NovelToon NovelToon

PELIHARA AKU MAKA AKU AKAN MENGABDI (Jin Putih)

1. BELUM SIAP

Bisingnya jalan kota Jakarta membuat aku makin stres menjalani hidup, apalagi jika langit sudah menampakkan warna jingga, kendaraan macet mulai membludak di sepanjang jalan. Sampai-sampai AC mobil yang dingin jadi terasa panas.

Aku sering kesal dan sering membunyikan klakson walau sebenarnya hal itu sia-sia dan cuma menambah keributan aja.

Tapi karena aku pengen cepat sampai di rumah maka jiwa kurang sabarku meronta-ronta

Niiittt...!

Aku bunyikan klakson berkali-kali

Tiba-tiba hape ku berbunyi, ada panggilan masuk dari entah siapa karena hape aku taruh di dalam tas.

Sambil menjaga setir dan terus melihat depan jalan, aku mengambilnya dengan meraba isi tasku.

Saat hape sudah aku raih rupanya sambungan berhenti. Lalu kembali aku masukkan ke dalam tas tapi hape berdering kedua kalinya, langsung aja aku angkat tanpa jelas melihat nama kontak yang menghubungi aku

"Halo" jawabku

Rupanya seorang dari sebrang yang sudah aku kenal suaranya. Dia sahabatku, Ola. Namanya.

"Lis, malam minggu mau ikut ngumpul gak ?" ajaknya.

"Kemana ?" tanyaku, sambil pelan-pelan mengemudi dalam kemacetan

"Kumpul orang muda Katolik, Lis. Masa lu gak pernah mau ikut sih!" timpalnya

Aku menolaknya "Gak ikutan deh, soalnya malam minggu gua ada acara keluarga. Seriusan deh"

Aku gak mau ikut, karena bagiku gak ada gunanya berkumpul-kumpul gak jelas begitu.

Ola mengeluh "Aduh, ayok dong Lis. Hampir dua puluh tahun lebih loh , lu gak pernah ikut, bahkan lu juga belum babtis Katolik, kan ?"

"Iya, belom. Itu karena gua belom siap aja menerima Agama dengan segala peraturannya. Lagi pula kan hidup gua masih lurus-lurus aja kok, gak seperti orang-orang yang teriak KeTuhanan tapi maksiat setiap hari" ucapku

Tapi Olah mengeluhkan jawabanku "Ya ampun Lis, lu jangan liat dari sisi orang yang beragama diKTP doang, lu harus liat dari sisi orang yang taat dengan Agamanya, dan baik prilakunya"

"Contohnya ?" tanyaku

"Lu kan bisa liat dari orang tua lu, dari teman-temanlu, dari saudara lu" jawabnya

Mendengarnya aku diam sejenak seolah kalah dalam perdebatan. Akhirnya sambungan telpon aku potong

"Ola, udah dulu ya. Macetnya udahan nih. Nanti kita sambung lagi. Bye" tutupku tanpa menunggu balasan penutup darinya

Setelah berlama-lama bertarung dengan kemacetan, akhirnya aku sampai di rumah.

Di rumah besar berlantai dua ini, aku tinggal bertiga dengan Papa, Mama dan dua orang asisten rumah tangga. Kakakku yang pertama perempuan dan Kakakku yang kedua laki-laki. Mereka sudah menikah dan sekarang menetap di luar negri.

Setelah aku parkir mobil di garasi tempat biasa, Aku disambut oleh Mama dan Papa yang sekaligus mau keluar rumah. Mereka mau jalan-jalan berdua

Mama menyapaku sebelum ia masuk kedalam mobilnya. Sementara Papa sudah masuk duluan ke dalam mobil meski tadi sempat tersenyum padaku.

"Eh, anak Mama sudah pulang" sambutnya sambil berdiri dihadapanku

Aku hanya tersenyum dan sedikit menyapanya

" Hai, Ma" sapaku "Mama sama Papa mau ke mana ?" tanyaku

"Mau jalan berdua aja, kamu mau ikut ?" ucapnya

Aku menggelengkan kepala "Gak ah, kalau aku ikut jadinya jalan bertiga dong" jawabku

Mama tertawa kecil "Oh iya, ya udah kalau gitu Mama sama Papa pergi dulu" pamitnya

Aku mengangguk pelan "Iya hati-hati ya Ma, hati-hati ya Pa" ucapku, lalu masuk ke dalam rumah tanpa menunggu mereka pergi lebih dulu.

Masih dalam diruang tamu aku panggil-panggil asistennya Mama. Ada dua orang. Selain mereka rajin bersihin rumah, mereka juga suka dandan dan setiap hari badan mereka wangi dan bersih. Mereka malah sudah dianggap orang terdekat kami karena sudah dua puluh tahun bersama makanya kalau ngobrolin apa pun mereka gak pernah canggung selagi gak menyinggung perasaan aku, Mama dan Papa.

"Tia, Nia !" panggilku

Yang menghampiriku rupanya Tia

"Iya bu" jawabnya

"Tolong kunci pagar ya, tadi saya lupa. Mama sama Papa baru keluar" ucapku

Tia langsung paham dan segera ke depan menguncinya.

Aku bergegas ke lantai dua, belum juga jauh menaiki anak tangga. Nia datang membawa amplop berwarna merah muda

"Bu, Bu. Ini ada titipan dari teman Ibu" ucapnya dari bawah tangga

Akhirnya aku turun kembali untuk menjemput titipannya.

Nia menyodorkannya lalu aku terima

"Makasih Ni" ucapku

"Iya Bu" jawabnya lalu pergi

Aku buka pintu kamarku lalu meletakkan amplop merah jambu diatas meja rias, lalu bergegas untuk mandi. Pikirku setelah mandi baru akan aku buka

Tapi rupanya setelah mandi justru aku sempatkan untuk menonton drakor di leptop karena episodenya sempat terpotong. Setelah jam menunjukkan sembilan malam, aku baru ingat dengan amplop yang tadi aku terima.

Aku mengambilnya lalu membaca sampulnya.

"Undangan pernikahan Laura dan Anton"

Ya, Anton adalah mantan pacarku sementara laura adalah perebut hatinya.

Aku gak meneruskan membaca isi kartu undangannya justru malah membuangnya ke tempat sampah.

Perutku tiba-tiba lapar rasanya mau makan mie rebus campur telur dengan kuah yang extra pedas, akhirnya aku turun ke dapur. Biasanya aku masak mie sendiri tapi kali ini aku lagi malas masak jadinya aku minta Nia yang masakin karena kebetulan di dapur ada dia lagi asik buka sosmed dihapenya.

Sambil aku duduk dihadapan meja makan keluarga, aku lantas menyuruhnya "Masakin mie dong, Ni" ucapku

Tanpa bermalas-malasan, Nia langsung memasakkannya untukku

"Oke Bu, mau yang pedas atau yang manis atau yang biasa?" tanyanya

"Yang pedas banget level seratus kalau ada" jawabku

Nia tertawa "Hahaha. Kalau level seratus bisa moncor loh Bu, udah gitu bibir juga jontor" ucapnya sambil menyiapkan masakannya

Aku mengecap pelan "Biarian aja lah" ucapku

"Emang kenapa sih Bu, kayaknya lagi galau ya ditinggal kawin sama Pak Anton" ucapnya

Dia tau Anton karena sebelumnya Anton beberapa kali pernah bertamu ke rumah.

Aku mengelaknya "Siapa yang galau ?"

"Ya siapa tau Ibu galau, namanya udah lama pacaran, ya kan " ucapnya

Aku bergumam dalam hati "Apaan si nih tukang masak, kepo aja sama urusan majikannya"

Sambil menunggu rebusan mie matang, Nia duduk dihadapanku sambil seolah menasehatiku tapi nadanya kedengaran agak menyindir "Gak usah diambil hati Bu, emang bukan jodoh jadi ya mau apa lagi. Itu kan artinya dia bukan jodoh Ibu" ucapnya

Aku mendengarkannya sambil minum air putih

Tapi dia masih menyindirku "Sekarang Ibu jadi stres sendiri kan ? Keliatan banget dari cara makan mie maunya yang pedas level seratus, minumnya air putih" ucapnya

"Ya terus kalau gua gak minum air putih, gua minum air apa ?"

"Oh iya ya. Hihi" ucapnya, lalu sadar kalau mienya sudah siap dilasih bumbu.

2. HARUS KUAT HATI

Pagi sudah kembali menyapaku kicauan burung-burung peliharaan Papa juga sudah menyambut. Hari ini aku ada janji dengan Ola. Tapi bukan untuk ikut perkumpulan ibadah, cuma mau ngoborol sambil ngopi-ngopi aja.

Setelah aku mandi aku melihat kartu undangan Anton yang kembali tergeletak diatas meja. Entah siapa yang menaruhnya lagi.

Aku mengambilnya lalu membuangnya kembali ke tempat sampah.

Ketika aku turun aku gak melihat Mama dan Papa. Aku pikir mereka masih tidur

Lantas aku tanyakan aja pada Tia yang lagi menyapu di ruang tamu "Ti, Mama Papa belum bangun ya ?" tanyaku

Tanpa menolehku Tia menjawabnya "Oh, Ibu sama Bapak kan ke pabrik" jawabnya

"Oh iya" gumamku "Pagi ini masak apa Ti ?" tanyaku

Tanpa menolehku lagi dan terus menyapu dia jawab aku "Kurang tau Bu, aku belum sarapan. Coba tanya aja langsung sama kokinya. Master Nia"

Tanpa jawaban lagi aku langsung ke dapur, sampai di dapur rupanya Nia lagi bersihin dapur, dia lagi sibuk mengelap meja makan

Aku duduk lalu menanyakan sarapan padanya "Hari ini menunya apa Ni ?" tanyaku sambil mengambil gelas dan air putih lalu minum

"Ibu maunya apa bisa saya sediakan, asal jangan minta suami aja. Wong saya aja janda. Hihi" ucapnya seolah mengajakku bercanda. Tapi entah kenapa pagi ini aku gak kepengen bercanda.

Aku diam aja.

Dia menyadari kalau aku gak bergeming dan tetap fokus pada hape ditanganku, lalu Nia meletakkan secangkir coklat hangat dan roti selai coklat dihadapanku.

"Silakan Bu" ucapnya dengan pelan

Tapi aku gak menggubrisnya meski menyadari ada hidangan yang dia berikan.

Aku masih lihat-lihat berita viral di sosmed

Tiba-tiba Tia datang ke dapur mengabari aku kalau Ola datang " Bu, ada Bu Ola datang"

Aku menolehnya "Loh, bukannya nanti jam sepuluh baru dia datang , kok jam segini dia udah datang sih ?" ucapku bingung

Tia jadi ikutan bingung "Gak tau Bu, orangnya noh ada di ruang tamu" ucapnya

"Oke deh nanti aku ke situ" ucapku

Mendengar aku bilang begitu Tia kembali pergi

Nia malah berdiri memandang suguhannya, mungkin dia agak kecewa kalau suguhannya gak aku sentuh

"Ada apa Ni ?" tanyaku

Nia menunjuk suguhannya "Itu Bu dimakan dan diminum dulu" ucapnya

Aku menoleh suguhannya " Oh iya pasti lah, tapi bentar saya temuin Ola dulu ya" ucapku sambil menggeser kursi

Tapi Nia menahanku " Gak boleh Bu, Gak boleh begitu. Pamali. Kalau makanan sudah didepan mata harus segera dimakan" ucapnya

Aku mengerutkan dahi "Emang kenapa Ni ?" tanyaku

Nia tetap menahanku "Gak boleh, nanti makanan Ibu dimakan Jin loh, apa lagi makanannya gak didoakan dulu, Jinnya udah makan duluan tuh" ucapnya

Aku bingung membedakan ucapan Nia antara menakutiku atau memang benar begitu

"Kalau gitu udah dari tadi dong, ini susu coklat sama roti dimakan Jin" ucapku

Nia mengelak "Oh enggak, jangan salah. Jin akan bereaksi ketika makanan ditinggal. Makanya kalau kita makannya nanggung tiba-tiba berenti terus dilanjutin lagi, makanannya terasa hambar kan ?" jelasnya

"Apaan sih, tahayul tuh" cibirku

"Itu sungguhan Bu" ucapnya

"Iya tapi kan ini makanannya belom saya makan juga" ucapku

Nia tetap menyuruhku sarapan dulu "Udah, jangan banyak berdebat. Ibu sarapan aja dulu"

Akhirnya aku mengalah lalu kembali duduk dan menurutinya.

Tia dan Nia itu wanita dewasa umuran empat puluh tanun tapi karena mereka sudah lama mengasuhku dari aku kecil mereka sudah seperti orang tua bayangan bagiku. Mereka juga gak mau dipanggil Ibu atau Mbak, mereka maunya dipanggil nama karena katanya mereka mau awet muda padahal mereka juga sudah punya anak tapi sudah menikah muda semua, anaknya juga tinggal di kampungnya.

Setelah aku minum susu coklatnya langsung sampai habis dan makan rotinya langsung dua kali gigitan, akhirnya aku menemui Ola yang pasti udah nungguin aku dari tadi. Gara-gara debat masalah jin minum susu coklat.

"Hai, Ola" sapaku setelah sudah sampai diruang tamu

Ola berdiri seolah menyambutku "Hai, Lisa"

Lalu kami saling duduk berhadapan.

Aku yang memulai obrolan lebih dulu "Katanya mau datang jam sepuluh, tapi kok udah datang aja" ucapku

Ola tersenyum "Iya, gua mau sekalian ngajak lu beli kado buat Anton kan dia nikah, emang lu gak diundang. Masa seorang lu gak diundang sih" ucapnya

Sejenak aku berfikir "Enggak, gua enggak diundang" ucapku

Ola terpaku pada perkataanku "Loh, katanya si Anton lu diundang kok" ucapnya

Aku mengelak "Enggak, dia gak ngundang gua. Mungkin dia bilang begitu cuma biar keliatan dewasa aja kali, seolah gak ada dendam sakit hati atau apa lah itu" ucapku

"Tapi apa bener, lu serius gak diundang ?" tanya Ola lagi

Aku mengangguk "Iya gak diundang. Lagian gua biasa aja kok gak diundang ya gak apa juga, yang penting dia bahagia" ucapku

"Owh, gak nyangka kalau dia bisa bohong ya" ucap Ola

"Yaudah lah gak usah dipikirin. Kita mau ke mana sekarang ?" ucapku

"Ya temenin gua nyari kado dulu yuk, buat Anton" ucapnya

Aku mengangguk setuju "Oh oke gua anterin" ucapku

Ola berdiri lalu mulai begegas pergi "Yuk" ajaknya

Tapi aku tahan " Bentar, gua ambil tas dulu" ucapku lalu mengambil tas dengan langkah yang agak dipercepat

Setelah aku mengambil tas akhirnya kami pergi ke mal dengan mobil yang langsung dikendari oleh Ola.

Ditengah perjalanan Ola mengawali obrolan "Kalau mendekati jam sepuluh begini sih di jalan ini gak ga begitu macet ya Lis" ucapnya

"Iya bener tapi kalau udah sore macetnya bikin darah tinggi kumat" tambahku

"Bener banget, gua juga kadang suka kesel sama kemacetan yang semakin parah"

"Iya karena kan yang punya mobil sekarang udah banyak, apa lagi satu orang masing-masing bawa mobil"

"Iya juga sih" ucapnya "Oh iya kira-kira kadonya apa ya, lu ada usul gak ?" tanyanya padaku

Aku jadi bingung jawabnya "Kasih bingkai foto aja" saranku

Ola gak setuju "Ngaco lu, masa gua kasih kadonya bingkai foto"

"Loh bingkai foto kan juga mahal" ucapku

"Ya gak harus bingkai foto juga lah" ucap Ola

Aku tersenyum, jadi geli sendiri membayangkan Anton membuka kadonya tapi cuma bingkai foto

Ola menyadari aku senyum-senyum sendiri "Kenapa lu senyum-senyum ?"tanyanya

"Gua cuma tiba-tiba ngebayangin si Anton buka kado dari lu, dia kira kadonya mahal kali ya. Soalnya kan lu orang berduit. Pas diliat rupanya cuma bingkai foto. Hahahah" ucapku yang akhirnya gak bisa tahan ketawa

Ola tertawa geli juga mungkin dia membayangkannya "Iya, dia itukan mata duitan ya, ekspektasinya tinggi kalau berteman sama orang yang ada duitnya. Hihi"

3. NIAT MEMBANTU

Hari ini di kantor lagi banyak dokumen yang perlu dirapikan karena Ria. staf kantor sering gak masuk. Dia sering sakit-sakitan akhir-akhir ini tapi dia berjanji besok akan masuk kerja kembali

Akhirnya dengan terpaksa aku merapikan pekerjaannya yang sudah menumpuk, sampai larut malam. Dengan teliti aku merapikan dokumen sampai jam sembilan . Meski merasa lelah aku belum juga pulang padahal kantor sudah tutup dari jam lima sore.

Tiba-tiba pintu lemari yang terbuka bergerak sendiri tapi gak sampai menutup

Meskipun kepalaku tertunduk merapikan dokumen, aku yang menyadarinya mencoba meliriknya. Tapi memang gak ada siapa-siapa yang menggerakkannya

Aku berusaha berfikir kalau itu cuma angin yang menggerakkannya meskipun aku sadar betul gak merasakan ada angin masuk

Tapi rasa hati ini lama kelamaan jadi terasa gugup sendiri, tiba-tiba aja aku jadi ketakutan.

Dokumen yang belum selesai aku kerjakan akhirnya aku tinggal begitu aja lalu dengan langkah yang ketakutan aku turun ke parkiran basement yang sudah nyaris gelap dan cepat masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil setidaknya aku merasa aman meskipun aku masih gemetaran, tanganku dingin dan jantungku berdenyut lebih cepat dari biasanya.

Sebelum aku tancap gas, aku berusaha menenangkan pikiran sebentar. Tapi tiba-tiba radio berbunyi dan berganti-ganti siaran sendiri.

Tapi disitu aku gak mau panik, dengan tenang aku matikan kembali radionya dan akhirnya aku lebih memilih tancap gas daripada harus berlama-lama lagi

Didalam perjalanan kebetulan gak begitu macet, Jadinya aku juga bisa lebih tenang menyetir.

Sesampainya di rumah sudah cukup larut malam, di ruang tamu sudah ada Mama bersama Nia dan Tia menungguku sejak dari sore

Mama menyambutku dengan tenang sambil merasakan pijitan Tia kaki kanan Mama, Nia kaki kiri Mama

"Akhirnya pulang juga, tadi ditelpon kok gak kesambung ya ?" ucap Mama

Sambil melangkah aku duduk di sebelah Tia "Tadi masih banyak kerjaan di kantor" ucapku

Mama mengangguk paham "Terus udah selesai belum ?" tanyanya

"Belum sih, tapi dikit lagi. Mungkin besok juga udah selesai" ucapku

"Oh gitu, ya udah sana kamu mandi dulu" suruhnya

Aku beranjak bangun dan berdiri " Iya aku ke atas dulu" ucapku

Sementara Nia dan Tia cuma jadi penonton diantara aku dan Mama

Aku sudah sampai di kamar tapi gak jadi mandi karena keburu malas. Akhirnya aku putuskan untuk ganti pakaian aja lalu rebahan

Aku menatap langit-langit kamar lalu mengenang kembali masa kecilku yang tanpa beban, aku hanya menangis pada saat mainanku dirampas temanku atau aku jatuh.

Didalam lamunanku aku merasakan angin begitu kencang masuk jendela. Langsung aja aku merapatkan jendela.

Rupanya malam ini akan turun hujan terlihat langitnya gelap kelabu tanpa bintang disertai angin yang kencang

Tanpa sadar aku tertidur dan terbangun dijam dua pagi tapi hujan sedang turun dengan deras

Entah kenapa aku terarahkan untuk cek chat masuk dihape aku. Rupanya ada banyak chat masuk tapi yang lebih aku fokuskan untuk membuka chat masuk hanya dari Elsa aja. Dia temanku tapi sudah hampir lima tahun aku gak pernah bertemu lagi dengannya, rupanya dia masih menyimpan kontak hape ku.

Karena chat yang dia ketik terlalu panjang akhirnya aku baca pelan-pelan

"Hai, Lisa. Apa kabarnya, semoga sehat selalu ya. Oke Lis tanpa banyak ketikan gua mau kabarin satu hal sama lu tentang keadaan gua sekarang. Sekarang ini gua ada dalam masa bangkrut, perusahaan bokap nyokap gua hancur karena hutang dan piutang yang gak bergerak. Tapi di sini gua rasa lu tau maksud gua kan. Tapi bukan yang ada dipikiran lu itu mau gua, karena gua gak akan pinjem duit. Tapi gua pengen lu beli rumah gua, semoga lu tertarik. Kalau lu mau beli lu bisa balas chat ini, tapi kalau lu gak mau lu bisa abaikan dan jangan balas apa-apa. Sori ya Lis, gua lagi jatuh banget jadi gak bisa banyak ngobrol selain bahas jual ruamh. Thank You ya Lis, semoga sehat selalu"

Membacanya aku jadi bingung karena bukannya dia termasuk keluarga yang kaya raya, apa iya dia bangkrut sampai jual rumah, mungkin aku harus cari tau ke teman-teman yang lainnya.

Pagi sudah menyambutku kembali paduan kicauan burung seolah menjadi pengiring pagi yang dingin tanpa matahari. Karena pagi ini mendung dan terasa berkabut.

Aku kembali berangkat ke kantor melintasi beberapa badan jalan yang sudah tergenang air hujan tapi nanti juga bakalan surut sendiri.

Hari ini Ria masuk kantor, aku merasa lega dibuatnya, meskipun aku kasihan padanya karena dari wajahnya dia terlihat masih pucat dan lesu. Aku menyapanya untuk membuatnya lebih nyaman lagi "Hai, Ria apa kamu sudah lebih sehat ?" tanyaku

Ria tersenyum lalu membalas sapaanku dengan nada yang lemah "Iya Bu sudah lebih baik, makasih Bu" ucapnya

Karena aku melihatnya kelihatan masih belum sembuh total, akhirnya aku suruh dia untuk pulang aja "Kalau kamu masih merasa gak enak badan, kamu boleh pulang. Daripada kerja yang ada nanti makin stres" ucapku

Tapi Ria menolaknya "Gak usah Bu, gak apa kok . Saya masih kuat kerja" ucapnya

Aku mengangguk paham "Oke kalau gitu kamu boleh lanjutkan pekerjaan kamu ya" ucapku lalu pergi meninggalkan ruangan administrasi yang semalam bikin aku ketakutan.

Aku masuk ke dalam ruanganku kebetulan aku Direktur perusahaannya.

Aku teringat kembali tentang chat Elsa yang mengaku bangkrut. Akhirnya aku kepikiran untuk bertanya kepada Ola, aku mau cari tau ke Ola meskipun sebenarnya aku dan Ola gak akrab dengan Elsa. Meskipun kami pernah satu sekolah sedari SMP tapi Elsa yang kami kenal adalah pribadi yang pendiam dan cenderung menghindar

Aku coba telpon Ola

Nuuut ! Nuut ! Nuu!

Gak lama akhirnya diangkat

"Ada apa Lis ?" tanya Ola dari jauh

"Gua mau tau dong riwayatnya Elsa skarang itu bagaimana sih ?" tanyaku

Ola menjawabnya dengan santai "Udah bangkrut Lis gara-gara gak bisa bayar utang dan piutang perusahaannya juga gak masuk" jawabnya

Mendengarnya aku syok "Kok lu bisa tau ?" tanyaku

"Dia sempet cerita sama temennnya tapi rupanya temennya ceppu dan akhirnya cerita sama gua" ucapnya

"Oh, begitu. Berarti lu tau dong kalau dia mau jual rumah ?" tanyaku

"Iya tau, sampe sekarang belum laku kayaknya" ucapnya lagi

Aku mengangguk paham "Oh gitu"

"Iya, emang kenapa Lis ?" tanyanya

"Semalam dia chat gua nawarin rumah, dia bilang kalai dia bangkrut. Gitu"

"Owh, jadi lu minat mau beli rumahnya ?"

"Ya kalau harganya cocok dan rumahnya oke dan gua suka ya gua mau beli itung-itung bantu dia"

"Wah, banyak juga duit lu" ucap Ola

"Ah, banyakan juga duit lu Ol" balasku

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!