Sebuah mobil sport berwarna hitam melaju dengan kecepatan cukup tinggi, melewati jalanan yang penuh kubangan air, karena baru beberapa menit yang lalu hujan deras mereda.
"Aduuuuh…."
Pekik seorang wanita, rupanya ia terkena cipratan air dari mobil sport yang melintas cukup kencang tadi. Baju kerjanya kini tak tampak putih lagi karena penuh dengan cipratan air lumpur.
Hari semakin siang, matahari mulai menampakkan sinar remang-remangnya. Menggantikan awan hitam yang telah lenyap membawa air yang berjatuhan membasahi tanah dan tumbuhan yang masih basah dengan embun pagi. Sepagi itu hujan sudah mengguyur keindahan suasana pagi hari. Membuat wajah-wajah yang telah bersemangat untuk mengais rejeki berubah menjadi kusut.
Di seberang jalan, tepatnya di sebuah halte bus, tampak seorang wanita berkerudung hitam dengan setelan rok hitam dan kemeja putih disertai name tag bertuliskan Aishah, yang disematkan di kerudungnya. Aishah, itulah nama wanita itu. Ia tengah sibuk membersihkan bajunya yang penuh dengan cipratan lumpur. Ia terlihat sangat panik, karena pagi ini ia ada rapat dengan klien dari luar kota. Ia harus segera sampai di kantor sebelum jam 8.
Sepeda motor yang dibawa Aishah harus masuk ke bengkel karena macet. Sehingga Aishah harus berteduh di tempat ia memperbaiki sepeda motornya cukup lama. Itu membuatnya terlambat untuk masuk ke kantor. Apalagi karena hujan, taksi online yang dipesannya tak kunjung datang.
______________________________________________
Radit segera menghentikan mobilnya di tepi jalan. Radit turun dari mobil, lalu melihat keadaan orang di seberang jalan yang terkena cipratan air saat mobilnya melintas tadi. Ia melihat seorang wanita yang tengah sibuk membersihkan bajunya yang kotor terkena bekas cipratan mobilnya. Radit segera menghampiri wanita tersebut.
"Maaf, gara-gara aku baju kamu jadi kotor, bersihkan pakai ini. Apakah ada yang terluka?" Radit merasa bersalah dan segera meminta maaf kepada Aishah sambil menyodorkan sebuah sapu tangan. Radit tampak memperhatikan keadaan Aishah dengan seksama.
"Aku tidak apa-apa kok, terima kasih." Aishah menerima sapu tangan dari Radit diiringi dengan senyuman tipis di bibirnya. Kemudian ia segera mengelap bajunya.
"Taksi…." Aishah mengayunkan tangan ke depan tubuhnya, tanda memanggil sebuah taksi yang perlahan mulai terlihat jelas. Taksi itu mulai mendekatinya. Taksi itu menyalakan aksen ke kiri pertanda akan menepi. Taksi itu mulai berhenti di hadapan Aishah.
"Maaf aku harus pergi dulu, aku sedang buru - buru." Aishah masuk ke dalam taksi.
Setelah Aishah pergi, Radit segera menuju ke mobilnya.
"Ada apa Pak?" Tanya seseorang yang duduk di dalam mobil, ketika Radit membuka pintu mobilnya.
"Tidak ada apa - apa." Radit masuk ke dalam mobil.
Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu.
. . .
Aldi melihat Aishah memasuki ruang kerjanya dengan berlarian kecil. Sepertinya ia sedang buru-buru. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 08.15 menit. Aldi segera menghampiri Aishah yang hendak menaruh tas dan berkas-berkas yang ia bawa di meja kerjanya. Dengan tanggap Aldi membantu meletakkan berkas-berkas yang dibawa oleh Aishah tersebut. Berkas yang dibawa Aishah memang tampak berat.
"Aish tumben baru datang, Pak Bima sudah nungguin kamu di ruang rapat tuh dari tadi."
Aishah yang lebih kerap disapa Aish itu hanya melihat Aldi sekilas dengan kelopak mata yang melebar lalu beranjak menuju ruang rapat. Aishah membawa berkas-berkas rapat yang telah ia siapkan dari rumah.
Di ruang rapat, Aishah melihat Pak Bima yang tengah sibuk dengan laptopnya dan Rina sekretarisnya yang sibuk pula dengan lembaran-lembaran kertas di tangannya. Betapa leganya Aishah karena klien dari luar kota tersebut belum sampai.
"Aishah kenapa kamu baru sampai, segera siapkan berkas-berkas rapat. Kita tidak jadi rapat di kantor, klien meminta kita untuk mengadakan rapat di cafe dekat kantor. Kita berangkat sekarang, saya tunggu kamu di meja resepsionis"
"Ba baik Pak." Jawab Aishah dengan terbata sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Aishah segera mengambil tas di meja kerjanya, namun terhenti karena dicegah oleh Aldi.
"Aish mau ke mana, baru datang kok sudah mau pergi lagi?" Aldi mengernyitkan dahinya.
"Rapatnya tidak jadi di kantor, kata Pak Bima klien minta rapatnya di cafe dekat kantor." Aishah mengambil tas kerjanya, kemudian berhenti sebentar untuk menatap Aldi.
"Oh.. eh baju kamu kenapa dekil gitu?" Aldi menunjuk baju Aishah yang masih tampak kotor dengan bekas air lumpur.
"Tadi kecipratan air genangan di jalan, sewaktu ada mobil melintas." Aishah mencoba menghilangkan bekas lumpur yang masih menempel dengan tangannya.
Tanpa menunggu persetujuan Aldi, Aishah segera beranjak pergi dari hadapan Aldi.
"Bentar Aish!" Aldi berlari menuju meja kerjanya dan kembali menghampiri Aishah dengan membawa jas wanita di tangannya.
"Pakai ini!" Aldi menyodorkan sebuah jas wanita.
Tanpa berpikir panjang, Aishah segera mengambil dan mengenakan jas tersebut dengan cepat, kemudian bergegas pergi. Aldi masih menatap kepergian Aishah hingga punggung Aishah lenyap dari pandangannya.
Sesampainya di cafe, Aishah beserta Pak Bima dan Rina menempati meja yang telah dipesan sebelumnya. Aishah menatap bajunya yang kotor, meskipun telah memakai jas pemberian Aldi, namun baju bagian dada masih nampak warna kecoklatan bekas lumpur. Tadi Aishah hanya menyekanya dengan sapu tangan, sehingga noda lumpur tersebut masih membekas.
Aishah mengakalinya dengan menutupi bagian dadanya dengan kerudung yang dilebarkannya. Untuk menahan kerudungnya agar tetap terlihat rapi, Aishah menyematkan sebuah name tag ke jas bagian dada kirinya.
Tak selang beberapa lama, datanglah dua laki-laki berjas hitam menghampiri mereka. Ternyata dua laki-laki itu adalah klien yang mereka tunggu. Mereka saling berjabat tangan satu sama lain. Ketika bersalaman dengan salah satu kliennya, Aishah merasa pernah bertemu dengan klien tersebut.
"Maaf kami terlambat, jalanan sedikit macet." Radit menganggukan kepalanya dengan sopan.
"Perkenalkan ini Rina sekretaris saya dan ini Aishah yang akan menyampaikan presentasi kita kali ini." Pak Bima memperkenalkan Rina dan Aishah kepada kliennya sambil menunjuk ke arah Aishah dan Rina secara bergantian.
"Saya Radit dan ini Toni Asisten saya." Radit juga memperkenalkan dirinya dan asistennya.
______________________________________________
Di meja kerjanya, Aldi terlihat senyum-senyum sendiri sambil melihat dua tiket bioskop yang dipeganginya dari tadi. Dia sedang membayangkan dirinya bersama Aishah memasuki bioskop sambil membawa popcorn di tangannya. Tiba-tiba lamunannya dibuyarkan oleh seorang yang menepuk bahunya dari belakang.
"Di makan siang yuk!"
Salah satu rekan kerja mengajaknya makan siang, karena memang sudah waktunya istirahat makan siang. Aldi dan Ega menuju rumah makan terdekat. Ega memesan bakso dan es jeruk diikuti dengan Aldi yang memesan menu sama.
"Ga, kok Aishah rapatnya lama banget ya?" Aldi menarik sebuah kursi agar bisa duduk di sana.
"Yaelah di baru juga ditinggal Aishah sebentar, sudah kaya ditinggal setahun saja. Tapi aku heran deh kenapa kalian tidak jadian saja sih, padahal kalian kan sudah saling dekat gitu." Ega mengambil tempat duduk di depan Aldi.
"Kadang aku juga berpikir seperti itu ga, tapi kita sudah berteman sejak SMA. Kita sudah terlalu dekat, aku juga sudah menganggap Aishah seperti adikku sendiri. Apalagi Aishah juga mempunyai prinsip untuk tidak pacaran terlebih dahulu, sebelum dia menikah dan aku sangat menghargai itu." Aldi menatap langit-langit ruangan tempatnya makan.
"Aku juga tidak mau merusak persahabatan yang sudah lama kita jalin. Buat aku sekarang, yang terpenting adalah kebahagiaan Aishah, bisa selalu melindungi dan membuat dia tertawa adalah hal yang sangat penting untukku."
Jelas Aldi panjang lebar, Ega hanya bisa melongo tanpa berkata apa pun mendengarkan penjelasan Aldi. Tanpa mereka sadari saking keasyikan mengobrol, ternyata pelayan telah menghidangkan pesanan mereka dari tadi.
"Salut aku denganmu di." Ega menepuk bahu Aldi beberapa kali dengan keras.
"Eh ga, makan yuk keburu dingin nih." Aldi segera mengambil sendok dan garpu di piringnya, lalu menyantap makanan pesanannya dengan lahap.
______________________________________________
"Presentasinya bagus, bahannya mudah dan menarik. Kita bisa lanjutkan kerja sama kita." Ucap Radit dengan nada senang dan puas.
"Terima kasih Pak Radit kami akan berusaha semaksimal mungkin." Timpal Pak Bima dengan menjabat tangan Radit.
Setelah rapat selesai, mereka melanjutkan makan siang bersama di cafe yang sama.
"Maaf untuk yang tadi pagi, saya terburu-buru jadi tidak melihat ada orang di seberang jalan, bajumu jadi kotor."
Disela-sela makan siang Radit memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Semua peserta rapat langsung mendongak melihat Radit. Aishah yang merasa diajak berbicara langsung mengakhiri pandangan beberapa orang di hadapannya.
"Oh iya Pak Radit tidak apa-apa, saya yang minta maaf, karena sapu tangan Bapak jadi kotor gara-gara saya." Aishah menatap Radit sebentar lalu menghabiskan makan siangnya.
Setelah makan siang selesai, mereka kembali ke kantor masing-masing.
______________________________________________
"Aish nanti malam ada acara tidak?" Waktu pulang kerja telah tiba, Aldi berlari dari belakang dan berjalan di samping Aishah.
"Kenapa Di, tumben nanyain acara ?" Aishah memperlambat langkahnya agar Aldi dapat menyejajari langkahnya.
"Kalau tidak ada acara, aku mau mengajak kamu nonton di bioskop, kebetulan ada film yang bagus, aku juga sudah beli tiketnya." Aldi mengambil dua buah tiket di dalam sakunya lalu menunjukkannya kepada Aishah.
"Oke, tapi seperti biasa ya kita harus pulang sebelum jam 9 malam." Aishah menyetujui perkataan Aldi.
"Siap, semua sudah diatur, lagi pula kita berangkat sesudah magrib kok jadi kita bisa pulang sebelum jam 9. Kita bertemu di depan bioskop jam tujuh ya, jangan sampai tidak datang ." Aldi menyerahkan satu tiketnya untuk Aishah.
"Oke." Aishah menerima tiket yang diberikan Aldi dengan antusias.
Lalu Aishah melingkarkan jempol dan jari telunjuknya. Kemudian mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Assalamu'alaikum"
Aishah mengetuk pintu rumah beberapa kali, namun tak ada sahutan dari dalam. Karena tak juga ada jawaban, Aishah mencoba membukanya sendiri.
"Eh tidak dikunci. Tumben tidak ada orang kok tidak dikunci." Gumam Aishah
Ketika beranjak ke kamar tidurnya, terdengar suara wanita tengah baya menyapanya.
"Eh sudah pulang kamu Nduk, kebetulan Budhe baru mau makan. Ayo kita makan bersama!"
"Assalamu'alaikum Budhe, dari tadi Aish mengetuk pintu, Aish kira tadi tidak ada orang. Pantas saja pintu tidak dikunci, ternyata Budhe ada di rumah." Aishah segera meraih tangan kanan budhenya dengan dua tangannya, kemudian mengecup punggung tangan budhenya.
"Wa'alaikum salam, tadi Budhe habis ada arisan dengan ibu-ibu komplek, jadi Budhe sibuk beres-beres di belakang. Tidak dengar kalau Aish mengetuk pintu. Kok Budhe juga tidak mendengar suara sepeda motormu to Nduk?" Budhe Aishah merasa bingung.
"Tadi di tengah jalan, waktu Aish berangkat ke kantor, sepeda motornya macet Budhe. Jadi Aish harus mendorongnya sampai ke bengkel. Terus tadi sepulang kantor belum selesai diperbaiki sama mas tukang bengkelnya."
Wanita dengan suara medok tersebut adalah budhe Aishah namanya Bu Sekar. Usianya kini telah menginjak kepala 6. Beliau paling suka mengenakan kain jarik dengan atasan kebaya. Tak lupa kerudung selalu menghiasi kepalanya.
_____________________________________________
Dulu ketika Aishah masih balita mereka sempat tinggal di desa. Namun, pakdhe Aishah, Pak Joko yang menjadi seorang Angkatan Laut dipindah tugaskan ke kota, ketika Aishah masih duduk di kelas 3 SD. Aishah dan Bu Sekar ikut pindah rumah ke kota. Kini usia Aishah telah menginjak 23 tahun dan telah menyelesaikan kuliahnya . Saat ini Aishah bekerja di sebuah perusahaan besar tak jauh dari tempat tinggalnya sekarang.
Aishah sudah lama tinggal bersama pakdhe dan budhenya, sejak usianya baru dua tahun. Aishah dirawat oleh Pak Joko dan Bu Sekar karena mereka tidak memiliki keturunan. Mereka telah lama menantikan seorang buah hati, namun sesuatu terjadi pada rahim Bu Sekar sehingga Bu Sekar tidak dapat memiliki keturunan. Oleh sebab itu, Aishah diangkat menjadi anak mereka.
Ketika usia pernikahan mereka telah mencapai 8 tahun, Pak Joko dan Bu Sekar memutuskan untuk merawat Aishah dan mengangkatnya menjadi anak. Mereka merawat Aishah dengan penuh kasih sayang, sehingga Aishah sudah menganggap mereka seperti bapak dan ibu kandungnya sendiri.
Dalam keluarga tersebut sangat ditanamkan sikap sopan santun dan tata krama. Karena memang Pak Joko adalah seorang Angkatan Laut, sehingga perwatakannya yang keras dan disiplin menjadikannya kepala keluarga yang disegani. Kesederhanaan adalah hal yang sangat dijunjung tinggi dalam keluarga tersebut.
Pak Joko adalah kakak dari ibu kandung Aishah. Aishah sendiri memiliki tiga orang adik. Dua adik laki-laki kembar yang kini tengah menginjak semester akhir kuliah mereka. Dan satu orang adik perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
_____________________________________________
"Wah makanannya banyak sekali, Budhe sendiri yang masak semuanya?" Aishah duduk bersama dengan budhenya sambil menikmati hidangan yang ada di meja makan.
"Tidak, tadi dibantu sama tetangga sebelah. Kebetulan dia main kesini, ya Budhe suruh bantuin sekalian to." Aishah dan Bu Sekar pun makan bersama dengan lahapnya.
"Pakdhe belum pulang?" Tanya Aishah sambil mengunyah dengan mulut penuh makanan.
"E… ditelan dulu makannya Nduk, jangan sambil bicara nanti bisa tersedak lho. Pakdhemu belum pulang, tadi menelepon Budhe katanya ada rapat jadi harus pulang malam."
_____________________________________________
Suara adzan magrib mulai berkumandang dari segala penjuru masjid. Aishah segera mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat magrib bersama dengan budhenya. Selesai sholat magrib Aishah melepas mukenanya lalu berbisik di telinga budhenya.
"Budhe, Aish dibolehin nonton di bioskop bareng Aldi ya?" Aishah bertanya dengan nada merayu.
"Boleh, tapi pulangnya jangan malam-malam, anak perawan tidak baik keluar malam-malam bersama laki-laki. Jangan sampai lebih dari jam 9 ya Nduk!" Bu Sekar memberi ijin kepada Aishah.
Selepas sholat magrib, Aishah mulai berganti pakaian, lalu merias diri. Aishah mengenakan kaos lengan panjang berwarna biru dipadukan dengan rok berwarna senada, yang melebar menjuntai ke bawah. Pashmina berwarna navy nampak ia balutkan di kepala dan lehernya. Kulitnya yang putih bersih membuatnya nampak cantik mengenakan pakaian apapun. Berhubung sepeda motor Aishah belum selesai diperbaiki, ia berangkat ke bioskop menggunakan ojek online.
Sekitar 15 menit perjalanan, Aishah sampai di bioskop tempat ia dan Aldi janjian. Di depan tiket masuk, terlihat Aldi tengah mondar-mandir menunggu Aishah.
"Hay Di, sudah lama?" Aishah menepuk punggung Aldi dari belakang.
"Hehe… lumayan, tadi aku sholat magrib di masjid dekat sini, tau sendiri kan rumah aku jauh, nanti keburu filmnya mulai."
Jawab Aldi nyengir sambil menggaruk garuk kepala belakangnya yang tak gatal. Aldi memang sengaja memilih bioskop yang dekat dengan rumah Aishah. Padahal jarak rumah Aldi menuju bioskop sekitar 1 setengah jam menggunakan sepeda motor, itupun bila tak terkena macet.
Hayalan Aldi pun menjadi kenyataan. Aldi dan Aishah memasuki bioskop bersama. Setelah selesai menonton film, mereka keluar dengan senyum yang terus mengembang.
"Filmnya seru banget ya di, kamu tau aja aku paling suka nonton film action." Terlihat sinar mata Aishah yang berbinar-binar bahagia. Bibirnya yang merah merekah tampak menyunggingkan senyum manisnya.
Aku hampir tau semua kesukaanmu, dan aku selalu mencari tau, andaikan saja kamu bisa merasakannya.
Batin Aldi diikuti dengan tatapan kekagumannya kepada sosok Aishah yang tidak hanya cantik parasnya, namun juga cantik hatinya.
"Di…. kok malah ngelamun, ayo pulang." Aishah menggoyang-goyangkan lengan Aldi beberapa kali hingga Aldi tersadar bahwa ia sedang melamun.
Sesampainya di dekat tempat parkir, Aldi baru tersadar bahwa Aishah tidak membawa sepeda motor.
"Aish, kamu tidak membawa sepeda motor?" Aldi celingak-celinguk mencari keberadaan sepeda motor Aishah.
"Aku tadi naik ojek online, sepeda motorku tadi pagi rusak jadi aku masukin ke bengkel."
"Ya ampun kenapa tidak bilang dari tadi, ya sudah ayo aku antar." Aldi bergegas menuju tempat sepeda motornya terparkir.
Aishah tersenyum lalu membonceng sepeda motor Aldi. Aldi segera melajukan sepeda motornya.
Di perjalanan pulang, Aldi mengendarai sepeda motornya pelan-pelan. Malam ini ia sangat bahagia karena bisa nonton berdua di bioskop dengan Aishah. Apalagi bisa melihat Aishah tertawa lepas.
"Di kok lelet banget sih jalannya, buruan dikit dong!" Sambil menepuk pundak Aldi dari belakang.
"Eh iya." Kemudian Aldi menambah laju kecepatan sepeda motornya.
Sebenarnya aku masih pengen lama-lama sama kamu Aish.
Gumam Aldi dalam hati.
___________________________________________
Sesampainya di rumah Aishah, terlihat mobil Pak Joko sudah terparkir di depan rumahnya. Aishah segera turun dari sepeda motor Aldi.
"Makasih ya Aldi, ayo mampir dulu, baru jam setengah 9 kok."
"Tidak usah Aish, aku ada janjian futsal dengan teman-teman."
"Nduk diajak masuk dulu nak Aldi." Dari depan pintu rumah, terdengar suara Bu Sekar yang lembut. Aldi segera turun dari sepeda motor dan masuk menghampiri Bu Sekar bersama Aishah.
Aishah segera menggapai tangan Bu Sekar dan mencium punggung tangannya diikuti dengan Aldi.
"Aldi langsung pulang saja Budhe, sudah malam." Aldi bersalaman dengan Bu sekar sekaligus berpamitan untuk pulang.
"Lho kok buru-buru?"
"Sudah ditunggu teman - teman futsal Budhe."
"Ya sudah hati-hati di jalan, tidak usah ngebut-ngebut."
"Iya Budhe, Assalamu'alaikum"
Aldi segera menuju sepeda motornya lalu melesat pergi.
Suara alarm berdering dari sebuah ponsel. Aishah yang mendengarnya, terbagun lalu mengucek kedua matanya. Aishah meraih ponselnya lalu mematikan alarm yang berbunyi. Waktu di ponsel telah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Aishah segera menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya dan menyikat gigi. Setelah mengambil air wudhu, Aishah menuju ruangan yang digunakan keluarganya untuk bersembahyang. Tampak Pak Joko dan Bu Sekar duduk bersimpuh menantikan adzan subuh.
Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah, Aishah segera menuju dapur. Di dapur tampak Bu sekar tengah berkutat dengan masakannya. Aishah segera menghampiri budhenya lalu membantunya untuk memasak. Setelah selesai menghidangkan masakan di meja makan, Aishah segera mandi lalu bersiap-siap berangkat ke kantor. Sebelum berangkat kerja, Aishah bersama Pak Joko dan Bu Sekar menikmati sarapan pagi mereka.
"Aish, kata Budhemu sepeda motor kamu rusak?"Tanya Pak Joko disela-sela menyantap makanannya.
"Iya Pakdhe, sekarang masih di bengkel."
"Kalau begitu, kamu berangkat kerja, bareng Pakdhe saja. Biar nanti Pakdhe antar kamu sampai kantor."
Aishah berangkat ke kantor diantar oleh Pak Joko yang sekaligus berangkat kerja.
___________________________________________
Waktu telah menunjukkan pukul 16.00 sore, itu berarti waktu pulang kantor telah tiba. Aldi menghampiri Aishah yang tengah sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Aish, pulang bareng yuk! tadi pagi aku melihat kamu diantar sama pakdhemu, berarti sepeda motor kamu masih rusak."
"Tapi kamu antar aku ke bengkel dulu ya di, kita ambil sepeda motor aku dulu. Tadi orang bengkel sudah memberi kabar, kalau sepeda motor aku sudah jadi."
"Siap"
Aldi meletakkan tangan kanan di kening sebelah kanannya memberi hormat, pertanda mematuhi permintaan Aishah.
Aldi dan Aishah menuju bengkel tempat sepeda motor Aishah diperbaiki. Setelah mengambil sepeda motornya, Aishah dan Aldi kembali ke rumah masing - masing.
Aldi tinggal bersama dengan kakek dan neneknya. Kedua orang tuanya tinggal di luar negeri. Kedua orang tua Aldi pindah ke luar negeri saat Aldi masih kuliah. Aldi tidak ikut pindah, ia ingin menyelesaikan kuliahnya di sini. Aldi memiliki seorang adik perempuan yang tinggal bersama orang tuanya.
Aldi lebih memilih tinggal bersama kakek dan neneknya yang hanya tinggal berdua. Alasan lain yang lebih membuatnya tidak ikut pindah ke luar negeri adalah karena ia ingin selalu dekat dengan Aishah.
Aldi memang sudah menyimpan perasaan kepada Aishah sejak mereka berada di bangku SMA. Ketika itu, mereka teman satu kelas. Aldi adalah ketua kelas, sementara Aishah menjabat sebagai sekretaris kelas. Kebersamaan mereka setiap waktu diam-diam membuat benih-benih cinta tumbuh di hati mereka.
Namun Aldi tak pernah mengatakan perasaannya kepada Aishah, karena Aldi tau bahwa Aishah tidak mau berpacaran. Aldi hanya menyimpan perasaannya seorang diri. Aldi selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwasannya bila sudah sampai waktunya dia akan mengungkapkan semua perasaannya kepada Aishah.
Tugas Aldi saat ini adalah selalu menjaga dan melindungi Aishah juga membuatnya selalu tersenyum. Karena bagi Aldi semua itu sudah lebih membahagiakan dari pada menjadi pacar Aishah. Karena ingin selalu bersama dengan Aishah, Aldi masuk ke perguruan tinggi dan jurusan yang sama dengan Aishah. Bahkan ketika mereka bekerja pun Aldi masuk ke perusahaan yang sama dengan Aishah.
Aldi yakin Aishah sebenarnya juga memiliki perasaan yang sama dengannya, namun Aishah selalu menjaga dirinya dengan baik. Itu terbukti ketika banyak lelaki yang dekat dengannya dan memintanya untuk menjadi pacar, Aishah selalu menolaknya dengan halus. Sehingga Aldi yakin suatu saat pasti bisa bersama dengan Aishah. Namun tetap saja, selalu ada perasaan was-was mengintainya.
______________________________________________
Setelah sampai di halaman rumah, Aishah memarkirkan sepeda motornya lalu masuk ke dalam rumah.
"Sepertinya ada tamu" Gumam Aishah.
Aishah berjalan melewati mobil yang terparkir di halaman rumahnya itu. Aishah memperhatikan mobil itu lalu mengernyitkan dahinya.
"Assalamu'alaikum" Aishah mengetuk pintu.
"Wa'alaikum salam"
Terdengar suara beberapa orang dari dalam rumah. Aishah segera bersalaman dengan semua orang yang berada di dalam rumah.
"Ini Aishah" Pak Joko memperkenalkan Aishah kepada para tamunya.
"Aishah, ini Pak Banu dan ini Radit." Aishah masih memandangi wajah Radit.
"Hay, kita sudah beberapa kali bertemu, ternyata kamu Aish kecil yang dulu, sekarang kamu sudah dewasa ya." Aishah nampak kebingungan dengan ucapan Radit tadi.
"Kamu lupa ya Aish, Pak Banu itu dulu yang pernah tinggal di rumah sebelah itu lho." Bu Sekar menimpali. Setelah mengingat sebentar, Aishah ingat dulu tetangganya yang pernah tinggal di sebelah rumahnya itu adalah Radit. Namun, kini Radit tampak sangat berbeda. Radit kecil yang dulu bertubuh kurus dan berkaca mata. Tapi sekarang, Radit tumbuh dengan badan yang atletis, ia juga tak memakai kaca mata lagi.
"Maaf Aishah ganti baju dulu ke kamar." Aishah bergegas menuju kamar mandi dan segera mandi untuk menyegarkan badannya.
Di ruang tamu, Radit dan Pak Banu masih berbincang-bincang dengan Pak Joko dengan akrabnya. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, terakhir bertemu sekitar 12 tahun yang lalu. Waktu itu Pak Banu dan keluarga akan pindah rumah ke luar kota. Karena Pak Banu membuka bisnis baru di sana.
______________________________________________
Suara adzan magrib terdengar. Pak Joko mengajak Radit dan Pak Banu untuk sholat magrib berjamaah kemudian diikuti dengan Bu Sekar dan Aishah. Setelah sholat berjamaah, keluarga Pak Joko selalu menyempatkan untuk membaca ayat-ayat Al Qur'an terlebih dahulu. Setelah selesai sholat isya bersama, Aishah segera mengikuti Bu Sekar menuju dapur. Mereka menyiapkan hidangan untuk makan malam.
"Mari Pak Banu, Radit kita makan malam bersama, kalian harus mencicipi masakan istri saya."
Pak Joko mengajak Pak Banu dan Radit untuk makan malam bersama. Mereka sangat menikmati hidangan yang disediakan keluarga Pak Joko. Setelah makan malam mereka kembali berbincang-bincang.
"Aish kamu ingat tidak waktu kamu kecil dulu, setiap kamu main ke rumahku kamu tidak mau pulang. Kamu hanya mau pulang jika aku menggendongmu sampai rumahmu, padahal dulu badan kamu chubby sekali dan aku sangat kurus, hehe…"
Radit memulai percakapan dengan Aishah dengan akrabnya. Radit tampak mengingat-ingat kejadian waktu mereka kecil. Lalu Radit terkekeh. Aishah nampak malu-malu mengingat kejadian masa kecilnya.
"Iya, sudah lama sekali ya kak. Dari dulu aku ingin sekali memiliki kakak laki-laki. Tapi kak Radit harus pindah rumah, aku sampai menangis semalaman ditinggal kak Radit."
Aishah menyambung percakapan. Aishah dan Radit duduk di teras depan rumah sambil melihat gemerlapnya bintang malam itu.
"Dan kamu selalu memintaku untuk mengajarimu mengerjakan PR, padahal kamu sudah bisa mengerjakannya sendiri."
"He…. itu kan alasan Aish saja Kak, biar Aish bisa menonton film action koleksi Kak Radit."
Dengan cepat Aishah dan Radit berbincang-bincang dengan akrab. Karena, walaupun mereka telah lama berpisah, namun kedekatan mereka sewaktu kecil menghidupkan kembali suasana akrab diantara mereka berdua.
"Aish, Radit ayo masuk, pakdhemu ingin berbicara dengan kalian berdua." Tiba-tiba terdengar suara Bu Sekar di dekat pintu. Aishah dan Radit segera mematuhi perkataan Bu Sekar untuk masuk ke dalam rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!