Melinda Anandi.
Melinda adalah gadis cantik, berkulit putih dan sosok gadis yang ceria.
Arum yang tak lain ibu kandung Melinda telah meninggal dunia, Ayahnya yang bernama Bambang memiliki 2 orang istri yaitu istri pertama bernama Arum yang tak lain ibu kandung Melinda.
Istri ke 2 Bambang bernama Dina. Dari pernikahan Bambang dan Dina lahirlah seorang putri bernama Katty, semula Dina adalah sesosok ibu tiri yang baik dan penuh pengertian.
Namun setelah meninggalnya Arum, Dina berubah menjadi sosok ibu tiri yang kejam dan suka memerintah. Dina tak pernah bosan membuat anak tirinya itu bekerja dirumahnya sendiri.
Melinda dan Katty terpaut usia 3 tahun, meski Melinda lebih tua dari Katty, Katty tidak pernah menghargainya. Jika tidak ada sang ayah Katty akan memanggil Melinda dengan sebutan nama tanpa ada embel-embel kakak, Melinda semula ingin melaporkan perbuatan adik tirinya itu kepada Bambang. Namun Dina selalu mengancamnya agar tidak melaporkannya kepada Bambang. Jika sampai melaporkan maka kuburan Arum yang tak lain ibu kandung Melinda akan dihancurkan. Sehingga Melinda tak berani untuk melaporkan mereka berdua.
Ayah Melinda yaitu Bambang bersikap acuh tak acuh terhadap Melinda, dengan dalih bahwa sang anak pertama sudah dewasa sehingga tidak perlu diperhatikan lagi.
Berbanding terbalik dengan Katty, Bambang sangat menyayangi Katty. Bahkan setiap keinginan Katty, Bambang selalu menurutinya tidak perduli jika uang habis sekalipun.
Padahal Bambang hanyalah karyawan swasta di sebuah perusahaan, gajinya saja sangat pas-pasan.
Sikap itulah yang membuat Melinda ingin meninggalkan rumah yang selama ini ia tempati, rasa pilih kasih yang dilihatnya oleh Bambang kepada Katty membuat Melinda merasa iri.
Melinda tidak ingin hadiah atau semacamnya dari Bambang. Ia hanya ingin sebuah perhatian dari Bambang yang dulu selalu ayahnya berikan saat mendiang ibunya masih ada.
Suatu hari Bambang kedapatan mencuri dirumah kediaman Raka Arafat. Saat itu Bambang diminta untuk mengantarkan berkas-berkas ke rumah konglomerat tersebut. Sangking megahnya rumah Raka, membuat Bambang berniat mencuri.
Bambang yang sedang diruang kerja Raka mencuri beberapa uang tunai di brangkas yang kebetulan tidak terkunci dan tak lupa Bambang mengambil barang berharga tinggi lainnya yang dihiasi berlian. Kebetulan dirumah itu tidak ada siapa-siapa yang mengawasinya di dalam ruang kerja Raka.
Setelah mendapatkan hasil curiannya Bambang dengan cepat meninggalkan rumah konglomerat itu.
Tak butuh waktu lama, sore harinya Bambang tertangkap oleh polisi. Saat ditangkap Bambang beralasan mencuri karena ingin membahagiakan istri dan sang anak yaitu Katty. Melinda yang tak rela jika sang ayah masuk bui mendatangi keluarga konglomerat itu. Ia memohon dan bersimpuh di kaki Keluarga konglomerat itu.
Kebetulan saat itu Raka tidak dirumah, yang ada hanya seorang kakek tua dan beberapa pelayan.
“Saya mohon kepada Tuan, jangan masukkan ayah saya ke dalam penjara. Kasihanilah kami tuan,” ucap Melinda sambil bersimpuh di kaki Almer.
Almer memperhatikan Melinda dengan sangat detail, entah kenapa saat melihat Melinda membuat hatinya bahagia.
“Baiklah, sebagai gantinya kamu harus menikahi Cucu saya yang lumpuh Dan saya pastikan ayah kamu tidak akan saya masukkan ke penjara. Apakah kamu setuju?” tanya Almer.
Tanpa berpikir panjang Melinda mengiyakan syarat yang diberikan kakek tua itu.
Melinda tak bisa menolak, jika ia menolak sudah pasti Bambang tak bisa merasakan udara segar.
Takdir apa yang sedang Engkau mainkan Ya Allah? Niat hamba hanya ingin memohon agar mereka melepaskan ayah, tapi kenapa malah hamba yang harus merasakan nasib seperti ini? (Batin Melinda)
Derai air mata Melinda tumpah ruah di matanya, dia harus menikahi si lumpuh. Nasi sudah menjadi bubur, demi sang ayah ia rela menerima syarat dan permintaan yang benar-benar diluar nalar.
Melinda benar-benar telah terjatuh kedalam bara api yang sangat panas, ia berusaha bertahan menjadi istri yang sabar dan patuh.
Tuduhan-tuduhan yang keluar dari pria yang lumpuh itu sangatlah menyakitkan, Raka selalu mengatakan bahwa Melinda matre dan tak tahu diri. Wanita yang sangat materialistis. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pria itu mulai luluh dengan kesabaran dan kebaikan hati dari Melinda.
Raka Arafat.
Raka Arafat adalah Pria muda dan tampan. Namun ia lumpuh akibat kecelakaan tunggal yang dialaminya 5 bulan yang lalu. Memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat dibawah kendalinya, meski lumpuh Raka tak pernah pesimis ia yakin dalam keadaannya yang seperti itu dirinya mampu mengemban tugas dari sang Kakek. Meski lumpuh banyak wanita yang tergila-gila dengan dirinya.
Tapi Ia tahu para wanita mengejarnya hanya karena dia pewaris tunggal keluarga konglomerat. Dulunya ia memiliki seorang kakak laki-laki, namun itu dulu. Sang kakak yaitu Rafa meninggal dunia dan meninggalkan seorang istri bernama Indri.
Sehingga harta Sang kakek yaitu Almer dilimpahkan kepada Raka Arafat. Membuat Indri sangat membenci Raka, dan berusaha mengambil harta yang diwariskan kepada Raka.
Sore itu Raka pulang bersama sang sekretarisnya, ia melihat seorang gadis sedang bersimpuh di kaki sang kakek.
Namun Raka tak menghiraukan, ia tetap pergi menuju kamarnya dengan kursi rodanya sambil dibantu oleh sekretarisnya.
Menjijikkan. (Batin Raka)
Satu kata yang ada dipikiran Raka untuk pertama kalinya melihat Melinda bersimpuh di kaki sang kakek.
Malam hari.
Raka sedang dikamar sambil memperhatikan foto dilayar ponselnya, foto bersama dirinya dan sang kakak yaitu Rafa Arafat.
Tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasinya.
“Siapa?” tanya Raka.
“Ini Kakek,” sahut dari balik pintu.
“Masuklah kek, tidak Raka kunci.”
Kakek tua itu pun masuk dan duduk disamping sang cucu. Almer memang bukan seorang kakek yang suka berbasa-basi, ia pun mengutarakan niatnya datang ke kamar Raka.
“Apa?” Raka sangat terkejut dengan ucapan sang kakek.
Raka tak habis pikir dengan pemikiran kakeknya itu, apa kakeknya pikir hidupnya hanyalah candaan?
“Kakek membebaskan pencuri itu? dan sekarang kakek memintaku menikahi wanita menjijikkan itu? apa Raka tidak salah dengar kek?” Bertubi-tubi pertanyaan terlontar dari mulut Raka. Ia benar-benar sangat terkejut.
“Mau atau tidak?”
“Tidak,” tegas Raka.
Almer mengangkat sebelah alisnya, ia tersenyum kecil dan senyumnya itu tidak dapat diartikan. Membuat Raka berpikir bahwa sang kakek menyusun rencana yang sudah pasti tidak dapat Raka tolak.
“Karena kamu tidak ingin menikah dengannya, maka dengan senang hati kakek akan mencabut semua warisan kakek untuk kamu,” ucap Almer.
Raka terdiam, ternyata benar. Sang kakek menyusun taktik agar dirinya mau menerima pernikahan konyol itu.
“Kakek serius?”
“Ya.”
Dengan berat hati akhirnya Raka mau menerima pernikahan konyol itu, ia berjanji akan membuat wanita menjijikkan itu menyesal.
Ternyata wanita ini pintar juga, ia dan ayahnya si pencuri itu pasti bersekongkol untuk masuk ke keluarga terhormat dan terkaya ini.
Lihat saja, aku Raka Arafat akan membuat kamu menyesal bahkan untuk hidup pun kamu tak ingin. (Batin Raka)
Itulah saat dimana seorang Melinda Anandi menukarkan dirinya kepada Raka, agar sang ayah tidak masuk penjara. Meski sang ayah tak pernah memperdulikan dirinya dan pilih kasih.
Kisah Menikahi Si Lumpuh akan segera dimulai!!
Selamat Membaca!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar.. 👇❤️
Melinda tertunduk lesu di kamarnya, beberapa Minggu lagi mau tidak mau ia harus menikah dengan Raka Arafat.
Demi menyelamatkan sang ayah karena ulahnya Ayahandanya sendiri. Melinda mengalami semua ini, ia merasa sangat sedih. Namun perasaan itu hanya bisa ia kubur dalam-dalam di relung hatinya.
Biarlah semua derita ini aku tanggung sendiri, semoga mereka bahagia dan semoga setelah kejadian ini ayah bisa berubah dan tidak memandang aku sebelah mata lagi.Aku hanya ingin ayah kembali seperti dulu yang menyayangiku dan selalu memperhatikan aku. (Batin Melinda)
Pernikahan akan dilaksanakan 2 minggu lagi, dengan lapang dada ia harus menerima semuanya.
“Ayo Melinda kamu bisa! kamu tidak boleh lemah. Anggap saja ini adalah sebuah ujian dari Allah untuk kamu. Karena Allah tahu kamu bisa.”
Itulah kata-kata yang Melinda lontarkan dari mulut manisnya, meski di dalam hatinya merasakan sakit yang teramat dalam.
Mengorbankan masa depannya demi ayah kandungnya dan menerima pernikahan konyol yang sama sekali tak pernah ia bayangkan.
Melinda lalu merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya.
“Kak Melinda!” panggil Katty lembut.
Melinda yang masih rebahan itu langsung terbangun, ia berpikir siapakah suara itu yang memanggil namanya.
“Kak Melinda, buka pintunya.”
Katty? tidak biasanya dia memanggil kakak dan bicara selembut ini? Pasti ada sesuatu yang membuatnya bertingkah laku seperti itu. (Batin Melinda)
“Ada apa?” tanya Melinda yang baru saja membuka pintu.
“Kak Melinda kok tanya begitu, kak Melinda sekarang turun ya!”
Katty sebenarnya malas jika harus pura-pura baik kepada Melinda, ia terpaksa karena permintaan dari Dina ibu kandungnya.
“Ayo Kak!” Katty mengajak Melinda untuk turun, ia menarik tangan Melinda kuat-kuat.
“Lepaskan! aku bisa sendiri,” ucap Melinda dan menarik tangannya dari genggaman Katty.
“Oke,” sahut Katty.
Sebelum turun Melinda kembali lagi ke kamarnya, ia tidak ingin terlihat menyedihkan.
“Sini sayang!” panggil Dina manis saat melihat Melinda menuruni anak tangga.
“Iya Bu,” sahut Melinda kemudian duduk berjejeran dengan yang lain.
Mata Melinda tertuju pada seorang pria tua yang tak lain adalah Almer Arafat.
“Tu.. tuan besar,” ucap Melinda gugup.
“Kakek, panggil aku kakek karena sebentar lagi kamu akan menikah dengan cucuku,” pinta Almer.
“Ba..baik ka..kakek,” ucap Melinda canggung.
Bambang dan Dina tersenyum lebar, mereka begitu bahagia saat mengetahui bahwa Melinda akan segera menikah dengan cucu seorang konglomerat.
Entah apa yang dipikiran Katty pada saat itu, wajahnya benar-benar terlihat masam.
“Kakek...” panggil Katty manja.
“Jangan panggil saya kakek, cukup menantu cucu saya,” ketus Almer. Almer sangat tak suka dengan Katty, karena sebelum berkunjung ke kediaman Bambang, Almer terlebih dahulu mencari informasi seluk beluk keluarga Bambang.
Katty sontak terkejut tak terkecuali, Bambang dan Dina. Sementara Melinda tersenyum di dalam hatinya, entah kenapa ia begitu senang. Untuk pertama kalinya ada yang berpihak padanya secara tidak langsung.
“Saya tidak ingin berlama-lama disini, tujuan saya kemari adalah untuk menjemput Melinda,” jelas Almer mengutarakan keinginannya datang.
“Tapi saya belum menikah kakek,” ucap Melinda.
“Kamu tidak perlu takut, kamu aman bersama kami,” sahut Almer meyakinkan.
“Ba..baiklah kakek, Melinda akan ke kamar untuk mengemasi pakaian Melinda,” ucap Melinda.
“Tidak perlu Melinda, disana kami sudah memberikan pakaian yang layak. Lagipula pakaianmu terlihat sangat kumuh berbeda dengan saudarimu yang terlihat begitu bagus.” Almer mengucapkan kata yang begitu menohok membuat mereka yang mendengar ucapan Almer merasa tak nyaman.
“Ba...baik kek.” Melinda pasrah.
Almer lalu membawa Melinda menuju mobil, terlihat sekali bahwa Almer tak menyukai keluarga Melinda.
“Kamu kenapa Melinda?” tanya Almer yang melihat kegusaran Melinda.
“Ti...tidak apa-apa kakek, Melinda hanya sedikit gugup,” jujur Melinda.
Almer tertawa kecil. “Untuk apa kamu gugup? kamu sudah kakek anggap seperti cucu sendiri,” ucap Almer.
“Te..terima kasih kakek,” balas Melinda.
Disisi lain.
Raka geram saat tahu bahwa sang kakek menjemput wanita yang sangat ia benci.
Untuk apa kakek menjemput wanita menjijikkan itu? Bukankah pernikahan kami 2 Minggu lagi?
Begitu tidak sabaran kakek. (Batin Raka)
Raka benar-benar kesal dengan sikap sang kakek, ia bahkan membatalkan seluruh meeting di kantor bersama orang-orang penting.
“Tuan muda ada apa memanggil saya?” tanya pelayan.
“Siapkan makanan untuk kakek dan calon istriku, jangan lupa berikan ini kepada makanan calon istriku,” ucap Raka sambil memberikan botol kaca kecil.
“ini apa tuan muda?”
“Kamu tidak perlu tahu, tuangkan saja itu ke makanannya.”
“Ba..baik tuan muda.”
Raka tersenyum jahat, ia tak sabar untuk membuat Melinda menderita.
Rasakan pembalasanku wanita menjijikkan, aku akan membuat kamu menderita. Bahkan untuk matipun kamu tak bisa. (Batin Raka)
1 Jam kemudian.
Raka duduk sambil menunggu kakek dan Melinda. Senyumnya bahkan tak pernah pudar membuat para pelayan terheran-heran karena Raka tak pernah tersenyum seperti itu.
“Ya ampun apakah ini mimpi? tuan muda kembali tersenyum.” Bisik salah satu pelayan.
“Aku kira tadi hanyalah mimpi, ternyata ini adalah sebuah keajaiban. Pasti calon istri tuan muda adalah orang yang sangat spesial.” Kata para pelayan yang lain.
Para pelayan sama sekali tak mengetahui tentang pernikahan konyol Raka dan Melinda.
Karena Almer menutupi kenyataannya rapat-rapat, mereka hanya tahu bahwa orang yang mencuri di rumah majikan mereka telah tertangkap.
Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah.
“Tuan muda, tuan besar dan nona muda telah datang,” ucap pelayan yang baru saja datang menghampiri Raka.
“Baiklah, sampaikan pesanku kepada kakek aku telah menunggu di meja makan.”
“Baik tuan muda, saya permisi!”
Pelayan itu kemudian berjalan menemui Almer dan Melinda.
Tanpa basa-basi ia memberitahukan pesan yang Raka amanat kan.
“Tuan besar dan nona muda selamat datang! Tuan muda telah menanti Tuan besar dan Nona muda di meja makan.”
“Baiklah,” sahut Raka.
Almer berjalan menuju ruang makan, Melinda mengikuti Almer dari belakang.
“Selamat datang calon istriku!” ucap Raka.
“Te..terima kasih tuan muda,” sahut Melinda sambil menundukkan wajahnya.
“Melinda kamu jangan memanggil calon suami dengan sebutan tuan muda, cukup panggil dia Raka saja,” jelas Almer.
“Bolehkah saya memanggil mas saja?” tanya Melinda lembut.
“Bagaimana Raka? apakah Melinda boleh memanggilmu mas?”
“Tentu saja boleh kek, bagaimanapun dia akan menjadi Istriku,” ucap Raka sambil menekankan kata Istriku.
“Kamu dengar Melinda, kamu boleh memanggil Raka dengan sebutan mas.” Almer berbicara dengan lembut.
“Terima kasih kek dan terima kasih mas Raka.”
Ciiih... kalau bukan karena kakek sudah pasti kamu aku tendang jauh-jauh dari sini.
Kamu memang cantik, tapi aku tahu kamu dan ayahmu sengaja merencanakan pencurian itu agar masuk ke lingkungan keluarga terhormat ini. Dasar wanita materialistis. (Batin Raka)
“Ayo kek kita makan, kamu juga Melinda ayo kita makan!”
Mereka lalu makan bersama, Melinda yang awalnya takut untuk masuk ke rumah itu akhirnya lega juga. Ia merasa bahwa dirinya sangat diterima di rumah mewah itu.
Selesai makan Raka masuk ke kamar di dampingi seorang pelayan pria yang mendorong kursi roda.
Sementara Almer mengajak Melinda ke lantai atas.
“Ini sekarang adalah kamar milik kamu Melinda,” ucap Almer sambil menunjukkan kamar tidur yang sangat besar.
Menakjubkan, bahkan kamarku saja sangatlah kecil. Ini 3 kali lebih besar dari kamarku.(Batin Melinda)
“Te... terima kasih kek,” balas Melinda.
“Kakek tinggal, kamu istirahatlah.”
“Baik kek.”
Setelah kepergian Almer, Melinda langsung merebahkan tubuhnya ke kasur yang begitu empuk.
Bahkan kasur itu seperti busa yang sangat lembut bagi Melinda.
“Awwww, perutku kenapa sakit sekali.” Melinda tiba-tiba merasakan sakit perut, ia dengan cepat pergi ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian.
“Akhirnya...” Baru beberapa saat, Melinda merasakan sakit perut.
Kenapa perutku sakit begini, Ya ampun sangat sakit. (Batin Melinda)
Lagi-lagi Melinda masuk ke kamar mandi, entah berapa kali ia bolak-balik kamar mandi.
*****
Dikamar Raka.
Raka tertawa lepas di kamarnya, ia sangat senang mengerjai Melinda.
“Rasakan kamu wanita matre, kamu akan merasakan sakit perut sampai besok pagi,” ucap Raka bermonolog.
Sangking bahagianya Raka, ia datang menemui Melinda di kamarnya.
Raka saat itu menuju kamar Melinda tanpa bantuan pelayan, ia pergi seorang diri dengan kursi rodanya.
Tok.... Tok...
“Siapa?”
“Ini aku Raka,” ucap Raka.
“Masuklah!!” Melinda mempersilahkan Raka masuk.
“Bagaimana apakah sakit?” tanya Raka dengan senyum jahatnya.
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Raka membuat Melinda tahu bahwa sakit perut yang dideritanya adalah ulah Raka.
“Kenapa mas melakukan hal ini kepada saya?” tanya Melinda sedih.
“Kamu tidak usah sok sedih seperti itu, simpan saja wajah munafik kamu. Aku tahu kamu dan ayahmu bersekongkol untuk masuk ke rumah ini kan,” ucap Raka dengan tatapan yang sangat tajam bahkan bulat sempurna.
“Kenapa mas menuduh saya seperti itu?” tanya Melinda.
“Menuduh kamu bilang? jelas-jelas itu semua fakta. Sudah jangan banyak bicara lagi, simpan air mata busuk mu itu jangan sampai kakek tahu,” ucap Raka.
“Tapi....”
“Diam!! aku paling tidak suka dibantah. Intinya aku sangat membencimu wanita matre, tak tahu diri dan menjijikkan seperti mu!” Raka berteriak keras, namun suaranya tak bisa terdengar sampai keluar karena setiap kamar terpasang peredam suara.
Setelah mengatakan itu Raka pergi meninggalkan Melinda dengan kursi rodanya.
Sementara Melinda menangis mendengar perkataan pedas yang terlontar dari calon suaminya.
Aku pikir semua ini adalah keajaiban dari Mu Ya Allah, ternyata tidak. Calon suamiku malah membenciku bahkan menghinaku. Kenapa hidupku selalu terbuang seperti ini? Sampai kapan aku harus seperti ini, semuanya tak ada yang menyayangiku. (Batin Melinda)
Melinda bangun dengan perut yang masih sakit, ia mengalami diare akibat ulah Raka pria yang membuatnya kesakitan seharian dan sepanjang malam. Kasur empuk yang menjadi alas tubuhnya mengistirahatkan diri sama sekali tidak dapat memengaruhi rasa nyaman untuknya.
Lagi-lagi hidupku harus malang seperti ini, apa tidak ada cara lain untuk membahagiakan ku ya Allah? (Batin Melinda)
Melinda berjalan dengan tertatih-tatih menyeret kakinya menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi ia membersihkan tubuhnya setidaknya air hangat dapat membuatnya tenang.
Selesai mandi Melinda keluar kamar mandi yang hanya terbalut handuk berwarna putih polos. Ia bingung saat membuka almari pakaian berbahan dasar kayu jati dengan ukiran bunga, didalamnya banyak sekali pakaian yang bisa dikatakan adalah pakaian kelas atas.
Benarkah semua ini adalah milikku? rasanya sangat aneh jika aku mendapatkan pakaian ini, apakah ini keberuntungan ataukah awal dari kesialan aku? (Batin Melinda)
Melinda dengan ragu meraih gaun berwarna hijau muda dan dipanggangnya ada hiasan pita kecil.
“Sebaiknya aku pakai yang ini saja! pakaian ini lebih sopan dibandingkan yang lain,” ucap Melinda.
Gadis berumur 20 tahun itu kini sudah terlihat cantik dan rapi.
“Nona muda! apakah anda sudah bangun?” Terdengar suara wanita dari luar pintu.
“Sudah, aku sudah bangun,” balas Melinda.
“Bisakah Nona muda membuka pintu?”
“Ba.. baiklah tunggu sebentar!” Melinda kemudian mendekati pintu dan membukanya.
“Ternyata nona muda sudah rapi, kalau begitu nona muda segeralah turun ke bawah! Tuan besar dan tuan muda telah menunggu anda di meja makan!”
Oh tidak Bagaimana ini? kenapa aku harus makan bersama dengan pria jahat itu. Bolehkah aku menolaknya? (Batin Melinda)
“Ba.. baiklah!”
Melinda turun dengan menggunakan lift, sangking groginya Melinda bahkan terjatuh saat keluar dari lift. Raka tertawa terpingkal-pingkal saat melihat Melinda terjatuh, lift itu tepat berhadapan dengan meja makan.
“Hentikan tawamu Raka!” perintah Almer.
Raka langsung menghentikan tawanya, wajahnya seketika berubah serius. Entah apalagi yang direncanakan oleh Raka, pria itu mendekati Melinda dengan kursi rodanya.
Mau apa dia mendekatiku? apa yang kemarin tidaklah cukup, perutku bahkan sampai sekarang masih sakit. (Batin Melinda)
“Apakah sangat sakit?” tanya Raka penuh perhatian. Namun perhatian itu semata-mata ia lakukan agar sang kakek percaya terhadapnya.
“Ti...tidak sakit sama sekali,” sahut Melinda.
Melinda lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan, namun tangan kekar Raka menahannya.
“Apa kamu begitu tega sampai-sampai meninggalkan ku?” tanya Raka yang masih berakting sok baik.
“Maksudnya?” tanya Melinda terheran-heran.
“Bantulah calon suamimu ini menuju meja makan dengan cara mendorong kursi rodaku ini!” pinta Raka.
Raka lalu tersenyum tipis dan mengedipkan matanya kepada Melinda.
Apalagi yang dia lakukan? barusan ia mengedipkan mata kearah ku? (Batin Melinda)
“Bisa tidak?” tanya Raka.
“Ba... baiklah!” seru Melinda.
Gadis itu dengan ragu-ragu mendorong kursi roda Raka menuju meja makan, Almer tersenyum senang melihat kedekatan mereka.
“Siapkan!” perintah Almer.
Sekitar 10 pelayan datang dengan membawa berbagai macam makanan. Sampai-sampai Melinda dibuat tercengang saat melihat begitu banyak makanan di meja makan itu.
Ya ampun makanan sebanyak ini mana bisa dihabiskan untuk 3 orang? bahkan di acara nikahan saja tidak sebanyak ini. (Batin Melinda)
“Tutup mulutmu sayang! nanti ada lalat masuk ke dalam mulutmu itu,” bisik Raka.
“Ma...maaf,” sahut Melinda.
“Hentikan Raka, jangan ganggu cucu menantu kakek. Sekarang kita makan bersama!”
“Baik kek!” sahut Raka.
Melinda memperhatikan cara makan Almer dan Raka. Kedua pria itu makan dengan sangat elegan, membuat Melinda ragu untuk menyendok makanan ke dalam mulutnya.
“Kamu kenapa tidak mulai memakan makanan kamu Melinda?” tanya Almer.
Jelaslah wanita menjijikkan ini belum juga makan, pasti cara makan dia dan kita berbeda. Kakek kenapa selalu memperhatikan wanita ini, jelas-jelas dia adalah anak dari si pencuri. (Batin Raka)
“Melinda tidak bisa makan seperti cara makan kakek dan Mas Raka,” ucap Melinda dengan jujur.
“Kamu makanlah seperti biasanya saat kamu makan dirumah, kakek bisa mengerti!”
“Terima kasih kek,” sahut Melinda.
Melinda dengan hati-hati memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya, bahkan ia mengunyah makanan dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara.
“Sekarang kita sudah selesai sarapan, kakek hari ini akan ke kantor. Kakek harap Raka dan Melinda banyak mengobrol agar kalian semakin dekat!” pinta Almer.
“Kakek tenang saja, Raka akan membuat Melinda nyaman disini!” seru Raka.
Melinda hanya mendengarkan kakek dan cucu itu berbicara, ia menelan Saliva nya dengan sangat kasar. Entah apalagi yang akan diperbuat Raka terhadapnya.
Akhirnya Almer benar-benar pergi meninggalkan Raka dan Melinda.
“Kakek sudah pergi, sekarang antar aku ke taman belakang!” perintah Raka.
“Ma...mau ap..apa kita ke belakang?” tanya Melinda terbata-bata.
“Kamu tidak perlu tahu, cepat antarkan aku sekarang!”
“Ba..baik mas Raka!”
Mas Raka, Mas Raka. Apa bagusnya dengan nama itu. Seharusnya dia panggil aku dengan sebutan tuan muda seperti pelayan-pelayan yang lain. (Batin Raka)
Melinda mendorong kursi roda itu menuju taman belakang.
“Sekarang kamu berdiri disitu!” perintah Raka sambil menunjuk kursi dekat kolam renang.
“Bu..buat apa aku kesana mas?”
Melinda sangat ketakutan, ia tahu jika Raka merencanakan sesuatu.
“Cepat jalankan saja perintahku!”
Melinda dengan terpaksa mengikuti perintah Raka, gadis itu lalu duduk di kursi dekat kolam renang.
1 menit, 2 menit, 5 menit dan kini sudah 30 menit Melinda duduk terdiam. Sementara Raka hanya memandang dari kejauhan sambil tersenyum licik.
Kenapa perasaanku jadi tak enak begini? Apakah aku hanya diperintahkan untuk duduk berdiam seperti ini? (Batin Melinda)
Raka benar-benar sangat senang, ia tak sabar menunggu reaksi dari Melinda yang duduk di kursi itu.
30 menit sudah, tapi sampai kapan obat itu bereaksi. (Batin Raka)
Senyum Raka tiba-tiba merekah saat melihat gelagat dari Melinda yang sudah mulai tidak bisa diam, Melinda mulai sibuk menggaruk-garuk tubuhnya.
Akhirnya obat gatal itu bereaksi juga. (Batin Raka)
Melinda merasakan gatal pada kaki dan pinggulnya lama-lama rasa gatal itu menjalar ke sekujur tubuhnya. Sangking gatalnya Melinda tak sadar bahwa dirinya sudah berada di dekat pinggiran kolam renang.
JEBBURRRR!!!
Melinda terjatuh ke dalam kolam renang, rupanya gadis itu tidak bisa berenang.
Raka pun panik saat melihat Melinda tak menampakkan batang hidungnya.
“Siapapun yang mendengar suaraku cepat kesini!” teriak Raka.
Para pelayan dan bodyguard yang mendengar teriakkan Raka berlari kearahnya.
“Ada apa tuan muda?” tanya mereka kompak.
“Kalian kenapa malah kesini, cepat bantu Melinda sekarang! dia sedang tenggelam,” teriak Raka.
Raka begitu panik, ingin rasanya ia menceburkan diri menyelamatkan Melinda. Namun apa daya, kakinya saat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Kebetulan yang menyelamatkan Melinda adalah pelayan, Raka bersyukur karena bukanlah bodyguard yang menyelamatkan Melinda.
“Kamu sedang apa?” tanya Raka yang melihat seorang bodyguard mencoba mengangkat tubuh Melinda.
“Ingin membantu nona muda,” sahut bodyguard.
“Tidak perlu biar aku saja, sekarang kalian para pelayan angkat calon istriku dan bawa ke pangkuan sekarang!” perintah Raka.
“Tapi....”
“Tidak ada tapi-tapian, cepat!” perintah Raka.
Akhirnya 2 orang pelayan berusaha mengangkat tubuh Melinda dan berhasil menaruh tubuh Melinda dipangkuan Raka.
Meski Raka saat itu sedang lumpuh, namun tak mengurangi kegagahan dari tubuh seorang Raka.
Bahkan para pelayan berdecak kagum melihat perhatian dan kepedulian Raka terhadap calon istrinya itu.
Like ❤️ komen 👇
Lanjut?? komen+Vote 🙏😭
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!