Kelahiran dari putri Raja langit yang tidak diinginkan membuat Ratu Dewi kumala sari sangat cemas dan takut terlebih ketika Raja pernah akan membunuh bayi itu, jika dia bukan berjenis kelamin laki laki.
Untuk menyelamatkan sang putri Ratu permaisuri Dewi kumala sari terpaksa membuang bayi yang dilahirkan nya dengan cara mencuri sebuah pedang naga berwarna biru untuk membuka lapisan pintu langit ketika pedang naga biru sudah berada di dalam gengaman dengan secepat kilat Ratu permaisuri Dewa langit yaitu Dewi kumala sari membabatkan pedangnya ke dinding dinding langit sehingga menimbulkan sebuah suara seperti guntur yang sangat dahsyat. Bersamaan dengan itu seorang bayi perempuan cantik yang di letakkan pada sebuah peti mutiara berwarna biru dengan meminta bantuan pada Raja bayu untuk membantu menerbangkan putri mahkota Raja Langit yang di beri Nama DEWI RINJANI, sang Raja bayu sempat bertanya dan khawatir atas keputusan dan keinginan sang Ratu untuk membuang putri tunggal nya, sang Raja bayu meminta agar keputusan dan keinginan membuang Putri Mahkota DEWI RINJANI itu di urungkan terlebih Ratu Permaisuri Dewi kumala sari harus mencuci pedang naga biru untuk membuka lapisan gerbang langit.
Sebuah pedang yang memiliki kekuatan sangat besar dan dahsyat. karena pedang Naga biru berada di kerajaan Dewa langit maka seluruh Dewa tahkluk dan taat pada perintah Raja langit
Sehingga Raja langit menjadi ketua tertinggi penguasa para Dewa.
Tidak ada satu Dewa pun yang berani memusuhi apalagi menyerang kerajaan langit, karena sudah bisa di pastikan, mereka akan hancur dan binasa sebelum mereka bisa merampas dan menahklukan kerajaan langit.
Cahaya sinar biru dari pedang naga biru bisa terpancar dengan jarak barat, timur, Utara dan Selatan jagat raya.
Sinarnya yang sangat terang mampu menerangi seluruh jagat raya.
Dengan di ambilnya pedang Naga biru oleh Ratu permaisuri secara otomatis cahaya sinar biru yang menyinari seluruh jagat raya redup. Dewi kumala sari melempar peti mutiara berwarna biru bersamaan dengan pedang naga biru.
Ratu permaisuri Dewi kumala sari sengaja membuka gerbang lapisan penutup pintu langit dengan tujuan Ingin membuang putri mahkota
ke Bumi bersamaan dengan pedang naga biru,
sang Ratu berharap suatu hari nanti putri mahkota akan kembali ke khayangan kerajaan langit dengan melalui pintu yang bisa dia buka lewat kekuatan pedang naga biru.
Beberapa hari kemudian Sang Raja sangat murka ketiika mendapati pedang naga Biru tak ada lagi di tempat nya, sang Ratu Dewi kumala sari yang melihat Amarah dan murka dari Raja langit dia sangat ketakutan, pasalnya dialah yang telah mencuri pedang naga biru dan melemparkannya ke bumi bersamaan dengan terlempar nya putri mahkota DEWI RINJANI
Ratu permaisuri Dewi kumala sari, merasa takut dan gemetar ketika Raja menanyakan di mana bayi yang di lahirannya, dengan wajah memelas
Ratu permaisuri Dewi kumala sari mengatakan bahwa putri mahkota telah tiada ketika dia melahirkan nya Raja sangat kecewa dan bermuram durga, melalui kabar angin sebenarnya Raja tau jika Ratu permaisuri Dewi kumala sari mengandung bayi seorang perempuan, dan Raja juga yakin pasti karena ucapannya yang dahulu pernah mengancam dan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menerima seorang keturunan berjenis kelamin perempuan.
Ada rasa sedih dan sesal Karena ucapannya lah yang membuat dirinya tak lagi mampu mengendong bayi cantik buah dari cinta nya, belum juga usai berduka dengan ketiadaan sang buah hati, kini Raja Langit harus menghadapi berbagai serangan dari para Dewa iblis yang dengan berani menyerang kerajaan khayangan Langit.
Rupanya mereka mengerti dan telah mengetahui jika pedang naga biru tak lagi berada di kerajaan langit sehingga mereka berani menyerang kerajaan langit, tanpa pedang naga Biru Raja langit beserta kerajaan nya dengan mudah bisa di kuasai.
Kini kerajaan langit berada di ambang kehancuran sang permaisuri Ratu Dewi kumala sari menangisi kebodohan dan kecerobohan nya karena telah membuang pedang naga biru ke Bumi, keluh kesah dan penyesalan sang Ratu Dewi kumala sari dia ceritakan pada seorang patih yang sangat setia dan bisa di percaya.
Dengan ijin dan restu sang Ratu, patih kerajaan langit yang memiliki nama Patih Samesta berangkat ke planet Bumi untuk nmencari pedang naga biru yang telah di buang dan di jatuhkan sang Ratu permaisuri Dewi kumala sari, agar bisa membebaskan kerajaan langit dan Raja langit dari cengkeraman Raja iblis yang telah mengikat Raja langit pada kubangan lembah api.
Patih Samesta menjelajahi seluruh alam Bumi untuk mencari keberadaan putri mahkota langit dan pedang Naga biru.
Sementara di sebuah pekotaan Hill terjadi kekacauan yang sangat dahsyat dan meresahkan seluruh warga, perampokan besar besaran terjadi pada bank dan juga pada toko toko yang ada di sekitar kawasan itu, selalu terjadi dan belum ada satupun pihak kepolisian yang mampu menangkap siapa dalang di balik semua tragedi itu, kerugian terjadi di mana mana penderitaan warga semakin parah ketika semua bahan pokok dan pajak naik dengan drastis.
Kini tidak ada yang berani membuka toko sampai malam karena sang perampok misterius yang juga memiliki senjata api dia selalu datang pada tengah malam tidak segan segan akan membunuh siapa saja yang menghalangi mereka.
Kehidupan warga di kawasan perkotaan Hill sangat memprihatinkan, suasana dan keadaan yang masih sangat sore sudah tak ada warga yang lalu lalang di jalan. Jalanan terlihat sepi dan legam.
Cahaya lampu yang terang sedang menerangi sebuah rumah yang cukup megah, mereka sedang duduk bersantai di ruang makan dengan hidangan beraneka menu makanan.
"Pa..!" tolong kamu pikirkan lagi jangan mengambil resiko dengan menerima perintah
atasan, ingat pa, polisi di sini saja sulit menemukan siapa pelaku perampokan itu apalagi kita para pendatang."
"Ini, memang sulit ma! tapi apa salahnya kita mencoba, lihatnya kota ini, begitu sepi mencekam, aku bisa melihat penderitaan mereka, ma! kita harus menolong mereka kita harus membuat kota ini aman lagi."
"Aku tau pa! tapi setidaknya bercermin lah dari mereka."
"Sudahlah, ma! aku sudah putuskan jadi kewajiban mama cukup doakan suami tampanmu ini berhasil."ucap laki-laki itu sambil mengecup kening istrinya yang masih gusar.
"Terserah, papa! tapi aku tidak mau menjadi janda gara gara ini." Seru sang istri sambil berlalu masuk ke dalam kamar di mana kedua putrinya sedang tertidur pulas. Di kecup dan di cium nya gadis kecil yang masih tertidur itu, lalu matanya berpindah pada satu Ranjang yang juga terdapat sosok bayi kecil yang usianya tak jauh berbeda dengan gadis kecil yang habis di cium dengan penuh kasih sayang.
Wanita itu berjalan mendekati box satu nya, tidak ada ciuman apalagi belaian seperti yang telah ia lakukan pada gadis kecil yang ada di box sebelahnya, tatapan nya begitu tajam dan dingin.
"Aku, tidak tau apakah Suamiku berkata benar atau tidak, aku tidak tau apakah kamu benar benar gadis malang yang di temukan Suamiku ketiika berada di lautan ataukah kamu anak hasil selingkuhan nya yang perlu kamu ketahui aku tidak akan menerima kehadiran mu di rumah ini dengan ihklas, tidak sudih aku merawat anak orang, bikin susah saja." keluh wanita itu dengan kesal.
Dengan sangat berani Inspektur Abdul Rojak berusaha untuk menyelesaikan masalah kejahatan yang ada di kota Hill kini dia berjuang menjadi seorang detektif demi menggungkap siapa yang menjadi dalang dari kerusuhan yang ada di kota itu.
Di dalam gelap nya malam dengan cahaya bulan dan bintang perwira tinggi inspektur Abdul Rojak berjalan menyusuri kota Hill yang sepi semua toko yang ada di pinggir jalan mulai banyak yang tutup terlihat beberapa orang sangat tergesa-gesa menutup toko miliknya, mungkin mereka ketakutan dengan kabar perampok semalam yang menggemparkan seluruh kota Hill, BANK ternama terpaksa kebobolan dan berhasil di raup habis uangnya yang sudah pasti tak terhitung kerugian yang di alami.
Di ujung jalan kota Hill tampak sebuah warung kopi yang masih terbuka dengan beberapa pengunjung yang masih asik menikmati manisnya kopi malam hari.
Inspektur Abdul Rojak segera masuk dan duduk, melihat ada seorang tamu pengunjung yang masuk segera penjaga warung kopi menghampiri.
"Maaf, Tuan! sebentar lagi warungnya mau kami tutup."
"Kenapa, buru-buru, bukankah ini hari masih sore."
"Maaf, Tuan! kami takut jika buka terlalu malam nanti ada perampok."
Sang inspektur pun segera tertawa terbahak bahak mendengar penjelasan penjaga warung kopi.
"Kenapa, kamu harus takut, ini warung kopi yang uangnya tidak akan seberapa, jadi kalau mereka mau merampok pasti tidak akan merampok tempat kecil ini."
"Tapi, Tuan! mereka itu perampok berdarah dingin yang mana tidak segan segan membunuh mangsanya."
"Sudahlah, jangan takut, lebih baik cepat buatkan saya kopi."
"Ba-baik, Tuan!"dengan sangat malas pelayan itupun segera membuatkan kopi.
"Ini, Tuan!"
"Apa, ada gorengannya kalau ada keluarkan aku sangat ingin menikmati kopi, dengan cemilan hangat."
"Ada, tapi Tuan, kami takut tuan akan sangat lama disini sedangkan kami benar benar takut pada perampok itu."
"Jangan, takut justru aku ingin bertemu perampok itu kalau bisa."
"Apa?Tuan jangan main-main kami tidak mau mati konyol, kami masih ingin hidup."
"Ha..ha..ha..ha!"tenang saja ikuti kata kataku.
Kembali sang pelayan masuk ke dalam dan menggeluarkan beberapa cemilan gorengan, beberapa orang yang tadinya ada di situ pun satu demi satu mulai pergi, sang pelayan semakin resah ketika waktu sudah menunjukkan pukul 10,00 itu artinya Sebentar lagi para perampok berdarah dingin itu muncul.
Tak lama kemudian muncullah empat orang asing berbadan tinggi besar ada yang gemuk dan bertato tampang wajah mereka sangat menyeramkan membuat sang pemilik warung menggigil ketakutan.
"Gawat, mereka datang aku harus kabur lewat pintu belakang, tapi orang itu kasian dia bisa mati konyol disini," Gumam laki laki itu dalam hati.
"Tuan, ayo, cepat kita pergi mereka sudah datang, ayo Tuan."
"Kenapa, harus pergi aku justru ingin tau perampok itu seperti apa?
"Kau, benar benar sudah gila, kamu tidak sayang dengan nyawamu."
"pergilah jika kamu takut aku ingin menunggu mereka aku ingin tau apa yang mereka rencanakan.
"Dasar, orang baru, belum tau dia lebih baik aku pergi tinggalkan dia biar dia tau rasa,"ucap laki-laki itu emosi dalam hati tapi ketika dirinya hendak melangkah pergi tiba-tiba dia urungkan niatnya jika aku tinggalkan itu artinya aku manusia tidak berhati terpaksa aku harus menemani orang itu meskipun aku sebenarnya sangat sayang dengan nyawaku.
Dari kejauhan tampak keempat orang itu semakin mendekat.
"Apa, kau yakin boss juga akan datang malam ini, aku juga tidak begitu tau bahkan sampai saat ini siapa bos kita aku juga tidak tau, yang jelas tugas kita cuma menggikuti perintah dam sekarang kota ini sudah menjadi kekuasaan kita sekarang ayo kita bersenang-senang mencari wanita dan minum sepuasnya.
"Ayo, itu di depan warung kopi masih buka kita bisa minum minum di sana."
Berbegas ke empat orang itupun segera pergi mendekati warung kopi, mereka menatap aneh pada salah satu pengunjung yang dengan santainya menikmati makan dan minum.
"Woi..! pergi, kami mau duduk di sini."
Sang laki-laki yang sudah berumur tapi tidak terlalu tua itupun segera bangkit dan berpindah ke tempat duduk yang lain.
Kelakuan sang laki-laki yang tidak melawan dan menurut saja membuat para perampok itu merencanakan sesuatu.
"Adik, lihat! orang itu pasti takut dengan kita ayo, kita kerjain tanganku sudah gatal ingin bermain main."
"Ayo, kak!
"Hei, apa kau mengenal kami?" ucap salah satu perampok bertubuh tinggi besar dan bertato dengan santainya laki-laki itu mengelengkan kepalanya.
"Ayo, kita berkenalan."
Dengan tatapan mata yang tajam dan senyuman yang sinis laki-laki bertubuh tinggi besar segera mengambil cangkir berisi kopi lalu menumpahkan ke baju laki-laki yang ada di depannya sambil tertawa terbahak-bahak.
Sementara laki-laki itu tetap diam dan tenang lain halnya dengan si penjaga warung yang bersembunyi di dalam, tubuhnya menggigil ketakutan, melihat sikap dingin dan kasar laki-laki bertato yang pastinya mereka ada genk perampok kelas kakap bukan lagi kelas teri.
Melihat mainannya diam saja dan tenang tanpa melawan ataupun marah dengan sikap nya membuat sang laki-laki bertubuh tinggi besar dan bertato itu semakin kesal dan garang. Kali ini piring berisi gorengan yang ada di depan laki-laki itu dia tumpahkan isinya dan piringnya langsung dia pecahkan sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
"Pyaaaaarrrr"
Sontak saja bunyi suara itu membuat ketiga temannya pun ikut tertawa terbahak-bahak merasa para perampok yang ada di depannya semakin ganas, inspektur Abdul Rojak yang menyamar menjadi orang biasa itu segera berdiri dengan sangat tenang diusap dan di kebas kebaskan nya bajunya yang kotor dan dengan sangat halus dan tenang dia berdiri di hadapan laki-laki bertubuh tinggi besar dan bertato.
"Ki sanak, silahkan, berikan ganti untuk kerugian ini."
"Apa?" kau menyuruh kami untuk menganti Rugi." kembali laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah, trimalah ini ganti rugi yang cocok untuk mu."
"Plaaaakk..! sebuah tamparan langsung mendarat pada wajah laki-laki yang ada didepannya membuat ketiga temannya yang lain bersorak gembira memberikan semangat.
Laki laki itu segera mengusap wajahnya yang terkena tamparan.
" Masih, mau lagi! nih."
"Plaaaak, plaaaakk..!" dusssss.....dussssss....bumm," tubuh sang laki-laki berkali-kali mendapatkan tamparan dan tendangan sehingga membuat nya terhuyung ke belakang, tawa riuh dan sorak sorai dari ketiga temannya semakin keras bak suporter bola yang yang jumlah pendukung nya sangat banyak suaranya menggema ke seluruh ruangan yang ada di dalam warung kopi sedangkan sang laki-laki itu hanya memiliki satu suporter seorang pemilik kopi yang bersembunyi karena ketakutan.
"Mampus, kamu! sudah kubilang cepat pergi, kamu tidak mau mendengar kan kini kamu bagaikan cicak yang sudah tak berdaya, maafkan aku teman aku masih sayang dengan nyawaku, jadi aku tidak akan menolong mu, percaya lah aku akan menguburkan jenazah mu jika kamu sudah mati."
Tawa riuh yang begitu keras membuat sang laki-laki preman bertubuh tinggi besar dan bertato semakin bersemangat.
"Ayo, pukul lagi, beri dia pelajaran biar dia tau siapa kita."
"Tenang, kawan kalian nikmati saja pemandangan yang indah ini."
"Ha .ha .ha....ha...!'Sebelum laki-laki yang terhuyung itu tegak berdiri kembali laki-laki bertubuh tinggi besar itu maju menyerang kali ini dia menggunakan tendangan kaki ke dada serangan yang sangat cepat bagaikan tendangan jackie chan, akan sangat fatal apabila orang itu tidak siap. Kali ini sang preman laki-laki bertubuh tinggi besar itu meringis kesakitan ketika tendangan kaki yang dia lakukan gagal, ketiika lawannya memegang salah satu kaki yang dia gunakan untuk menendang.
"Kurang ajar, lepaskan, kaki ku." teriak laki-laki itu yang kini harus berdiri dengan satu kaki, ini sangat sulit dan membutuhkan keseimbangan yang tinggi agar dirinya tidak sampai terjatuh.
"Woi..! teman cepat bantu aku serang laki-laki itu!'
"Dengan sangat cepat keempat laki-laki yang tadinya tertawa kini berhamburan mendekat hendak membantu temannya yang tidak bisa lagi berbuat apa-apa karena salah satu kakinya di pegang kuat sang lawan.
"Serang....!"ketiga preman itu segera memberikan serangan dengan gerakan cepat, laki-laki itu memberikan satu serangan dengan mendorong preman Yang kakinya tadi di genggam dengan kuat ke depan sehingga tubuh tinggi besar premanpun langsung menghantam ketiga temannya, tak aya lagi ketiga preman itupun jatuh kelantai dengan di timpa satu teman preman.
"Aaaaaaahhhh...!"teriak mereka bersamaan.
"Kurang ajar, kenapa kau justru menendang kami."
"Bukan mauku menendang kalian, tapi karena kakiku di dorong nya dengan kuat."
"Ayo, kita serang bersama-sama."
Keempat preman mulai bangkit dan hendak memberikan serangan balasan kepada laki-laki yang ada di depannya akan tetapi belum sampai tiga langkah tiba-tiba.
"Doooorrr...!" sebuah suara tembakan yang keluar dari senjata api milik orang di depannya mengarah ke langit langit warung kopi.
"Jangan, bergerak!" sedikit saja kalian melangkah maju maka pistol ini tidak akan segan segan menembus ke jantung kalian. Kembali sang laki-laki itu menembakkan peluru pistol itu ke lantai tepat di depan ke empat laki-laki preman itu sehingga terdengar suara teriakan histeris dari para preman.
"Am-ampun, jangan bunuh kami."teriak mereka bersamaan.
Sementara sang pemilik kopi yang melihat preman itu kalah segera keluar dari tempat persembunyiannya dengan bersorak sorai.
"Wah, kamu hebat punya pistol segala beli di mana?" dan kenapa tadi diam saja ketika mereka berbuat kurang ajar kepada mu, harus nya kamu door sejak tadi biar mereka bungkam."
"Apa, kamu punya tambang?"
"Tambang, untuk apa?"
"Menggikat mereka tentunya."
"Oh, ada, sebentar aku ambilkan kebetulan aku baru beli tambang baru buat menganti sapiku yang tambangnya putus."
Hanya dalam hitungan menit kemudian laki-laki pemilik warung kopi pun sudah muncul dengan membawa tambang.
"Ini!
"Kau , ikat mereka aku yang mengawasi."
"Sudah, jangan takut mereka tidak akan berani berbuat macam-macam."
Setelah mengikat para preman itu dengan cepat sang laki-laki menghubungi pihak kepolisian dan tidak menunggu lama ke empat kawanan perampok itupun di giring ke kantor polisi dan di masukkan ke dalam penjara.
Berita penangkapan para rampok yang meresahkan warga desa di sekitar kota Hill ramai di bicarakan membuat topik penangkapan rampok menjadi berita terhangat hari ini yang berita nya langsung tersebar di seluruh stasiun televisi.
"Ibu..!sini cepat, lihat itu?"
Dengan tergopoh-gopoh seorang wanita muda berlari menuju ke ruang tamu.
"Arum..!" ada apa kau berteriak Teriak Nak."
"Coba, ibu lihat berita itu dan perhatikan baik-baik, bukankah itu mirip dengan Ayah."
"Wajahnya tidak terlalu jelas, ibu tidak yakin,"
"Ayah...!" sini cepat."Teriak Arum.
"Ada, apa Arum, berteriak teriak begini."
"Tuh..!" bukankah itu Ayah."
"Ha.. ha ha .!" mana mungkin itu Ayah, kan semalem Ayah di rumah."
"Oh, iya! tapi wajahnya benar-benar mirip Ayah."
"Sudahlah, Ayahmu tidak mungkin jadi jagoan begitu."
"Benar, kata ibumu Ayahmu tidak akan bisa jadi jagoan, ayo sekarang kita makan malam."
Mereka bertiga berjalan menuju meja makan di mana sudah tersedia berbagai macam menu makanan yang sangat istimewa.
"Tunggu..Bu!" jangan makan dulu."
"Kenapa, yah!"
"Kita, tunggu, Rinjani, Bik panggilan Non Rinjani ya, di tunggu untuk makan malam."
"Baik, Tuan!"
"Yah, kenapa sih, kita mengajak makan malam bersama anak itu."
"Bu, dia kan anak kita."
"Bukan anakku tapi dia anakmu."
Ketika Rinjani datang.
"Sini, duduk Nduk!"
"Bik, bawakan makanan ke kamarku, aku mau makan di kamar saja."
"Bu..!"jangan begitu."
Ibu Arum tidak mengindahkan larangan pak Abdul Rojak , dengan menatap sinis sebelum pergi ke arah Rinjani. Melihat tatapan yang begitu dingin Rinjani memilih menundukkan kepala.
"Hei..!" kenapa sih kamu selalu membuat ibu marah, pergi ke dapur sana jangan makan disini,"
"Arum..?"kenapa bicara mu buruk sekali Nak?"
"Terus, saja Ayah membela nya, aku juga malas makan di sini,"ucap Arum kemudian melangkah pergi. Kini tinggallah Pak Abdul Rojak dan Rinjani.
"Pak! kenapa ibu sangat membenciku, sebenarnya Rinjani ini anak siapa pak?"
"Tentu saja, kamu anak bapak dan ibu, sudah jangan di masukkan hati ucapan saudara mu Arum dan ibumu, ayo kita makan."
"Pak! Rinjani makannya di dapur saja ya, Rinjani ngak ingin membuat ibu dan Arum kesal, Rinjani ingin ibu dan Arum juga menyayangi Rinjani jadi biarkan Rinjani menuruti apa yang ibu mau."
Bapak Abdul Rojak, bangkit dari duduknya dan membelai rambut indah Rinjani dengan penuh haru.
"Kamu, anak yang baik."
"Bapak, tidak melarang, mulai hari ini Rinjani makannya di temani Bik Sumi, tapi sekarang, ayo kita makan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!