kesalahan."

Ritz menghapus sisa air mata yang melekat di wajah putrinya dengan lembut.

"Ayana sungguh lupa, semalam Ayana sudah mempersiapkan semuanya. Tapi, tapi ..."

"Sstt. Daddy tidak marah sayang, sudah ya. Jangan menangis lagi."

Cukup lama Ritz menenangkan putrinya yang masih menangis hanya karena masalah sepele, sifat Ayana yang manja dan sensitif, mudah tersentuh hanya dengan hal-hal kecil.

"Sayang, kalau terus menempel seperti ini nanti kita bisa terlambat." Kekeh Ritz begitu gemas sampai mencubit hidung mancung Ayana

Seluruh bagian wajah gadis cantik itu di ciuminya penuh kelembutan, Ritz yang tidak pernah berkata kasar atau marah pada sang putri merasa tidak tega bila hati Ayana sampai terluka.

"Tapi ulang tahun Daddy gimana?" tanya Ayana saat mengurai pelukannya pada Ritz.

"Mmm, gimana kalau makan malam romantis?" jawab Ritz seraya menaik turunkan kedua alisnya secara bergantian.

"Waah boleh juga, berasa kaya lagi kencan dong." Ucap Ayana terlihat begitu gembira

Ritz hanya menggangguk, ia menggandeng tangan Ayana melangkah keluar dari kamar menuju lantai bawah.

_Tring_

Lift kembali tertutup rapat, membawa keduanya turun langsung menuju garasi samping rumah.

Sesampainya di bawah, Ayana ikut masuk ke dalam mobil bersama Ritz duduk di kursi belakang.

Perjalanan menuju kampus yang memakan waktu hampir lima belas menit di isi dengan obrolan ringan seputar keseharian Ayana. Selalu ada saja yang gadis cantik itu ceritakan pada Daddy nya.

🌸

"Hubungi Daddy kalau ada apa-apa, OK." Pesan Ritz saat mobil sudah tiba di depan kampus

"Siap Dad. Ayana masuk dulu ya." Sahutnya terkekeh

"Daaa, Daddy."

Sebelum gadis itu turun, masih sempat mencium pipi kanan dan kiri Ritz bergantian.

Di rasa Ayana sudah hilang dari pandangannya, baru lah Ritz pergi meninggalkan area kampus menuju perusahaan.

.

.

#Ruangan Kelas

Semua pasang mata menatap aneh ke arah Ayana ketika baru saja masuk ruangan.

Beberapa dari mereka ada yang menatap sinis dan ada juga yang berbisik-bisik tidak jelas.

"AYANA ..."

Teriak seorang gadis manis dari arah luar, membuat beberapa mahasiswa yang berada di ruangan ikut tersentak kaget.

"Aya, Ayana gawat." Heboh sang sahabat menghampiri Ayana tengah duduk di kursi paling depan

"Ada apa sih, Taa? Datang-datang langsung teriak ngga jelas." Sahut Ayana tidak kalah kaget dengan suara teriakan dari Letta

"Mending kamu ikut aku ajah deh Aya, cepetan!"

Gadis manis itu bukannya menjawab, justru di tariknya lengan Ayana menuju keluar ruangan, tidak peduli jika ini sudah waktunya masuk M.K pertama.

Entah apa yang membuat sahabatnya menjadi heboh, Ayana langsung di bawa ke salah satu ruangan yang sudah ada beberapa orang terlihat disana.

"Loh itu kan, Tante..." gumam Ayana terkejut melihat orang yang sangat dia kenal.

"Ngapain Tante Maira disini?"

Gadis itu merasa heran melihat kedatangan tunangan Daddy nya berada di kampus.

Beberapa mahasiswa yang melihat kehadiran Ayana langsung mundur memberikannya jalan. Dari kejauhan Ayana bisa melihat bagaimana raut wajah masam dari wanita tunangan Daddy nya tersebut.

"Tante Maira kok bisa ada disini?" tanya Ayana menyapa sekedar basa-basi walau pada dasarnya dia pun malas.

"Oh itu, Tante kebetulan ada keperluan dengan kenalan teman Dosen, Tante disini. Sekalian lihat-lihat bagaimana keadaan kampus mu," jawab Maira tersenyum dengan senyum yang dipaksakan.

"Oh, kirain Tante ada perlu apa." Balas Ayana berusaha tersenyum semanis mungkin

Maira yang sedikit tidak suka melihat wajah cantik Ayana, langsung menatap sinis.

Perlahan langkah kakinya mendekat sampai tepat berdiri di hadapan Ayana dengan posisi menunduk. Postur tubuh Maira yang sedikit lebih tinggi dari gadis itu membuatnya harus memposisikan diri agar sejajar.

"Ayana sayang, tahukah kamu kalau sebentar lagi aku dan Daddy mu akan menikah? Aku sarankan agar kamu lebih menjaga sikap untuk tidak terlalu menempel padanya, OK." Bisik Maira tepat di telinga Ayana

Bagi yang melihat mereka pasti akan mengira jika wanita itu seakan tengah memeluk Ayana.

"Maksud Tante Maira apa ya?" sarkas Ayana berbicara keras, bahkan beberapa mahasiswa yang ikut menyaksikan sampai dibuat kaget.

"Tante kalau ngga ada urusan apa-apa lagi sebaiknya pergi dari sini!" lanjutnya setengah berteriak, membuat sahabatnya langsung menarik paksa lengan Ayana agar meninggalkan tempat itu.

"Aya, jangan berulah. Ini masih di kampus bagaimana kalau sampai ada yang melaporkan mu pada pembimbing?" Letta yang tahu betul dengan siapa Ayana berbicara sekarang, lebih memilih mengamankan sahabatnya agar tidak lagi mendapatkan masalah baru.

Ini memang bukanlah pertama kalinya bagi Ayana, tetapi untuk sekarang sedikit berbeda.

"Kamu kenapa Ayana sayang? Apa aku salah berucap?" Maira sengaja membuat gadis itu tersulut emosi, sikap Ayana yang sangat sensitif tentu menjadi poin penting baginya.

"Tante Maira cukup, jangan membuat masalah di kampus. Bukannya tadi Tante bilang cuma bertemu dengan teman, Tante? Sekarang sudah tidak lagi kan? Sebaiknya Tante pergi dari sini! Jangan merusak mood kami." Marah Letta sengaja mengusir Maira

Letta tidak tahan lagi dengan sikap saudara Mamanya itu, meski terbilang masih keluarga dekat. Tetapi, karena sikap Maira yang jauh berbeda membuat Letta dan orang tuanya memilih diam tanpa mencampuri masalah Tante nya.

Maira yang kesal langsung berlalu pergi menuju parkiran, mobil yang di tumpanginya keluar parkiran meninggalkan area kampus.

🌸

Sejak kejadian tadi siang, Ayana belum juga beranjak dari perpustakaan untuk pulang ke rumah. Dia di temani sang sahabat memilih tetap berada di kampus tanpa ingat pulang.

"Kamu ngga apa-apa kan, Aya?" tanya Letta khawatir melihat keadaan gadis itu.

"Aku baik, Taa. Makasih ya udah bantuin aku tadi." Jawab Ayana mungucapkan terima kasih kepada sahabatnya tersebut

"Udah ngga usah di pikirin, lagian juga Tante Maira ngga bakalan berani nyakitin aku." Kekeh Letta meyakinkan Ayana

"Asal kamu aman ajah aku udah tenang, Aya." Lanjutnya kembali sibuk mencari buku yang Ayana butuhkan

Letta tidak pernah takut, jika mungkin nantinya Maira akan mengadukan masalah ini pada orang tuanya.

Hal yang sudah biasa baginya menghadapi Maira yang kadang suka berulah tanpa merasa bersalah.

"Kalau sampai masalah di kampus di ketahui Daddy kamu gimana, Aya?"

🍃🍃🍃🍃🍃

DILY Bab 3 ~ Seperti Apa Rasanya

Sepulang dari kuliah, Ayana memilih untuk tetap berada di dalam kamar.

Kekesalannya terhadap tunangan Daddy nya belum juga hilang, bahkan sejak tadi perasaannya mulai tidak enak.

"Awas saja kalau sampai ngadu yang ngga benar ke Daddy."

Gadis itu sangat hapal tabiat Maira jika sudah membahas soal dirinya di hadapan Ritz.

🍀

Tepat jam 4, Ritz akhirnya pulang ke rumah.

Masalah di perusahaan yang tinggal sedikit sudah ia serahkan pada Asisten nya.

"Radit, aku balik duluan. Sisanya aku serahkan padamu!" Ritz berpamitan pada Asisten nya tersebut

"Siap Presdir," sahut Radit sebelum atasannya keluar dari ruangan.

Ritz yang sudah tiba di lobi segera masuk ke dalam mobil miliknya

Kereta besi itu melesat dengan kecepatan sedang keluar dari area parkiran meninggalkan perusahaan.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia terus menghubungi putrinya. Tetapi, tidak ada jawaban dari gadis itu membuatnya sangat khawatir.

Bukan Ritz tidak tahu kejadian di kampus. Beberapa mata-mata yang ia suruh memantau Ayana sudah melaporkan masalah itu padanya.

"Pak, tolong cepat sedikit!" titahnya pada sang sopir agar melajukan mobil.

Selang lima belas menit kereta besi itu sudah masuk di halaman rumah, Ritz yang turun lebih dulu bergegas masuk ke dalam rumah sambil berlari.

Suasana yang lumayan sepi membuat Ritz mencari beberapa pelayan untuk menanyakan keberadaan Ayana.

"Nona muda sejak pulang kuliah tidak pernah keluar dari kamar, Tuan."

"Benar Tuan Muda, tidak ada yang berani untuk mengetuk pintu kamar Nona muda."

Mendengar penjelasan beberapa pelayannya, Ritz langsung naik ke lantai atas menuju kamar Ayana.

.

.

_Tok tok tok_

Hampir lima menit lamanya belum ada respon dari dalam kamar, membuat Ritz yang khawatir jangan sampai terjadi sesuatu langsung saja mendobrak pintu sedikit keras.

BRAK

Ayana terlonjak kaget saat keluar dari kamar mandi.

Dia yang baru saja selesai membersihkan diri karena gerah, dibuat heran dengan kelakuan sang Daddy.

"What are you doing, Dad?"

Gadis itu menatap keheranan seakan meminta sebuah jawaban.

"Kenapa Daddy ketuk pintu dari tadi ngga di buka?" sahut Ritz balik bertanya.

"What?" Pekik Ayana.

"Sejak kapan Daddy masuk kamar Ayana harus ketuk pintu dulu?" Dia tidak sadar kalau pintu kamarnya terkunci tadi.

"Kamu masih nanya Daddy kenapa ketuk pintu?" Ayana sampai menganggukan kepalanya bingung.

"Mana Daddy tahu, kalau tidak di kunci Daddy ngga mungkin sampai harus ketuk pintu bahkan dobrak langsung pintunya." Kesal Ritz mendadak atmosfer di dalam kamar berubah dingin

Ayana tercengang mendengar jawaban Daddy nya, sekarang dia baru ingat kalau tadi sepulang kuliah memang sengaja mengunci pintu kamar.

Gadis itu tidak suka di ganggu jika moodnya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Ayana lupa kalau tadi di kunci."

Ritz yang paham tidak lagi bertanya, ia memilih duduk di tepi ranjang putrinya sembari melihat ponsel, ada beberapa email yang masuk di kirim oleh Radit.

Ayana yang berjalan kesana kemari hanya mengenakan bathrope mengalihkan fokus pria itu dari layar ponselnya.

DEG

Jantung Ritz berdetak cepat, posisi Ayana yang duduk di meja rias sangat jelas terlihat betapa mulusnya kaki jenjang yang putih bersih milik gadis itu.

Ayana lupa jika sekarang dia bukan lagi gadis kecil berusia di bawah sepuluh tahun, tindakannya saat ini bisa saja menimbulkan masalah.

"Daddy baru pulang?" tanyanya tanpa menoleh kearah Ritz.

Entah dia yang bodoh atau bagaimana, sudah tahu apa yang di buatnya saat ini tentu tidak baik untuk Daddy nya.

Ritz masih diam membisu duduk tegap di atas ranjang, matanya terus menatap intens bagian tubuh putrinya yang terlihat. Ia mencoba tetap sadar jangan sampai berbuat yang tidak-tidak, pikiran kotornya di buang jauh-jauh.

Dan baru saja Ayana ingin berganti pakaian, dengan cepat pria itu mencegahnya.

"Apa yang kamu lakukan, sayang?" kaget Ritz langsung berdiri.

Wajahnya beralih kearah lain agar tidak melihat tubuh Ayana, dimana bagian bahu gadis itu setengah terbuka.

Apa anak ini sudah gila? Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan. Dia bukan pura-pura polos atau bodoh kan? Bathin Ritz

"Ada apa Daddy?" Ayana pura-pura tidak tahu.

Dia nekat berjalan mendekat kearah Ritz, senyum penuh arti menghias di bibir indahnya.

"Are you okay, Dad?"

Ayana sengaja. Dia ingin melihat sampai mana sikap Ritz ketika melihat putri angkatnya dalam keadaan yang terbilang cukup mengacaukan akal sehat pria itu.

"Jangan berulah Sayang." Tekan Ritz tanpa menoleh

"Kenapa, hmm?" tanya Ayana dengan suara sedikit menggoda.

Wajah Ritz berubah jadi masam, entah apa yang akan terjadi nanti jika Ayana masih bersikap seperti itu.

"Gantilah bajumu, sayang! Jangan sampai Daddy menghukum mu." Titah Ritz tidak main-main

"Ngga mau Daddy, sayang." Tolak Ayana berbisik di telinga kiri pria itu

Ingin rasanya dia tertawa ketika melihat wajah pucat pasi milik Ritz, katakan saja Ayana nakal sudah berani berlaku tidak sopan.

Sebuah kecupan lumayan lama mendarat sempurna di dekat bibir Ritz yang merah dan tipis, Ayana benar-benar sudah gila. Bagaimana kalau sampai pria itu akan marah?

"Dad," panggil Ayana begitu lembut.

"Hmm," Ritz tidak berani menatap putrinya.

Detak jantungnya begitu cepat seakan habis berlari.

"Lihat sini!" pinta Ayana memegang pipi kanan Daddy nya untuk di hadapkan dengannya.

Pria itu mengalah, tangan lembut Ayana di biarkannya terus berada di pipi hingga tatapan mata keduanya saling bertemu.

Ada desiran aneh dapat Ritz rasakan, manakala melihat senyum manis Ayana dengan jarak yang cukup dekat.

"Sayang," kepala Ritz mendadak sakit.

"Ssht. No, Daddy. Jangan menghindar!" Ayana menahan tubuh Ritz agar tetap berdiri di tempatnya.

Jemari lentiknya menyusuri setiap inci wajah tampan milik pria itu, mulai dari kening, mata, hidung, pipi, dagu dan terakhir turun ke bibir.

"Seperti apa rasanya, Dad?" tanya Ayana tanpa menyingkirkan jarinya dari bibir Ritz.

"Bolehkah aku merasakannya? Tapi aku kan, belum punya pacar. Apa aku harus cari pacar saja ya, mungkin aku bisa belajar."

Ritz kaget mendengar pertanyaan konyol dari putrinya.

"Jangan aneh-aneh sayang, Daddy ngga suka kamu ngomong seperti itu."

Pria itu berusaha menormalkan detak jantungnya, bayangan dimana sang putri berciuman dengan seorang pria terlintas begitu saja. Ia tidak akan pernah membiarkan pria brengsek manapun mendekati Ayana, putri kecil yang ia rawat dan besarkan tidak rela jika sampai jatuh pada pria yang salah.

"Kenapa ngga boleh? Bukannya Daddy juga punya tunangan? Hal yang begini saja sudah biasa buat kalian kan?" sindir Ayana tepat sasaran.

Gadis itu sengaja membahas hubungan Daddy nya bersama sang kekasih Maira.

Rasa kesal dan cemburu melihat Maira begitu lengket dengan sang Daddy membuat otak dan pikiran Ayana menjadi kacau.

Belum lagi dia yang tanpa sengaja menyaksikan adegan yang tidak sepantasnya di lihat oleh gadis kecil yang pikirannya masih sangat polos itu.

"Jangan pernah berkata seperti itu lagi sayang," Ritz memberi pengertian.

"Daddy dan tante Maira melakukan itu karena kami sepasang kekasih, dan sudah bertunangan."

Perkataan Ritz tanpa sadar menyakiti hati putri angkatnya tersebut.

"Oh benarkah? Jadi aku juga boleh dong." Balas Ayana seakan menganggap enteng ucapan Daddy nya

"Maksud kamu apa sayang?" tanya Ritz mulai terpancing emosi.

Ayana belum menjawab, langkah kakinya berjalan menuju lemari pakaian yang terletak samping tempat tidur.

Gadis itu sengaja melepaskan bathrope yang di kenakannya dihadapan Ritz yang berdiri mematung, dia yang hanya memakai hotpants dan bra saja, dengan santainya mengambil pakaian di dalam lemari.

Matanya sesekali melirik kearah sang Daddy, jelas terlihat ada gurat amarah yang terpancar di wajah pria itu melihat kelakuan Ayana sekarang.

Sekitar lima menit berlalu suasana mendadak hening, detik berikutnya terdengar suara bariton yang berhasil menghentikkan aktifitasnya.

"Berhentilah berulah, Ayana!" teriak Ritz menggema ke seisi kamar.

Ayana yang kaget langsung terduduk lemas dengan keringat dingin membasahi seluruh wajah dan bagian tubuhnya.

Ritz benar-benar kelepasan, ia lupa kalau anak gadis yang beberapa tahun lalu di bawanya itu tidak bisa mendengar suara keras apalagi bentakan.

"Sayang."

Dengan panik, Ritz berjalan mendekat kearah putri angkatnya yang masih terduduk lemas dengan kedua tangan bergetar hebat, air mata gadis itu mengalir sangat deras tanpa di minta.

"Maafkan Daddy, maaf." Sesal Ritz mendekap erat tubuh Ayana

Suara isakan yang semula kecil berubah tangisan cukup keras, bahkan napas gadis itu tidak beraturan seakan menahan sesak dalam dadanya.

Ritz yang menyesal telah berlaku kasar terus berusaha menenangkan putrinya, betapa bodohnya ia yang tidak bisa menahan diri.

"Aku benci Daddy." Jerit Ayana terus meronta ingin lepas dari pelukan lumayan erat pria itu

"Daddy jahat. Ayana benci Daddy."

Hati Ritz mencelos sakit. Teriakan histeris Ayana sungguh menyakitkan, bahkan kedua mata pria itu ikut mengeluarkan cairan bejing.

Ayana yang ketakutan terus mengamuk dalam dekapan Ritz, sungguh gadis itu tidak menyangka jika perbuatannya membuat Daddy nya marah.

"Lepas Daddy!"

"Ayana benci Daddy, Ayana benci."

Tangisan Ayana semakin menjadi.

Untuk pertama kalinya Ritz melakukan kesalahan besar. Ia telah hilang kendali, tidak seharusnya ia marah sampai membentak gadis kecil yang selama ini ia jaga dengan penuh resiko.

"Maafkan Daddy, sayang." Bisik Ritz lirih

"Jangan menangis lagi, hati Daddy sakit bila kamu seperti ini."

🍀

Hampir satu jam lamanya Ayana menangis, selama itu juga Ritz terus menenangkan putri angkatnya tersebut.

Tidak lagi terdengar suara tangis dari mulut putrinya, hanya isakan kecil yang masih sesekali terdengar.

Di rasa Ayana sudah mulai tenang, Ritz bangkit dari duduk seraya menggendong gadis itu menuju tempat tidur.

"Sstt, tenanglah."

Ritz memeluk penuh sayang putrinya, di ciuminya pucuk kepala Ayana berkali-kali dengan perasaan campur aduk.

Ayana tidak lagi menangis, dia menghirup aroma tubuh Daddy nya yang wangi dan menenangkan. Sungguh, nyatanya dia bisa melupakan semua kejadian yang terjadi barusan hanya dengan bersembunyi dalam dekapan hangat Ritz.

🍃🍃🍃🍃🍃

Like & Komennya jangan lupa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!