NovelToon NovelToon

Love Is Rain

Bab 1. Pesta Perpisahan

Judul novel LOVE IS RAIN

Karya mama reni

Bab Satu.

Suasana hiruk pikuk irama musik terdengar dari salah satu aula hotel ternama di kota ini.

Di dalam ruangan itu semua siswa sedang merayakan pesta perpisahan dari salah satu sekolah favorit.

Semua siswa larut dalam suasana. Disudut ruang tampak Beverly duduk sendirian.

Semenjak dia memutuskan untuk menjauhi Keenan dan mendekatkan pria itu dengan sahabatnya Catherine, ia memang lebih sering menyendiri.

"Nggak ikut gabung dengan lainnya," ucap Dimas mengagetkan Beverly.

"Lo ngagetin aja. Gue pikir siapa tadi."

"Napa menyendiri, Lo masih marahan dengan Keenan. Mungkin kita udah nggak akan bertemu lagi jika kuliahnya beda. Keenan dan Catherine akan melanjutkan kuliah ke luar negeri."

"Lo sendiri mau lanjutin kemana."

"Mungkin Jakarta atau Bandung aja. Lo ...."

"Gue belum tau. Lo tau sendirilah, gue bisa kuliah jika dapat beasiswa."

"Sama gue aja. Biar gue yang biaya."

"Emang gue bini Lo," ujar Beverly.

"Kalau Lo mau jadi bini gue, kita nikah dulu sebelum lanjutin kuliah."

"Lo mau beri gue makan apa, kerja aja belum."

"Lo lupa kalau gue ada usaha."

"Ngaco omongan Lo. Nanti ada yang dengar dikira kita emang pacaran. Cukup Keenan aja yang salah paham."

"Lo masih mencintai Keenan."

"Kenapa Lo tanyakan itu?"

"Gue heran sama pikiran Lo, katanya cinta tapi kok Lo yang minta Keenan terima Catherine. Gimana perasaan Catherine jika tau Keenan menerima cintanya hanya karena permintaan dari Lo."

"Udahlah, jangan omongin itu lagi. Nanti ada yang dengar."

Dari kejauhan tampak Alex yang berjalan menuju Dimas dan Beverly berada.

"Beverly ... Keenan ingin bicara. Ia menunggu di taman."

"Keenan ...."

"Pergilah Bie, mungkin ini saatnya Lo dan Keenan baikan," ujar Dimas.

"Lo nggak apa gue tinggalin sendiri."

"Gue nanti gabung dengan Catherine."

"Kalau Catherine tanyain gue, jangan Lo bilang gue bicara dengan Keenan. Gue takut nanti jadi salah paham."

"Oke, Lo kayak baru kenal gue aja."

Beverly dan Alex berjalan keluar menuju taman dimana Keenan telah menunggu. Dari kejauhan tampak Keenan yang duduk di salah satu bangku taman.

"Itu Keenan, kamu bisa sendirian aja kesana, kan?"

"Bisalah, terima kasih ya."

"Oke ...."

Setelah Alex pergi. Beverly berjalan mendekati Keenan.

"Hai ...." ucap Beverly canggung. Sejak Keenan menerima Catherine sebagai kekasihnya, mereka emang tak pernah mengobrol.

"Hai, aku ingin bicara.Boleh ...."

"Tentu aja."

"Duduklah, aku nggak ada hutangkan sama kamu."

"Kamu bisa aja," ucap Beverly masih tampak canggung.

"Mau minum,"

"Kamu dapat minum dari mana," ujar Beverly melihat Keenan menyodorkan gelas yang berisikan sirup. Ia mengambilnya dari tangan Keenan.

"Tadi Alex yang beri dua gelas minum ini. Ngerti banget aku haus." Keenan juga meminum air dalam gelas yang dipegangnya.

"Maafkan, aku. Tak seharusnya aku mencurigai hubungan kamu dan Dimas."

"Aku udah melupakannya," ucap Beverly dengan lirih.

"Bie?" ucap Keenan lirih, Beverly yang ada dihadapannya mengangkat kepalanya untuk menatap wajah pria itu. "Salahkah aku jika aku semakin mencintaimu disaat aku berusaha menerima kenyataan bahwa aku harus melupakanmu?"

Beverly terdiam, ia membuang mukanya dikala Keenan mengucapkan dua kalimat pertamanya.

"Keadaan memaksaku untuk terus berbohong! Aku tidak mencintai Catherine tapi seolah-olah aku mencintainya? Bukankah dasar dari cinta adalah kejujuran, bagaimana aku bisa belajar mencintai jika tidak ada kejujuran didalam sana? Haruskah aku membohongi setiap kejujuran bahwa aku hanya mencintaimu?" Keenan menekan dikata "Mencintaimu"

Keenan mengamit tangan Beverly pelan. "Bie, Maafkan aku, akan kukatakan semuanya pada Catherine, jika terus begini dia akan tersakit nantinya dan akhirnya aku, dan kamu sendiri juga akan tersakiti, bagaimana bisa aku bertahan dengan wanita yang aku jadikan pelarian, sedangkan sebenarnya cinta sejatiku adalah orang yang sedang ada dihadapanku."

"Kamu Bie."

Beverly terdiam, entah ada angin apa dengan Keenan, setelah selesai mengucapkannya, Keenan mengajak Beverly pergi ke salah satu kamar dengan alasan kegerahan, padahal Beverly juga merasakan kegerahan, tapi naluri Beverly mengatakan bahwa akan lebih gerah jika berada didalam kamar.

Sebagai anak pemilik hotel tempat dimana mereka mengadakan pesta perpisahan, Keenan dan keluarga memiliki kamar khusus di hotel itu.

Tapi entah kenapa, Beverly hanya mengikuti semua keinginan Keenan sehingga mereka kini terjebak didalam kamar itu hanya berdua, disaat semua orang sedang merayakan pesta kelulusannya.

"Bie? Dengarkan, aku mencintaimu!" lirih Keenan mendorong Beverly ke tembok dan menyudutkannya.

Keenan langsung menyerang bagian sensitif Beverly namun Beverly yang masih setengah sadar langsung menampar Keenan yang hendak menodainya.

"Kau gila! Kau kekasih sahabatku!" teriak Beverly hendak keluar namun ditahan oleh Keenan.

Keenan kemudian menarik Beverly ke ranjang dan menindihnya disana. "Aku hanya mencintaimu! Dan sudah kutegaskan saat ini!"

Keenan kemudian mulai mencium bibir Beverly, getaran itu terasa berbeda, tidak membohongi diri, Beverly juga mencintai Keenan.

Hawa panas yang mereka rasakan itu semakin menjadi dan dengan kesadaran yang sudah hampir sepenuhnya hilang, Beverly tanpa sadar memberikan mahkota yang paling berharga dari dirinya.

Beverly dan Keenan belum juga menyadari jika mereka dalam pengaruh obat per*ng*ng yang simasukan temannya Alex.

Alex yang pernah menyukai Beverly memang tak menerima saat mengetahui jika gadis itu akhirnya jatuh ke dalam pelukan Keenan.

Disaat sorak kelulusan terdengar seru, Beverly besoknya mungkin harus menangisi nasib dirinya karena kehilangan kesuciannya disaat teman yang lain bahagia menikmati euphoria kegembiraan.

Setelah melakukan hubungan terlarang itu Beverly dan Keenan tertidur.

............

Pagi harinya Beverly terbangun, ia merasakan kepalanya yang pusing. Beverly memandangi ruangan dan baru menyadari jika dirinya bukan berada di kamar biasa yang ia tempati.

Beverly memandang ke samping, tampak Keenan yang tidur dengan tubuh polosnya. Beverly membuka selimut yang menutup tubuhnya dan semakin kaget melihat tubuhnya yang juga polos.

"Bangun Keenan, apa yang kau lakukan padaku," ucap Beverly mengguncang tubuh Keenan.

Keenan perlahan membuka matanya dan seperti Beverly ia juga kaget menyadari kalau mereka berada dalam satu kamar berdua.

"Apa yang telah kita lakukan, Keenan. Aku takut, " ucap Beverly disela tangisnya.

"Maafkan aku, Bie."

"Kenapa ini harus terjadi. Aku harus bagaimana, Keen."

Keenan membawa Beverly ke dalam pelukannya dan mencoba menenangkan wanita yang sangat ia cintai itu.

"Aku akan bertanggung jawab," ucap Keenan lirih.

"Apa yang harus aku katakan pada Catherine seandainya ia tau tentang kejadian ini."

"Mungkin udah saatnya kita berterus terang."

Beverly melepaskan pelukan Keenan dan berdiri dengan melilitkan selimut ke tubuhnya. Ia merasakan perih pada bagian inti tubuhnya.

"Lupakan saja semuanya. Semua ini tidak sepenuhnya salahmu, aku juga nggak tau kenapa malam tadi aku mau saja melakukan ini denganmu. Semoga kejadian ini tidak berakibat buruk bagiku dan juga kamu. Aku tak bisa mengkhianati sahabatku."

Beverly membawa pakaiannya menuju kamar mandi. Setelah berpakaian, ia meninggalkan Keenan di kamar itu sendirian tanpa berkata sepatah katapun.

Bersambung

******************

Novel ini menggunakan alur maju mundur. Semoga bisa dipahami. Terima kasih.

Bab 2. Beverly si gadis pintar dan periang.

Beverly menyiapkan sarapan buat adik-adik di panti asuhan sebelum berangkat ke sekolah. Setelah semua dirasakan beres, barulah Beverly mandi dan berpakaian.

Ini hari pertama ia masuk sekolah menengah umum. Beverly tidak ingin terlambat. Ia tak menyantap sarapannya. Beverly membawanya sebagai bekal.

Ia mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah ternama. Beverly tak ingin mengecewakan orang yang telah memberikan ia beasiswa, ia akan buktikan dengan giat belajar agar nilainya bagus.

"Bunda, aku pamit," ucap Beverly mencium tangan bunda.

"Hati-hati."

"Baik Bundaku. Anak bunda yang kecantikannya tiada tara ini akan selalu ingat pesan bunda."

Beverly memeluk bunda sebelum meninggalkan panti asuhan. Beverly selalu lebih awal berangkat ke sekolah karena ia hanya berjalan kaki.

Beverly akan menjadi siswa baru, karena tahun ajaran telah di mulai dua bulan yang lalu. Awalnya Beverly tidak berniat melanjutkan pendidikannya.

Di bantu salah seorang donatur di panti asuhan dengan memberikan ia beasiswa, akhirnya Beverly dapat bersekolah.

Sampai di sekolah, bel tanda masuk sekolah baru saja berbunyi. Beverly berlari menuju kantor kepala sekolah.

Kepala sekolah meminta ia langsung masuk ke salah satu kelas. Sampai di kelas yang dimaksud Beverly mengetuk pintu. Setelah terdengar sahutan dari guru yang mempersilakan ia masuk, Beverly membuka pintunya.

"Silakan masuk!" ucap Bu guru.

"Terima kasih, Bu."

"Kamu anak baru?"

"Iya, Bu ...."

"Perkenalkan nama kamu."

"Halo, semua. Perkenalkan nama saya Beverly. Senang bisa berkenalan dengan kalian." Beverly tersenyum cerah. Ia akui, jantungnya berdegup kencang saat ini. Tangan dan kakinya pun terasa dingin. Ia sangat gugup.

"Oke, apakah ada yang ingin kalian tanyakan dengan Beverly."

"Halo, Beverly perkenalkan nama saya Alex. Boleh minta nomor ponselnya, nggak?"

"Maaf, aku tak memiliki ponsel," jawab Beverly apa adanya. Tapi teman sekelas mengira Beverly menolak permintaan Alex.

"Mampus, Lo. Beverly takut memberikan nomor ponselnya. Takut Lo teror terus," ucap yang lainnya.

"Beverly rumahnya di mana. Biar nanti pulang sekolah aku bisa antar," ujar Kevin.

"Maaf, aku tak punya rumah. Aku hanya tinggal di sebuah panti asuhan." Beverly menjawab apa adanya. Tapi teman yang lain juga masih salah sangka.

"Beverly takut diantar Lo, tampang Lo aja kriminal." Semua teman di kelas tertawa mendengar ucapan salah satu siswa.

"Udah, jangan ribut. Sekarang kamu bisa duduk di bangku sebelah Catherine itu."

Ibu guru menunjuk bangku kosong yang berada dekat seorang gadis cantik. Beverly berjalan menuju bangku tersebut

Saat akan duduk Beverly tersenyum dengan Catherine. Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Kenalkan ... Catherine."

"Beverly. Senang berkenalan dengan kamu." Beverly menyambut uluran tangan Catherine dan berkenalan.

Beverly duduk di bangku sebelah Catherine. Saat pelajaran dimulai, Beverly yang otaknya memang sangat pintar bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan guru. Teman sekelas menjadi salut dengan kepintaran dirinya.

Jam pelajaran telah usai, tibalah saatnya jam istirahat. Catherine mengajak Beverly ke kantin tapi gadis itu menolaknya.

"Kenapa, kamu nggak mau jajan. Bersih kok kantin disini." Bujuk Catherine

"Aku udah bawa bekal."

"Bawa bekal? Ibu kamu perhatian banget. Takut kamu keracunan makanan kalau jajan di luar."

"Aku sudah tak ada orang tua. Aku anak yatim piatu."

"Hhhhaaaa ... kamu serius. Dosa loh mengatakan orang tua meninggal."

"Aku nggak bohong. Aku yatim piatu dan tinggal di salah satu panti asuhan."

Dimas sahabatnya Catherine yang tak sabar menunggu, mendatanginya.

"Lama banget. Lo nggak ke kantin. Perut gue lapar,nih."

"Lo udah kenalan sama Beverly."

Dimas mengulurkan tangannya dan di sambut Beverly. Mereka menyebutkan namanya masing-masing.

"Lo percaya nggak, kalau Beverly ini yatim piatu dan tinggal d sebuah panti asuhan. Jadi yang dia katakan di depan kelas tadi benar adanya. Nggak bohong."

"Kalau emang Lo dari panti asuhan, kenapa bisa sekolah di sini. Maaf, ya. Semua orang juga tau berapa biaya sekolah di sini," ucap Dimas. Ia tak percaya jika Beverly dari panti asuhan.

"Lo benar, Dim. Apa kamu nggak mau berteman sama kami. Orang tuamu kaya banget. Takut kami morotin kamu," ucap Catherine lagi.

"Sumpah, aku nggak bohong. Aku bisa sekolah di sini karena mendapatkan beasiswa. Kalian bisa tanyakan alamatku sama administrasi sekolah jika tak percaya."

"Beasiswa," ucap Catherine dan Dimas bersamaan.

"Ya, aku dapat beasiswa."

"Lo pasti pintar banget, sehingga sekolah ini memberikan beasiswa," gumam Dimas.

"Kalau tidak karena beasiswa mana mungkin aku bisa dan sanggup sekolah di sini. Sehabis pulang sekolah aja aku harus membantu bunda di panti asuhan membuat kue untuk di jual. Itu bisa membantu biaya hidup kami."

"Maaf, kalau gitu. Kami nggak tau." Catherine merasa bersalah. Ia dan Dimas terdiam sesaat.

"Kalian nggak jadi ke kantin."

"Nanti aja. Lo mau ke kantin, pergi sendiri sana. Jam segini pasti udah rame banget, gue malas." Catherine kembali duduk.

"Biar gue beliin buat Lo aja. Lo mau apa."

"Mie goreng aceh."

"Lo apa?"

"Aku ...." ucap Beverly menunjuk dadanya.

"Iya, emang siapa lagi kalau bukan Lo. Kita hanya bertiga di kelas ini. Yang lain udah ngacir ke kantin."

"Aku ada bawa bekal." Beverly mengeluarkan bekal nasi gorengnya. Dan membukanya.

"Keliatan enak, nih." Catherine memandangi nasi goreng itu dengan menelan air ludahnya.

"Kamu mau coba. Aku yang masak tadi sebelum ke sekolah."

Catherine memilih duduk kembali dan Dimas diminta beli camilan dan air minum.

Catherine tampak lahap menyantap nasi goreng buatan Beverly. Tanpa sadar ia hampir menghabiskan bekal Beverly.

Dimas yang datang membawa kue dan air minum heran melihat Catherine yang makan nasi gorengnya bukan Beverly.

"Lo doyan apa lapar? Lo nggak sisakan buat Beverly." Ucapan Dimas membuat Catherine tersadar dan menghentikan suapannya.

"Maaf, Bie. Aku kalap. Habis enak banget."

"Bie ...." ucap Dimas.

"Beverly terlalu panjang, mending gue panggil Bie. Baby ... gue langsung suka dengannya. Mulai hari ini tidak hanya ada Lo dan gue. Tapi juga Bie. Dan tugas Lo adalah menjemput dan mengantar kami pulang sekolah."

"Gue harus menjemput kalian berdua. Jam berapa gue bangun."

"Gue nggak tau. Yang pasti Lo harus jemput. Awas kalau telat. Gue pecat Lo jadi sahabat gue."

"Nggak perlu, Cath. Aku bisa berjalan ke sekolah."

"Jalan kaki!!! Apa kamu nggak capek, Bie. Udah jangan sungkan. Lo mulai hari ini juga sahabat gue. Tak akan gue biarin Lo jalan kaki. Nanti kita antar pulang, biar tau rumah Lo dimana."

Sejak saat itu, mereka bertiga menjadi sahabat. Dimana ada Dimas, pasti ada Beverly dan Catherine.

Beverly menjadi guru pembimbing mereka jika ada tugas yang tidak Dimas dan Catherine pahami.

Hingga naik ke kelas dua belas SMU persahabatan mereka terus terjalin.

Bersambung

*********************

Terima kasih

Bab 3. Siswa Baru

Beverly berjalan dengan tergesa menuju ruang guru. Ia lupa mengambilkan buku tugas teman-temannya. Sebagai ketua kelas Beverly bertugas memberikan kembali buku latihan yang telah dinilai guru. Beverly berlari kecil menuju ruang guru.

Brruukkk.

Dia menabrak suatu benda keras dan mengakibatkan tubuhnya terjatuh.

"Apa Lo nggak punya mata."

Beverly menengadahkan kepala memandangi asal suara. Matanya melotot melihat sesosok cowok yang sangat tampan.

Belum lagi rasa kegetnya hilang, cowok itu telah pergi meninggalkan Beverly sendirian tanpa ada niat menolongnya berdiri.

"Sialan, sombong benar tuh cowok. Untung aja ganteng." Beverly mengomel sendiri. Tanpa ia sadari guru olah raga berdiri disampingnya.

"Kamu mengumpat siapa? Kenapa kamu duduk di lantai? ucap Pak Samsul guru olah raga itu.

Mendengar suara yang tak asing itu, Beverly berdiri. Ia memberikan senyum termanisnya pada guru olah raga yang statusnya perjaka tua.

"Bapak ... apa kabar? Semoga hati Bapak secerah pagi ini." Beverly memberikan senyum manisnya.

"Kamu ... kenapa Bapak tak bisa marah jika telah melihat senyummu, ya?"

"Karena senyum saya begitu manjanya," ucap Beverly.

"Udah, kamu mau apa. Kenapa duduk di lantai? Masih banyak kursi."

"Enakan duduk di lantai, Pak. Lebih merakyat."

"Ngeles aja.Bapak pergi dulu, mau ngajar." Bapak Samsul berjalan meninggalkan Beverly.

"Selamat mengajar, Pak. Semoga hari Bapak menyenangkan." Bapak Samsul tersenyum mendengar ucapan Beverly.

Beverly mengetuk dan mengucapkan salam di depan ruang guru sebelum masuk. Ia membuka pintu setelah mendengar jawaban salam.

"Selamat pagi Bapak, Ibu."

"Selamat Pagi Beverly. Ada perlu apa?"

"Permisi, Bu. Mau ambil buku latihan."

"Silakan ...."

Beverly mengambil buku latihan matematika dan segera pergi meninggalkan ruang guru itu.

Sesampainya di kelas, guru meminta Beverly memberikan satu persatu ke meja teman-temannya.

Sampai di meja samping tempat duduknya Beverly kaget melihat cowok yang tadi ditabraknya ada di sana.

"Kenapa ...? Tak pernah lihat cowok ganteng," ucap cowok itu sedikit keras membuat seisi kelas tertawa.

"Kamu kenapa duduk di sini?"

"Tanyakan sama guru, jangan denganku."

"Sombong amat," gerutu Beverly sambil berjalan kembali memberikan buku latihan matematika ke meja teman-temannya.

Setelah semua diberikan, ia kembali ke bangku tempat duduknya. Beverly mengikuti pelajaran seperti biasanya, hingga bel istirahat berbunyi.

Dimas berjalan mendekati Beverly, mengajaknya ke kantin seperti biasanya. Hari ini Catherine tidak masuk sekolah karena ada acara keluarganya.

"Hei, Keenan.Masih ingat aku." Dimas menyapa siswa baru yeng ternyata bernama Keenan.

"Dimas ...." ucapnya.

"Ya, ternyata kamu masih ingat. Aku kira udah lupa." Dimas menjabat tangan Keenan.

"Kamu mau ikut ke kantin," ajak Dimas lagi.

"Boleh ...."

"Bie, ayo ke kantin. Nanti keburu rame banget."

"Aku bawa bekal."

"Buat nanti aja." Dimas menarik tangan Beverly.

Sebenarnya Beverly tidak enak hati setiap hari selama dua tahun lebih persahabatan mereka Dimas dan Catherine yang selalu membayarkan jajanan yang dimakan Beverly.

Ia sering menolak saat diajak ke kantin. Tapi Dimas dan Catherine selalu mengancam tidak akan mau bersahabat lagi jika Beverly menolak.

Bersama Keenan mereka bertiga menuju kantin. Ketika memasuki kantin banyak mata memandang ke arah mereka. Keenan yang sangat tampan menarik perhatian mereka.

Dimas memesan tiga mangkuk bakso. Keenan tadi mengatakan terserah Dimas pesan apa, ia ngikut saja.

Ketika makan mata Beverly diam-diam memperhatikan Keenan. Cowok itu menyadari jika Beverly terus mencuri pandang padanya.

"Di mangkuk bakso Lo ada kecoak," ucap Keenan. Ia ingin mengerjain Beverly.

Mendengar kata kecoa, Beverly langsung berdiri dan berteriak. Tanpa sengaja ia menyentuh bakso dan tumpah membasahi roknya.

" Aww ... panas. Mana kecoanya?" ucap Beverly panik.

"Nggak tau, mungkin di tong sampah," ucap Keenan tanpa rasa bersalah.

"Kamu ya ...." ucap Beverly geram.

Dimas yang melihat rok Beverly basah karena kuah bakso menjadi kuatir.

"Kaki Lo tak apa?" ucap Dimas dengan penuh kuatir.

"Nggak apa, kuah baksonya udah nggak panas lagi."

"Tapi rok Lo basah."

"Kalian pacaran?" tanya Keenan.

"Bukan urusan kamu," ucap Beverly dan berlalu meninggalkan kantin menuju kamar mandi untuk membersihkan roknya.

Sepulang sekolah Dimas mengantar Beverly pulang. Dari kejauhan tampak Keenan memperhatikan.

Gadis itu sangat menarik. Entah pesona apa yang ada pada dirinya. Dari awal bertemu tadi hatiku berkata, ingin mengenalnya lebih dekat lagi.

...................

Keesokan harinya Catherine telah kembali ke sekolah. Ia datang sendiri, sengaja tak meminta Dimas menjemputnya.

Keenan yang masuk ke kelas dan menuju bangku tempat ia duduk menarik perhatian Catherine. Ia memandangi Keenan hingga ia duduk di sebelah bangku Beverly.

"Lo kenapa? Sampai ngences gitu lihat gue," ujar Keenan, membuat Catherine malu dan memalingkan wajahnya. Ia menghapus sudut bibirnya.

Sialan, gue kira emang benaran ngences tadi. Tapi cowok itu emang tampan banget.

Beverly dan Dimas masuk ke kelas sambil tertawa. Entah apa yang mereka obrolkan.

"Hai, Sayangku. Udah masuk ...." ucap Beverly begitu melihat Catherine. Ia memeluk sahabatnya itu. Catherine mengajak Beverly duduk didekatnya.

"Siapa nama siswa baru itu," bisiknya.

"Keenan, kenapa?" bisik Beverly lagi.

"Ganteng bet," ucapnya sambil tersenyum.

"Gue kira ada apa? Takutnya ia ngerjain Lo."

Beverly kembali ke meja tempat duduknya. Pelajaran akan di mulai. Guru mata pelajaran Fisika telah masuk ke kelas.

Selama pelajaran berlangsung hanya Beverly yang bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan guru.

Keenan selalu mencuri pandang setiap Beverly menjelaskan apa yang ditanyakan guru. Tampak kekaguman dari pandangan matanya.

........

Hari-hari berlalu tidak terasa telah satu bulan Keenan menjadi siswa baru di sekolah itu. Hubungan mereka sudah semakin dekat. Saat antara Keenan, Beverly, Dimas dan Catherine sudah menjadi sahabat. Kemanapun selalu bersama.

Hingga suatu sore Keenan datang ke panti asuhan sendirian. Ia ingin mengajak Beverly jalan-jalan.

"Selamat sore, Bunda. Aku boleh bertemu Beverly." Keenan menyalami tangan Bunda.

"Tentu saja boleh. Duduklah. Biar Bunda panggilkan."

Bunda memanggil Beverly dan mengatakan jika Keenan ingin bertemu. Beverly langsung menemui Keenan tanpa menyadari pakaian yang ia kenakan, hanya memakai kaos gombrong dan celana hotpants yang panjangnya hanya sejengkal.

Beverly tampak seksi dengan pakaiannya itu. Keenan memandang tanpa kedip.

"Ada apa, tumben Lo datang sendiri." Beverly masih belum menyadari pakaiannya. Kaos gombrong itu menutupi celana pendeknya seolah ia hanya memakai kaos saja.

"Lo cantik dan seksi kalau pakai baju kayak ini," gumam Keenan. Beverly memandangi tubuhnya dan baru menyadari pakaiannya. Ia mengambil bantal kursi dan menutupi pahanya yang tadi terekspos.

"Lo mau apa? Jangan berpikir mesum,ya."

"Mau ajak Lo jalan. Kalau gue berpikiran mesum melihat cewek seksi itu tandanya gue masih normal."

"Jalan kemana?"

"Nonton ,tapi berdua saja."

"Lo traktir ...."

"Apa aja yang Lo minta gue bayar."

"Sombong amat. Gue minta izin bunda dulu. Setelah itu mandi. Lo mau menunggu."

"Oke, demi Lo gue rela menunggu."

"Gombal banget."

Beverly masuk ke dalam ruang di mana Bunda berada meninggalkan Keenan sendiri.

Bersambung.

*****************

Terima kasih

Visual

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!