NovelToon NovelToon

Menggoda Wanita Dewasa

BAB 1 - Tawaran diterima!

Jam 1 dini hari Viona melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah klub malam. Keadaan di luar sudah mulai lenggang namun di dalam sini begitu riuh.

Musik berdentuman dengan begitu keras, orang-orang pun menari seperti orang kesetanan. Sesekali meneguk minuman yang ada di tangan.

Dan Viona ingin menjadi salah satu setan malam ini.

"Kadal! Buaya!" umpat Viona , dia mulai duduk di meja bartender dan mulai memesan minuman keras. Dosis paling tinggi agar bisa meluapkan semua amarah di dalam hatinya.

2 tahun dia menjalin kasih dengan Dewa, namun malam ini dia melihat Dewa bercinta dengan  sekretarisnya di atas meja kerja pria brengsek itu.

Berdalih jika pria dewasa membutuhkan sentuhan, Dewa merasa tak bersalah sedikitpun atas tindakannya itu. Karena Viona pun tak pernah mau menuruti maunya.

"SIAL!" umpat Viona lagi, semua kata-kata kasar terus dia ucapkan. Hingga membuat beberapa pria yang coba mendekatinya dan mendengar kata-kata itu langsung mundur.

Viona Gunawan wanita 26 tahun, Sebagai salah satu putri konglomerat di kota ini, Viona termasuk yang paling bebas. Kedua orang tuanya bahkan sampai angkat tangan untuk membuat anaknya ini patuh.

Bahkan malam ini pun untuk sampai di tempat ini Viona harus kabur dari 2 penjaganya.

"Shitt!" umpat Viona sekali lagi, lalu meneguk habis minuman yang dia pesan.

Sementara itu di ujung klub malam ini, 3 remaja yang menyusup mulai memberanikan diri untuk keluar

Mereka adalah Davin, Danu dan Anjas. Bocah kelas 3 SMA ini akhirnya bisa berhasil masuk setelah 3 kali percobaan.

"Vin, gue pengen keluar aja, nggak sanggup liat yang begitu-begitu," bisik Danu, menunjuk pemandangan tak senonoh di hadapan mereka. Para wanita dewasa dengan bajunya yang terbuka, juga beberapa pasangan yang dengan beraninya saling cium di depan umum seperti ini.

Davin hanya terkekeh, melihat Anjas pun wajahnya sama saja seperti Danu yang takut-takut.

Davin Alteza remaja berusia 19 tahun, Pemandangan seperti ini sudah biasa Davin lihat saat di LN. Tapi sebulan lalu dia dipaksa kembali ke negara ini. Negara yang penduduknya rata-rata tabu dengan hal-hal bebas. Termasuk dua sahabat kecilnya Danu dan Anjas.

Lelah selalu dituduh yang tidak-tidak oleh kedua orang tuanya saat tinggal di LN, kini dia akan berbuat yang iya-iya.

"Ya sudah kalian pulang saja, aku akan tetap tinggal. Dan ingat, jika ayahku bertanya, jangan katakan aku disini."

"Oke!" sahut Danu dan Anjas kompak. Kedua remaja ini pun segera keluar dari tempat bising ini melalui pintu belakang.

Sementara Davin semakin masuk ke dalam. Sampai akhirnya dia melihat seorang wanita yang meracau sendiri di meja bartender. Meracau dengan setengah sadar dan dialah Viona.

Davin menghampiri, duduk tegak di samping wanita ini. Wanita dengan balutan gaun seksi, pesona wanita dewasa memang tidak bisa diragukan.

"Mau tambah?" tawar Davin seraya mengangkat gelas minumannya.

Vionw yang melihat gelas minumannya habis pun hanya bisa mengangguk.

Menerima gelas pemuda asing itu dan meneguknya hingga habis.

"Anda terlalu ceroboh Nona, bagaimana jika aku menaruh obat perangsang di minuman itu?" ucap Davin. Sebuah pertanyaan yang membuat Viona terkekeh.

"Apa kamu menginginkan tubuhku? aku bisa memberikannya tanpa obat itu!" jawab Viona ngawur.

"Tawaran diterima!" balas Davin.

Lantas tanpa saling mengenal satu sama lain, Davin langsung membawa tubuh mabuk Viona untuk keluar dari klub malam ini. Membawanya masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan sana dan mulai melaju menuju sebuah hotel bintang 5.

Rutz Carlton.

BAB 2 - It's Not a Dream

Mbak, pesen kamar presidential suite, mbak saya mabok," terang Davin pada penjaga resepsionis di hotel ini.

Davin bicara dengan menatap intens salah satu wanita itu, membuat si wanita langsung malu-malu. Pesona Davin memang tak diragukan lagi, persis seorang idola yang selalu digandrungi para wanita.

"KTP mbak nya mana dek?"

Satu tangan Davin menahan tubuh Viona agar tak jatuh, satu tangannya yang lain mulai merogoh tas kecil milik wanita cantik ini. Mengambil dompet dan menyerahkannya langsung pada sang resepsionis.

Pemesanan kamar pun usai, dan Davin sudah mendapatkan kamar  mereka, 2022.

Tak Butuh waktu lama kini Davin berhasil sampai di dalam kamar dan merebahkan tubuh mabuk Viona  di atas ranjang.

"Apa kamu tadi memanggilku Mbak? apa usiamu lebih muda?" tanya Diara, susah payah dia kembali bangun dan menatap Davin dengan tatapannya yang mulai rabun. Kini semuanya terasa seperti di antara mimpi dan nyata dan Viona tidak tahu dia ada di mana.

"Sepertinya aku memang lebih muda, tapi aku tidak akan mengecewakanmu," bisik Davin, dia mengunci tubuh Viona yang sudah duduk di pinggir ranjang dengan kedua tangannya yang bersandar di tepian. Davin dapat mencium dengan jelas aroma wangi tubuh Viona yang bercampur dengan alkohol, khas harum wanita dewasa yang begitu memabukkan.

Pun Viona yang merasa aroma maskulin pria di hadapannya ini membuatnya kembali teringat dengan Dewa. Pria brengsek yang selalu mengatakan love without sexx is nothing.

Muak saat teringat kalimat itu, Viona pun mengangkat wajahnya, membuat tatapannya bertemu dengan pria asing ini.

Pria dengan tatapan yang begitu hangat dan wajah seperti seperti seorang malaikat. 

Mereka berdua sama-sama amatir yang mencoba menjadi ahli, bergerak atas naluri dan dorongan hasrat yang semakin lama semakin memuncak.

Davin yakin ini bukanlah hal  pertama bagi Viona. Karena itulah dia tak segan sedikitpun.  Sampai akhirnya dia menyadari sesuatu saat mereka sudah menyatu, ada bercak darah merah di atas sprei. dia ingin menarik diri dan menyudahi semuanya namun Viona menahan.

Hingga saat pagi tiba Viona bangun lebih dulu dari tidurnya.

sekelebat ingatan tentang semalam menghampiri dirinya. dia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan saat melihat seorang pemuda tidur bertelanjang dada di sampingnya.

Ah shiit!  it's not a dream!!

Umpat Viona di dalam hati. dia semakin merutuki dirinya sendiri saat melihat wajah Davin yang nampak jelas jauh lebih mudah dibanding dirinya.

Dia boy! oh my God!

Nasibmu memang sial Viona, sial! bukan seorang Cassanova yang menyentuhmu tapi seorang bocah ingusan!

Shitt!

Viona bangun pelan-pelan tidak ingin pergerakannya sampai membangunkan bocah ingusan ini. dia memunguti bajunya dan mulai memakai kembali. lalu segera keluar dari sana dengan mulut yang terus mengumpat.

Dia masih kecil, tapi kenapa semalam rasanya itu besar sekali, ah sial!

"Shiit shiit shiit!" umpatnya yang terdengar seperti sebuah nyanyian di telinga Davin.

Remaja yang pura-pura masih tertidur ini mengulum senyumnya dan membuka mata saat pintu kamar ditutup oleh Viona.

Viona Gunawan, batin Davin.

Awalnya dia memang hanya ingin bermain-main. Tapi saat mengetahui jika hanya dialah yang menyentuh Viona , Gavin pun  memutuskan untuk bertanggung jawab.

Tapi apakah Viona mau? Mengingat mereka yang usianya terpaut jauh.

Bahkan pagi ini Viona pergi begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, apalagi menuntut tanggung jawab.

BAB 3 - Hukuman

"Pil KB," ucap Viona pada seorang penjaga apotik.

Saat pil itu sudah di tangannya, Viona langsung meminumnya 2 butir. Sungguh dia tidak ingin benih bocah ingusan itu sampai tumbuh di rahim nya, apalagi dia ingat dengan jelas jika semalam mereka melakukannya berulang kali.

"Ah benar-benar sial!" kesal Viona lalu segera kembali masuk ke dalam taksinya yang sudah menunggu.

Niat hati ingin memamerkan kepada Dewa jika dia pun sudah bercinta dengan seorang Cassanova, namun ternyata hasilnya malah jadi seperti ini.

Dia melakukan one night stand dengan seorang remaja. Bahkan Diara sangat yakin jika pemuda itu masih pelajar SMA.

"Hi! sungguh memalukan!"

20 menit dalam perjalanan dan akhirnya dia sampai di sebuah mansion milik keluarga Gunawan.

Viona masuk dan langsung disambut cemas oleh para pengawal.

"Nona! untunglah anda kembali dengan selamat."

"Tuan besar dan Nyonya sangat mencemaskan Anda semalam."

"Nona dimana mobil Anda?"

"Nona_"

"Stop! aku pusing mendengarnya!" jawab Viona. Membuat langkah kedua pengawal pribadinya pun terhenti, Jo dan Ron.

Tanpa peduli pada Jo dan Ron, Viona segera masuk ke dalam mansion dan disambut oleh tatapan tajam kedua orang tuanya dan tatapan nyeleneh dari sang adik, Dinara.

"Papa sudah tahu apa yang terjadi di antara kamu dengan Dewa. Berulang kali papa mengatakan padamu bahwa Dewa itu bukan pria baik, tapi kamu tidak pernah mau dengar. Sekarang kamu terima sendiri akibatnya kan!" ucap Gunawan dengan suaranya yang penuh penekanan.

"Dengan sikapmu yang sesuka hati itu, papa tidak bisa lagi mempercayakan perusahaan di tanganmu ..."

"Lebih baik kamu turun jadi direktur utama dan mengurus yayasan keluarga kita. Kamu bisa jadi guru BK di SMA Tunas Bangsa."

Viona terperangah, lain halnya dengan Dinara yang terkekeh pelan, namun dengan segera dia menutup mulutnya.

"Itu terlalu keterlaluan Pa, dimana akal sehat papa? mana mungkin aku seorang Direktur Utama jadi guru BK, it's a joke!"

"Viona! kecilkan suaramu," sanggah Dania, istri muda Gunawan, ibu kandung Dinara dan ibu tiri Viona.

"Jangan memerintahku!"

"VIONA!"

Hening, setelah Gunawan membentak sang anak kini suasana di ruang tamu itu jadi mencekam.

Viona tetap dengan wajahnya yang keras dan Dania yang coba menenangkan suaminya dengan menyentuh lengan Gunawan.

"Keputusan papa sudah Final! besok kamu tidak perlu lagi datang ke perusahaan, kamu akan pergi dengan Dinara ke yayasan!"

"Aku bisa pergi sendiri!"

Setelah menjawab seperti itu, Viona dengan segera berlalu dari sana. Meninggalkan Gunawan yang memegangi dadanya yang sesak.

"Mas, kalau bicara sama Viona itu pelan-pelan, kalau sambil emosi jadi begini kan?" keluh Dania, sungguh tak tega melihat suaminya yang sakit-sakitan.

"Kamu juga Dinara! kalau mbak di marah kok malah ketawa-tawa."

"Mbak Viona lucu, nggak kebayang kalau dia jadi guru BK di sekolah,"

"Hus! udah sana masuk."

"Iya Ma."

Setelah Dinara pergi, tinggalah Dania dan Gunawan disana.

"Sampai kapan Viona akan bersikap seperti itu, tidak menerima ibunya yang sudah meninggal dan tidak menerima kamu sebagai ibu sambungnya."

"Jawabannya cuma satu, sabar," jawab Dania lalu terkekeh, Dia memeluk Gunawan hingga senyum suaminya ini kembali.

"Semoga saja, saat Viona menerimamu aku masih bisa melihatnya."

"Hus! ngomong apa sih! jangan bahas kematian, biar itu jadi urusan Tuhan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!