Seonggok daging terbaring diatas kasur besar. Kulit seputih salju menjadi penutup kesakitan yang harusnya terlihat kentara di tiap kali sepasang mata memandang. Sayang sekali, wajah cantik itu enggan berekspresi untuk waktu sebulan.
Berbeda dengan seorang dewasa disampingnya. Duduk dengan tangan yang hati-hati berpindah dari bagian kulit satu ke yang lain. Mengelap dengan perasaan sedih sekaligus hormat. Berharap remaja yang betah menutup mata ini segera memberi tanda-tanda kehidupan kembali.
10 menit telah berlalu dari kegiatannya, sosok dewasa dengan baskom air hangat di tangannya hendak pergi, sebelum itu ia sempat melihat wajah cantik seseorang. Untuk sesaat dia merasa bagian bulu matanya bergetar ringan.
Apa nona muda akan membuka mata ? Sungguh sangat bersyukur kepada Sang Pencipta yang mau memberikan kesempatan sekali lagi. Setelah ini dia berjanji akan menjaga remaja rapuh di depan matanya.
Tapi mengapa bulu mata lentik tidak lagi bergetar ? Apa dia salah lihat ?
Berulang kali sosok dewasa berseragam khas pelayan mengucek mata. Melupakan baskom yang akan dibawa keluar. Namun nihil. Meski mata dikucek sampai berair pun, bulu mata itu tetap tidak bergetar lagi.
"eughh"
Sampai suara lenguhan kecil menyadarkan kekosongan pandangannya. Dia beralih menatap wajah cantik bak model itu dengan tatapan terkejut.
Ternyata selama ini Sang Pencipta mendengar dan mengabulkan harapannya.
"Nona.."
Sapanya sembari membungkuk hormat. Menyembunyikan ekspresi haru dan bahagia. Ahh tidak sopan bagi seorang pelayan rendahan untuk menunjukkan ekspresi seperti ini didepan majikan.
Meski dia menganggap nona sebagai sesuatu yang patut dijaga dan disayangi sepenuh hati layaknya anak sendiri. Tetapi status adalah keharusan yang membuat ia menahan diri untuk menangis di depan nona muda.
Dalam hati pelayan rendahan ini sangat bersyukur nona sudi membuka mata kembali.
Sosok yang menjadi 'nona' bagi nya terlihat kebingungan dengan mata yang tiada henti menatap sekeliling seperti mencari tahu dimana aku berada?
Siapa orang ini? Dan dimana ini?
'Nona muda baru saja terbangun, pasti nona seperti ini karena efek koma. Lebih baik aku panggilkan dokter.' Sambung pelayan dalam hati.
"Nona tunggu sebentar, saya permisi untuk memanggil dokter terlebih dahulu." Katanya kemudian menunduk hormat dan keluar menutup pintu.
Diluar ia tak bisa lagi untuk berpura-pura. Tumpah sudah air mata yang sedari tadi ditahan mati-matian.
"hiks hiks.. nona akhirnya bangun hiks.."
Sadar akan tujuan awal, segera pelayan mencari dokter dengan langkah yang terkesan terburu-buru.
Setelah pintu kamar tertutup rapat, nona yang dipanggil pelayan mengernyitkan dahi bingung. Ia merasa tidak pernah punya pelayan seperti dia di mansion kediaman orang tuanya.
Lalu siapa dia? Apakah pekerja baru? Tapi ini aneh, kenapa dia pergi memanggil dokter sedangkan dirinya tidak sakit atau luka apapun?
Seingatnya dia tertudur di ranjang setelah dengan kesal melempar novel yang dibaca. Dalam novel tersebut ia menjadi sangat merasa ingin mengutuk sepupunya yang memberikan novel itu.
Arisa adalah perempuan logis yang tidak suka membaca novel. Ia lebih suka membaca buku-buku ilmiah yang akan menambah kadar kecerdasan otaknya daripada harus membaca novel yang hanya akan mempermainkan emosi pembaca.
Tapi tidak pada hari itu, dengan sangat terpaksa Arisa membaca novel bergenre fantasi romance. Jelas semua novel adalah fiksi. Dan novel yang ia baca termasuk kedalam buku paling tidak masuk akal yang pernah dibaca Arisa selama 20 tahun hidupnya.
Awalnya Arisa menolak novel tersebut, tapi sepupu selalu memaksa. Bahkan mengganggunya hanya untuk membuat ia membaca novel sialan itu.
"Ari, kau harus menambah pengetahuan emosimu dengan membaca novel."
Selalu itu alasannya setiap kali Arisa menolak permintaan sepupu. Karena jengah diganggu setiap jam selama seminggu, akhirnya arisa mengalah untuk membaca novel sampai selesai dengan syarat itu adalah novel pertama dan terakhirnya. Karena ia tidak sudi membaca novel lagi.
Seusai membaca, Arisa langsung melempar novel dengan judul 'Permainan emosi.' Bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Hanya saja ia cukup geram dengan jalan ceritanya.
Tidak masalah ada bumbu pertengkaran dalam sebuah hubungan karena hadirnya orang lain.
Entah gangguan itu dari orang di masa lalu yang pernah singgah. Atau hanya sampah yang selalu menempel seperti kotoran lalat. Hanya saja Arisa sangat emosi dengan penganggu yang terus menerus beraksi seperti Bellerie Betrix. Seorang anak bungsu dari keluarga betrix, tidak pernah lelah menempeli pemeran utama laki-laki selama 10 tahun, Reksi Steve Wilson.
Sulit bagi logika Arisa untuk mencerna cinta yang bertepuk sebelah tangan selama 10 tahun ?
Arisa fikir jika seseorang mencintai dan terus berusaha untuk mendapatkan hatinya namun pihak kedua tetap menolak, kenapa tidak berhenti dan mencari yang lain saja ?
Bellerie tidak masuk akal, dia berjuang untuk sia-sia.
Jelas bahwa Reksi lebih memilih Lily, tokoh utama wanita dari golongan kasta menengah ke bawah. Namun Belleri tetap keras kepala terhadap Reksi. Tak tahu malu. Baguslah akhirnya ia disingkirkan oleh Protagonis pria sendiri.
Semakin tidak masuk akal adalah nama-nama negara dan kota yang sama sekali tidak ada di peta dunia.Tidak jelas kondisi masanya. Jika disebut modern kenapa tidak ada Eropa, Amerika, Afrika dan yang lain ? Begitupun sebaliknya, jika disebut kuno kenapa ada sejenis handphone dan alat canggih lainnya?
Latar novel ini pasti lebih pantas disebut fantasy-modern.
Banyak hal lain yang sulit di mengerti Arisa hingga ia melempar novel dengan kasar dan tidak berperasaan.
Niat sepupu untuk menambah pengetahuan emosi terlaksana sukses. Kini di raut wajah Arisa bukan hanya ada keterdiaman antara penyendiri dan pendiam. Tapi juga ada 3 garis kernyitan di dahinya.
Siapapun tahu bahwa ia sedang kesal.
Ceklek..
"Silahkan dokter.."
Pelayan telah kembali dengan seseorang yang melapisi pakaiannya dengan jas putih. Pasti itu dokter.
Tempat ini jelas bukan kamar Arisa. Ada apa sebenarnya? Arisa ingin sekali bertanya seperti itu. Urung di tanyakan, ia lebih memilih mengamati terlebih dahulu situasi ini.
Arisa mengulurkan tangan menyentuh rambut atas. Ada yang aneh. Ia merasakan perban terpasang melingkar di kepala melewati seperempat dahi atas.
Apa ? Kenapa baru sadar bahwa benda putih ini bertengger sejak ia bangun ?
Arisa semakin bingung. Berbanding terbalik dengan matanya yang melirik bergantian pada pelayan dan dokter. Ekspresi wajah arisa tetap menyendiri dan diam. Seolah tidak perduli dengan semua yang terjadi.
"Nona biar saya periksa." Kata dokter dengan penuh hormat di setiap nada bicaranya.
Dokter kembali dengan peralatan yang telah di rapihkan. Ia berbalik membelakangi Arisa.
"Kondisi nona membaik. Jangan terlalu memaksanya biarkan nona istirahat beberapa hari untuk pemulihan. Saya akan meresepkan obatnya."
"Baik Tuan." Balas pelayan dengan menunduk sopan.
Dokter memberikan resep obat yang harus di tebus beserta penjelasannya.
Selama itu Arisa memejamkan kedua mata. Sakit dikepalanya entah kenapa tiba-tiba kambuh. Ingatan-ingatan yang bukan miliknya terus berputar tiada henti, membuat denyutan kepala arisa semakin menjadi. Terakhir ia mendengar seseorang berkata bahwa ia telah berpindah jiwa dan akan kembali saat waktunya tiba.
'huh'
Arisa membuka lebar matanya. Apa barusan ? Itu terasa sangat nyata.
"Nona.. Saya akan menebus obat dulu. Saya akan kembali lagi secepatnya."
Dokter tadi rupanya telah pergi. Ia ingin menolak percaya tapi kenapa orang dewasa di depannya ini memanggilnya nona ? Ia ingin mengakui tapi itu sangat tidak masuk akal.
"Tolong ambilkan aku cermin."
Pelayan cukup heran dengan tingkah nonanya. Dia berfikir nona sungguh memperhatikan kecantikkan.Bahkan disaat baru sembuh saja langsung meminta cermin, jika orang lain mungkin akan meminta minum.
Oh ya pelayan lupa menawarkan minum pada nona. Terkutuklah kelakuan pelayan rendahan ini. Pelayan merasa bersalah atas kebodohannya.
"Ekhem."
Arisa berdehem, membuyarkan lamunan pelayan.
"Maaf nona.Saya akan ambilkan cermin."
Arisa menerima cermin darinya.
"Nona, saya akan mengambil air minum dulu."
"Tidak usah."
Lantas gadis itu mengizinkan pelayan pergi untuk urusannya.
Arisa terkejut. Benar-benar kaget. Jadi apa yang barusan di ingatan adalah memori pemilik tubuh ini.
Sial. Dia adalah Bellerie Betrix. Pasti ini balasan atas ketidak sopanannya.
Arisa mengedipkan mata perlahan. Iris birunya seketika tertutup sempurna dengan kelopak lembut menawan. Saat matanya tertutup saja dia begitu cantik, apalagi saat terbuka.
Tidak heran di novel dia sangat berani, selalu menempel pada tokoh utama pria. Karena kecantikkan ini yang membuatnya semakin percaya diri.
Sayang, sikapnya sangat bodoh.
Apa mungkin Belleri adalah putri yang tertukar ? Melihat dari keluarga Betrix, hanya Belleri yang tidak pernah masuk peringkat 10 besar di kelas.
Tapi itu tidak mungkin, wajah Belleri mirip dengan papanya, Andreas Betrix. Dan iris mata Bellerie mirip dengan Mamahnya.
Mustahil anak tertukar atau anak pungut memiliki gen fisik yang sama dengan orang tua angkatnya kan ?
Memikirkan hal itu membuat ruang antara dua alis arisa berdenyut.
"Nona saatnya makan malam."
Arisa mengangguk.
Hari kedua Arisa berada di dunia novel sebagai Belleri. Ia semakin mengerti beberapa kondisi yang di alami Belleri. Kasihan. Satu kata mewakilinya.
Hidup sebagai putri tunggal keluarga kaya raya tidak membuatnya bahagia. Sejak Belleri kecil Papah dan mamahnya bercerai. Belleri bersama saudara tinggal bersama Andreas. Ibunya entahlah ditelan dibelahan bumi mana.
Sikap yang di tunjukkan Belleri selama ini hanya untuk menarik perhatian banyak orang agar menyayanginya. Naas, bukan mendapat cinta seperti yang diharapkan. Kebencian dan ketidakperdulianlah yang di terima.
Lagi, Arisa berkedip perlahan.
"Eri, ambil makanan kesini."
'hah?'
Pasalnya kondisi nonanya semakin membaik. Selain seharian ini Belleri menghabiskan waktu di meja belajar, memakan makan malam dikamar justru menambah keterkejutan Eri, pelayan serta pengasuh Belleri sejak kecil.
Nona tidak seperti biasanya.
Walau begitu eri tidak berkomentar.
"Baik nona, mohon tunggu sebentar."
Balas Eri seraya menunduk hormat.
Eri sungguh loyal dan sabar. Sikap Belleri bukanlah karakter yang mudah ditangani.
Anak brokenhome selalu mencari masalah untuk menarik perhatian orang-orang. Itu wajar, karena brokenhome tidak mendapatkan cinta yang cukup dalam hidupnya.
Sekali lagi sungguh kasihan.
Andai Belleri cerdas sedikit saja. Mungkin ia tidak akan menderita. Cinta tidak bisa didapatkan dengan memaksa. Dan perhatian tidak bisa digapai dengan cara menjijikkan.
Arisa tidak setuju dengan sikap manja dan cari-cari perhatian Belleri terhadap keluarganya. Membuat masalah di sekolah dan menjadi manja di rumah. Dua hal yang bertolak belakang ditunjukkan secara bersamaan. Bukankah itu menjijikkan.
Sangat tidak cerdas.
Arisa sangat prihatin dengan dirinya sendiri sekarang. Karena justru ialah yang menjadi Belleri.
---------------------------------------------------
Malam yang dingin seperti biasanya. Aroma Betrix bukanlah aroma lembut. Aroma kuat kentara dengan ketajaman dan ketegasan ini adalah karakter utama Keturunan Betrix.
Andreas, contoh dari kesempurnaan keturunan Betrix. Tidak ada yang berani melawannya walaupun itu Belleri sendiri.
Keluarga Betrix adalah keluarga kaya di kota. Tentu masih kalah dengan keluarga kaya di negara ini. Tapi Betrix sangat disegani di berbagai penjuru kota X.
tuk tuk tuk
jari telunjuk andreas tidak henti mengetuk meja makan sedari 5 menit yang lalu.
Suasana seperti ini sangat canggung tapi ketiga anak laki-lakinya tidak ada yang berani berbicara. Sampai suara langkah menuruni tangga menghentikkan ketukan jari andreas.
Ketiga orang yang duduk dikursi sekilas melirik tangga. Bukan. Bukan dia orangnya. Kenapa dia lama sekali ?
Untuk menghela nafas saja terasa berat. Aura Andreas begitu menekan.
"Maaf tuan, nona meminta makan malam di kamar."
"Hm." balas Andreas.
Tiga yang lainnya hanya diam.
Aneh, biasanya Belleri akan sangat memperhatikan makan malam. Tidak pernah sekalipun Belleri melewatinya. Mungkin sakitnya belum sembuh.
Kakak pertamanya, Rain Betrix tampak tenang dan biasa. Berbeda dengan kakak kembar Belleri, frian dan Brian. Mereka saling pandang untuk 3 detik lamanya.
Seharian ini Arisa menulis ulang adegan-adegan novel yang pernah dibacanya. Meski hanya membaca sekali dalam semalam, arisa mengingat semuanya dengan detail. Memori otaknya sangat tinggi sehingga mampu mengingat buku-buku yang pernah dibacanya.
Apalagi novel itu belum lama ia baca. Arisa kutu buku tapi tidak dengan penampilan culunnya.
Di kehidupan sebelumnya tidak ada yang percaya bahwa Arisa adalah seorang kutu buku setidaknya sebelum mereka melihat bahwa setiap jam istirahat Arisa pergi ke perpustakaan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!