Ayu , itu Itu nama ku .
Terlahir dari keluarga yang kurang berkecukupan, kurang harmonis, dan juga kehidupan yg di balut oleh kekerasan fisik di setiap waktuku.
Aku dua bersauadara , dengan satu adik perempuan bernama Aini .
Kami hanya selisih dua tahun ,namun sayangnya nasip ku tak seberuntung dia.
Kasih sayang orang tua kami seakan tak sama dan tak pernah bisa di sebut adil.
Aku sebagai anak sulung dari mereka , yg seharusnya masih menerima buai kasih di usia ku yg masih dini. Namun harus merasa tersisih ketika kasih mereka padaku seolah terenggut oleh hadirnya adik kandungku sendiri.
Miris dan juga pedih , jika teringat masa sekolah dasar. Ketika nilai ku anjlok dengan bulatan besar yg terdapat di atas lembar kertas ulangan harian.
Aku dengan segala kecemasan ku menunjukkan hasil ulangan itu kepada ibu ku.
Seperti dugaan ku sebelumnya , beliau murka dan merobek-robek buku ulangan ku menjadi beberapa lembar yg terkoyak.
Aku hanya bisa menundukkan pandangan ku , menahan sengguk yg kian mencekat di kerongkongan ku.
Selalu saja seperti ini , setiap hari kemudian berlanjut dan berganti menjadi tahun.
Berbicara mengenai adik ku Aini.
Gadis cantik penuh keistimewaan dan juga pesona nya yg selalu membaut ke dua orang tuaku bangga akan perangainya.
Keberadaannya selalu menjadi yg pertama dan utama di dalam keluarga. Bahkan orang tuaku tak merasa keberatan dan selalu menyediakan apapun keinginan nya.
Lain halnya dengan ku , yg hanya bisa memandangi nya dari kejauhan dengan tatap mata iri .
Aku ayu , seorang gadis 16 tahun dengan serpihan luka batin yg masih tertoreh penuh luka perih yg masih menyayat hatiku.
Belenggu masalah yg di hadirkan keluarga ku , seolah kian membuat ku menjadi gadis pembangkang penuh dendam.
Bukan kepada adik ku melainkan kepada mereka , orangtuaku.
Aku hanya bisa diam , ketika cacian dan juga cercaan kasar yg mereka layangkan terhadap ku bagai sebuah belati yg tertancap tiada henti.
Lidah mereka terlalu tajam , begitupun dengan perangainya ketika emosi membelenggu pikiran mereka.
Kadang aku hanya bisa meringis , merintih menahan ngilu ketika sebuah tangan atau kaki melayang mengenai tubuh ringkih ku.
Hanya sebuah isakan kecil yg keluar dari sudut bibirku.
Namun , hal itu bukanlah membuat mereka berbelas kasih . Justru salah satu di antaranya kian menjadi ketika pendengaran mereka seolah terusik oleh sengguk pilu ku.
Hanya di dalam lembar buku diary kecil dengan gembok di bagian tengahnya.
Aku dapat menuangkan kisah pilu ku dengan aman tanpa takut di ketahui oleh orang lain.
'Ya tuhan , bukankah aku kau ciptakan untuk membuat mereka bahagia ? bukankah Kau sengaja menghadirkan ku di dunia ini guna menjadi pelepas lelah bagi mereka ?
Tapi , kenapa ? aku di perlakuan bagai anak buangan oleh mereka ?
Sakit , ini sakit !
Jika memang harus bertahan , harus sampai kapan? mungkinkah aku sanggup melalui nya ? Katakan Tuhan ?
Jika aku bisa membuat sebuah permohonan .
Satu ingin ku , ambil nyawaku dan lahirkan aku kembali dari keluarga penuh kehangatan tanpa suatu kekerasan.'
Tulisku di lembar terakhir buku itu.
Air mataku berjatuhan , seiring jiwaku yg kembali terbuka dan mengorek luka-luka psikis yg menghantam ingatanku.
Sakit dan juga perih , namun tiada satupun dari mereka yg perduli.
Hanya tatap mata kasihan yg mereka layangkan terhadap ku.
Tanpa niat mengulurkan tangan guna menolongku.
Ya , hidup terlalu kejam dan tak berperi pada sebagian orang. Dan Tuhan menganugerahkan salah satunya terhadap ku.
Menjadikan ku manusia lemah yg dipenuhi derai air mata di setiap waktu nya. Hanya di habiskan dalam balut kepedihan dan juga kemarahan tertahan tak tersalurkan.
Apakah ini anugrah atau sebuah ujian ?
Pertanyaan itu sering terucap ketika aku menengadah kan ke dua tangan ku dalam tunai ibadahku.
Namun sayang , Tuhan seolah melambaikan tangannya . Menolak untuk mengabulkan permohonan kecil ku. 'Belum saat nya !' mungkin begitu ucap Nya dari atas sana.
Hanya senyum palsu , dan juga perilaku penuh tunduk yg terus menerus menjadi senjata utama ku. Tak perduli entah mereka akan tersentuh ataupun luluh terhadap ku , hal itu tak lagi jadi prioritas dalam hidupku.
Hanya satu inginku , yaitu pergi .
Menjauh dari kehidupan yg terus menempaku dengan penuh kengerian. Berusaha melupakan semua nya meskipun hati tak pernah berupaya untuk ikhlas.
Namun apalah dayaku , yg hanya seorang manusia berbekal sebuah titipan nyawa. Hanya bisa menerima tanpa bisa merubah suatu wacana yg telah tertulis di nirwana.
Aku hanya bisa pasrah , menunggu kemurahan hati sang pencipta akan perubahan nasip ku.
Sepenggal kisah nyata . C.a
Pagi ini di sekolah ku , aku merayakan hari kelulusan ku di tahun terkahir jenjang pendidikan SMA .
Hari ini di acara ini. Aku hanya di dampingi oleh ayah ku saja , oleh karena ibu ku yg tak bisa ikut serta karena beliau bekerja sebagai TKW di luaran sana demi membantu laju perekonomian keluarga.
Semuanya ikut bahagia , saling berpelukan melepaskan suka cita mereka terhadap orangtua masing-masing.
Sementara aku ? hanya cukup dengan menyambut tangan ayah ku dan mencium punggung tangannya yg mulai terlihat berkerut. Hal itu membuatku cukup bahagia ketika seberkas senyum kecil tersemat di sudut bibirnya.
•••••••••••••
Tak berlangsung lama acara pun akhirnya selesai. Para orangtua murid di persilahkan untuk undur diri terlebih dahulu, karena masih ada acara untuk pelepasan siswa siswi yg belum sepenuhnya selesai.
Di saat aku hendak pulang , disana aku bertemu dengan seorang yg ku kagumi. Pria itu bernama nya Najib.
Dia temanku, anak kelas A. Sedangkan aku berada di kelas B.
Parasnya yg tampan, siswa berprestasi , dan pandai membuat puisi juga syair .
Namun satu hal yg pasti, dia tidak terlalu peka terhadap perasaan ku.
Kami sering pulang bersama , sekedar berbincang layak nya teman sekolah biasa.
Kelakuan nya yg sering iseng, jahil, sudah menjadi hal biasa ketika sudah bersama nya. Ada juga beberapa teman yg suka menggosipkan tentang kedekatan kami ber dua.
Namun , itu hanya berakhir menjadi sebuah lelucon dan bahan gosip. Toh kenyataan nya , di antara kami hanya sebatas teman baik dan tidak ada tak ada hal lebih.
Siang ini setelah acara perpisahan , kami kembali bertemu . Saling bertegur sapa dan basa-basi ringan sebelum akhirnya pembicaraan ini menjadi sedikit serius ketika menyangkut tentang rasa.
"Ekhm , jib," panggilku sedikit ragu
"Iya , ada apa yu?" jawabnya yg seketika menoleh ke arahku.
"Apa kamu sudah punya pa-pacar?" tanyaku terbata.
"Ekm !! jujur aku belum kepikiran kesana sih yu. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. " Jelas nya.
"Oh!" hanya itu yg bisa keluar dari mulut ku.
Bibir ku hanya bisa tersenyum menanggapi jawaban darinya.
" Ekhm , yu ," gumamnya lirih memanggi namaku.
"Iya !" jawabku kembali menatapnya.
"Apa kamu juga sudah punya pacar?" tanya nya ingin tau.
"Aku be-belum punya pacar . Kalau boleh jujur sekarang aku masih menunggu seseorang yg selama ini telah mencuri hatiku."
"Siapa?" ucapnya membulatkan matanya.
"Yakinlah , kau mengenal nya, dia ada di samping ku setiap hari , dan pastinya aku nyaman dengan nya."
"Siapa?" tanyanya memegangi bahuku.
Aku diam untuk sesaat, memikirkan apa harus aku mengatakan perasaan ku padanya, mungkin setelah ini aku bisa sedikit lega.
"Kau orang nya" jawabku singkat
Bibirnya terkatup rapat setelah aku mengutarakan perasaan ku. Sontak dia terkejut, seakan tak percaya pada apa yg baru saja aku ucapkan.
"Apa kau serius? aku?" tanya Najib sambil menunjuk wajah nya sendiri
"Ya ! itu kamu! Jujur saja selama ini aku nyaman dengan mu walaupun kita hanya sebatas teman.
Tapi aku juga tak mengharapkan lebih, ini hanya sebatas perasaan ku saja. Dan kau juga tak perlu memperdulikannya." Sanggah ku cepat
Najib hanya diam ketika mendengar perkataan ku , sorot matanya seolah sendu ketika menatapku.
"Hmm. Maaf ya yu ! untuk saat ini aku hanya ingin sendiri.
Tapi bukan berarti aku tak menyukai mu. Bukankah kita masih bisa jadi teman baik ?"
Ku anggukan kepalaku tanda setuju. "Tentu saja , just friend," ucapku tanpa beban.
Kami terdiam untuk sesaat , hingga Najib kembali meraih jemariku.
"Bukankah ini hari terakhir kita? bagaimana kalau kita jalan-jalan ?" ucapnya beranjak berdiri seraya menggandeng tanganku.
Ku anggukkan kepalaku dan ku ikuti ia kemanapun membawa ku.
Hingga tiba di sebuah taman kota. Tempat asri dengan banyak burung dara beterbangan di sana.
Waktu terus berjalan , namun kami masih terdiam . Tak banyak kata yg kami ucapkan ,
hanya senyap , dan saling bergandengan tangan.
Lidah kami serasa keluh untuk berkata kata.
Hanya sebuah genggaman dan langkah kaki yg menuntun kami hingga sampailah di area kolam ikan dengan air mancurnya yg menyembur ke atas.
Menimbulkan uap-uap air yg bercipratan ke sekeliling.
"Segar ya ," ucapku lirih sembari mendudukan diriku di tepian kolam itu.
Ku rasakan percikan air kolam dengan hawa segar begitu terasa saat ada percikan kecil yg menerpa wajahku
Najib menatapku, dan hanya senyuman manis yg ter ukir di wajahnya.
Waktu yg kami lalui hanya di isi oleh keheningan . Hingga jam sudah menunjukkan pukul lima sore, dan kami pun ber inisiatif untuk pulang.
Berboncengan bersamanya dengan terpaan sepoi angin yg menerpa wajah kami . Meski saling diam tanpa tutur kata tapi gelenyar nyaman nya seolah menenangkan perasaan ku. Dia mengantarku sampai depan rumah ku.
Tak ketinggalan dengan lambaian tangan nya ke padaku , lalu ku balas dengan senyuman dan anggukan kecil.
"Hati-hati..!" teriak ku padanya
Najib mengangguk kemudian melajukan motornya berlalu pergi.
Sesampai nya di rumah.
Ayahku sudah memasang wajah datar nya, sambutan yg selama ini selalu aku terima selalu saja berupa hal sama.
Ku langkahkan kaki ku menuju kamar ku.
Dan belum sampai kaki ku menginjak lantai pembatas yg mengarah ke kamarku , ayah ku sudah mencecar ku dengan berbagai pertanyaan.
"Jam segini baru pulang kamu ? masih inget rumah ?
Kamu ini anak perempuan. Baiknya jangan bergaul dengan sembarang lelaki . Punya harga diri nggak ?" bentak nya kasar memaki ku.
"Makin gede makin kurang ajar, nggak menghargai orangtua .
Mau jadi ******* kamu ya?" makinya lagi penuh hardikan.
Aku hanya tertunduk diam , air mata ku kembali berjatuhan membasahi pipiku .
Tangis ku sesenggukan, lidah ku seolah keluh tak berani menjawab semua pertanyaan ayah ku.
Hingga akhirnya aku memilih untuk masuk ke kamar ku , berjalan ringkih dan merebahkan tubuhku di atas ranjang sederhana ku.
Kuratapi nasib malang ku.
Sudah sekian lama aku menahan ini. Cacian, hinaan, pukulan, hingga sumpah serapah yg keluar dari mulut ayah ku.
Sampai kapan lagi ini harus terjadi pada ku?
Semua tetangga juga sudah mengetahui apa yg ayahku perbuat pada ku.
Tapi mereka tak berani berkata apapun, mengingat perangai ayah ku yg terkenal akan kekejaman nya terhadap ku.
••••••••••••
Hari kian larut , sementara bunyi perut ku kian nyaring terdengar.
Aku clingak-clinguk seperti maling yg takut terciduk oleh petugas keamanan , berjalan pelan menuju lantai dapur. Mengambil secentong nasi guna menuntaskan rasa lapar ku.
Keesokan hari nya .
Aku bangun pagi kemudian dengan terampil menyeduhkan secangkir kopi hitam favorit ayah ku . Minuman hetam pekat berasa manis itu selalu menjadi hidangan pembuka di setiap paginya.
Pagi ini , seperti biasa aku dan Aini selalu berbagi tugas.
Walaupun kami slalu saja di beda-bedakan, tapi tak sedikitpun aku membenci nya.
Aku tetap menyayangi nya, meskipun perlakuan ayah ku yg lebih condong memanjakan Aini dari pada diriku.
Tapi bukan lagi menjadi masalah bagiku. Suatu saat nanti , akan tiba masanya ketika mereka sadar bahwa menyia-nyiakan ku adalah suatu kesalahan besar yg te jadi dalam kehidupan mereka.
"Haih.. akhirnya beres juga ," ucapku lelah sembari menyeka keringatku.
"Mbak ! aku udah selesai masak , ayah juga sudah bangun tu." kata aini mengingatkan ku.
"Iya udah , ayo sekalian kita sarapan ," ajak ku
Aini mengangguk seraya masuk ke dapur.
Aku juga mengikuti nya, membantu menyiapkan sarapan untuk ayah dan juga kami.
Setelah selesai sarapan, dan membersihkan piring , ayah beranjak ke depan untuk nonton tv . Di ikuti oleh ku dan Aini yg ikut mengekor di belakangnya . Karna hari ini hari libur , jadi nggak ada kegiatan.
Di sini kami hanya diam, tak ada basa-basi atau ayah yg sekedar bertanya tentang langkah apa selanjutnya yg aku ambil setelah lulus SMA ini.
Aku memberanikan diriku untuk meminta izin pada ayah bahwa setelah ini aku ingin merantau ke kota B saja untuk cari pengalaman baru.
"Yah ! ucapku pelan
Kemudian ia mengalihkan perhatian nya padaku.
"Aku kan dah lulus SMA , setelah ini aku ingin langsung bekerja saja ya yah .
"Kerja dimana? pengalaman pun kau belum punya? katanya seakan tak yakin.
"Aku ingin ke kota B yah . Di sana juga ada Abang sepupu, aku bisa lah cari kerja di sana. jawab ku mencoba meyakinkan
Sejenak ayah ku terdiam . Awalnya beliau menolak , tapi aku tetap kekeuh dengan pendirian ku . Aku ingin cari uang sendiri , mandiri, dan bebas tentunya.
Aku juga nggak mau jika terus-menerus berada di sini, dengan segala perlakuan kasar ayah pada ku.
Akhirnya dengan segala usaha ku membujuk ayah , akhirnya beliau mengijin kan ku juga.
Keberangkatan ku sudah di atur oleh ayah ku,
tiga hari lagi aku berangkat ke kota B bersama Abang sepupu ku.
Dan tentunya di sana aku sudah mendapat pekerjaan.
Karna sebelumnya aku sudah mengabari Abang sepupu ku yg di kota B ,bahwa aku akan kesana dan aku minta tolong padanya untuk mencari kan pekerjaan untuk ku.
Itu bukan lah hal sulit untuk abangku. Mengingat dia memang sudah lama di kota B ini.
"Ya ,akhirnya aku bisa pergi dari sini." Batin ku senang
Sudah tiga hari berlalu.
akhirnya hari yg ku tunggu pun datang juga.
Hari ini aku berangkat untuk marantau untuk pertama kalinya , aku pergi meninggalkan ayah dan Aini adik ku.
Sedih sudah pasti ada di hati ku. Membayangkan betapa rindu nya nanti ketika aku jauh dari mereka .
jam 00.00
"Aini ! mbak pergi dulu ya . Mbak mau cari uang , nanti kalau mbak gajian kamu pasti dapat jatah bulanan. Seraya ku usap pipi nya dengan lembut.
"Iya mbak . Semoga selamat sampai tujuan ya . Ucapnya sendu.
Sesaat ku rengkuh bahunya , kami berpelukan erat seakan tak rela untuk berpisah . Tapi harus kusudahi disini karena travel jemputan dan Abang sepupu ku pun sudah datang.
Aku bersalaman dengan ayah ku,kucium punggung tangannya untuk memohon restu dari nya.
Ya , ayahku sedikit terharu atas kepergian ku ini.
Meskipun beliau sering memperlakukan ku berbeda dari Aini, tapi aku sudah meng ikhlas kan nya dan tak lagi ambil hati atas perlakuan ayah pada ku.
Ku Salami ayah dan Aini untuk terakhir kalinya , ku pandangi mereka berdua, lalu ku seka air mata ku.
Kemudian aku pergi bersama Abang sepupu ku menuju kota B untuk bekerja.
Selama perjalanan , entah kenapa aku terus menangis sesenggukan .
Abangku menatap ku dengan prihatin.
Ya, dia tau atas apa yg ku alami selama ini, Atas perlakuan ayah ku pada ku , dan segala nya . Bukan karna aku yg memberi tahu nya, tapi memang perlakuan ayah ku pada ku sudah tersebar luas untuk umum.
Di usap nya punggung ku, ia menguat kan ku.
Ada raut kasihan di wajahnya yg tercermin untuk ku. Di usia ku yg masih muda tapi aku harus menderita dengan segala keadaan ku.
"Kau harus kuat yu ! bukti kan kalau kau mampu hidup, walau jauh dari ayah mu yg kejam itu. Kata Abang ku menyemangati ku.
Aku hanya mengangguk .
Ku tegarkan hati ku . Ku kuatkan langkahku
demi kehidupan yang lebih baik.
4 jam perjalanan kami tempuh untuk sampai di bandara, masih 3 jam lagi untuk penerbangan kami ke kota B.
aku ber istirahat sebentar, memilih terpejam selepas chek-in karena rasa kantukku yg tak dapat lagi ku tahan.
pukul 07.30.
"Ayu. .yu . .bangun. Panggil Abang ku seraya mengguncang tubuhku
"Hmm.iya bang..ada apa?? santai ku menggeliatkan tubuhku.
"Ayo cepet, kita bisa ketinggalan pesawat nanti. Ujarnya sembari menggelandang lenganku.
Aku segera berdiri dan ku ikuti langkah kaki abangku yg sudah berjalan di depan ku.
Jujur aku takut nantinya kesasar, karena aku baru pertama kali masuk bandara dan naik pesawat .
"Dua jam lagi kita sampai di kota B, sekarang tidurlah dulu yu. Kata Abang ku
"Ya, terimakasih bang . Netra ku kembali terpejam. Membuai mimpi mimpi ku di atas langit awan.
Terlelap dalam waktu , dan terbenam dalam dua jam penerbangan pesawat.
Lagi-lagi Abang ku menggoncang tubuhku karna kesal aku tak kunjung bangun juga.
Seketika aku tersentak kaget
"Bangun . Kita dah sampe.. ayo ! tarik nya
"Hmm..iya bang. Jawabku lirih.
Kulangkahkan kaki ku penuh semangat. Harapan ku di kota ini aku bisa jadi orang sukses.
Tak lupa juga aku memberi kabar pada ayah dan aini sesaat setelah aku turun dari pesawat.
Aku dan Abang ku naik taksi, dia mengantarku ke restoran tempat ku bekerja.
Ya, sebenarnya yg bersamaku sekarang ini adalah Abang sepupu ku yg pertama,
Sedangkan yg mencarikan ku pekerjaan di sini adalah Abang ku yg ke dua.
Mereka berdua sudah lama ada di kota B ini
dan mereka juga menyayangi ku seperti adik kandung mereka sendiri tentu nya.
Singkat cerita
1 jam perjalanan pun berlalu ,akhirnya aku sampai di restoran tempat ku bekerja nanti.
Restoran yg cukup besar dan ramai tentunya.
Di bawa nya aku masuk untuk berkenalan dengan bos pemilik restoran ini.
Abangku memulai percakapan nya
"Assalamualaikum bu. Ini ayu keponakan saya yg kemarin ingin bekerja disini.
Dia baru lulus SMA. Tutur abangku dengan sopan santun.
"Assalamualaikum Bu.
Segera ku jabat tangan bos ku itu dan mencium punggung tangannya.
Maklum beliau orang Jawa, jadi sopan santun masih sangat di junjung tinggi di sini.
"Waalaikum salam.
Ayo silahkan masuk. jawabnya tak kalah sopan.
Kami berbincang sebentar dan membahas tentang diriku dan menjelaskan tentang tugas ku sebagai anak baru di restoran ini.
Bos ku merupakan orang yg sabar.
Beliau juga memperkenalkan aku dengan kawan-kawan yg sudah lebih dulu bekeja di sini.
Beliau juga memberi tahu bahwa jm kerja dimulai pukul 14.00-01.00.
Sontak saja aku terkejut.
"Kok lama banget kerjanya,nanti kalo ngantuk gimana? pikir ku
Bos ku tersenyum melihat ekspresi terkejut ku, mungkin beliau paham dengan apa yang aku pikirkan sekarang. Beliau berkata.
"Mungkin awalnya agak kaget, tapi lama-lama pasti akan terbiasa. Jelas nya menjawab pertanyaan yg ada di benak ku.
Aku mengagguk , tanda aku mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh bos ku.
Sudah agak lama abangku menunggu ku dan akhirnya tiba waktunya dia berpamitan untuk pulang.
"Abang pulang dulu ya yu, kapan kapan Abang sini lagi, ajak Abang Jay sekalian. tutur nya
Sebelum pergi Abang ku mengeluarkan 5 lembar uang gambar Soekarno Hatta ,lalu di serahkan nya uang itu padaku.
"Nih ! simpen buat jajan.
Katanya sambil meng acak rambut ku.
Aku menangis , aku terharu.
Kenapa Abang Abang ku ini malah lebih menyayangi ku,
lebih perhatian padaku . Kenapa bukan ayahku ?
"Makasih ya bang. .Abang dah baik banget sama aku. Jawabku yg masih terisak.
"Iya cengeng , udah jangan nangis lagi
Abang pulang ya ! seraya melangkah pergi meninggalkan restoran tempat ku bekerja.
Aku terus beradaptasi dan semakin cekatan memahami segala tugas ku di sini , perlahan aku sudah mulai terbiasa sekarang.
Tanpa terasa sudah satu minggu aku bekerja di sini.
Selama ini pula aku selalu setia mengirim kabar pada keluarga dan juga teman ku yg kurindukan itu , tapi apa daya Najib tetap tidak ada kabar sama sekali.
"Mungkin dia sudah lupa dengan ku. Gumam ku sedikit kecewa
Sekarang aku sudah punya banyak teman di sini.
Banyak pegawai pria juga di sini, dan hanya ada beberapa pegawai perempuan. Kalau tidak salah ada lima pegawai perempuan yg bekerja di sini.
*bik Siti : beliau adalah orang yg bertugas membersihkan sayuran,mencuci piring/gelas
dan sepertinya beliau orang yg paling banyak tugasnya di sini
*Linda&Yanti:mereka bekerja sebagai tukang memasak
*mbak Atin:tugasnya serabutan dan juga aku.
Karna aku masih muda, jadi aku di tugaskan menjadi waiters di depan bersama teman laki laki yg lain.
Masih banyak teman laki laki ku yg lain di antara nya
Adi, tlegar, yoga, raka, bagus, Rio , Supri, om no, dan om Willy.
Mereka yg selalu membantuku bekerja di hari pertama ku.
Akuku pun tak segan bertanya jika aku masih bingung dengan beberapa menu di restoran ini. Ada atau tidak nya menu yg di minta pengunjung.
mereka menjelaskan nya dengan sabar pada ku.
Mereka semua baik dan ramah , dan masih tergolong muda. masih 20± dan juga tampan tentu nya
Sedang tlegar, om no, Supri,dan om Willy mereka sudah berkeluarga.
Berada di tempat ini membuat batinku serasa tenang , aku seperti memiliki keluarga baru.
Ya , sebuah keluarga yg nyaman, yg tidak ada kata kasar dalam segala pengucapan nya.
Ini lah keluarga yg ku damba damba kan selama ini.
Hari sudah malam, Jam pun sudah kian larut.
kami bersiap menutup restoran.
Aku dan teman teman dengan segera membereskan pekerjaan masing-masing.
Akhirnya tugas pun selesai , kami semua memilih untuk ber istirahat.
Di restoran ini, bos menyediakan mess untuk tinggal bagi yg rumah nya jauh. Kami semua tinggal disini , kecuali mereka yg sudah berkeluarga tentunya .
Aku dan yg lain begitu akrab , kami saling support dan juga saling menguatkan.
Karna kami sama sama anak perantau an.
Suasana malam yg sepi , membuat kami para lajang duduk bersama sembari melepas lelah setelah seharian bekerja.
Yoga menyenggol lengan ku pelan ."Kamu umur berapa sih yu ?" tanya nya ingin tau
"Aku Mash 17 kak."
"Pantesan kulihat kamu masih kayak anak kecil gitu. Harusnya kan kamu masih sekolah , nggak usah sibuk kerja." imbuhnya lagi.
"Ekhm , ya mau gimana kak . Kuliah biayanya banyak , dan aku nggak mau membebani orangtua ku hanya untuk biaya kuliah.
Lebih baik aku kerja dan cari penghasilan sendiri , iya nggak!"
Yoga hanya tersenyum sembari memanggutkan kepalanya paham.
Sementara yg lain sedang menopang dagunya dan menyimak pembicaraan kami.
Aku sedikit canggung ketika melihat ekspresi mereka yg seolah menaruh kasihan pada ku , Layaknya seorang anak yg sedang melihat lollipop yg tersimpan dalam etalase kaca.
Begitu mungkin aku di pandangan mereka.
••••••••••
Larut kian tenggelam , jarum jam bergerak lambat di pertengahan malam menjelang pagi dan entah kenapa mataku sangat sulit untuk terpejam.
Ku putuskan untuk keluar kamar guna mengambil segelas air untuk membasahi kerongkongan ku yg terasa kering.
Kulongok kan kepala ku ke luar pintu , dan ternyata di luar sana para pria lajang masih sibuk dengan kegiatan begadang mereka.
Aku berjalan pelan menghampiri mereka sembari membawa segelas air yg di tangan ku.
"Ekhm ! aku boleh gabung nggak kakak?" izin ku dengan lembut.
"Oh , silahkan , , sini-sini." yoga menggeser duduk nya dan memberikan kursi kosong untuk ku.
"Tumben belum tidur yu ? biasa nya udah molor kamu !" celetuk kak Adi padaku.
"Eh , iya nih Kak. Nggak tau juga , tadi niatnya mau ambil air , eh ternyata kalian masih pada nongkrong di sini."
"Yu , lu udah punya pacar belum?" celetuk bagus yg tiba-tiba mencecarku dengan pertanyaan aneh.
"Masih single kak."
"Wah, cocok nih sama gue." timpal nya penuh semangat.
"Enak aja Lo,gue jg mau !" Sanggah yoga tak mau kalah.
Sementara aku hanya bisa terkikik melihat ulah ke dua pria itu.
"Heh ! jangan berebut. Siapa tau ayu suka nya Ama gue , bukan sama kalian. Ya nggak yu !!" Ucap nya sembari mengedipkan matanya ke arahku
"Ha?" aku mengerjap terkejut mendengar ucapan nya yg terkesan mengada-ada.
Dari sekian banyak pria di tempat ini , ada satu orang yg cukup mencuri perhatian ku. Namanya Rio. Pria pendiam yg memiliki keramahan tinggi. Bibir nya sedikit berucap kata , dan parasnya juga rupawan.
Dan sayang nya , entah dimana pria itu berada.
Sejak aku duduk di sini pria itu belum juga menampakkan dirinya.
Lama kami berbincang , dan seorang yg kutunggu pun akhirnya datang.
Rio yg sedari tadi aku bayangkan ,
dia muncul sambil membawa beberapa camilan di tangannya.
Di taruh nya cemilan itu di atas meja dan dengan cepat tangan-tangan rakus itu pun sigap menyerbu santapan ringan itu.
Sementara aku hanya bisa diam melihat tingkah polah teman-teman ku yg perilaku nya lebih mirip seperti anak kecil.
Begitupun dengan Rio , kami saling terdiam di waktu yg lama.
Sementara mata kami masih saling bertemu , dengan pandangan kosong yg terisi oleh kecamuk pikiran yg tak menentu.
"Dorrrr !!"
Teriakan itu mengagung di dalam telingaku. Yoga dengan tingkah konyolnya membuyarkan kebersamaan ku dengan kak rio. Membuat aku dan kak Rio seketika menjadi canggung setelah menikmati menit indah meskipun hanya melalui pandang mata.
Aku memilih beranjak , rasa kesal ku akibat ulah yoga membuat mood ku menjadi buruk.
"Hey , mau kemana ? baru juga duduk , masak mau pergi?" ucap yoga menghentikan langkahku , dengan jemarinya yg sudah memegangi pergelangan tangan ku.
"Aku ngantuk kak ! maaf ya , aku masuk duluan." pamit ku beranjak pergi.
Yoga tersenyum kecut dan jemarinya pun mulai melepaskan cekalan nya.
"Alus banget tangannya!" yoga bergumam dengan senyum tipis yg mengembang di wajahnya.
"Ck , baru juga tangan!" timpal Raka terkesan mengejek. "Kita taruhan , berani nggak Lo?"
"Taruhan apa dulu?"
"Jangan sembarangan! anak orang buat taruhan ." nasihat Rio dengan tatapan teduhnya.
"Apa dulu taruhannya ?" Tanya yoga antusias.
"Di antara kita semua , siapa yg bisa dapetin ayu duluan itu yg menang !"
"Nggak usah aneh-aneh deh ka ! Lo bisa nggak kalau liat yg bening dikit tu nggak kayak liat ikan asin ? Lo kayak kucing kelaperan tau nggak !" Cibir Rio tak suka dengan rencana Raka.
"Husss ! kalo Lo nggak mau ikut ya udah , jangan pake nyinyir." sindir Raka sengit.
"Ekm , boleh juga ide Lo ka. Terus yg menang dapet apaan ?" bagus juga ikut antusias.
"Yg menang bebas ngajuin satu permintaan sama yg kalah . Gimana menurut kalian?"
"Yakin nih ? apapun kan ?" bagus kembali meyakinkan ucapan Raka.
"He-em !" angguk Raka mantap.
"Oke , kita deal . Besok kita mulai ,
siapa cepat dia dapat." Bagus dan yoga beradu tos dengan senyum pongah yg menghiasi wajahnya.
Rio menggeleng kan kepalanya pelan."Haih , terserah kalian deh , gue nggak ikut-ikut." Tutur nya beranjak pergi dari tempat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!