...'Kurasakan hangat indahnya sang mentari. ...
...Membangunkanku dari tidur yang lelap ini'...
...-Selamat Pagi, Ran-...
Seorang perempuan berumur 23 tahun sedang bersiap-siap untuk pergi berangkat kerja. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, sedangkan jam masuk kerja setengah 8 pagi.
Setelah selesai megenakan seragam kerja dan merias diri senatural mungkin. Perempuan itu langsung mengambil ransel, ponsel, dompet serta kunci mobil.
Setelah memastikan pintu dan jendela apartement aman, ia bergegas memasuki lift untuk turun ke parkiran.
"Pagi Mbak Cinta… Semangat untuk hari Seninnya ya" ucap Pak Bejo selaku satpam di apartment Grandnan, tempat tinggal Cinta.
"Selamat pagi Pak Bejo, Pak Bejo semangat juga ya kerjanya. Titip apartment Pak" jawab Cinta sambil tersenyum di dalam mobil.
"Siyap!!!" Pak Bejo memberi hormat kepada Cinta.
Cinta Andara Syifa, panggilannya Cinta. Perempuan berzodiak Virgo ini sudah berusia 23 tahun. Mempunyai paras manis dalam artian, tidak bosan jika di pandang.
Postur tubuh yang lumayan tinggi, sekitar 160 cm dan bentuk tubuh yang sangat sesuai dan di idam-idamkan para kaum adam.
Cinta berkerja di sebuah Rumah Sakit ternama di kota Jakarta. Sudah 2 tahun ia berkerja sebagai Ahli Teknologi Laboratorium Medical, atau bisa di sebut sebagai Analis Laboratorium.
Cinta berkerja dari hari Senin sampai Jum'at, dari pukul setengah 8 pagi sampai setengah lima sore. Sedangkan hari weekend ia mencoba mencari kerja sampingan, yaitu membantu sahabatnya yang mempunyai studio foto.
Apakah Cinta seorang fotografer? Tidak, Cinta bertugas mengedit video prewedding atau bisa juga pernikahan.
Tapi jangan salah, hasil bidikan kamera dari seorang Cinta itu tidak bisa di ragukan. Namun sayang, Cinta tidak ingin membuat dirinya lelah untuk mengambil job sebagai fotografer di hari weekend. Cukup dirinya dan para sahabatnya yang tahu bakat terpendamnya itu.
Back to reality…
Cinta berjalan di koridor Rumah Sakit, banyak para perawat atau dokter muda yang berpapasan dengannya. Apakah mereka saling tegur sapa? Jawabannya, tidak.
Bukannya Cinta sombong, setiap Cinta ingin tersenyum mereka malah membuang wajah.
"Padahal rekan sejawat, sama-sama di sumpah. Manusia zaman sekarang" keluhnya dalam hati.
Cinta sampai di lantai 2, ia memasuki Laboratorium. Tidak lupa ia menempelkan jari tengah di finger print untuk absen datang dan saat pulang.
"Parah lo Cin, masak pake jari tengah? Nanti ketahuan Dokter Harianja mampus lo!" tegur Dika, teman sejawatnya waktu itu.
"Sekarang gue tanya, jari tengah itu ada salah apa sih?".
"Ya… itukan simbol 'fucek'. Kalo sesama teman mah gak apa-apa. Tapi kalo ada atasan yang lihat, kita gak enak lah. Nanti di kira gak sopan".
"Emang ada pencetusnya kalo jari tengah simbol 'fucek' ? Mana? Selama 23 tahun gue bernafas, gak pernah dengar tuh".
Dika terdiam sebentar sambil berfikir " Iya juga ya Cin, kan gak ada larangannya juga".
"Nah, udah sadar lo? Udahlah slow aja, daripada gue ceklok pake jempol kaki? Sopanan mana?" tanya Cinta.
"Iya, pake jari tengah aja Cin" sahut Dika.
"Thank you!" ucap suara perempuan dari mesin finger print tersebut.
"Assalamualaikum" salam Cinta, saat matanya tidak sengaja melihat Ibu Fatma. Selaku wakil kepala Laboratorium tersebut.
Ibu Fatma menoleh "Wa'alaikumsalam, pagi Cinta. Gimana? semangat untuk hari Senin ini?" tanyanya sambil membawa 1 mug gelas yang Cinta yakini berisi teh hijau hangat, kesukaan beliau.
Cinta menaruh ranselnya di loker "Semangat dong Bu!" sahutnya dengan semangat, meskipun di dalam hatinya terpaksa.
"Semangat itu boleh, tapi… udah sarapan belum?".
Cinta menyengir "Belum Bu, belum belanja bulanan hehe".
"Kamu nih kebiasaan, sarapan dulu sana. Ibu tadi ada beli bubur ayam untuk kalian".
"Alhamdulillah, Ibu Fatma pengertian banget sih? Pantas makin cantik wajahnya. Terimakasih ya Bu, hehehe".
Ibu Fatma terkekeh "Iyalah Ibu cantik, kan ibu perempuan. Lagian Ibu kasian sama kamu, gak ada yang ingetin makan soalnya, kan kamu jomblo" ejeknya.
Cintapun melengos "Si Ibu, suka banget buat saya ngedown. Gak apa-apa Bu jomblo, yang penting uang saya banyak".
Lagi-lagi ibu Fatma tertawa "Ya sudah sarapan sana, jam 8 kita udah kerja. Inget, baca do'a dulu" pesannya.
"Siap Ibu Fatma" sahut Cinta.
Cinta melangkahkan kakinya ke ruang pantry, di sana sudah ada Ajeng dan Dika yang asyik memakan bubur ayam.
"Eh, si jomblo dateng" sapa Ajeng.
"Single kali Jeng" sahut Dika.
Ajeng menatap Dika "Tapi kan artinya sama-sama sendiri!" sorak mereka serempak.
Cinta berdecak, namun ia masa bodoh dengan bullyan dari kedua sahabatnya tersebut.
"Inget, masih pagi. Pagi-pagi itu menebarkan kebaikan, jangan menebarkan kebullyan. Dapat karma lo berdua, baru tahu rasa".
Kedua sahabatnya terkekeh, Ajeng memberi 1 kotak steroform kepada Cinta. Cinta menerimanya lalu membukanya. Ia sudah tidak sabar untuk menyantap bubur ayam yang di jual di ujung jalan RS Medika.
"Biar lo semangat Cin" guman Dika sambil memakan buah kurma. Buah itu oleh-oleh dari Dokter Harianja saat beribadah umroh 2 hari kemarin.
"Gue selalu semangat kok".
"BTW, gimana? Di pos satpam ada titipan apalagi buat lo?" tanya Ajeng.
"Bouqet bunga" sahut Cinta dengan santai.
"Dari siapa? " tanya Ajeng dengan antusias.
"Dokter Fajar".
"Tuh kan!! Dia itu fix naksir berat sama lo! Ya ampun Cinta!!! Kenapa sih lo gantungin do'i?!" Ajeng sangat gemas dengan sahabatnya ini.
Cinta mengambil gelas yang berisi air mineral dan meminumnya, ia menoleh ke Ajeng "Gantungin? Sejak kapan?".
"Lo itu gak kasih penjelasan ke Dokter Fajar. Udah 3 bulan Cin, 3 bulan! Do'i ngejar elo!".
Cinta menganggukan kepalanya "Pertama, gue sama sekali gak ngerespon dia. Kedua, gue gak ada rasa sama dia. Ketiga, dia itu cuma penasaran sama gue. Keempat, gue cuma anggap dia teman sejawat. Kelima, lo bisa simpulin dari semua point yang gue sebutin" Cinta berdiri sambil mengambil kotak sterofom yang sudah kosong.
"Tapi… kenapa lo ambil bunga pemberian dia? Itu sama aja kali Cin, lo kasih dia harapan" ucap Dika sambil membasuh tangannya di wastafel.
"Kenapa? Ya karena gue selalu ingat apa kata Almarhumah Oma gue. Kalo ada orang ngasih sesuatu, kita harus terima. Mau bagus atau jelek, mau murah atau mahal. Kita harus menghargai pemberian dari orang itu. So… Gue masih tetap salah nih?" tanya Cinta menatap Ajeng dan Dika. Tanpa sepengetahuan kedua sahabatnya itu, Cinta selalu memberikan bunga kepada satpam Rumah Sakit tersebut.
"Iya sih, hak lo juga Cin. Cinta kan gak bisa di paksain" jawab Dika.
"Nah! Itu bodo!!" seru Cinta dengan cuek.
Dika berdecak "Pintar Cin, lo mah" protesnya.
Cinta terkekeh " Gue duluan yaw " pamitnya keluar dari ruang pantry.
"Tapi… Dokter Fajar itu kan idaman semua wanita. Gue aja yang udah nikah, kadang suka kesemsem sama auranya si Dokter Fajar. Sedangkan si Cinta malah cuek bebek, Dokter loh ini Ka" ucap Ajeng yang masih tidak paham dengan pemikiran Cinta.
"Sekali lagi Jeng, Cinta itu tidak bisa di paksakan. Mungkin aja Cinta punya alasan lain tentang penilaiannya sama Dokter Fajar. Kita kan gak ada yang tahu".
"Udah yuk, sampel udah nunggu" tegur Dika.
...🍃...
Hari Senin ini Cinta mendapat jadwal di bagian Urinalisa. Sedikit informasi, pemeriksaan urinalisa itu adalah urine pasien yang harus di periksa.
Apakah ada kelainan di dalam urine itu atau tidak. Sampelnya? Ya urine dari manusia (air seni) tau kan gimana joroknya? .
Iya, bagi orang lain di pandangan mereka, petugas laboratorium itu adalah pekerjaan yang jorok. Bermain dengan sampel-sampel, namun itulah tantangannya.
Jangan mencemooh perkerjaan mulia mereka, kalau tidak ada petugas laboratorium, Dokter tidak akan bisa menganalisa suatu penyakit seorang pasien.
Pasien hari senin sangat membeludak, kadang petugas Laboratorium masing-masing sibuk dengan tugas masing-masing.
Sampai pukul 4 sore, sampel terus berdatangan.
"Kak Cin, sampel terakhir. Habis itu tutup dagangan" ucap Lolli, junior Cinta di laboratorium. Cewek manis asal Bandung, fans garis keras Boyband BTS.
"Iya, thanks Lollipop" sahut Cinta, Lollipun terkekeh.
Cinta menerima Blanko terakhir, di bacanya kode di pot urine dan di kertas blanko.
Ia membaca nama pasien tersebut "Shila Anastasia, pemeriksaan HcG? Ah, nama Shila banyak" gumamnya.
Cinta berusaha positive thinking, karena nama pasien tersebut sama seperti dengan nama sahabatnya.
10 menit Cinta membersihkan area kerjanya hari ini, lalu ia melihat hasil dari Test HcG tersebut.
"Garis 2, pasti senang karena hamil" Cinta membawa blanko tersebut dan mengetik hasil di komputer, lalu di print.
"Ibu Ratna, hasil dari Shila Anastasia" ucap Cinta kepada Ibu Ratna.
"Oke, makasih ya Cin".
"Sama-sama Bu".
Cinta menghela nafas lega, hari Senin yang cukup membuatnya penat.
"Untung bagian Urinalisa, kalau bagian Hematologi sama Kimia Klinik, gempor kaki gue" ucapnya sambil menaruh jas Laboratorium ke dalan lemari khusus tenaga kesehatan.
...🍃...
Cinta sudah memasuki mobilnya, ia menaruh ransel di kursi samping kemudi. Tiba-tiba dering dari ponselnya berbunyi, Cinta segera mengambil ponselnya.
AW… Calling.
"Assalamualaikum" salam Cinta.
"Wa'alaikumsalam, Cin lo di menong?!!" pekik Aw.
Cinta menjauhkan ponselnya sedikit, telinganya sedikit nyeri karena ulah teriakan Aw.
"Baru mau pulang, kenapa?" .
"Cepetan lo ke apartemen Shila sekarang! ! Sekarang ya Cin!!".
"Ada apaan? Bukannya jadwal kita Rabu?".
"Aduh… Please … Please Cinta… Kalo orang kesehatan, bilangnya URGENT!! Terus kalo Wira bilang, CITO!!".
Cinta berdecak sebentar "Iya… Bentar lagi sampe".
"Oke! Di tunggu! Bye! Assalamualaikum!".
"Ck! Nih anak nelen toa di mana sih?" tanyanya dengan kesal. Cinta pun dengan segera melajukan kendaraannya ke Apartement Shila.
...'Ingin ku tunjukkan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewa' ...
...-Kecewa, Bunga Citra Lestari-...
Cinta masuk ke dalam apartment Shila, ia sedikit heran. Di depannya kini ada 2 perempuan yang berusaha menenangkan 1 orang perempuan yang sedang menangis.
"Kenapa nih?" tanya Cinta.
ABC, ia Ariella Bella Camella. Cinta dan para sahabatnya menyingkat menjadi ABC.
ABC menoleh sebentar ke Cinta, lalu ia menoleh ke Aw. Mereka saling pandang dengan raut wajah sedikit takut.
Cinta menarik nafasnya perlahan "Gue tanya, Shila kenapa? Jangan pura-pura budek deh".
ABC dan Aw tidak menjawab, namun Aw segera berdiri dan mengambil sebuah amplop. Ia serahkan kepada Cinta, Cinta mengernyit bingung.
Ia buka surat tersebut. Pertama, ia melihat ada logo tempat di mana ia berkerja. Kedua, ia bisa melihat parafnya sendiri sebagai pemeriksa. Ketiga, ia melihat hasil pemeriksaan "Positive hamil". Dengan cepat ia melihat nama pasien 'Shila Anastasia'.
"****!!" makinya, yang ia duga 25 menit lalu ternyata benar.
Ia segera menatap ketiga sahabatnya "Shil" panggilnya.
Shila mengusap air matanya, lalu menatap Cinta.
"Kali ini apa lagi? Minggu kemarin Aw curhat karena lagi break sama Wira. Lusa kemarin ABC putus sama Panji. Sekarang lo, lo kenapa nangis? Ini hasil dari perbuatan Husein kan?".
Shila tidak menjawab, ia malah menangis.
Cinta menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia berdiri "Lo berdua jagain dia, kasih makan sambil di hibur. Gue pergi sebentar" titahnya.
Ketiga perempuan tersebut tidak bisa mencegah Cinta untuk tidak pergi. Kalau urusan hal ini, Cinta tidak ingin ada yang mencegahnya.
...🍃...
TOK TOK TOK! !!
"Pan, buka sana pintunya" suruh Wira.
Panji berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu.
"Bentar" cegah Husein, Panji menoleh ke belakang.
"Firasat gue gak enak, gue sembunyi bentar. Jangan ada yang kasih tahu keberadaan gue" pesannya sambil masuk ke dalam kamar dan sembunyi di dalam lemari pakaian.
Panji mulai membuka pintu, ia bisa melihat ada sahabatnya dari kecil, Cinta. Cinta masuk ke dalam apartment Husein, di pandanginya sekitar apartment itu.
"Mana orang yang tinggal di apartment ini?" tanyanya dengan santai.
Wira melirik ke arah Panji, Panjipun melirik ke arahnya juga.
"Gue tanya, di mana Husein?".
"Belum pulang Cin, sini duduk dulu" sahut Wira sesantai mungkin.
Cinta berusaha sabar "Sekali lagi, di mana Husein Al-Hamsyah?".
"Lah, kan udah di jawab si Wira. Husein belum pulang Cinta" Panji ikut berbohong.
Cinta mengangguk, ia mencoba berjalan menuju kamar Husein.
CKLEK.
Pintu itu terkunci dari dalam. Habis sudah kesabaran Cinta, ia mundur beberapa langkah dan langsung mencoba mendobrak pintu kamar Husein.
"Cin, udah. Tunggu aja si Husein, dia sibuk katanya" ucap Wira mendekati Cinta.
"Lo berdua mundur… mundur gue bilang!!!" titah Cinta dengan tegas.
Dua lelaki itu memilih mengalah dan melihat reaksi Husein saat tertangkap nanti.
BRAK!
Pintu kamar itu terbuka, dengan cepat Cinta masuk ke dalam kamar sahabat kecilnya itu. Cuma 1 tujuan, yang masih tersimpan di dalam otak Cinta. Ia mendekati sebuah lemari yang berukuran cukup besar. Dengan cepat ia buka pintu lemari tersebut.
GOTCHA!
Cinta bisa melihat ada seorang laki-laki sedang menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Keluar sendiri sekarang juga, atau mau gue seret?" tanya Cinta dengan nada datar.
Husein menurunkan kedua tangannya, ia menatap Cinta sedikit takut. Demi keselamatannya di detik ini, ia memilih keluar sendiri.
Cinta dan Husein keluar dari kamar, kini suasana menjadi hening. Sampai mereka melupakan seseorang yang baru saja keluar dari toilet. Ia juga memilih tidak bersuara karena penasaran dengan apa yang terjadi.
"Lo tahu kesalahan lo apa? " tanya Cinta sambil bersedekap dengan kedua tangannya.
Husein mengangguk "Gu… Gue udah gituan sama Shilla".
"Terus hubungan lo sama dia sekarang gimana?".
"Belakangan in… ini hubungan kita gak baik. Kita sering berantem gak jelas".
Cinta mengangguk "Lo… udah rebut hak lo sebelum waktunya. Lo tahu gimana keadaan Shilla sekarang?".
Husein langsung menggelengkan kepalanya dengan pandangan masih ke bawah.
"Shilla positive hamil Hus" ucapnya pelan, namun mampu membuat ketiga lelaki di depannya ini langsung menatap Cinta.
"Ap… Apa? Hamil? Gak… Cin, gue cum… cuma sekali doang. Jangan ngaco" Husein tertawa namun dalam hatinya tidak karuan.
"Siapa bilang kalau sekali itu menjamin Shilla gak hamil? Bisa aja waktu kalian perang, si Shilla lagi masa subur. Dan… gue gak bohong, gue yang meriksa sendiri" jawab Cinta.
Husein terdiam, pikirannya sudah tidak karuan.
"Terus selanjutnya apa Hus?" tanya Cinta.
"Gue… Gue belum siap Cin" lirihnya.
"Apa?" tanya Cinta pura-pura tidak mendengar.
"Gue belum siap" jawab Husein.
"Belum siap?" tanya Cinta kembali. Di tatap sahabatnya dari zaman SD tersebut lalu…
BUGH!!
Husein langsung termundur dan menahan perutnya.
"Cin" tegur Panji.
"Apa? Apa hah?!! Lo berdua mau bela dia? Iya?!" tanya Cinta sambil teriak, untung saja apartment Husein kedap suara.
Cinta menatap Husein "Lo bilang belum siap Hus? Haha, Belum siap buat tanggung jawab tapi udah ambil hak duluan? Bagus… bagus… Berguru sama siapa lo?".
"Cin, lo nggak ngerti… ".
"Apa yang gak gue ngerti?! Jelasin, apa?! Lo bertiga sahabat gue dari kecil, kita udah lama sama-sama terus. Tapi kenapa semakin dewasa kalian jadi cowok brengsek?! Lo bertiga mau tahu satu alasan, kenapa sampai sekarang gue gak mau pacaran? Gue takut.… Gue takut dapat pacar yang sifatnya kayak lo bertiga!" Cinta memejamkan kedua matanya sebentar, lalu kembali menatap para ketiga sahabatnya itu.
"Lo bertiga gak tahu kan, apa yang menjadi ketakutan terbesar gue? Padahal di satu sisi, gue mau ngerasain yang namanya pacaran. Tapi… gue harus mikir-mikir lagi. Sekarang, gue gak punya banyak waktu untuk gonta-ganti pasangan, gak ada waktu ngurusin hubungan putus nyambung gak jelas".
"Pan gue tahu, lo sayang banget sama ABC. ABC juga sayang sama lo Pan. Apa gak bisa kalian berdua selesaiin baik-baik masalahnya? Kalian nyadar gak sih? Kalo masalah yang kalian ributin itu hanya masalah sepele. Yang di selesaikan itu masalahnya, bukan hubungan kalian".
Panji terdiam, ia tersadar akan kesalahannya terhadap ABC.
"Lo Wir, lo itu udah mau tunangan sama Aw. Aw banting tulang buat nabung untuk masa depan kalian berdua. Harusnya ini gak gue kasih tahu sama lo. Tapi demi Aw…Aw beli tanah buat rumah kalian. Lo mau tahu berapa harganya? 350 juta, dapat dari mana uangnya? Bertahun-tahun dia kerja siang sampe malam demi beli tanah itu. Harusnya lo malu sebagai cowok Wir".
"Dan lo Hus, gue tau… impian lo masih ada 1 lagi. Yaitu lo pengen kuliah lagi dan ngambil S2 di luar negeri. Lo gak mau ngertiin perasaan Shilla yang hancur begitu aja? Lo gak mau jadi cowok yang bertanggung jawab? Hus… Cukup… Cukup gue… Jangan sampe Shilla dan anak kalian ngerasain apa yang…"
Cinta menundukkan wajahnya, lagi-lagi kilasan waktu dirinya semasa kecil. Cukup, ia tidak ingin mengingat masa lalunya. Susah payah selama ini Cinta bangkit dari keterpurukannya dan berdiri sendiri untuk meneruskan jalan kehidupannya.
Ketiga cowok itu terdiam dan merenung, mereka tidak menyangka jika selama 23 tahun bersahabat dengan Cinta. Cinta mempunyai suatu ketakutan untuk menjalin sebuah hubungan.
"Cin… Kita bertiga minta maaf ya" ucap Panji.
Cinta tidak menjawab, ia memilih memberi beberapa pukulan kepada ketiga sahabatnya itu. Tiga lelaki itu tidak melawan, bagi mereka, mereka pantas mendapat pukulan dari Cinta.
"Malam ini, gue tunggu lo semua datang ke Apartment Shilla. Kalo lo semua masih mau hidup aman, terutama buat lo Hus" ucap Cinta lalu meninggalkan mereka bertiga.
Pintu Apartment tertutup, tiga lelaki tersebut langsung duduk di sofa. Sedangkan seorang lelaki yang sedari tadi menjadi penonton, kini keluar dari persembunyiannya.
"Siapa dia?" tanyanya menghampiri para sahabatnya yang duduk di sofa.
Wira menoleh sebentar "Cinta" sahutnya.
"Pemegang sabuk hitam di SMA dulu" sambung Panji.
"Pantes, lo semua gak ngelawan" Abimanyu atau Abi menatap Husein yang sedari tadi memejamkan kedua matanya.
"Jadi, gimana Hus? Lo masih tetap sama ambisi lo?".
Husein membuka kedua matanya lalu menatap ketiga sahabatnya "Gue juga gak bisa hidup tanpa Shilla. Gue yang salah, harusnya gue ada di samping dia sekarang" tatapannya berubah menjadi sendu dan penuh penyesalan.
"Lagian kok bisa lo kebobolan Hus? Gimana ceritanya?" tanya Wira penasaran.
"Bisalah, gue lepas kendali. Gue kirain sekali main, Shilla gak akan kenapa-kenapa".
"Sohib gue beloon banget sih, padahal Dokter" omel Panji.
"Tapi… kalian berdua masih aman aja tuh. Bahkan kalian sering kan?" tanya Husein penasaran.
...'Berada di pelukanmu, mengajarkanku apa artinya kenyaman, kesempurnaan Cinta'...
...-Kesempurnaan Cinta, Rizky Febrian-...
"Kita berdua emang sering main sama pasangan masing-masing. Tapi… kita gak sampe bawah, kita berdua mikir juga kalik. Gue kaget pas Cinta bilang Shila positive hamil. Gila! Tok cer banget bibit lo Hus!" sahut Wira.
"Lah… Gue kira, lo berdua main sampe bawah Ya Allah, dosa besar banget gue!!" sesal Husein.
"Udah Hus, cepet nikahin si Shilla. Seenggaknya orangtua kalian berdua udah ngasih restu. Lo nya aja yang songong mau ambil S2 segala" ucap Abi.
"Bener tuh kata Abi, gue juga… mau lamar langsung nikahin si Aw. Mungkin dengan cara ini, hubungan kita makin membaik" jawab Wira.
"Gue juga, udah cukup pacaran 7 tahun lebih. Dari masa kita masih kurus, sampe badan kita kekar gini. Gue takut si ABC di ambil orang" sambung Panji.
"Bagus deh, gue salut sama lo semua" ucap Abi.
Ketiga lelaki tersebut sibuk mencari cincin serta bouquet khusus untuk sahabat mereka malam nanti. Tidak lupa Abi membantu mereka juga.
Meskipun ia sedikit meringis, karena setiap pegawai yang melayani ketiga sahabatnya itu menatap kaget. Karena wajah ketiga lelaki itu babak belur.
...🍃 ...
"Gila! Client gue kali ini tajir banget! Setiap sesi adat pernikahan gonta-ganti MUA!" pekik Aw.
"Suaminya Polisi kali Aw, atau Pilot, tentara?" tanya ABC sambil menggambar sketsa baju di sebuah buku.
"Foto prewed aja request di beberapa kota. Bali, Labuan Bajo, Kebun Teh di Puncak. Aduh… Aduh gue harus kerja keras nih!!".
"Alhamdulillah, dong Aw. Rezeki loh itu" sahut Shilla dengan nada lembutnya.
Perempuan itu sudah cukup tenang, meskipun ia penasaran dengan Cinta.
Shilla yakin, Cinta nekat menemui Husein. Tapi Shilla tidak berani bertanya, ia juga takut kalau perasaannya hancur lagi. Sampai sekarang saja Husein tidak ada menghubunginya semenjak lusa kemarin.
"Cin, nambah job lagi nih. Mau ambil gak?" tanya Aw.
Cinta yang sedari tadi asyik mengedit video menatap Aw "Clientnya rempong gak?".
"Nggak, jamin deh" Aw meyakinkan Cinta.
"Oke masukin di note pengingat gue" jawabnya dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Tidak lama bel apartment Shilla berbunyi, dengan sigap ABC beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu.
CKLEK!
ABC terdiam sejenak, di sana ada Husein berdiri tentunya dengan ketiga sahabatnya.
"Siapa Bec?" tanya Shilla dan berjalan menuju di mana ABC berdiri.
Saat Shilla menatap siapa yang berkunjung, detik itu juga seluruh tubuhnya mematung.
"As… Assalamualaikum Shilla" salam Husein dengan suara sedikit gemetar.
Shilla mengerjapkan pandangannya "Wa'alaikumsalam, silahkan masuk" jawabnya.
ABC dan Shilla memberi jalan untuk keempat lelaki tersebut. Aw yang sedang duduk langsung kaget. Sedangkan Cinta menatap sekilas lalu kembali sibuk menyelesaikan perkerjaannya.
Suasana di dalam Apartment menjadi hening dan awkward. Abi langsung menyenggol lutut Husein, Husein yang sedari tadi menatap Shila kini tersadar.
"Ehm… Shilla, maafin Aku ya. Harusnya Aku gak bertingkah seperti kemarin. Harusnya Aku selalu ada di samping kamu. Sekarang … "
Husein berdiri lalu berlutut di depan Shilla. Shilla menatapnya kaget, bayangkan… Husein melakukan itu di depan para sahabatnya.
"Ini kesalahan aku, ini keteledoran aku. Izinkan aku untuk tanggung jawab Shil, izinkan aku untuk menjadi suami sekaligus Ayah untuk anak kita berdua".
Shilla menangis, ia sangat terharu mendengar ucapan tulus dari kekasihnya itu.
"Ta…Tapi, kamu kan mau lanjut S2?" tanyanya.
"Aku udah ambil keputusan, aku menolak tawaran itu. Ini semua demi kita bertiga".
Shillapun langsung memeluk Husein "Shil, will you marry me?" tanyanya.
Shilla mengeratkan pelukannya "Yes, i will".
Semuanyapun tersenyum dan cukup merasa lega, setidaknya Husein tidak meninggalkan Shilla begitu saja.
"Sayang" panggil Panji.
ABC menoleh "I…Iya?".
Panji menggenggam tangan ABC "Maafin aku ya, aku sadar kalau aku itu egois. Aku laki-laki brengsek yang kamu kenal, aku sering nyakitin perasaan kamu. Tapi aku sadar, di sini yang berjuang, harusnya aku bukan kamu. Sayang, aku udah gak mau main-main lagi dengan hubungan kita. Aku pikir, dengan breaknya hubungan kita. Aku bakal bisa lupain kamu, ternyata … Gak sama sekali, aku selalu bergantung sama kamu. Maafin aku".
ABC tersenyum "Iya… Aku udah maafin kamu, selalu. Namanya juga setiap hubungan pasti ada cobaannya" sahutnya.
"Abbe… kamu mau nikah sama aku gak?".
ABC mengerjapkan kedua matanya, "Ka… Kamu serius? Pernikahan itu bukan lagi hubungan main-main Pan".
"Sayang… Aku serius. Aku yakin, ini solusi yang tepat untuk hubungan kita. Kita gak bisa stuck di hubungan pacaran, kita harus maju selangkah di jenjang hubungan yang serius".
ABC tersenyum "Aku mau" , tidak menunggu lama Panji langsung memeluk ABC dengan Rindu yang menggebu-gebu.
"Sohib gue udah mau married, gue kapan ya?" tanya Aw dengan tatapan sendu.
"Aw…" panggil Wira.
Aw menoleh, ia tersenyum canggung kepada Wira.
"Aw… Jangan beli tanah untuk rumah kita ya".
"Hah?" Aw bingung.
"Iya… Harusnya aku yang mikirin itu semua".
"Kamu…Tau dari mana?" tanya Aw.
"Itu gak penting Aw, besok aku mau cari rumah untuk masa depan kita. Kamu mau ikut kan?" tanya Wira.
Perasaan Aw tidak karuan, ada rasa kaget namun ada rasa bahagia yang membuncah juga.
"Boleh" sahutnya.
"Tapi ada syaratnya".
Aw menatap Wira penasaran "Apa?".
Wira tersenyum, di rogohnya saku celana untuk mengambil suatu benda "Menikahlah dengan ku" dan langsung membuka kotak cincin di hadapan Aw.
Aw menutup mulutnya, ia semakin kaget "Wir… I…Ini?"
"Iya, ayo nikah sama aku" ucap Wira sekali lagi.
"Iya, aku mau" ucap Aw sambil tersenyum.
Perasaan ketiga lelaki itu lega, misi mereka berhasil dan kehidupan baru akan mereka jalani.
Cinta langsung memfokuskan tatapannya kembali ke monitor laptop. Dalam hatinya ia bersyukur karena keenam sahabatnya ini akan melanjutkan hubungan asmara ke dermaga cinta dan akan hidup bersama hingga akhir hayat.
"Muka kalian bertiga kenapa babak belur?" tanya Shilla.
Ketiga lelaki itu menyengir, mereka menatap Cinta yang kini malah sibuk mengedit video.
Shilla yang paham dengan tatapan merekapun beranjak dari sofa. Di dekatinya Cinta lalu ia peluk secara langsung.
"Makasih Cin, makasih banyak. Aku gak tahu lagi harus membalas budi kamu gimana".
ABC dan Aw yang melihat adegan pelukan itu, ikut mendekat ke arah kedua sahabatnya dan mereka langsung berpelukan.
"Gue juga, makasih ya Cin" ucap Aw.
"Gue juga, lo emang malaikat kita. Makasih banyak Cinta" ucap ABC.
Cinta sedikit terkekeh "Cengeng banget sih, Bukannya abis di lamar itu kalian seneng ya?".
"Cin, semua ini karena usaha lo dan hasilnya buat kita semua bahagia" sahut ABC.
"Cuma segitu doang, bahkan tangan gue masih gatal mau mukul muka mereka bertiga" ia menatap ketiga lelaki yang masih duduk di sofa.
"Mukul terus Cin, di sayangnya kapan sih kita?" tanya Wira.
Husein, Panji dan Wira berjalan mendekati Cinta. Sedangkan ABC, Aw dan Shilla memberi ruang untuk mereka.
Husein langsung memeluk Cinta "Cin… Maafin gue ya. Makasih lo udah mau nyadarin gue Cin".
Panji menyusul untuk memeluk "Iya Cin, lo itu sahabat terbaik kita semua".
Wira ikut memeluk "Ingat ya Cin, yel-yel persahabatan kita".
"Satu bahagia, semuanya bahagia" ucap mereka berempat serempak, lalu mereka tertawa.
"Kita bertiga ada hadiah buat lo" ucap Panji.
Panji menoleh ke Abi "Abi, tolong yang terakhir dong".
Abi berdiri sambil membawa totebag, lalu diserahkannya ke Panji.
"Eits… Bentar, lo belum kenalan kan sama dia?" tanya Aw, Cinta menggeleng polos.
"Jadi kenalin, ini Abimanyu Ananta Putra. Panggil aja Abi, sahabat kita bertiga waktu ngampus dulu Cin" ucap Wira.
"Nah, Ab. Ini Cinta Andara Syifa. Panggil aja Cinta. Ingat, Cinta jangan panggil Sayang, hehehe" sahut Aw.
Cinta berdecak, ia pun menyodorkan tangan kanannya "Cinta" ucapnya.
"Abi" sahutnya sambil memberikan senyuman tipis.
"Cin… nih, kita bertiga beliin lo ransel kulit keluaran terbaru. Gimana? Lo suka kan?" tanya Husein.
Kedua mata Cinta berbinar "Serius? Kebetulan ransel gue mau putus talinya. Thanks ya, repot-repot banget sih lo bertiga".
"Ini gak seberapa Cin, jasa lo itu… buat kita bingung mau ngasih gift yang layak buat lo itu apa?" ucap Panji.
"Mau barangnya kecil atau gede, murah atau mahal. Itu udah sangat cukup buat gue kok".
"1 lagi… " Wira meraih bouquet dari genggaman Panji.
"Bouquet untuk lo".
Cinta menerimanya "Apaan sih, pake bouquet segala" .
"Biar adil Cin, kan yang lain kita kasih cincin. Padahal kita mau kasih mereka bouquet bunga. Tapi kan, pasti lo bakalan ngamuk" sahut Panji.
"Lagian juga, Husein ngelarang. Katanya fans lo itu masih suka neror pake bouquet bunga ya? Ciee" goda Wira.
"Masih gencer aja tuh Dokter, tapi sikat aja Cin… lumayan" gumam Aw.
"WC kali di sikatttt. Au ah! Gak perduli, bukan urusan gue juga".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!