NovelToon NovelToon

The Nick'S Life

Nick

Nick Pov

Hai.. kenalkan namaku Nickolas Armando Littrell. Teman-temanku biasa memanggilku Nick. Aku lahir dari rahim seorang wanita bernama Diah, dan tentu saja dia ibuku yang telah merawatku hingga kini dan biasa kupanggil dengan sebutan mommy. Sedang pria yang telah menanam benih di rahim ibuku adalah pria berkebangsaan Brasil, Eduardo namanya. Maaf aku tidak pernah menganggapnya ayahku, sejak aku lahir hingga kini, aku tak pernah melihat wujudnya.

25 tahun yang lalu mommy bertemu dengan pria itu, Eduardo. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Ck.. bulshit kalau menurutku. Mungkin laki-laki itu hanya butuh perempuan untuk menuntaskan nafsunya saja. Ibuku saat itu masih muda, baru 21 tahun dan tengah merantau ke ibu kota untuk kehidupan yang lebih baik.

Setelah sebulan berpacaran, Eduardo melamar ibuku. Mereka kembali ke kampung halaman mommy untuk meminta restu kakek dan nenek. Mereka setuju dengan syarat Eduardo harus menjadi mualaf dan disunat. Lelaki itu menyetujuinya, dan akhirnya pernikahan ibu dengannya dilangsungkan secara sirri.

Setelah tiga bulan menikah, tiba-tiba Eduardo bilang harus kembali ke negara asalnya karena kontrak kerjanya berakhir. Dia meninggalkan mommy dengan sejumlah uang kemudian menghilang tanpa kabar. Tanpa dia tahu telah menanamkan benih di rahim ibuku, yaitu aku.

Saat usiaku satu tahun, mommy bertemu dengan seorang pria berkebangsaan Amerika. Bryan Thomas Littrell, walau hanya dua tahun menikah dengan mommy tapi dia sangat menyayangiku, bahkan dia menanggung biaya pendidikanku sampai saat ini. Tapi sayang aku tak pernah tahu bagaimana rupanya karena mommy tak pernah memperlihatkannya padaku.

Ketika daddy Bryan kembali ke Amerika, mommy hidup sendiri sampai satu tahun. Kemudian kembali menikah dengan salah satu ustadz kondang sebagai istri kedua. Lagi-lagi mommy hanya menikah sirri dengannya. Walau hanya tinggal dua hari setiap minggunya, tapi dia bertanggung jawab pada kami. Darinya aku belajar ilmu agama. Tapi sayang, pernikahan mommy dengannya hanya berjalan dua tahun. Dia meninggal dalam kecelakaan saat akan pergi berdakwah. Dan sejak saat itu mommy tidak pernah menikah lagi.

Berkat uang yang dikirimkan daddy, mommy bisa menyekolahkanku di sekolahan elit. Aku bersekolah di international school. Di sana aku bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara. Dan di sana pula aku bertemu dengan dua sahabatku, Denis dan Arnav. Denis adalah anak keturunan Indonesia Korea, Kim nama marganya. Dia terkenal playboy sejak di bangku sekolah atas.

Lalu Arnav, temanku yang satu itu cukup pendiam tapi menghanyutkan. Arnav adalah anak keturunan Indonesia dan Pakistan, wajahnya mirip bintang film India. Dengan tubuh tinggi tegap dan wajah gantengnya sudah pasti banyak menarik perhatian perempuan. Entah sudah berapa teman sekolah kami yang dipacarinya.

Sejak di sekolah menengah pertama kami bersahabat sampai akhirnya memilih kuliah di kampus yang sama. Di sana kami bertemu dengan dua orang yang kemudian menjadi pelengkap kami. Fahrul dan Abe namanya. Fahrul adalah jebolan pesantren di daerah Jawa Timur. Namun dirinya terkontaminasi otak mesum kedua sahabatku, Arnav dan Denis. Hingga akhirnya saat kuliah tingkat dua dia melepas keperjakaannya dengan salah satu koleksi wanita Denis.

Sedang Abe adalah anak salah satu anggota DPR. Dia adalah tipikal pemberontak. Saat berteman dengan kami, jiwa pemberontaknya semakin menjadi. Bahkan saat kuliah dia nekad keluar dari rumah karena tak mau keinginan sang papa yang meminta berkarir di bidang politik seperti dirinya. Abe memilih fakultas ekonomi saat kuliah, bertentangan dengan keinginan papanya yang menginginkannya masuk FISIP. Dia cukup selektif soal wanita dan sampai saat ini masih menjaga keperjakaannya seperti diriku.

So.. cukup buat intronya. Aku harap kalian menikmati kisahku. Jalan hidupku yang penuh liku. Sampai akhirnya aku memutuskan menuju jalan terang yang mengubah seluruh kehidupanku. Bertemu dengan dua wanita hebat yang membuatku sulit untuk menentukan di mana hatiku akan berlabuh.

Nick Pov End

Nick mematut dirinya di depan cermin, sudah hampir setengah jam lamanya dirinya berkaca. Sebentar-sebentar membetulkan dasinya, sebentar-sebentar menata kembali rambutnya. Hari ini dia akan menghadapi sidang tesisnya. Seperti biasanya pemuda itu ingin terlihat sempurna.

Tanpa harus berlama-lama mematut diri di depan cermin pun Nick sudah terlihat sempurna. Ini tidak lain karena penampilan fisiknya yang menarik, ditunjang dengan tubuh yang tinggi atletis, kulit putih bersih, bola mata berwarna hazel atau kecoklatan dan jambang tipis yang menghiasi rahangnya, penampilan Nick selalu terihat menawan. Maka tak heran kalau banyak wanita yang tergila-gila padanya. Itu semua yang membuat Nick mendapat julukan Smallville Boy dari teman-temannya. Bukan karena mirip dengan Clark Kent, tapi ketampanannya yang dinilai setara dengan tokoh superman tersebut.

Nick merapikan rambutnya sekali lagi dengan tangannya, setelah dirasa pas, dia pun menuju meja tulisnya, mengambil lembaran tesisnya yang terjepit rapih. Dimasukkan lembaran tesis tersebut ke dalam tas ranselnya, tak lupa dengan note booknya. Setelah tak ada yang tertinggal, Nick keluar dari kamarnya.

Di ruang makan, Diah sudah menunggu dengan sabar. Di meja sudah tersedia nasi goreng, roti panggang, segelas susu coklat dan segelas orange squash, semua adalah menu sarapan favorit Nick. Tidak berapa lama Nick pun datang, dia langsung mengambil tempat duduk di depan mamanya dan mulai melahap sarapannya.

"Ayo makan yang banyak sayang, hari ini kamu butuh energi yang cukup buat sidang kamu, suara Diah memecah keheningan."

Nick hanya diam, mengunyah roti bakarnya. Setelah menghabiskan dua tangkup roti, segelas susu dan segelas orange squash, Nick pun bangkit dari duduknya dan segera bergegas pergi. Diah mengantar sampai ke depan pintu. Sebelum pergi, Nick mencium pipi Diah, kemudian tanpa bicara lagi, dia segera keluar dari apartemennya.

Honda CRV berwarna hitam yang dikendarai Nick melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalan raya yang mulai terlihat ramai. Apartemen Nick berada di daerah arteri Pondok Indah, sedang kampusnya terletak di bilangan Depok. Dengan cepat Nick mengantarkan mobilnya memasuki tol Pondok Pinang Kampung Rambutan. Beberapa kendaraan di depan mobilnya tampak berjalan perlahan memasuki gerbang tol. Sambil menunggu giliran Nick memutar audio mobilnya dan sejurus kemudian sebuah lagu dari band favoritnya, Mr. big mulai menggema

Its late at night and neither one of us is sleeping

I cant imagine living my life after youre gone

🍂🍂🍂

Nick sampai di kampusnya. Dia bergegas menuju gedung yang telah ditentukan menjadi lokasi sidangnya. Kali ini Nick menjalani sidang tesis terbuka. Pemuda itu mengundang sekitar lima puluh orang untuk menghadiri sidangnya, yang terdiri dari teman kuliah, dosen semasa kuliah S1 dulu dan juga teman serta kolega dari hotel tempatnya melakukan penelitian.

Sesampainya di gedung yang dituju, Nick disambut oleh Fahrul. Dia bersama Abe, Denis dan Arnav yang mengatur semua persiapan acara sidang ini. Di antara keempat sahabatnya, Nick yang paling berotak encer, dia juga yang pertama kali memperoleh gelar sarjana dan langsung melanjutkan ke jenjang master.

Fahrul merintis usaha dealer mobil semenjak lulus kuliah dan kini sudah memiliki 3 buah dealer. Abe bekerja di salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, dan kini juga sedang mengambil master di kampus yang sama dengan Nick. Arnav bekerja sebagai marketing research di sebuah perusahaan rokok nasional. Sedangkan Denis, sampai saat ini belum mampu menyelesaikan tugas skripsinya, dia lebih senang menjadi DOP (director of photography) di sebuah production house, sudah 2 judul film layar lebar yang ditanganinya.

"Hey man congrats ya akhirnya bisul lo mau pecah juga," ucap Fahrul yang disusul dengan cengiran yang lain. Nick hanya menjawab dengan diam. Kemudian mengambil tempat duduk di samping Denis. Arnav pun ikut duduk di samping Nick, dirangkulnya bahu Nick.

“Kalem aja man gue yakin lo pasti bisa, elo kan..."

"Smallville boy!!!" ucap Arnav, Abe, Fahrul dan Denis berbarengan. Nick tersenyum melihat tingkah teman-temannya.

Akhirnya waktunya pun tiba. Nick memasuki ruangan dengan langkah mantap. Pembimbing, penguji dan para undangan telah hadir. Nick mengambil nafas sejenak kemudian memulai presentasinya. Dia menjelaskan secara sistematis dan terperinci mengenai penelitiannya yang berjudul 'Pengaruh Media Internal The Ambross Terhadap Citra Perusahaan dan Komunikasi Internal Karyawan pada Hotel Ambrossia Hill'. Nick mengambil lokasi penelitian di hotel Ambrossia Hill, yang merupakan hotel bintang lima ternama di Jakarta. Dia memperoleh akses dengan mudah karena salah satu pemegang saham di hotel tersebut adalah teman kencan mamanya.

Nick memang dikarunia otak encer dan kemampuan berbicara di depan umum yang mumpuni, maka tak heran jika berondongan pertanyaan dari para pengujinya dapat dilalap habis. Tanpa terasa waktu sidang sudah berjalan satu setengah jam. Dan akhirnya Direktur Program Master, Prof. Dr. Abdullah Soelaiman, Drs., MM. menutup sidang dan membacakan hasil yudisium, lulus dengan predikat summa cumlaude.

Nick keluar dari ruang sidang dengan wajah sumringah. Fahrul, Abe, Arnav dan Denis pun menyambut kelulusan Nick dengan wajah tak kalah sumringah. Mereka menyambut dan memeluk Nick.

"Selamet bro sekarang kita tinggal tunggu party-nya nih," ucap Arnav. Nick menyambut dengan acungan jempol dan senyum khasnya.

"Lo.. lo tenang aja, kita rayain malem ini juga di Antique! Lo bebas bawa siapa aja ke situ, ok bro."

Nick menepuk pundak Arnav. Setelah itu, dia pamit dan segera menuju mobilnya yang terparkir di basement kampus.

🍂🍂🍂

**Semoga enjoy dengan ceritanya..

Dukungannya please**..

Anak Selingkuhan

Tepat pukul sebelas malam, Nick melangkahkan kakinya memasuki Antique. Antique adalah sebuah diskotik tempat dia dan teman-temannya biasa melepas lelah dan menghabiskan malam. Suasana diskotik sudah ramai. Beberapa pengunjung asik menari mengikuti irama DJ. Nick memandang berkeliling mencari teman-temannya. Di sebelah pojok kanan terlihat seorang pria paruh baya sedang asik mencumbui seorang gadis yang usianya masih belasan tahun. Nick segera mengarahkan pandangannya ke arah lain, dan melihat di sebelah kiri, di salah satu sudut ruangan teman-temannya sudah mulai berpesta. Dia pun melangkahkan kakinya ke sana.

Tanpa sengaja Nick menabrak seorang gadis yang sedang menari. Gadis itu menatap ke arah Nick. Di keremangan cahaya, dilihatnya wajah gadis itu, yang menurutnya tidak terlalu cantik namun balutan pakaian yang dikenakannya begitu sexy, membuatnya terlihat menarik. Gadis itu tersenyum menggoda pada Nick, namun tak dihiraukannya, dia langsung berlalu pergi. Abe menyambut kedatangan Nick dengan ucapan lantang.

"Hei Smallville Boy!! Akhirnya datang juga!”

Seperti biasa Nick hanya tersenyum, kemudian duduk di antara Fahrul dan Arnav yang sudah ditemani dua orang gadis cantik. Tidak berapa lama waiter datang membawa sebotol champagne dan segera menuangkannya ke dalam gelas sloki yang sudah tersusun rapi membentuk piramid. Champagne mengalir memenuhi gelas diiringi oleh teriakan Abe, Arnav, Denis dan Fahrul.

Fahrul mengambil segelas minuman dan memberikannya pada Nick, kemudian mengangkat gelasnya sambil berseru kencang.

"To Nick our smallville boy!”

Arnav, Denis, Abe, Nick dan keempat gadis yang berada di situ pun mengangkat gelas bersamaan.

"Cheers!!" ucap mereka seraya mengangkat gelas. Dalam hitungan detik cairan itu mulai membasahi kerongkongan mereka.

Nick mengeluarkan Marlboro dari saku celananya, mengambil sebatang lalu menyelipkan di bibirnya dan tiba-tiba seseorang sudah menyalakan api untuknya. Nick membakar rokoknya lalu mengangkat wajahnya. Di hadapannya berdiri seorang gadis yang mengenakan gaun mini tanpa lengan berwarna maroon, dilengkapi dengan highheels dengan warna senada. Rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan semakin menambah kesan sensual.

Dengan segera dia duduk di pangkuan Nick, tangannya melingkari leher lelaki itu. Untuk beberapa saat Nick bergeming, dia masih menikmati rokoknya. Merasa diabaikan, gadis itu mengambil rokok dari tangan Nick, dihisapnya lalu menghembuskan asap ke wajah Nick. Selanjutnya membuang rokok ke lantai, kemudian dengan cepat memegang pipi Nick dan me**mat bibirnya. Arnav dan yang lainnya bersorak melihat itu dan berteriak memberikan semangat. Gadis itu semakin bergairah, dia terus menciumi Nick. Bohong kalau lelaki itu tak merasakan apapun. Nick membalas ciuman gadis itu dengan menahan tengkuk dan memperdalam ciumannya. Sementara tangan satunya mulai menggerayangi tubuh sang gadis.

🍂🍂🍂

Nick memasuki kamarnya, duduk di pinggir kasur, membuka sepatunya, lalu merebahkan tubuhnya. Dia tersenyum sendiri mengingat kejadian di diskotik tadi. Bagaimana gadis yang menemaninya tadi begitu bernafsu mencumbunya, sampai tak sadar kalau tubuhnya nyaris telanjang karena Nick terus menggerayangi tubuhnya dan secara perlahan membuka pakaiannya sedikit demi sedikit.

Nick kembali menegakkan tubuhnya, disambarnya sebatang rokok kemudian menyalakannya. Perlahan dia menikmati asap rokok yang mulai memenuhi mulutnya, lalu menghembuskannya pelan-pelan. Entah mengapa hatinya terasa kosong, dibalik semua kesuksesan, kesenangan, kemewahan dan kenikmatan yang diperolehnya, dia masih merasa hampa. Hatinya seperti berlubang, sebanyak apa pun dia mengisi lubang itu, semuanya akan kembali keluar.

Sampai detik ini lelaki itu belum mengetahui apa yang menjadi tujuan hidupnya. Yang dia lakukan selama ini pun tidak tahu untuk apa dan siapa. Nick hanya melakukan hal-hal yang dianggapnya menantang dan menyenangkan. Tetapi ketika tantangan itu selesai ditaklukkannya, dia kembali merasa hilang, dan kesenangan yang dirasakan menguap entah kemana ketika dirinya kembali sendirian.

Bahkan sampai saat ini belum ada satu wanita pun yang bisa membuatnya bergetar. Begitu banyak wanita cantik yang mengejarnya, namun tak ada yang berarti di hadapannya. Walaupun dia senantiasa berkencan dengan lusinan wanita, namun apa yang dilakukannya hanya sebatas senang-senang. Nick memang sering mencumbui wanita, tetapi untuk urusan lebih lanjut ke tempat tidur belum pernah dilakukan sekalipun. Baginya, wanita yang nanti diajaknya bercinta adalah wanita spesial yang mampu membuat hatinya meledak-ledak.

Nick tidak seperti Fahrul, yang masa sekolahnya dihabiskan di pesantren, tetapi ketika pindah ke Jakarta untuk kuliah langsung menjadi budak ****. Hampir semua pacarnya pernah diajaknya untuk bercinta. Lain lagi dengan Arnav yang lebih senang dengan hubungan one night stand. Mulai dari anak kampus sampai penjaja **** komersial pernah dirasakan. Dan Denis, hanya Nick yang tahu kalau dia adalah simpanan tante-tante, untuk urusan wanita, Denis memang lebih menyukai yang lebih tua darinya. Nick tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau mamanya yang menjadi kekasih Denis.

Nick menghembuskan asap terakhir, lalu mematikan rokok, membuangnya ke lantai dan kembali merebahkan tubuhnya. Tubuhnya terasa letih. Dia mulai memejamkan mata dan tidak berapa lama kemudian, dirinya telah masuk ke alam mimpi.

🍂🍂🍂

Nick keluar dari kamarnya dengan pakaian jas lengkap. Hari ini seperti yang telah dijanjikan om Sakurta, Nick akan mulai bekerja di Ambrossia Hill dan langsung memegang jabatan sebagai manager marketing public relations, menggantikan posisi pak Dewa yang dipercaya mengurus cabang baru di Bali.

Sesampainya di ruang makan, Nick melihat mama dan om Sakurta tengah menikmati sarapan. Setiap hari Rabu, om Sakurta akan datang dan menginap. Entah alasan apa yang dikatakan pada anak dan istrinya, yang jelas setiap Rabu malam om Sakurta selalu datang untuk menginap. Nick langsung duduk di samping mamanya dan mulai menyantap sarapannya.

Sakurta bukan tipe orang yang senang basa basi, dia selalu berbicara to the point. Lewatnya, Nick memperoleh akses untuk melakukan penelitian di hotelnya dan memperoleh kesempatan istimewa langsung bekerja dengan jabatan manager. Hal ini diperoleh bukan semata-mata keenceran otak Nick, tapi sedikit banyak campur tangan Diah membawanya ke posisi ini.

Hubungan Diah dengan Sakurta sudah terjalin sekitar satu tahun lamanya. Dia hanya mempunyai jadwal berkunjung pada hari Rabu. Darinya Diah memperoleh tunjangan uang bulanan sebesar $2000 dan sebuah mobil Honda CRV keluaran terbaru, yang saat ini digunakan Nick untuk beraktivitas.

Pada weekend, Diah akan dikunjungi oleh Mr. Smith, seorang berkebangsaan Australia yang saat ini menetap di Jakarta dan memegang beberapa perusahaan ritel besar di berbagai kota di Indonesia. Darinyalah apartemen yang ditinggali Nick dan mamanya diperoleh. Sudah tiga tahun lebih Diah hidup bersama Mr. Smith, hanya setahun belakangan ini, laki-laki itu hanya datang pada tiap akhir pekan, karena kesibukannya di luar kota. Tiap bulannya Diah memperoleh tunjangan sebesar $5000, dan juga membiayai studi master Nick.

Sedang pada hari Senin, Diah akan melayani kekasihnya yang lain, yakni pak Burhan. Walaupun hubungan mereka baru terjalin tiga bulan, namun Diah sudah berhasil mendapatkan mercedes benz keluaran terbaru dan juga uang bulanan sebesar lima puluh juta rupiah.

Kadang Nick tak habis pikir, bagaimana cara mamanya mengatur jadwal ketiganya sehingga tak terjadi bentrokan. Dia sendiri tidak merasa keberatan dengan cara hidup mamanya, selama itu membuat mamanya senang dan dirinya tidak kekurangan apa pun.

"Bagaimana sidang kamu kemarin, Nick?" pertanyaan Sakurta sukses membangunkan Nick dari lamunannya. Dia mengangkat wajahnya menatap Sakurta dan menjawab dengan wajah ceria.

"Sukses om, everythings perfect,” Nick mengangkat tangannya, jari telunjuk dan jempolnya membentuk lingkaran.

"Baguslah dengan begitu om gak akan malu merekomendasikan kamu menggantikan pak Dewa.”

"Om tenang aja, aku jamin om tidak akan menyesal. Malah aku akan bekerja lebih baik dari pak Dewa.”

Sakurta tersenyum mendengar jawaban optimis Nick. Diah menepuk bahu Nick dengan perasaan bangga.

🍂🍂🍂

Dengan langkah mantap Nick memasuki gedung hotel Ambrossia Hill. Ini kali pertama dia menginjakkan kakinya bukan sebagai peneliti atau pun tamu, tetapi sebagai karyawan. Ditemani oleh Sakurta, mereka menuju ruangan direksi, rencananya hari ini Sakurta akan mengenalkan Nick kepada jajaran direksi hotel Ambrossia Hill.

Seusai acara perkenalan, Nick diajak berkeliling oleh sang general manager, bapak Hilman. Beliau sudah menjabat selama lima tahun, dan semenjak jabatan ini dipegangnya, hotel ini mengalami kemajuan pesat. Nick dan pak Hilman mengakhiri turnya di ruangan pak Hilman. Belum lama mereka duduk, asistennya datang dan memberikan minuman.

"Saya berharap kamu bisa memberikan kontribusi yang baik untuk hotel ini pak Hilman membuka pembicaraan."

"Mudah-mudahan saya bisa memberikan yang terbaik,” pak Hilman tersenyum senang, lalu dengan isyarat tangan ia mempersilahkan Nick minum.

"Tolong jangan tersinggung, tapi saya mendengar gosip miring soal kedekatan mama kamu dan pak Sakurta dengan sampainya kamu di posisi ini,” pak Hilman terdiam sebentar mencoba melihat reaksi Nick, namun Nick masih terlihat tenang.

"Saya pribadi percaya kalau kamu memang punya kemampuan, jadi bagi saya gosip itu cuma sekedar sampah, dengan catatan kamu bisa membuktikannya dengan kinerja yang baik,” Nick tersenyum sebentar sebelum menanggapi ucapan pak Hilman.

"Bapak tenang saja, saya akan buktikan kalau saya layak memegang jabatan ini. Ingat pak, saya akan buktikan.. bukan berjanji.”

Kali ini giliran pak Hilman yang tersenyum mendengar jawaban Nick. Dia sendiri memang yakin kalau Nick pantas memegang jabatan yang dipercayakannya sekarang.

Pembicaraan pun berlanjut, pak Hilman menerangkan tentang seluk beluk hotel ini dan dia juga memberikan berkas berisikan program-program yang telah dilaksanakan dan sedang direncanakan oleh pak Dewa, manager sebelumnya. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, dan tidak berapa lama terlihat seorang wanita muda, berwajah manis, berkulit kuning langsat memasuki ruangan. Pak Hilman memberi kode pada wanita itu untuk duduk di sampingnya.

"Nick, ini Ranti dia yang akan menjadi sekretaris sekaligus asisten pribadi kamu. Dia sudah tiga tahun bekerja di sini, dan sebelumnya dia juga bekerja untuk pak Dewa,” Nick segera mengulurkan tangan untuk berkenalan.

"Nick.”

"Ranti.”

"Mudah-mudahan kita bisa bekerjasama dengan baik.”

Ranti tersenyum mendengar ucapan Nick. Sebenarnya mereka berdua telah saling kenal, karena hampir selama enam bulan Nick melakukan penelitian dan mereka sering bertemu, hanya saja Nick tidak menyangka kalau Ranti yang akan membantu pekerjaannya nanti. Sedang Ranti sendiri tidak dapat digambarkan bagaimana bahagianya, karena impiannya untuk selalu dekat dengan Nick kini menjadi kenyataan, dia berharap memperoleh status lain dari lelaki itu.

Selesai pertemuan dengan pak Hilman, Nick kembali ke ruangannya ditemani oleh Ranti. Lelaki itu masuk ke dalam ruang kerjanya, sedang meja Ranti berada di dekat pintu masuk ruang kerja Nick. Di dalam ruangan Nick masih belum melakukan apa-apa, pikirannya masih melayang pada percakapannya tadi dengan pak Hilman. Jujur diakuinya kalau ucapan pak Hilman tentang hubungan mamanya dengan om Sakurta sedikit mengganggu pikirannya. Tapi segera ditepiskannya pikiran itu, seperti biasa dia akan menjadikan hal ini sebagai tantangan yang harus ditaklukkan. Untuk menyegarkan pikiran Nick pun memutuskan untuk melihat suasana hotel.

Pintu lift terbuka, kali ini Nick berada di lantai lima di sebelah selatan gedung, tempat kamar VIP berada. Dia berjalan di koridor ruangan, koridor tampak sepi. Kemudian dia belok ke kanan, dan di sana dia melihat dua orang house keeping keluar dari salah satu kamar sehabis membereskan kamar. Nick pun berjalan ke arah mereka sambil menuju pintu lift berikutnya. Saat melintas, tanpa sengaja terdengar percakapan dua wanita itu.

"Mbak tau ndak katanya manager Marketing PR yang baru itu anak selingkuhannya pak Sakurta, pemegang saham hotel ini," ucap salah satu house keeping yang bertubuh agak gemuk.

"Ya itulah orang dapet kerjaan enak banget, cuma karena anak seligkuhan bisa langsung jadi manager emangnya kita, udah enam tahun jadi house keeping terus.”

Kemudian terdengar cekikikan kecil mereka. Telinga Nick memerah mendengar pembicaraan kedua wanita itu, maka dengan cepat dia membalikkan badan dan menghampiri kedua wanita tersebut.

"Ehem!! Apa pekerjaannya sudah selesai?" tanya Nick dengan wajah mengeras.

🍂🍂🍂

Ehem!!! Jangan galak² ya Nick.

Tentang Bryan

"Ehem!! Apa pekerjaannya sudah selesai?" tanya Nick dengan wajah mengeras.

Kedua wanita itu terkejut dengan kedatangan Nick, apalagi ketika mereka melihat pakaian dan name holder yang dikenakan Nick.

"Su.. sudah pak," jawab keduanya gugup.

"Kalau sudah selesai, cepat kembali ke tempat kalian, jangan bergosip di sini, tidak baik kalau dilihat tamu. Dan satu lagi kalian tidak akan pernah naik jabatan kalau kinerja kalian terus seperti ini, mengerti?"

"I..Iya pak mengerti, maaf.”

"Kami permisi dulu pak.”

Kedua wanita itu segera berlalu dengan bergegas, mereka tidak menyangka kalau yang barusan menegur adalah orang yang baru saja dibicarakan. Nick sendiri kembali melanjutkan perjalanannya mengelilingi hotel.

🍂🍂🍂

Mobil Nick melaju dengan kecepatan sedang. Hari ini dia bermaksud menemui mamanya, semenjak bekerja dan diberi fasilitas sebuah kamar di hotel tempatnya bekerja, praktis Nick menghabiskan lebih banyak waktunya di hotel, itu dilakukan agar lebih mudah dalam menjalankan pekerjaannya.

Jalanan tidak terlalu ramai, mungkin karena hari libur, banyak warga Jakarta yang memilih menghabiskan waktu di luar kota. Tiba-tiba ponselnya berdering, sekilas dia melihat ke layar dan tertulis nama Fahrul.

"Hallo bro whats up?"

"Hey sombong amat yang udah kerja. Punya waktu buat ketemu ngga?" terdengar suara Fahrul di seberang sana.

"Sorry sorry maklum, pegawai baru jadi harus rajinlah hmm ketemuan ya kalo lusa gimana pas makan siang?"

"Gak bisa sekarang?"

"Sekarang gue gak bisa, emangnya ada apa sih? Urgent?"

"Banget ini menyangkut masa depan gue bro.”

Karena terlalu berkosentrasi dengan Fahrul, Nick tidak memperhatikan jalan, lampu merah di depannya sudah menyala. Terlihat seorang gadis sedang menyebrang, serta merta Nick mengerem mobilnya. Gadis itu terkejut, dengan reflek dia menggebrak kap mobil Nick dan matanya menatap tajam ke arah Nick. Pria itu yang cukup kaget dengan kejadian ini hanya diam terpaku menatap gadis di depan mobilnya.

"Nick hey bro lo masih di situ kan hallo," suara Fahrul kembali terdengar.

"Eh tar gue telpon lagi."

Nick mematikan ponselnya, segera dia membuka kaca jendela bermaksud untuk meminta maaf pada gadis itu. Tetapi suara klakson dari mobil di belakangnya memaksanya untuk segera melaju. Dari sudut matanya terlihat gadis itu berjalan menyusuri trotoar jalan.

Dua puluh lima menit kemudian Nick sampai di apartemennya. Baru saja dirinya akan membuka pintu, di saat yang bersamaan pintu unitnya terbuka dan terlihat Mr. Smith didampingi Diah.

"Hallo Nick," sapa Mr. Smith sambil tersenyum ke arah Nick, yang hanya dijawab dengan anggukan. Selanjutnya Nick langsung masuk ke dalam. Diah menyerahkan tas kerja pada Mr. Smith, kemudian mereka berciuman sebentar.

"See you next week honey (sampai ketemu minggu depan sayang).”

"Ok.”

Diah melepaskan kepergian Mr. Smith dengan senyum manis. Setelah menutup pintu, dihampirinya Nick yang sedang duduk menonton televisi di ruang tamu. Sebelum duduk dia mencium pipi Nick.

'Kemana aja anak mommy? Kok baru pulang, mentang-mentang punya kerjaan baru, jadi lupa deh sama mommy.”

"Sorry mom kerjaannya banyak banget, apalagi aku orang baru, jadi harus adaptasi dulu.”

Diah tersenyum mendengar jawaban Nick seraya berdiri lalu berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman.

"Barusan aku ngecek rekening dan uang kiriman daddy udah masuk.”

"Baguslah berarti dia masih inget sama kamu," jawab Diah setengah berteriak dari dapur. Nick bangkit dari duduknya dan menghampiri sang mama di dapur.

"Mom, mana foto daddy yang mommy janjiin ke aku."

Diah terkejut mendengar pertanyaan anaknya. Setelah memberikan segelas minuman pada Nick, dia bergegas pergi. Nick segera menyusulnya.

"Mom come on udah berapa kali mommy janji tapi ngga pernah nepatin.”

"Mommy udah ngga punya foto papa kamu, lagian ngapain juga kamu ribut soal dia.”

“Apa salah kalau aku mau tahu orang yang selama ini membiayai hidup aku at least (setidaknya) wajahnya aja.

Diah terdiam, ingatannya melayang pada kejadian 23 tahun yang lalu. Saat pertama dirinya bertemu dengan Bryan, pria yang sangat menyayanginya dirinya, terutama Nick. Laki-laki yang masih dicintainya hingga saat ini.

Flashback On

Diah tengah berbelanja di sebuah swalayan ditemani Nick kecil. Anaknya itu duduk dengan tenang di dalam keranjang sambil memegang mainan, sementara dirinya asik melihat-lihat produk susu bayi. Diah menemukan produk yang dicarinya, rupanya berada di jajaran rak paling atas. Wanita itu tampak kesulitan mengambilnya. Dia menengok kanan dan kiri mencari pelayan yang dapat membantunya, tetapi tidak satu pun terlihat. Diah pun berusaha mengambil dus susu tersebut sambil berjinjit. Tiba-tiba seseorang telah mengambilkan untuknya.

"Here (ini)," ucap lelaki tersebut sambil menyerahkan susu tersebut pada Diah.

"Thank you,” tangan Diah meraih susu dari lelaki tersebut.

"No problem,” jawabnya seraya tersenyum. Lalu pandangannya beralih pada Nick asik duduk di dalam troli.

"Hes a nice boy, whats his name? (anak yang manis, siapa namanya).”

"Nick."

"Hallo Nick how are you?"

Lelaki itu beberapa saat tampak menikmati bermain dengan Nick, dia membiarkan jarinya digenggam oleh tangan kecil bocah berusia satu tahun itu.

"Oh Im sorry, I really like your son. By the way Im Bryan (Maaf, aku sangat menyukai anakmu. Oh iya, namaku Bryan).”

Lelaki yang bernama Bryan itu mengulurkan tangannya pada Diah. Dengan cepat Diah membalas uluran tangannya sambil menyebutkan namanya.

“Diah.. nice to meet you sir (senang bertemu denganmu, tuan...).”

"Please just call me Bryan (tolong, panggil saja Bryan.)”

"Ok Bryan, jawab Diah sambil tersenyum ke arah Bryan.

"Do you mind if I ask you for a cup of coffee maybe (apa kamu keberatan kalau kita minum kopi dulu?)” Diah berpikir sejenak, lalu melihat ke arah Nick yang masih asik memainkan jari Bryan.

"Ok.”

Setelah membayar susu, Bryan mengajak Diah menuju cafe yang ada di seberang swalayan. Diah membiarkan pria itu menggendong Nick. Apalagi anaknya itu terlihat anteng bersama Bryan.

Semenjak saat itu, hubungan Diah dan Bryan terus berjalan. Bryan adalah seorang berkebangsaan Amerika yang baru saja ditugaskan ke Indonesia sebagai konsultan keuangan di salah satu perusahaan joint venture antara Indonesia - Amerika. Dia baru dua bulan tinggal di Jakarta, maka tak heran kalau masih kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Sedangkan Diah yang seorang single parent merasa menemukan seseorang yang dapat menjadi pendamping hidupnya dan menjadi ayah bagi Nick.

Akhirnya Diah dan Bryan menikah di kantor catatan sipil, karena Bryan sudah mempunyai seorang istri di Amerika, maka tidak mungkin baginya menikahi Diah di gereja. Dan Diah, walaupun berasal dari keluarga muslim, namun baginya masalah kepercayaan bukanlah sesuatu yang penting.

Semenjak menikah dengan Bryan, Diah tidak pernah mengunjungi keluarganya lagi, karena mereka menentang keras Diah yang dengan mudahnya berpindah agama dan tidak merestui pernikahan mereka. Sebaliknya, pernikahan Diah dan Bryan berlangsung harmonis. Bryan bukan hanya suami yang bertanggung jawab, tetapi juga sangat menyayangi Diah dan Nick. Sayang, setelah setahun pernikahan, mereka belum juga dikaruniai anak. Belakangan diketahui bahwa rahim Diah mengalami masalah setelah melahirkan Nick, dan sulit baginya untuk mempunyai anak lagi.

Kondisi Diah yang tidak bisa mengandung bukanlah masalah bagi Bryan. Baginya kehadiran Nick sudah cukup. Entah mengapa dia sangat sayang pada anak itu dari semenjak mereka bertemu. Setiap hari Minggu Bryan sering mengajak Nick berjalan-jalan ke taman bermain sepulang dari gereja.

Namun masalah mulai datang ketika kontrak kerja Bryan di Jakarta berakhir. Bryan memutuskan untuk pulang ke Chicago, kembali ke kantor pusat. Malam itu, Bryan mengutarakan niatnya pada Diah.

"Honey theres something I want to talk to you (sayang, ada yang ingin kubicarakan denganmu).”

"What is it?" tanya Diah sambil menyiapkan makan malam.

"My contract is over, so I decide to go back to Chicago Mr. James has a new position for me in there (kontrakku sudah berakhir, jadi aku memutuskan pulang ke Chicago. Tuan James menawarkan posisi baru untukku di sana.)”

Diah terkejut, sejenak menghentikan pekerjaannya lalu melanjutkannya kembali. Setelah itu dia menghampiri Bryan.

"I want you and Nick come with me. I promise you, Ill give you a better life than here. I need you and Nick come with me, please honey (aku mau kamu dan Nick ikut bersamaku. Aku berjanji akan memberikan kehidupan yang lebih baik untukmu dari pada di sini. aku membutuhkanmu dan Nick ikut bersamaku, tolong sayang.”

"How about Angela? Did she know about us? About me and Nick? (bagaimana dengan Angela? Apa dia tahu tentang kami? Tentang aku dan Nick?)” Diah menatap tajam ke arah Bryan.

"No she didn't," jawab Bryan pelan.

Diah menghela nafas kesal. Dia berjalan menuju dapur. Bryan menghampiri lalu memeluknya dari belakang sambil menciumi leher istrinya. Dengan cepat Diah melepaskan diri, lalu berbalik menatap Bryan. Ada sorot ketidaksukaan dan kekecewaan di sana.

"I dont wanna move to Chicago! If you want me and Nick, so you have to stay here (aku tidak mau pindah ke Chicago. Kalau kamu menginginkanku dan Nick, kamu harus tinggal di sini).”

"Come on honey I cant do that. If I stay, how can I earn money for our life. I dont have a job in here anymore. If I dont take the position in Chicago now, Im gonna loose it please understand me (ayolah sayang aku tidak bisa melakukannya. Kalau aku tinggal, bagaimana aku bisa menghasilkan uang untuk kehidupan kita. Aku tidak punya pekerjaan lagi di sini. Kalau aku tidak mengambil pekerjaan di Chicago sekarang, aku akan kehilangannya. Tolong mengertilah).”

Suasana hening sejenak, lalu dari arah kamar terdengar suara tangisan Nick. Buru-buru Diah mendatangi anaknya, menggendongnya dan menenangkannya, tapi Nick tetap menangis. Akhirnya Bryan berinisiatif mengajak Nick bermain di halaman belakang. Untuk sementara pembicaraan mereka terputus.

Malamnya ketika Bryan sedang menidurkan Nick, Diah masuk ke dalam kamar. Pelan-pelan Bryan bangun lalu meletakkan buku cerita di atas nakas.

"He sleep?" pertanyaan Diah hanya dijawab Bryan dengan anggukan.

"Lets talk,” lanjut Diah.

Diah keluar dari kamar. Bryan mencium kening Nick, menyelimutinya, kemudian menutup pintu kamar dengan pelan. Dihampirinya Diah yang menunggunya di kamar tidur. Pria itu duduk di sisi ranjang, berhadapan dengan sang istri.

"Ok Bryan.. Ill go with you (ok Bryan, aku akan pergi denganmu.

Senyum terbit di wajah pria itu. dengan cepat ditariknya Diah ke dalam pelukannya. Bibirnya terus mendaratkan ciuman di puncak kepala sang istri seraya berucap,

"Thank you honey, thank you."

Bryan terus memeluk Diah. Tak dapat dilukiskan bagaimana perasaannya saat ini. Namun tak lama kemudian, Diah mendorong tubuh Bryan dengan pelan. Melepaskan diri dari pelukan pria itu.

"But with one condition (tapi dengan satu syarat), ucap Diah, Bryan diam menunggu kalimat berikutnya.

"You have to leave Angela (kamu harus meninggalkan Angela.)”

🍂🍂🍂

Hai... makasih yang udah mau mampir.. love you all

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!