Dita Safira Keysa Hendarto,putri bungsu dari keluarga
Hendarto yang masih berusia 16 tahun. Cantik, humble, berpikiran dewasa, tetapi terkadang ia adalah remaja yang sangat manja ketika bersama ayahnya. Karena ia adalah satu satunya anak perempuan di keluarga Hendarto, sedangkan dua kakaknya sudah menikah dan tinggal di luar negri.
Itulah yang membuat Dita kesepian dan selalu mengikuti ayahnya saat di kantor maupun tugas ke luar kota.
"Dududu... dudu... "Dita bernyanyi riang saat mematut dirinya di depan cermin.
Kulitnya putih, berhidung mancung, membuat gadis ini terlihat cantik, tetapi di usianya yang sekarang ia belum ingin mempunyai teman dekat ataupun pacar.
"Pagi sayang ... ." Pak Hendarto menghampirinya dengan tergesa gesa.
Orang tua tunggal Dita selalu disibukkan dengan aktifitasnya. Ia membesarkan seorang diri putri bungsunya itu sejak lahir karena istrinya meninggal saat melahirkan Dita.
"Pagi papa ... ." Dita mencium pipi papanya, sikapnya yang manja membuat papahnya selalu kewalahan menghadapinya.
"Sayang maaf, hari ini papa ada janji dan tidak bisa mengantarmu ke sekolah." Dita seketika memanyunkan bibirnya saat mendengar perkataan papahnya.
Ya,akhir-akhir ini Pak Hendarto seringkali disibukkan dengan perusahaan miliknya, menjadikan mereka berdua jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama seperti biasanya.
Melihat ekspresi anaknya yang kecewa pak Hendarto sudah mempunyai solusi yang membuat putrinya akan senang mendengarnya.
"Tadi papa sudah minta tolong Om Adit untuk mengantarmu ke sekolah pagi ini, kemarin dia baru pulang dari Bandung," ujar Pak Hendarto sambil menoel hidung putrinya.
Senyumnya kembali merekah mendengar partner kerja papahnya akan menjemput.
Mereka memang dekat sejak dulu, sejak Dita TK ia sudah dekat dan bergantung dengan Adit putra wiraguna, salah satu partner kerja Pak Hendarto yang merupakan pengusaha sukses di bidang properti.
"Om Adit...? Mmm sudah lama aku tidak bertemu dengannya, pastinya aku akan menagih janjinya yang mau mengajakku jalan-jalan." Dita kembali bersemangat, telah lama ia tak bertemu dengan teman papahnya itu, dan sikapnya sudah terbiasa manja kepadanya sejak dulu.
"Ok sayang ,papa langsung berangkat ya, kamu yang pinter sekolahnya, kalau ada apa apa nanti telpon Papa." Pak Hendarto mencium kening putri bungsunya itu lalu meninggalkan kamar Dita.
"Hati-hati Papa..." pesan Dita pada ayahnya yang mulai menghilang di balik pintu kamarnya.
Dita kembali merapikan bajunya dan memasukkan semua keperluannya untuk sekolah ke dalam tas.Buku tulis, LKS, dan laptop telah ia masukkan kedalam ransel miliknya.
Dita menuju meja makan setelah semuanya beres dan menghabiskan sarapan yang sudah disiapkan mbok Inah sembari menunggu jemputan.
Dita menatap sekeliling, sepi tak ada teman mengobrol di pagi hari.
Papahnya sudah berangkat pagi-pagi sekali karena ada tugas mendadak, kedua kakaknya memilih tinggal di luar negri bersama keluarga kecil mereka.
Sedangkan mamanya sudah meninggal sejak ia lahir. Ia sudah terbiasa hidup sendiri bersama ayahnya dengan dibantu mbok Inah dan mang Iwan pembantu di rumahnya.
Dita masih termenung mengingat satu persatu keluarganya, terutama mamahnya yang belum pernah ia melihat wajahnya secara langsung. Sedih pastinya, merindukan sosok seorang ibu yang bisa menjadi teman curhatnya.
"Selamat pagi cantik... ." Terdengar suara yang membuyarkan lamunannya.
Suara itu terdengar tepat di telinga Dita. Suara yang sangat ia kenal, yang selalu menjadi tempat curhatnya saat sedih ataupun bahagia.
"Om Adit ...!!!" Dita langsung berjingkat saking senangnya.
Antara bingung ingin memeluk atau tidak. Malu dengan dirinya sendiri yang sudah beranjak dewasa dan bertingkah kekanak-kanakan.
"Hei...ada apa dengan gadis Om ini?apa kau tidak kangen padaku?" Membuka lebar kedua tangannya bersiap menyambut Dita memeluknya.
Ragu, tetapi akhirnya Dita memeluk Adit karena rindu hingga membuat Adit sesak napas.
Gadis ini memang sudah terbiasa dekat dengannya sedari kecil, bahkan tak segan-segan Dita selalu bersikap manja dengan Adit, karena ia yang selalu menemani Dita kecil saat ayahnya sibuk di kantor
"Dita,Om sulit bernapas, nih," protes Adit.
"Habisnya Om bohongin Dita, katanya mau mengajak jalan-jalan terus traktir ice cream, tapi kok malah gak pulang pulang dari Bandung." Dita melepas pelukannya dan sedikit memanyunkan bibirnya, sebagai tanda protesnya terhadap Adit.
"Hadeh...gadis kecilnya om ngambek nih ceritanya,udah gede lho." Adit menggodanya dengan mencubit hidung Dita yang mancung.
"Awww sakit tau..." Dita merengek manja.
"Makanya gak usah manyun, jelek tau."
"Om janji dulu,ajak aku jalan-jalan terus traktir ice cream." Dita merubah wajahnya memelas.
"Ok ok ok...om kali ini janji,sepulang sekolah nanti om yang jemput nanti kita makan ice cream." Adit menyetujui permintaan Dita.
"Beneran om?" Dita kembali bersemangat,wajahnya tampak senang.
"Bener cantik, sejak kapan aku mengingkari janjiku padamu?" Adit menautkan kelingkingnya.Jari kelingking mereka pun saling bertaut.
"Makasih om Aditku..." Dita merekahkan senyum tercantiknya.
Adit Pun segera mengajak dita keluar dan berangkat sekolah secepatnya, karena hari sudah mulai siang. Adit takut bila gadis kecilnya terlambat.
Disela-sela perjalanan ke sekolah, Adit mencoba membuka obrolan, sedangkan Dita asyik mendengarkan lagu dari ponsel pintarnya.
"Dita.." ujar Adit sembari menyetir, melirik Dita yang asyik menikmati lagu lewat earphone miliknya.
"Iya om." Dita melepas headsetnya, mendengar Adit memanggilnya.
"Tadi papamu telpon,katanya hari ini mendadak harus ke luar kota dan lusa baru pulang," jelas Adit.
"Yah...papa sekarang sibuk banget." Dita sedikit kecewa karena lagi-lagi papahnya pergi ke luar kota.
"Hei...tenang kan ada om adit di sini." Hibur Adit yang paham akan perasaan Dita.
"Om adit semenjak punya pacar sudah lupa sama aku," ujar Dita yang sedikit kecewa
"Gadis kecilnya om kok gitu sih," ujar Adit yang merasa tidak enak karena memang akhir akhir ini ia jarang berkomunikasi dengan Dita.
"Ya habisnya om sih...sekarang udah lupa sama aku, jarang main ke rumah, jarang ngajak aku jalan-jalan sudah jarang telpon pula."
"Iya iya om janji deh gak bakal lupa sama gadis kecilnya om yang cantik ini." Adit menoel hidung Dita. Mencoba mencairkan Hati Dita yang mulai bergemuruh.
Pipi Dita pun seketika memerah, karena entah sejak kapan Dita selalu merindukan kebersamaannya bersama om Adit .
Apalagi semenjak Dita mendengar kabar kalau om Adit telah mempunyai pacar. Dita tambah merindu , tapi buru buru ia tepis rasa itu karna ia dan Adit hanya sebatas hubungan keluarga yang terjalin begitu dekat sejak dari dulu.
"Hei, sudah sampai, melamun saja." Adit membuyarkan lamunan Dita. Sontak membuat gadis itu kaget dan malu.
Om adit mendekat kearah Dita,betapa deg degan hatinya ketika aroma parfum Adit begitu terasa maskulin. Sepersekian detik mereka bertatapan.
Hati Dita semakin tak karuan,nafas om Adit begitu terasa, Dita berusaha memejamkan matanya karena saking gugupnya, takut bila terjadi sesuatu seperti di film-film romantis yang sering ditontonnya itu tuh.
"Awwww..." Terasa dahi dita tersentil tangan om Adit.
"Ayo sekolah..." om Adit masih menatap dita dengan intens.
Dita masih terlihat gusar karna wajah Adit begitu dekat dengan wajahnya,dan terlihat jelas pipinya terlihat merona.
"Om,bisakah om mundur sedikit,sepertinya Dita kesulitan bernafas"
"Hahahhaha...kamu lucu Dita, om hanya ingin melepas sabuk pengamanmu."
"Iya, Dita tahu, tapi jarak om terlalu dekat,dita jadi grogi nih," ujar Dita malu malu.
"Hei, gadis kecil sejak kapan kamu malu dengan Om?"
"Ish...Om Adit kenapa sih seneng banget menggodaku?"
"Seneng banget lihat kamu kalau udah manyun kayak gitu, lucu." Adit mengacak acak pucuk kepala Dita.
"Om Adit, aku sekolah dulu ya." Sekilas Dita mencium pipi Adit lalu beranjak keluar mobil .
"OMG Dita..."Adit sedikit berteriak dari dalam mobil.
Gadis itu kini benar benar sudah berani menggodanya.
Dita yang mendengarnya, cekikikan sendiri dan langsung berlari ke dalam sekolah.
Entah bahagia atau apa yang ia rasakan ada rasa tersendiri saat pagi ini bertemu dengan Adit, setelah sekian lama Adit sibuk dengan proyeknya di Bandung.
Mereka bukan sepasang kekasih, tetapi Adit hanya menganggapnya sudah seperti adiknya sendiri. Karena usianya yang terpaut sangat jauh Dita lebih senang memanggil Adit dengan sebutan 'om' sejak kecil.
Hari-hari Dita kecil selalu ditemani Adit, hingga ia beranjak menjadi seorang remaja yang manja, cantik, smart, kuat, meskipun terkadang keras kepala.
Meskipun terkadang ia sering menunjukkan kekonyolannya jika sudah berurusan dengan pacar-pacarnya Adit. Tidak segan-segan ia mengganggu kencan adit dengan ulahnya.
Baik saat masih kecil maupun saat remaja seperti sekarang ini.
Adit tak pernah mempermasalahkannya, karena yang ia tahu Dita adalah bagian dari hidupnya dan semua pacarnya harus bisa menerima kehadirannya.
Alhasil semuanya mundur pelan pelan karna tak tahan dengan tingkah Dita .
Bahkan ada yang pernah mengatai Adit untuk menikahi Dita saja karena saking jengkelnya terhadap Dita.
Adit hanya menanggapi santai perkataan para mantannya, yang ada di pikiran ia saat itu mereka bukan jodoh yang baik untuk dia, lebih tepatnya ia akan menunggu wanita yang bisa menerima semua kekurangan dan yang paling penting kehadiran Dita dalam kehidupan Adit, karena mereka sudah terlalu dekat dan mau tidak mau mereka harus bisa menerima semua itu.
Yah rumit memang kalau harus berpacaran dengan Adit dan mungkin itu adalah sebuah petaka karena mereka harus berhadapan dengan Dita.
Yah itulah "Dita Syafira Keysa Hendarto"
Gerbang sekolah SMA Harapan Bangsa telah terbuka lebar , semua siswa telah berhambur keluar. Semua siswa saling bercanda satu sama lain sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing.
Di ujung jalan ada sebuah mobil sedan hitam yang telah terparkir sejak tadi menunggu salah satu siswa. Satu gadis cantik melambaikan tangan pada teman-temannya sebagai tanda perpisahan, ia langsung menuju mobil hitam yang sedari tadi sudah menunggunya.
"Bagaimana gadis kecilku sekolahnya hari ini?" tanya Om Adit saat Dita duduk di dalam mobil.
"Hmmm....." Dita hanya bergumam tidak jelas.
"Why? are you bad mood?" tanya Om Adit
"Gak sih Om, Dita malahan seneng banget." mata Dita nampak berbinar.
"Wow,,,bahagianya gadis kecil Om hari ini, apa ada teman cowok yang menembakmu? kenalkan pada Om."
"Ish...ya gak lah, mana ada yang berani dengan gadis galak sepertiku, yang ada mereka kabur duluan."
"Hahahaha... kau itu memang gadis kecilku yang langka, di saat banyak remaja yang asyik berpacaran kamu malah cuek, malah lebih senang pergi dengan Om-Om sepertiku."
"Ih, apaan, sih omongnya, pacaran itu gak penting, tiap hari aja udah liat orang pacaran, ngikutin Om Adit pacaran membuaku takut kalau dia akan membatasiku untuk berteman dengan siapa saja."
"Tumben ngomongnya bijak," sindir Adit.
Dita tertawa terbahak-bahak, ia pun tak mengira bila kata-kata itu keluar dari bibirnya.
"Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta ya, hingga apa yang diucapakan bisa berubah drastis, seorang Dita syafira keysa Hendarto." om Adit menggoda Dita
"Mulai deh ngaco, aku masih sekolah, ntar bisa bisa dimarahin Papa aku kalau pacaran, lagian kan kata Papa, aku harus fokus buat bantu papa di perusahaan karena aktivitas papa yang makin sibuk."
"Hohohoho.. gadis kecilku udah gede ternyata, sepertinya sudah mulai mengenal cinta nih, kenalin sama om siapa pacarnya? Biar om bisa seleksi." Adit menggoda Dita.
Muncul semburat merah pada pipi Dita membuat Adit gemas untuk selalu menggoda gadis ABG tersebut. Bahkan Dita nampak malu saat
Adit berusaha menggoda gadis kecilnya itu.
"Om Adiiit ... udah dibilangin Dita gak punya pacar, gak ada jatuh cinta-cintaan." Dita mencubit lengan Adit karena jengkel.
"Awwww...ok.ok...maafin Om." Adit menyampingkan badannya menghadap Dita, sedangkan Dita malah menoleh ke jendela karena ngambek.
"Cantiknya Om...kalau ngambek jelek lho." rayu Adit.
Membujuk Dita yang sedang ngambek memang sedikit susah karena sifat keras kepala dan manjanya.
Dita masih bergeming menghadap jendela mobil. Mungkin hatinya kini bergemuruh menutupi rasa malunya.
"Om minta maaf Dita . "Adit mengulangi permohonan maafnya, tetapi Dita masih tetap bergeming.
"Ok, kita langsung pulang saja, gak usah jalan-jalan terus makan ice cream. Berhubung kamu ngambek jadi om antar pulang saja,"ujar Adit melirik Dita yang masih ngambek.
"Om ... "Dita merengek mengembangkan senyum tercantiknya.
"Nah gitu dong,begitu kan lebih cantik, sekarang kita let's go kamu pasti akan suka dengan tempatnya." Adit mengacak pucuk kepala Dita..
Sepanjang perjalanan mereka mengobrol dengan santai, Dita menceritakan kegiatan sekolahnya tentang kejadian sonya yang tertidur di kelas, tentang adrian yang di setrap gara-gara terlambat serta tentang kesibukan ayahnya akhir akhir ini yang membuat Dita kesepian.. Adit pun mendengarkan dengan seksama, sesekali ia menimpali dan memberi nasehat pada gadis kecilnya itu. Dan sesekali menggoda Dita karena ia terlalu gemas melihat gadis kecilnya itu ketika merajuk.
Sampailah mereka di tempat tujuan, Adit langsung menggandeng Dita masuk ke dalam kedai khusus ice cream.
Di sana menjual berbagai macam varian ice cream dengan toping yang sangat lezat.Terutama yang paling menarik adalah tempatnya yang asri dan mempunyai desain yang klasik.
Mereka mengambil tempat duduk di lantai atas yang terbuka dan langsung memperlihatkan view pegunungan dari atas yang indah. Alam pegunungan yang asri dan indah membuat suasana kedai itu semakin syahdu, terutama bagi pasangan yang dimabuk cinta.
Dita sempat canggung saat memasuki kedai, karena semuanya adalah pasangan dan Dita yakin mereka adalah pasangan kekasih, banyak pasang mata yang memandang Dita dan Adit. Ada yang memandang mencemooh karena Dita yang masih berseragam SMU sedangkan Adit memakai pakaian formal.
Ada pula yang tersenyum kagum melihat mereka karena kecantikan dan ketampanan mereka meski mereka berbeda jauh usianya, tetapi mereka tetap serasi jika menjadi pasangan kekasih.
"Wah bagus banget om tempatnya,dita suka"Dita takjub dengan pemandangan di sekitarnya
"Ini tempat favorit om lho,jadi kamu harus tau tempat ini." Seketika raut muka dita berubah masam mendengar penuturan Adit. Merasa sensitiv bila menyangkut para mantan kekasih Adit.
"Pasti Om suka ajak pacarnya ke sini ya?" Dita mulai menunjukkan sifat juteknya
Adit langsung terpingkal-pingkal mendengar penuturan Dita yang terdengar lucu baginya, apalagi ekspresi wajahnya yang sangat tidak enak dipandang.
"Ish...Om jahat, malah tertawa." Dita malah memanyunkan bibirnya, kesal dengan Adit yang menertawainya.
"Kamu itu lucu cantik ... ."Adit masih tertawa terbahak-bahak
"lucu apanya? gak ada yang lucu." Dita masih terlihat cemberut.
"Udah, udah dari tadi ngambek melulu,mau pesen ice cream apa sekarang?" Adit menyudahi godaannya pada dita
"Aku mau ice cream strawberry dua," ucap Dita sambil memberengut kesal.
Adit memanggil waitress dan segera memesan ice cream. Mereka duduk berhadapan , Dita sesekali mencuri pandang melihat Adit.
Hari ini Omnya itu sangat terlihat berbeda sekali dari sebelumnya , wajahnya lebih terlihat kalem, tetapi tetap tegas. Sedangkan Adit asik melihat pemandangan sekitar yang begitu indah sambil menunggu pesanan mereka datang.
Tanpa sengaja sekilas mereka bertatapan, mata Adit menatap Dita dengan teduh dilihatnya gadis kecilnya itu bertransformasi menjadi gadis yang cantik, meskipun seringkali ia dibuat kerepotan dengan tingkah manjanya, gadis kecilnya yang sering ia gendong saat masih TK, yang selalu nempel ke manapun ia pergi, bahkan pacaran pun selalu diikuti. Pernah sekali saat pengambilan rapot saat SD, Dita menangis hanya karena ingin dimbilkan Adit rapotnya, padahal hari itu Adit sudah ada janji dengan pacarnya.
Alhasil pacarnya marah-marah dan minta putus. Dan sekarang gadis yang ada di depannya masih seperti yang dulu, selalu mengikutinya kemana saja.
"Woi....ngelamun."
Adit langsung kikuk mendengar suara dita yang menegurnya, menggaruk-garuk tengkuk kepala yang tidak gatal.
"Om adit liatin Dita ya...ati-ati bisa naksir lho..."Dita menggoda adit.
Pesanan mereka pun telah tiba."udah ah, yuk dimakan ice creamnya," ajak Adit mengalihkan pembicaraan yang membuat dirinya semakin kikuk.
Dita hanya tersenyum sambil memakan ice creamnya, tidak terbayang betapa senangnya ia melihat tatapan om adit. Entah apa yang ada dipikiran gadis ABG itu hingga membuat ia kegirangan.
"Om adit cool banget," gumam Dita
'Woi sadar..om adit tuh om lho..udah tua lagi.' tiba tiba suara dalam pikiran dita membuyarkan lamunannya. Terdengar pergulatan pikiran yang masin masing kekeh dengan pendapatnya.
"Om makasih ya ice creamnya," ujar Dita saat ice creamnya tandas
"Sama_sama cantik," ujar Adit sambil mengusap pucuk kepala dita.
Bisa dibayangkan bagaimana hati dita ,dag dig dug doar gak keruan,
"Kamu sekarang udah besar ya Dit,om gak nyangka lho gadis yang dulu ingusan, suka nempelin om kemana kemana sekarang sudah jadi bidadari cantik."Adit mengenang kebersamaan mereka, terbayang tingkah Dita kecil yang setiap hari selalu merepotkannya.
"Ih...om yang diingat kok ingusannya sih..."protes Dita
Adit terpingkal pingkal mendengar Dita yang sedang melotot.
"adit...."
*****
**Hmmm siapa yang manggil Adit?.
Apakah kebersamaan mereka akan berakhir?
Apakah dita akan cemburu?
jangan lupa like n vote ya kakak....
semoga keberkahan menyertai kalian semua**...
"Adit ...!!!" Terdengar suara cewek memanggil Adit dari belakang.
Dita merasa tak nyaman, melihat seorang wanita dewasa mengampiri mereka.
"Hei Anisa, bagaimana kabarmu?" ujar Adit seraya cipika cipiki.
"Baik Dit, kamu sendiri gimana? kapan nih nikah?" Anisa tampak tersenyum, membuat Dita semakin tak nyaman.
"Aku baik, jangan ngomongin nikah lah, belum ada yang mau sama aku." Adit terkekeh, sekilas melirik ekspresi Dita yang cemberut.
"Aku aja dah mau punya baby, kamu kapan nyusul?" Anita tersenyum menggoda.
"Wah selamat ya," ujar Adit.
"Makanya cobalah buka hatimu, pasti bakal nemu yang cocok." Nisa memberi nasehat, melirik Dita yang duduk di depan Adit.
"iya Nis, makasih nasehatnya."
Bisa dibayangkan bagaimana suasana hati Dita, pengen rasanya ngejambak tuh cewek yang sudah menganggu keasyikannya dengan Om Adit, terlebih mereka ngobrol asyik sekali mengenang masa lalu, sepertinya, Dita tidak asing dengan wanita ini, dia adalah Anisa mantan pacar Adit yang saat kencan marah-marah karena Dita yang merengek tidak jelas saat ikut mereka kencan.
"Sama siapa Nis?"tanya Adit.
"Janjian sama temen, lagi otw, kalo kamu bareng siapa?"tanya Anisa balik.
Anisa melempar pandangannya melihat Dita yang sedang asyik main hp dan cuek di depan Adit.
"Kamu ... Dita anak om Hendarto kan?" tanya Nisa sambil mengingat sesuatu, entah apa yang ada di pikiran wanita itu.
Yang disebut hanya masa bodoh dan cuek. "Kok tau namaku."
Adit merasa tidak enak dengan penuturan Dita yang terkesan cuek.
"Iya ini Dita, sekarang dia sudah SMA kelas XI" Adit mencoba menjelaskan pada Annisa yang sepertinya sudah mulai ingat kejadian tempo dulu.
"Gak nyangka lho sekarang udah gede cantik pula, ini yang dulu suka ngintilin kita pacaran itu kan, yang pernah tertidur saat kita nonton di bioskop, terus pulang- pulang nangis karena pop cornnya ketinggalan." Nisa mulai mengenang masa masa saat berpacaran dengan Adit saat 10 tahun lalu di mana hampir setiap saat mereka kencan Dita pasti ikut, karena kalau tidak diajak anak itu pasti menangis. Pada saat itu Dita masih berusia 6 tahun.
Dita hanya meringis, tidak enak mendengar penuturan Nisa, sempat nghak percaya dan nggak ingat sama sekali.Ternyata dari kecil dia sudah menyusahkan Adit karna tingkahnya.
"Kamu masih ingat aja Nis," ujar Adit sambil menahan tawa karna melihat ekspresi Dita yang malu.
"Ya ingatlah Dit, itu nhgak bakal terlupakan, setiap kita kencan pasti diikutin, kalau nggak diajak oasti nagis kejer di tengah jalan."
Adit makin gak kuat menahan tawanya. Kali ini wajah Dita semakin merah padam.
"Iya maaf tante, waktu itu Dita masih kecil, Papa sering ninggalin aku di rumah, semua sibuk dengan urusan masing-masing, aku nggak ada temannya," ujar Dita yang merasa tidak enak dipojokin. Apalagi melihat ekspresi Nisa yang entah diartikan seperti orang marah dan kecewa.
"iya gak apa apa Dita,itu kan cuma cerita masa lalu sekarang tante juga sudah punya suami dan mau punya baby"
"iya tante makasih ya udah maafin dita karna dulu dita nakal sekali"
"udah santai aja,oh ya dit,aku duluan ya,temen aku udah datang" Nisa berpamitan dan berlalu meninggalkan Adit dan Dita menuju meja temannya.
Adit masih terpingkal pingkal setelah kepergian nisa.
"Om jahat ih....malah ketawa seneng ya Dita dipojokin kaya tadi" dita memukul lengan adit sebal melihat Adit yang masih cekikikan.
" Habisnya lucu juga kalau . ingat ingat jaman pacaran sama Nisa ,kamu nempelin terus kayak udah pantes jadi anakku dan Nisa,bahkan si Nisa sampe minta putus gara gara anak kecil kaya kamu."ujar Adit masih menahan tawa.
"seriusan om,kalian putus gara gara aku om,aku jadi gak enak"Dita terbelalak kaget mendengar penuturan adit tentang penyebab putusnya dengan Nisa.
"udahlah.....itu hanya masa lalu,tandanya Nisa bukan jodoh om,jujur sih dulu om sering berantem ama Nisa karna kamu suka ngintilin om,bahkan terang terangan Nisa mengatakan kalau minta putus kalau om masih saja ngajak kamu disaat kita kencan"Adit kembali mengingat ingat kejadian dulu saat Nisa minta putus.
"lha kok om malah lebih milih Dita yang jelas-jelas suka ngerecokin om dari kecil." Dita merasa tidak enak karena ulahnya dulu membuat hubungan Adit dan Nisa putus.
"Om hanya ingin pendamping yang bisa ngertiin Om. Tante Anisa terlalu berlebihan, mungkin dia memang bukan jodoh om, karena Om menyanyangi kamu sudah seperti keluarga sendiri." Adit menoel hidung Dita dengan tatapan menggoda..
Seketika Dita tertegun mendengar penuturan Adit. Pikirannya melayang jauh di langit. Tersenyum mendengar perkataan Adit merasa penuh kemenangan karna Adit lebih memilih Dita kecil ketimbang Nisa yang saat itu menjadi pacarnya.
"Dit, Dita ... ." Adit membuyarkan lamunan Dita
"Eh iya om maaf "dita sedikit terkejut.
"Pulang yuk dah sore" adit menggandeng tangan dita turun kebawah dan menuju parkiran, sesekali mereka bercanda, terasa bahagia hari ini . Tak peduli banyak pasang mata yang memandang aneh.
Ingin rasanya waktu tak cepat berlalu, Dita masih merindukan kebersamaannya dengan om Adit yang hampir satu bulan tidak bertemu. Adit terlalu sibuk mengurus proyeknya di Bandung.
Mereka pun telah tibha di rumah Dita, mengajak Adit untuk singgah di rumahnya, mereka disambut Bik Inah yang sudah menyiapkan makan malam.
Adit pun merebahkan tubuhnya di tuang tengah, ia menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk berwarna coklat. Tubuh lelahnya terasa sedikit berkurang, tenaganya yang terforsir beberapa hari membuatnya kepayahan.
"Om, Dita ganti baju dulu, duduk dulu aja, nanti biar bibik buakan minum." Dita menaiki tangga, menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.
"Baiklah aku ingin bersantai sejenak di sini ,badanku terasa capek semua."
Selang beberapa menit Dita sudah kembali dengan pakaian rumahnya, terlihat imut dan makin cantik dengan mengenakan piyama panjang bercorak hello kitty dengan rambut panjangnya yang tergerai. Rambutnya yang berwarna hitam pekat membuat kulit putihnya terlihat jelas.
"Om, besok Dita diantar sekolah lagi ya?" bujuk Dita yang menjatuhkan tubuhnya di samping Adit.
"Hmm ... sebenarnya besok Om ada urusan ke Bandung sih, tapi Om usahakan buat antar, tapi Om nggak bisa jemput ya, soalnya harus balik ke Bandung lagi." Adit menyetujui permintaan Dita, tidak ingin membuat gadis ABG di depannya kecewa.
"Asik ... makasih ya, Om. Om Adit memang paling the best." Dita mengacungkan kedua jempolnya, senyumnya terbit dan membuat lesung pipitnya terlihat jelas.
Mereka pun menuju ruang makan dan makan malam bersama. Bik Inah telah menyiapkan semua menu masakan kesukaan Dita. Karena merasa tidak enak akhirnya Adit menyetujui tawaran makan malam Dita.
Masakan Bik Inah terbilang cocok di lidah Adit, membuat Adit betah berlama-lama di sana dan sering menghabiskan waktu makan siang dan makan malam bersama Dita dan Pak Hendarto.
Mereka segera menyelesaikan acara makan malam, sudah waktunya Adit pulang. Bukannya selesai mereka masih saja bercanda di sela-sela makan malam, membuat waktu berlalu begitu cepat.
"Makasih, ya, Om, udah buat Dita senang hari ini," ucap Dita saat mengantar Adit ke depan.
"Sama-sama Dita, Melihatmu senang, Om juga ikut senang gadis kecilku." Tersenyum ke arah Dita dan mengacak pucuk rambutnya.
"Hati-hati di jalan ya...." Melambaikan tangan, Dita melepas kepergian Adit.
wow kayake ada yang deg deg ser nih....
bagaimana kisah dita dan adit ?
ngapain ya om adit ke bandung?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!