NovelToon NovelToon

Dia Lelakiku

BAB 1

Dita adalah anak manja yang terlahir dari keluarga kaya. Dita sekolah salah satu SD swasta yang terdiri dari orang kaya. Dita sering dibully oleh teman sekolahnya karena ia gendut. Sekolah tampak sudah mulai sepi. Dita bersiap untuk pulang. Namun belum sampai gerbang sekolah datang Brian dan teman - teman menghampirinya.Dita kembali dibully oleh teman - temannya. Teman - temannya mengambil tas Dita saat mau pulang sekolah. Mereka lalu melemparnya dari satu orang kesatu orang. Dita berusaha mengambilnya.

" Brian kembalikan tas aku." kata berlari mengejar Brian dengan sedikit sesak napas.

" Ayo sini ambil sendiri. " Brian makin mengolok-oloknya.

" Ayo olahraga dikit, biar kurus kamu gendut." kata Dandi temannya Brian. Ditapun mengejar tasnya ke Brian namun Brian melemparkan kearah Dandi.

" Ayo gendut, ayo kejar."ujar Dandi.

Dita semakin berusaha sekuat tenaga untuk mengambil tasnya. Ia sudah merasakan kelelahan. Ini bukan pertama kalinya Brian dan Dandi mengolok-oloknya. Dita berusaha kembali mengejar tasnya yang sudah berpindah - pindah tangan. Rasanya hari ini ia mau menangis saja. Matanya sudah mulai berlinang air mata. Ia sudah lelah sekali berjalan dan berlari berusaha mengambil tasnya. Ketika dia sudah kelelahan sekali, ia akhirnya memasrahkan tasnya. Ia duduk melihat teman-teman mengolok-oloknya. Namun tidak lama kemudian, datang seorang anak laki-laki menghampirinya.

" Kalian kembalikan tas wanita itu." perintah nya tegas sambil berdiri memegang pinggangnya.

" Jika kami nggak mau, kau mau apa?." tanya Brian makin menantang laki - laki itu.

" Jika kau tidak mau, berarti kau akan berurusan dengan aku." anak laki-laki itu langsung mengambil tas Dita dari tangan Dandi.

Dandi sangat mengenal siapa lelaki itu makanya cuma diam aja.

" Dia kakak kelas kita, ayo yan." Dandi berusaha mengajak Brian untuk tidak berurusan dengan laki-laki itu. Namun Brian tidak mau, ia tidak peduli siapa lawannya.

" Eh jangan belagu lo, gua nggak takut sama lo." ucap Brian menantang laki - laki itu.

Brian lansung mengarahkan tinjunya ke wajah anak laki-laki itu. Namun dia dengan jagonya menghindar lalu membalas Brian. Brian lansung tersungkur ke tanah. Ia merasa tidak terima, dan mencoba untuk menyerang kembali. Namun ia juga tidak berhasil untuk melakukan serangan balik. Dua kali ia kena tinju, akhirnya Brian lari meninggalkan Dita. Anak laki-laki itu menghampiri Dita untuk memberikan tas miliknya.

" ini." Laki - laki itu memberikan tasnya ketangan Dita. "Lain kali teriak minta tolong." ucap lelaki itu dengan wajah dingin.

" Nama kakak siapa?." Dita tau laki - laki ini senior di sekolahnya

" Tidak penting." jawabnya sambil berjalan meninggalkan Dita

" Terimakasih kak." Dita senyum malu - malu.

Laki - laki tidak peduli dengan terus berjalan meninggalkan Dita. Lalu langkah terhenti karena panggilan Dita

" Kak, nanti jika kita sudah besar jadi lelakiku ya."

Lelaki itu melanjutkan langkahnya kembali tanpa menjawab ucapan Dita.

" kak, tunggu, kenalin aku Dita, nama kakak siapa." Dita mengejar anak laki-laki itu dan lansung menarik tangan anak itu.

" Emang sepenting itukah?." tanya anak laki-laki itu dengan tatapan dingin.

" Penting lah, kakak adalah pahlawan aku loh" Dita sambil senyum-senyum sendiri memandang anak laki-laki itu.

" Aku tidak punya waktu, minggir." anak laki-laki itu berusaha melewati Dita.

" Kasih tau namanya dulu, baru kasih lewat."Namun Dita tetap mencoba menghalangi anak laki-laki itu.

" Hei, kamu ini udah ditolong malah ngelunjak ya, nyesel saya nolongin kamu tau nggak." ujar anak laki-laki itu semakin dingin.

" Ayolah kak, siapa namamu." mohon Dita sambil mengedipkan matanya dan senyum - senyum sendiri.

" Namaku Abian, puas." Abianpun lansung melewati Dita tanpa menoleh lagi.

Dita hanya melihat kepergian Abian dengan diam ditempat. Ia senang bahagia sekali telah ditolong oleh anak yang ganteng seperti Abian. Rasanya ia seperti sedang di dalam mimpi bisa ketemu dan ditolong oleh cowok seganteng Abian.

" Kau akan jadi lelakiku suatu saat nanti." Gumam Dita sambil tersenyum.

Lalu Ditapun berjalan menuju gerbang sekolah. Ia berjalan dengan gontai karena ia yakin sopirnya sudah menunggunya di gerbang sekolah.

BAB 2

12 tahun kemudian,

Dita sudah kuliah jurusan akuntansi semester tujuh. Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan tidak gemuk lagi. Semenjak SMP mamanya Dita sudah mengatur pola makannya sehingga tumbuh menjadi gadis yang cantik. Dita memang cantik namun dia tetaplah anak manja. Hari - harinya lebih banyak digunakan untuk bermain daripada belajar. Dita yang mempunyai otak pas - pasan dan juga hanya ingin lulus dengan nilai pas-pasan. Ia sebenarnya malas kuliah, karena baginya meski ia tidak kuliah hidupnya juga berlimpah harta. Jadi baginya kuliah hanya untuk ajang gaya. Di kampus Dita mempunyai sahabat yang bernama Siska, Feby, Dion dan Alan. Mereka berlima selalu ada di kantin ketika jam istirahat.

" Dit, kamu nanti mau magang dimana?." tanya Siska memulai perbincangan.

" Gua magang ya dikantor papa, mana mau ditempat lain, ogah ah ditempat lain." jawabnya Dita dengan agak menyombongkan diri.

" Lo enak, bisa magang ditempat bokap, gua nanti mau magang dimana ya?." tanya Dion yang masih pusing mencari tempat magang.

" Yon,mending magangnya di kantor papaku aja, enak pasti." ajak Dita kepada Dion.

" Nggak mau ah, aku mau cari pengalaman." ujar Dion tampak malas tidak bersemangat.

" Asem Lo Yon, emang Lo pikir kantor papaku nggak kasih Lo pengalaman apa." Dita mulai sewot dengan perkataan Dion.

" Dengan karakter dirimu seperti ini, yah mana ada pengalaman."jawab Siswa ketawa sepuasnya.

" Yang ada masuk kantor sekali selebihnya libur." ejek Feby yang dari tadi diam aja.

" Lo mau tempat gua nggak Lan?." ajak Dita kepada Alan sahabatnya yang suka merayunya.

" Gimana ya, gua takut ngerjain laporan Lo nanti." Alan berkata sambil tersenyum mengejek Dita.

" Gua ma Feby magang kantor keluarga juga, tapi gua bukan anak manja kayak Lo Dit." ucap Siska membanggakan dirinya.

" Kenapa ya kampus nggak bolehin lebih dari 3 orang dalam satu perusahaan, ayolah lan, Lo magang dikantor papa aja." ajak Dita lagi kepada Alan.

" Jangan mau Lan, biar aja dia ndiri, mending kita cari tempat lain." ajak Dion kepada Alan.

" Lan, gua janji Lo bakalan dapat nilai A plus plus plus." ucap Dita menjanjikan nilai yang bagus untuk Alan jika magang dikantornya.

" Jangan mau, nanti Lo apa - apa kerjain sendiri, kayak nggak tau Dita aja." ujar Siska menghasut Alan.

" Nggak apa- apa deh, gua sama Dita aja. Kayak seru magang dikantor papamu." ujar Alan mengedipkan satu matanya ke Dita

" Yee, akhirnya, gua punya kawan." Dita bersorak gembira.

" Eh udah mau jam dua loh, yuk buruan ke kelas, nanti telat sama Bu Nesti." ujar Dion yang baru menyadari bahwa sudah mau jam 2 siang.

" Iya, berabe low telat sama beliau,yok buruan." Ajak Feby ke teman-temannya yang lain.

" huuf, malas kali masuk, rasanya gua..." ujar Dita masih duduk di kursinya.

" Udah semester akhir, jangan malas lagi, buruan." ajak Siska menarik tangan Dita.

Merekapun segera kekelas untuk mengikuti mata kuliah Bu Nesti.

...****************...

Dita, Siska dan Feby baru keluar dari salah satu mall. Setelah selesai kuliah mereka melanjutkan ke mall untuk mencari keperluan dan sedikit mencari kesenangan. Karena asiknya shoping mereka tidak menyadari bahwa diluar hujan turun lebat. Mereka juga lupa waktu untuk pulang. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Ketika mereka mengendarai mobil jalanan tampak sepi. Tiba - tiba mobil mereka dihadang oleh 2 orang dengan satu motor. Mereka mulai panik karena tidak melihat siapapun yang lewat.

" Hey buka pintunya, jika tidak kami pecahkan kacanya, cepat buka." kata salah satu premannya sambil menggedor kaca mobil.

" Gimana ni? aku takut banget loh." ucap Dita ketakutan sekali.

" By, loh telpon Dion sama Alan kabari kita disini, cepat buruan." perintah Siswa yang juga mulai ketakutan.

" Ayo cepat buka" premannya makin marah karena kaca mobilnya belum juga dibuka.

" Ayo dibuka aja, bareng - bareng ya." jawab Feby karena tidak ingin preman itu menghancurkan kaca mobil Dita.

Mereka membuka kacanya dengan pelan - pelan. Lalu preman itu menodongkan pisau kearah Dita. Dita semakin ketakutan melihat pisau dilehernya.

" Keluar kalian semua." preman yang agak tinggi masih menodongkan pisau ke arah mereka dan yang satunya masuk kemobil memeriksa yang ada dalam mobil. Lalu tanpa mereka sadari ada sebuah motor berhenti.

" hei, lepaskan mereka." ucap laki - laki putih memakai baju kaos putih.

" Jangan ikut campur bung, lebih baik kalian pergi daripada nyawa kalian taruhannya." ucap preman yang menyandera Dita.

" Kami tidak akan pergi, sebelum kalian lepaskan mereka." ucap pemuda yang satu lagi, dia memakai kaos hitam.

Preman semakin emosi dan lansung menyerang kedua pemuda itu. Maka terjadilah perkelahian yang tidak dapat dielakkan. Preman itu terus - menerus menyerang dua pemuda itu. Namun pemuda itu dengan sigap untuk menghindar. Dita dan kawan - kawan sangat takut, karena preman tadi memakai pisau sedangkan kedua pemuda itu dengan tangan kosong.

" Tolong!!."teriak mereka bersamaan.

Namun karena sepinya jalan tidak ada yang mendengar teriakan mereka. Tidak lama kemudian kedua preman itu tersungkur dijalan raya. Karena takut akhirnya mereka berdua kabur dengan motor nya. Kedua pemuda itu mendekati mereka bertiga.

" Kalian tidak apa- apa?." tanya pemuda yang memakai kaos hitam.

" kau lelakiku." ucap Dita yang memandang pemuda yang memakai baju kaos putih.

" Kami tidak apa-apa, terima kasih ya bang." ucap siksa sambil menyenggol tangan Dita yang memandang pemuda baju putih dengan senyum - senyum.

" Kenalkan saya Galuh dan ini teman saya Abian." ucap pemuda yang memakai baju kaus hitam dan mengulurkan tangannya

" Saya Siska, ini teman saya Dita dan ini Feby bang." jawab Siswa membalas uluran tangan Galuh.

" Kalian saling kenal?." tanya Galuh kearah Dita dan Abian.

" Tidak" jawab Abian dengan tatapan dingin.

Tatapan Abian berbeda dengan Galuh yang humble. Tatapan Abian sangat menakutkan bagi mereka.

" jadi gimana, apa bisa pulang sendiri?." tanya Galuh dengan ramah .

Namun tiba-tiba Dion dan Alan datang dengan satu mobil. Mereka keluar dengan tergopoh-gopoh.

" Kalian nggak kenapa - kenapa?." tanya Alan lansung menghampiri teman - teman wanitanya.

" Nggak apa-apa, untung ada abang berdua ini yang menolong kami." jawab Siska sambil tersenyum.

" Terimakasih ya bang, saya nggak tau jika tidak ada kalian."ucap Dion kepada Galuh dan Abian.

" sama- sama, kerena kalian sudah datang berati boleh kami tinggal ya." ucap Galuh masih dengan ramah.

" Ya bang, silahkan bang, mereka biar kami yang antar, sekali lagi terimakasih banyak bang." ucap Alan dengan senyum.

Mereka berdua lansung pergi dengan motor besarnya.Pandangan Dita masih tertuju dengan pemuda tadi. Dia merasa Dejavu. Dia yakin itu Abian yang sama. Hatinya mengatakan dengan yakin sekali. Teman- temannya bingung melihat reaksi Dita seperti ini. Dita yang banyak bicara tiba- tiba diam seribu bahasa dan fokus memandang pemuda yang bernama Abian tadi.

" Kamu kenapa Dit?." tanya Alan memperhatikan Dita dengan seksama.

" Kamu kenal dia?" tanya Feby lagi kearah Dita.

" Di akan menjadi lelakiku." kata Dita dingin dan datar.

" Emang yang mana?" kamu kenal mereka?" tanya Siska masih bingung sendiri.

Dita menggelengkan kepalanya karena ia juga belum bisa memastikan bahwa itu pria yang sama. Karena setelah kejadian itu dia sudah tidak bisa menemukan cowok yang menolongnya waktu kecil. Cowok itu dikabarkan pindah sekolah besoknya. Teman - teman Dita memandanginya dengan horor.

" Kenapa kalian memandang ku seperti itu?" tanya Dita yang heran dengan tatapan teman - temannya.

" Low nggak kenal tapi udah menghayal aja." kata Dion dengan senyum mengejek.

" Tenang, aku yang akan jadi lelakimu nanti" kata Alan tersenyum kearah Dita.

"Udah ah, ayo pulang, makin malam." ucap Feby yang tidak suka dengan gombalan Alan ditujukan kepada Dita.

" Tapi cowok yang tadi memang cakep - cakep loh, tapi gua ogah ma yang satu itu, dingin banget kayak es."ujar Siska sambil tertawa.

akhirnya Mereka masuk kemobil masing-masing. Mobil Dion mengikuti mobil Dita dari belakang. Tujuan mereka adalah kerumah Dita. Malam ini mereka mau menginap dirumah Dita. Karena magang semakin dekat, mereka takut tidak ada waktu lagi untuk main - main seperti malam ini.

BAB 3

Abian dan Galuh telah sampai dirumah Galuh. Malam ini Abian memang menginap dirumah Galuh. Abian dan Galuh sudah berteman semenjak bangku SMA. Namun ketika kuliah mereka harus berpisah karena berbeda jurusan. Galuh kuliah di kedokteran sedangkan Abian mengambil jurusan bisnis. Meskipun berbeda jurusan namun mereka tetap ada waktu. Galuh sudah bekerja di rumah sakit keluarga nya. Sedangkan Abian baru merintis usahanya selama 2 tahun belakangan ini. Abian tinggi 187 cm, kulit putih dan mempunyai mata yang tajam. Abian hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Dulu ketika kuliah, ia sudah mulai bekerja. Sedangkan Galuh masih memiliki keluarga utuh. Galuh berasal dari keluarga yang juga kaya raya. Ayahnya juga seorang dokter dan juga mempunyai rumah sakit keluarga. Ketika memasuki rumah Galuh, diruang keluarga ada mamanya Galuh. Abian pun menyalami mama Galuh. Bagi Abian beliau sudah seperti ibu sendiri.

" Kalian darimana aja malam-malam begini?" tanya mama Galuh dengan Nada lembut.

" biasa lah ma, cari yang segar - segar." jawab Galuh sambil tertawa dan duduk disebelah kiri mamanya.

" Emang buah segar - segar." jawab mamanya sambil tersenyum dengan ulah anaknya.

" Apa kabar Tante?" tanya Abian duduk disebelah kanan mamanya Galuh.

" Sehat, kamu Minggu kemarin kenapa tidak kesini? itu temanmu yang satu itu gabut dia kemaren." ucap mama Galuh sambil mendongakkan dagunya menunjuk kearah Galuh.

" Minggu kemarin Bian ada Keperluan diluar kota Tante, supaya nggak gabut , suruh Galuh cari pendamping Tan."ucap Abian sambil tersenyum.

" Yang ngomong aja belum punya pendamping." ujar Galuh nggak mau kalah dari Abian.

" Ni pendamping nya udah ada loh." ujar Bela yang baru datang dari kamar. Bela adalah adik dari Galuh.

" Ngaku - ngaku dia ma."jawab Amar yang juga keluar dari kamar berbarengan dengan Bela. Amar adalah adik Galuh dan Bela.

" Dia dari dulu ngejar-ngejar kamu loh Bi, sayang cintanya bertepuk sebelah tangan." ujar mama sambil tersenyum kearah Abian.

" Sebenarnya bang Bian mau tapi malu ma." ucap Bela sambil tertawa.

" Hust! malu - makin jadi cewek." ujar Galuh yang takut Abian merasa tidak nyaman.

" Nggak apa-apa, namanya juga bercanda." ucap Abian yang mulai merasa tidak nyaman.

" Siapa yang bercanda bang, Bela serius loh bang." ucap Bela lagi sambil berusaha mendapatkan hati Abian.

" Yok kekamar bi, makin malam makin ngawur dia tu, da ma." ajak Galuh ke Abian.

" Ih menggangu kesenangan orang ajalah Abang ini." ujar Bela sambil merenggut.

Mamanya dan Amar hanya tertawa mengejek Bela.

Galuh dan Bian masuk kekamar Galuh. Kamar ini selalu menjadi tempat Abian tidur setiap malam Minggu sejak zaman SMA.

" Bi, emang kamu beneran nggak kenal dengan cewek tadi?" tanya Galuh masih penasaran dengan tatapan Dita.

" nggak, kenapa Lo tanya aku?" tanya Abian mulai sibuk membaca buku yang ada dikamar Galuh.

" Soalnya pandangannya ke kamu itu loh, dia seperti kenal kamu." ujar Galuh yang duduk di tempat tidurnya.

" Nggak Taulah, aku mana kenal dia." jawab Abiab yang masih sibuk dengan bacaannya.

" Cantik loh Bi." ujar Galuh tersenyum nakal.

" Ah biasa aja, paling juga anak-anak yang manja." ucap Abian antara menanggapi dengan tidak pembicaraan Galuh.

" Ah kamu sok tau sih, kapan kamu dekat sama cewek jika masih kayak gitu." nasehat Galuh yang masih serius menatap Abian

" Ya nggak suka aja sama cewek kayak gitu." jawab Abian ketus.

" Sama Bela kamu juga benci gitu?" tanya Galuh antusias.

" Bedalah Luh, Bella udh kayak adik sendiri" jawab Abian dengan sedikit tersenyum.

" Dia anggap kamu pendamping, eh kamu anggap dia adik, apa kata Bella ya jika tau jawabanmu menohok sekali." Galuh bukan sakit hati tapi malah mengganggap ini sebuah lelucon.

" Kakak yang aneh, malah menertawakan nasib adiknya" ucap Abian meletakkan buku dimeja.

" Itu karna akunya kenal lama sama dirimu, jangan coba kasih harapan palsu sama adikku yang satu itu. ucap Galuh setengah mengancam.

" Adikmu juga adikku, apa selama berapa tahun ini pernah ku kasih harapan palsu si Bella apa?" tanya Abian menatap Galuh

" Nggak sih, mana mungkin kamu tertarik dengan Bella yang manja itu, dia memang manja dari kecil karna satu - satunya anak perempuan." ujar Galuh tersenyum.

" Udah ah, aku ngantuk mau tidur" Abian merebahkan tubuhnya di kasurnya Galuh.

" eh anak lajang macam anak gadis aja, baru jam 11 woi" ujar Galuh sambil melemparkan bantalnya ke Abian.

Abian tidak menggubris Galuh sama sekali karena tadi siang tenaganya benar - benar terkuras. Apalagi tadi juga siap berantem melawan preman.

...****************...

Sedangkan Dita dan temannya masih saja mengobrol sampai jam 12 malam. Dari tadi tidak ada habisnya obrolan mereka. Lalu Siska tiba - tiba mengingat cowok yang tadi menolongnya. Siska melihat Feby sudah tidur sedangkan Dion dan Bian sudah pindah keruang tamu dirumah Dita.

" Dit, menurut lo cowok tadi ganteng nggak?" tanya Siska duduk semakin mendekat kearah Dita

" Ya ganteng, dia adalah milikku dan lelakiku, lo jangan coba-coba ambil milik gua." jawab Dita bersemangat lagi mengingat cowok tadi.

" Enak aja milik lo, main label - label aja." jawab Siska nggak mau kalah.

" eh low udah gua bilang milik gua, berati milik gua, dia udah ku labeli, nggak bisa lagi jadi milik orang lain." ucap Dita tidak mau kalah.

" tunggu deh, kan cowok nya tadi ada dua, ini kamu yang mana sih? Abian apa Galuh." tanya Siska penasaran.

" Ya Abian masa Galuh cowok cengengesan gitu" jawab Dita lagi.

" Enak aja cengengesan, dia itu ramah tandanya, daripada Abian cowok dingin macam es menakutkan." jawab Siska tidak mau kalah.

" Dingin - dingin empuk, buat kangen selalu. " ucap Dita dengan wajah sumringah.

" Menurut mu mereka udah punya pacar belum ya?" tanya Siska lagi.

" Galuh mungkin, tapi Abang Abian belum pastinya." kata Dita sambil tersenyum sendiri.

" Meski punya pacar, sebelum janur kuning melengkung masih milik bersama." Siska meyakinkan diri sendiri.

" Jika sudah punya pacar, tantangannya hanya satu yaitu ceweknya, tapi yang belum ini banyak tantangannya karena banyak yang ngejar-ngejar nya." Dita memberikan pendapat gilanya.

" Ah teori darimana Lo,nanti Lo dibilang pelakor loh." ujar Siska.

" Pelakor jika ngerebut laki orang, nah ini baru pacar orang." jawab Dita tertawa.

" Eh ngomong-ngomong Lo tau nggak?" tanya Siska

" Enggak, Lo aja belum ngomong ya Mana gua tau lah." jawab Dita enteng.

" Lo itu emang ya mengesalkan, gua rasa si Alan itu naksir Lo" Siswa memberi tau Dita apa yang ia rasakan

" Mana mungkinlah, dia hanya bercanda." jawab Dita yang tidak mau besar kepala.

" Lo nggak suka Alan?" tanya Siska memandang Dita tanpa kedipan.

" Ya nggaklah, dia itu hanya sahabat, gua tuh dh punya babang Abian." Dita mulai menghayal kembali.

" Baguslah jika Lo nggak ada rasa sama Alan, gua rasa Feby ada rasa tuh sama Alan." kata Siska dengan yakin.

" Lo yakin? gua harus hati-hati nih, nanti Feby cemburu buta pula sama gua." tanya Dita bertanya dengan serius.

" Iya gua yakin, soalnya setiap Alan merayu Lo, muka Feby beda loh gua perhatiin." jawab Siska dengan mimik wajah serius.

" Ya udah kita comblangin aja mereka, setuju nggak?" ide Dita mulai lagi.

" Gimana caranya?" tanya Siska penasaran.

" Soal comblangin serahkan pada gua, tenang aja." ujar Dita dengan penuh keyakinan.

" Hati - hati loh Dit, jangan sampai Alan salah paham, nanti dia bilang Lo yang kasih dia harapan."

ucap Siska agak kuatir.

" Iya, tenang aja Lo, eh ngomong-ngomong bang Abian itu tinggal dimana ya?" tanya Dita

" Mana gua tau, dah ah gua ngantuk" Siska mulai merebahkan tubuhnya diantara Dita dan Feby.

Sedangkan Dita keluar kamarnya menuju dapur. Ia merasa perutnya sangat lapar karena tadi hanya sedikit makan malam. Dita tidak menemukan makanan apapun di dapur. Ia hanya melihat roti dan buah. Ia mengambil mie instan untuk makan malamnya. Lalu ketika ia mau memulai memasak, tiba - tiba Dion sudah duduk dimeja makan.

" lebihi untuk gua dong Dit." ucap Dion dengan memelas.

" Lo lapar juga, aman bos." jawab Dita mengambil satu lagi mie instan.

Tidak sampai 5 menit mie instan nya sudah bisa disantap. Dion dan Dita mulai menyantap mie instan nya. Lalu ketika makan, Dion memulai pembicaraannya.

" Dit, menurut lo jika gua suka Febi gimana?" tanya Dion tiba-tiba.

Dita lansung tersedak mendengar ucapan Dion yang tiba-tiba. Dionpun mengambilkan tisu untuk Dita.

" Lo serius suka Feby?" tanya Dita dengan mimik serius.

" Lo kaget ya, iya gua sebenarnya udah suka sama dia udah lama juga." jawab Dion malu - malu.

" Kenapa Lo nggak berusaha untuk nunjukin ke dia."

tanya Dita makin serius.

" gua takut akan merusak persahabatan kita, apalagi gua perhatiin Feby suka sama Alan." kata Dion makin tidak semangat.

" Lo tau juga soal itu?" tanya Dita kaget dengan pernyataan Dion.

" Jangan bilang Lo juga merasakannya, iyakan Feby suka ma Alan, tapi yang gua liat Alan suka Lo." ucap Dion lagi menatap temannya dengan serius.

" Gua nggak tau Alan suka gua, cuma yang gua dengar,Feby memang suka Alan." jawab Dita dengan jujur.

" Mungkin ada baiknya biarkan semua mengalir aja, gua takut nanti malah merusak persahabatan kita dit." ujar Dion masih memakan mienya.

" Gua setuju sih" ucap Dita kembali menyantap mie didepannya.

Dita semakin galau karena tidak mungkin ia comblangin Alan sama Feby jika kenyataannya Dion juga suka Feby. ia tidak menyangka akan ada cinta semacam itu dalam persahabatannya.

" Ini cinta segitiga atau segiempat ya?" tanya Dita pelan sekali.

" Lo ngomong apa dit?" tanya Dion yang tidak mendengar perkataan Dita.

" Nggak ada, gua nggak ada ngomong apa-apa, yok tidur gua mulai ngantuk lagi, karena gua bagian masak maka Lo bagian cuci piring." Dita dengan sumringah lalu berjalan meninggalkan Dion yang masih duduk di dapur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!