NovelToon NovelToon

Aku Dan Bos Ku

Perkenalan

Nama Kinan Ranjana, usia dua puluh tiga tahun. Bekerja di sebuah perusahaan kecil, dengan jabatan yang biasa-biasa saja. Gaji yang Kinan terima cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kinan di besarkan di panti asuhan sejak kecil. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan waktu dia masih kecil. Setelah Kinan bekerja, dia memutuskan untuk menyewa sebuah kos-kosan kecil yang dekat dengan kantor, supaya memudahkannya untuk bekerja. Namun Kinan tidak pernah melupakan panti asuhan, dimana bibi dan saudara-saudara senasib dengan nya tinggal. Setiap akhir bulan, Kinan selalu menyempatkan diri untuk menjenguk bibi dan saudara nya di panti asuhan. Ya begitulah hidup Kinan tidak ada yang istimewa sama sekali.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, seperti biasa Kinan bangun dan mandi. lima menit kemudian Kinan selesai mandi, dia memutuskan memasak nasi goreng, karena sisa nasi kemaren masih ada. Kinan setiap hari memasak untuk menghemat pengeluarannya, walaupun cuma memasak telur goreng sebagai lauk. Kinan bukan orang yang pilih-pilih soal makanan, karena di panti asuhan Kinan tidak bisa memilih makanan, apapun yang di masak oleh bibi di sana Kinan harus memakannya, kalau tidak mau kelaparan.

Jam tujuh Kinan sudah siap untuk berangkat bekerja. Setiap hari dia berangkat dengan berjalan kaki. Kinan tidak sanggup membeli kendaraan. Untung jarak dari kos-kosan ke kantor dekat, hanya sepuluh menit berjalan kaki.

"Bekal dan minum sudah siap, lebih baik aku berangkat sekarang" ucap Kinan pada diri sendiri.

Tak lupa Kinan mengunci pintu kos nya sebelum berangkat kerja, tak lupa dia mengecek stop kontak listrik kosnya apa sudah di cabut apa belum. Setelah semua di rasa aman, Kinan berangkat bekerja.

Udara pagi ini cukup dingin, karena semalam hujan turun cukup deras. Jalanan cukup satu saja masih, banyak air yang menggenang. Saat Kinan berjalan tiba-tiba ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju di sebelah Kinan.

Baju Kinan basah dan kotor terkena cipratan air yang menggenang.

"Dasar gila" teriak Kinan kesal.

Namun teriakkan Kinan tidak ada artinya, karena yang mengendarai mobil sudah jauh dari pandangan Kinan.

"Bagaimana ini" ucap Kinan melihat bajunya basah dan kotor. "Kalau pulang dan ganti baju, waktunya sudah tidak memungkinkan lagi" tambahnya. "Tapi kalau pergi kerja dengan pakaian seperti ini, juga tidak bisa" ucap Kinan yang semakin resah. "Ah sial" ucapnya frustasi.

Kinan memutuskan untuk terus bekerja, apapun resikonya akan dia terima hari ini. Dia juga berdoa semoga atasannya tidak menyadarinya. Lima menit kemudian Kinan sampai di kantor tempat dia bekerja.

"Kinan ada apa dengan bajumu, kenapa basah dan kotor seperti itu?" tanya teman kerja Kinan.

"Kena genangan air waktu berangkat" jawab Kinan.

"Kenapa tidak pulang, dan ganti baju?" tanya teman kerja Kinan.

"Buang-buang waktu" jawab Kinan. hei/eh pak Danang apa sudah datang?" tanya Kinan.

"Sudah, dia ada di kantornya" jawab teman kerja Kinan.

"Tumben pagi?" tanya Kinan.

"Hari ini bos besar datang, jadi pak Danang datang lebih pagi" jawab teman kerja Kinan.

Kinan hanya mengangguk.

Jam kerja pun tiba, Kinan mulai membuka file-file dan menyalakan komputer. Tak lama Kinan sudah di sibukkan dengan menyalin data di file-file ke dalam komputer.

.

.

.

.

.

.

Di ruangan lain.

"Selamat pagi tuan" ucap Pak Danang kepada seseorang yang baru saja datang.

Namun tidak ada jawaban.

"Maaf Tuan mau minum apa?" tanya Pak Danang dengan sopan.

"Kedatangan ku bukan untuk minum. Serahkan laporan tahun ini sekarang juga" ucap seseorang yang di panggil Tuan Pak Danang.

"Baik Tuan Adnan" ucap Pak Danang.

Adnan Baldwin seorang pengusaha sukses, namun tidak di iringi dengan kisah cinta yang sukses. Banyak memiliki anak perusahan, namun di umur yang sudah tidak muda lagi dia masih belum menikah. Tidak percaya apa itu cinta, apa itu pernikahan. Dia di besarkan dalam keluarga yang berantakan, orang tua bercerai dan kemudian di tinggal mati ibu nya. Sedangkan ayahnya tidak di ketahui keberadaannya. Hasil yang Adnan dapatkan sekarang adalah hasil jerih payahnya. Sejak ibunya meninggal Adnan tidak melanjutkan sekolah, dia memilih bekerja sana sini dan belajar berbisnis. Di hidupnya, sukses adalah tujuan utama nya, dengan begitu saat dia bertemu dengan ayahnya dia dapat menatap ayahnya dengan penuh percaya diri, bahwa anak yang dia tinggalkan bisa sukses tanpa dukungan dari ayahnya sama sekali.

"Tuan silahkan dokumennya" ucap Pak Danang sambil menyerahkan map yang berisikan dokumen-dokumen penting.

Adnan menerima map tersebut dan langsung pergi dari ruangan pak Danang. "Aku akan memeriksa dokumen ini, jika ada sesuatu yang janggal dalam laporan mu, bersiaplah akan konsekuensi yang akan kamu terima nanti" ucap Adnan sebelum keluar dari ruangan pak Danang dan pergi dari kantor anak buahnya tersebut.

Adnan di kenal sangat tegas dan teliti, tidak ada yang bisa lolos dari pengamatannya. Hal terkecil apapun dia akan tahu. Adnan juga di kenal bos yang sangat kejam dalam dunia bisnis. Semua mengatakan bahwa Adnan lebih kejam dari bos mafia manapun dalam menghukum karyawan yang sudah berbuat curang kepadanya.

"Baik tuan" ucap pak Danang.

Setelah Adnan keluar, pak Danang merasa sangat lega, namun masih ada rasa khawatir soal laporan tahunan.

"Semoga tidak ada kesalahan" doa pak Danang dalam hatinya.

Lega belum hilang ponsel milik pak Danang berbunyi. "Halo tuan" ucap pak Danang untuk memulai percakapan.

"Baik tuan" jawab pak Danang saat seseorang yang menelpon berbicara.

Setelah sambungan telepon putus pak Danang bergegas pergi keluar untuk mencari seseorang yang akan dia suruh untuk melaksanakan tugas.

"Kinan" panggil pak Danang.

"Ya pak" jawab Kinan yang merasa namanya di panggil.

"Antar dokumen ini ke kantor pusat tuan Adnan sedang membutuhkannya" perintah pak Danang.

"Tapi pak" jawab Kinan.

"Tidak ada tapi-tapian. Kamu harus berangkat sekarang. Saya tidak mau sampai tuan Adnan marah cuma gara-gara tapi kamu" ucap pak Danang sedikit meninggi.

"Baik pak" ucap Kinan yang tidak mau membantah lagi.

Sebenarnya Kinan tidak mau menolak perintah atasannya, tapi hari ini pakaiannya basah dan kotor. Apa pantas dia pergi ke kantor pusat dengan pakaian seperti ini.

"Apa aku pulang dulu ya, mengganti pakaian baru mengantar dokumen ini" batin Kinan. "Tapi kalau pulang dulu aku harus bayar taksi dua kali, sedangkan uang dari kantor hanya cukup untuk pergi dan pulang dari kantor pusat" tambah batin Kinan.

"Ah aku kan cuma mengantar dokumen, paling-paling cuma sampai bawah saja. Tidak mungkin sampai bertemu dengan bos besar" ucap Kinan.

Setelah penuh drama, Kinan pun berangkat menuju kantor pusat. Lima belas menit kemudian Kinan sampai di kantor pusat. Gedung yang menjulang tinggi ke atas dan megah. Kinan memperhatikan bangunan tersebut dengan penuh kagum. Dia tidak menyangka kantor pusat sangatlah besar dan megah.

"Selamat siang nona" sapa satpam saat membukakan pintu.

"Selamat siang pak, saya Kinan dari kantor cabang Barat" jawab Kinan.

"Maaf nona bisa tunjukkan kartu identitas anda?" tanya satpam.

"Bisa, tunggu sebentar" jawab Kinan.

Kinan mengambil kartu identitasnya di dalam tas, kemudian menyerahkan kartu identitasnya kepada satpam. "Silahkan pak" ucap Kinan.

Satpam kemudian mempersilahkan Kinan masuk ke dalam gedung, setelah selesai mengecek kartu identitas Kinan dan mengembalikan lagi kepada Kinan. Untungnya sebelum pergi Kinan meminjam jaket milik teman kerjanya, untuk menutupi pakaian yang kotor tadi.

Kinan kemudian menuju meja resepsionis, dia bertanya kepada resepsionis apakah dia bisa bertemu dengan atasan mereka. Namun resepsionis tidak bisa memberikan ijin Kinan menemui atasan mereka dengan alasan apapun. Kinan terpaksa hanya menitipkan dokumen tersebut kepada resepsionis. Sebelum pergi Kinan memberi kabar kepada pak Danang soal dia menitipkan dokumen kepada resepsionis, serta memberitahu siapa nama resepsionis tersebut kepada pak Danang. Tak lupa Kinan memberikan alasan kenapa dia tidak menyerahkan sendiri dokumen tersebut kepada Bos pusat.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung

Pertemuan pertama

Setelah mengantar dokumen Kinan berencana kembali ke kantor, namun tiba-tiba bruk Kinan pingsan di pinggir jalan.

Seseorang kemudian membawa Kinan ke rumah sakit. Sesampai nya di rumah sakit Kinan segera di beri pertolongan pertama.

"Maaf tuan, apa tuan suaminya?" tanya dokter kepada orang yang membawa Kinan.

"Bukan, saya hanya membantu membawanya ke sini. Kami tidak saling kenal" jawab orang yang membawa Kinan.

"Baiklah, kalau begitu saya akan menelpon keluarganya" ucap dokter.

"Silahkan" ucap seseorang tersebut.

Beberapa saat kemudian Kinan bangun dari pingsan. "Syukurlah anda sudah siuman" ucap suster yang sedang mengontrol.

"Maaf ada apa dengan saya ya?" tanya Kinan.

"Nona anda pingsan tadi, dan untungnya ada orang yang baik hati mengantar anda ke rumah sakit" jawab suster.

"Dimana orangnya?" tanya Kinan. "Saya mau berterima kasih kepadanya" tambah Kinan.

"Maaf nona orang itu sudah pergi setelah menyelesaikan administrasi anda" jawab suster.

"Maaf suster apa dia meninggalkan identitas?" tanya Kinan.

"Coba saya bantu cek kan di bagian admistrasi nanti. Dan lebih baik nona beristirahat" ucap suster.

Mau tidak mau Kinan menuruti perkataan suster. Jujur saja sebenarnya Kinan sudah merasakan demam sebelumnya, namun Kinan tidak menghiraukannya. Baginya sebelum tumbang, dia akan tetap berusaha.

.

.

.

.

.

.

.

"Lama sekali" bentak seseorang yang sedang menunggu di dalam mobil.

"Maaf tuan" ucap orang yang menolong Kinan.

Mobil kemudian melaju meninggalkan rumah sakit.

.

.

.

Malamnya Kinan sudah di ijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kinan kembali ke kos-kosannya dengan taksi. Badannya sudah membaik setelah minum obat yang di berikan dokter dan beristirahat beberapa jam tadi.

"Bisa-bisanya aku pingsan di pinggir jalan" omel Kinan saat dirinya sudah berada di kos. "Kalau tidak ada yang menolongku tadi, bagaimana coba" tambah Kinan yang tidak berani berpikir macam-macam lagi.

Kinan mencoba untuk tidur, namun matanya masih segar karena siang terlalu banyak tidur. Kinan bangun, kemudian menuju balkon kos-kosannya. Kinan beruntung memperoleh kos-kosan yang memiliki balkon, walaupun balkonnya kecil tapi nyaman bagi Kinan untuk nongkrong sambil minum soda dan mendengarkan musik.

“Lapar di saat yang tidak tepat” ucap Kinan segera bangkit dari duduknya menuju dapur mencari sesuatu yang bisa dia makan.

Kinan kesal karena persediaan makanannya sudah habis. “ Jam berapa ini” ucap Kinan sambil merogoh ponsel miliknya untuk melihat jam. “Baiklah” ucap nya kemudian pergi mengambil jaket dan dompet.

Kinan memutuskan pergi ke supermarket, karena dia tidak bisa menahan laparnya lagi. “Untung dapat cuti sehari besok dari kantor” ucap Kinan. Karena Kinan tidak memiliki wali, pihak rumah sakit siang tadi menghubungi kantor tempat Kinan untuk mengabari kalau pegawainya jatuh pingsan. Setelah sadar Kinan juga memberi kabar ke kantor, dan kantor memberikan cuti sehari untuk Kinan beristirahat.

Kinan berjalan menuju supermarket, namun matanya teralihkan saat melihat seorang pria yang mabuk berat dan sedang di hajar preman di pinggir jalan. Kinan yang merasa kasihan segera datang menolongnya. “Hai kalian” ucap Kinan.

“Hai gadis cantik jangan ikut campur urusan” ucap salah satu preman.

“Aku tidak ikut campur, tapi aku tidak senang kalau melihat perkelahian yang tidak adil” ucap Kinan. “Seperti wanita saja” tambah Kinan.

“Cari mati gadis ini” ucap preman yang tidak terima dengan ucapan Kinan.

Seorang preman datang menyerang Kinan, dengan gesit Kinan dapat menangkis pukulan itu dan membalasnya dengan telak mengenai wajah preman yang menyerang Kinan. Preman yang lain marah melihat temannya di pukul wanita, mereka menyerang Kinan bersamaan. Namun lagi-lagi Kinan dapat menghindar dan membalas mereka satu persatu. Tak lama preman tumbang, dan pergi meninggalkan Kinan dan pria yang di hajar tadi.

Melihat preman-preman pergi Kinan mendekati pria yang di hajar tadi untuk melihat keadaannya. “Apa tuan baik-baik saja?” tanya Kinan, namun pria itu tidak menjawab malah pingsan. “Hai tuan jangan pingsan di sini” tambah Kinan yang tidak ada artinya.

Kinan menggotong pria yang tidak dia kenal menuju kursi yang terdekat. Kinan membaringkan pria itu dan segera pergi ke supermarket untuk membeli obat merah dan alkohol untuk mengobati luka pria itu. Tak lama Kinan kembali, dia segera mengobati luka pria itu. “Maafkan saya tuan” ucap Kinan merogoh kantong jas pria yang tidak sadarkan diri. Kinan tidak mendapatkan apapun dari dalam kantong pria itu. “Kenapa sial sekali sih hari ini aku” umpat Kinan kesal. “Apa yang harus aku lakukan, pria ini tidak memiliki identitas sama sekali” ucap Kinan semakin kesal. Namun tak lama datang sebuah mobil mewah, seorang pria turun dan mendekati Kinan.

“Maaf nona, ada apa dengan tuan saya?” tanya pria itu sopan.

“Anda mengenal bapak ini” ucap Kinan sembarangan.

“Iya nona, dia adalah bos saya” jawab pria itu.

“Untunglah, saya pikir saya akan menemaninya sampai sadar. Karena dia tidak membawa identitas sama sekali” ucap Kinan.

“Apa yang sebenarnya terjadi nona?” tanya pria itu lagi.

“Aku tidak tahu pastinya, tapi yang aku tahu dia di hajar oleh preman-preman” jawab Kinan.

“Apa nona yang menolongnya?” tanya pria itu.

“Sudahlah, itu tidak penting. Lebih baik kamu bawa bapak ini ke rumah sakit, siapa tahu kalau ada sakit yang lainnya” ucap Kinan.

“Maaf nona, kalau kita bertemu lagi jangan panggil tuan saya bapak. Saya mohon” ucap pria itu.

“Kita tidak akan bertemu lagi, kamu tenang saja” ucap Kinan pergi begitu saja.

Melihat Kinan pergi pria itu tersenyum. “Pasti kita akan di pertemukan lagi nona Kinan” ucap pria itu.

Pria itu kemudian menggotong tuannya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Kinan kembali ke kos-kosan setelah membeli beberapa makanan. Dia membuat mis instan untuk menghilangkan rasa laparnya. Setelah makan Kinan kembali duduk di balkon sambil mendengarkan musik. Dia akan menunggu kantuknya datang sambil menikmati indahnya malam, yang terang oleh sinar bulan.

.

.

.

.

.

Di rumah sakit.

“Tuan, apa tuan Adnan baik-baik saja” ucap seorang pria yang melihat tuannya sadar.

“Kenapa aku di rumah sakit?” tanya Adnan.

“Tuan tidak sadarkan diri, saat saya menemukan tuan di pinggir jalan” jawab bawahannya Adnan.

Adnan diam saja, dia sedang mencoba mengingat semua kejadian yang telah menimpanya tadi. Dia kemudian teringat saat dirinya keluar dari bar dengan keadaan mabuk berat, kemudian dia berjalan tanpa arah dan bertemu dengan preman yang sedang merampoknya. Adnan di hajar, namun dia tidak bisa melawannya karena dalam keadaan mabuk berat. Dan tiba-tiba datang seorang wanita muda dengan beraninya menghajar para preman itu, sampai preman itu kalang kabut meninggalnya dengan wanita itu. Kemudian Adnan tidak sadarkan diri, karena dia tidak bisa lagi menahan kepalanya yang terasa berat. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi, dia sadar sudah berada di rumah sakit.

“Maaf tuan, mabuk tuan kali ini tidak hanya terpengaruh karena alkohol saja, tapi juga karena campuran obat” ucap bawahannya Adnan.

“Apa katamu” ucap Adnan yang tidak percaya.

“Iya tuan. Kayaknya ada orang yang sedang bermain-main dengan tuan” ucap bawahan Adnan.

“Brengsek” umpat Adnan marah.

“Tuan tenan saja, saya sudah menyelidikinya, besok pagi tuan akan mendapatkan kabarnya” ucap bawahan Adnan. “Lebih baik tuan beristirahat, saya akan menunggu tuan di luar” tambah bawahan Adnan.

Adnan tidak menjawab dia kembali berbaring.

“Tama tunggu” ucap Adnan kemudian.

“Iya tuan Adnan” ucap Tama yang tak lain bawahan Adnan.

“Kamu cari tahu wanita yang sudah menyelematkan ku” ucap Adnan.

“Maksud tuan, nona Kinan” ucap Tama yang membuat Adnan bingung.

“Kamu mengenalnya?” tanya Adnan.

“Tidak, kami hanya bertemu dua kali saja” jawab Tama.

“Maksud kamu?” tanya Adnan penasaran.

“Tuan ingat wanita yang pingsan di sebelah mobil kita tadi siang?” tanya Tama.

“Bagaimana tidak ingat, kamu yang membuat paha ku pegal menyangga kepalanya” omel Adnan.

“Ya itu wanita yang membuat paha anda pegal, dia yang sudah menolong tuan tadi” ucap Tama membuat Adnan tidak percaya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung.

Pertemuan ke dua atau ketiga

Pagi hari nya.

"Selamat pagi tuan" sapa Tama.

Adnan tidak menjawab, dia langsung duduk di singgasana di kantor.

"Ini data yang tuan minta semalam" ucap Tama sambil menyerahkan map.

"Sudah tidak perlu lagi" ucap Adnan.

Tama kemudian mengambil lagi map yang dia serahkan kepada Adnan, dengan pikiran yang bingung. Padahal tadi malam tuannya meminta data wanita yang sudah menyelamatkannya, namun pagi ini malah menolaknya.

"Kamu siapkan mobil, aku mau ke kota S hari ini" perintah Adnan.

"Baik tuan" jawab Tama.

"Kasih saja wanita itu uang" perintah Adnan sebelum Tama keluar dari kantor.

"Maaf tuan" jawab Tama.

"Aku menyuruhmu memberi wanita itu uang" ucap Adnan.

"Baik tuan" ucap Tama, yang kemudian pamit undur diri.

Adnan di kenal keras dan dingin, dia tidak suka berhutang kepada siapa pun. Dalam hidupnya hanya kerja dan kerja, tidak ada yang bisa mengubahnya. Semua wanita yang mendekatinya akan berakhir kecewa.

Beberapa saat kemudian.

"Tuan mobil anda sudah siap" ucap Tama.

"Kita berangkat" ucap Adnan, sambil beranjak dari kursi kerja.

"Baik tuan" ucap Tama yang mengikuti Adnan dari belakang.

.

.

.

.

.

.

.

di tempat lain.

Kinan yang baru bangun tidur merasakan lapar. Dia segera pergi ke dapur untuk membuat sesuatu, namun langkahnya terhenti saat ponsel miliknya berbunyi. Ada sebuah panggilan masuk, namun Kinan diam saja karena dia tidak mengenalnya.

"Siapa" ucap Kinan pada dirinya sendiri. "Biar aku coba" ucap Kinan yang memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Halo" sapa Kinan.

"Maaf saya tidak membutuhkannya" tolak Kinan setelah mendengar orang yang menelponnya menjelaskan sesuatu kepadanya.

Kemudian Kinan meminta maaf dan memutuskan sambungan telepon tersebut. "Ada-ada saja" ucap Kinan sambil menaruh ponsel miliknya.

Kinan kembali ke niat pertamanya, yaitu mengisi perutnya yang meronta meminta di isi. Kinan membuka kulkas mini nya melihat bahan makanan yang ingin dia masak. Tidak butuh waktu lama Kinan memasak, dia hanya mengolah sosis menjadi tumisan.

Selesai makan Kinan memilih duduk santai di balkon kos-kosan. "Kenapa panas sekali" ucap Kinan. "Ya ampun Kinan ini sudah jam berapa" omel Kinan pada dirinya sendiri. Merasa tidak tidak nyaman Kinan kembali ke dalam kamarnya, dia sudah merasa bosan. "Lebih baik aku ke panti asuhan saja" ucap Kinan, setelah beberapa saat berdiam diri di atas kasur.

Setelah mandi dan bersiap-siap Kinan segera pergi ke panti asuhan. Butuh satu jam perjalanan ke panti asuhan, Kinan memutuskan naik bus untuk menghemat ongkos.

Satu jam kemudian Kinan sampai di panti asuhan, untung saja jarak panti asuhan dengan halte bus tidak terlalu jauh. Kinan masuk ke dalam rumah yang dia tempati sejak kecil. "Ibu" sapa Kinan kepada kepala panti.

"Kinan" sapa kepala panti dan memeluk Kinan. "Kapan kamu datang?" tanya kepala panti.

"Baru saja" jawab Kinan. "Yang lain kemana Bu, kok sepi?" tanya Kinan.

"Anak-anak ada kegiatan di kota S" jawab kepala panti. "Ini ibu mau menyusul mereka" tambah kepala panti.

"Wah Kinan tidak tepat dong datang kemari" ucap Kinan sedikit sedih.

"Maaf ya Nak" ucap kepala panti.

"Tidak apa-apa bu" ucap Kinan.

"Hem, bagaimana kalau kamu ikut ibu ke sana?" ajak kepala panti.

"Tapi Bu Kinan besok harus bekerja" tolak Kinan sopan.

"Sejak kapan kamu akhir pekan bekerja, apa kamu kerja sampingan lagi?" tanya kepala panti.

Kinan terdiam, dia sedang memikirkan ucapan kepala panti. "Akhir pekan" ucap Kinan pada diri sendiri. Kemudian Kinan merogoh ponsel miliknya untuk melihat hari. Kinan menepuk kepalanya, karena dia benar-benar lupa hari.

"Baiklah Kinan ikut ibu" ucap Kinan.

"Kalau begitu ayo kita berangkat" ucap kepala panti.

Dalam perjalanan Kinan banyak mengobrol dengan kepala panti soal kehidupan sehari-hati Kinan dan pekerjaan Kinan. Karena kepala panti selalu menanyakan keadaan anak angkatnya itu kalau sedang bermain ke panti. Kinan pun tidak merasa bosan untuk menceritakan kehidupannya kepada kepala panti. Kinan malah senang, karena kepala panti masih memperhatikannya, walaupun sudah tidak tinggal di panti lagi.

Satu jam setengah Kinan dan kepala panti sampai di tujuan. Mereka di sambut anak-anak yang sudah menunggu. Kinan memeluk adiknya satu persatu dan teman sebayanya yang masih sampai sekarang tinggal di panti untuk membantu kepala panti mengasuh adik-adik mereka. "Ayo masuk, acara akan segera dimulai" ucap kepala panti.

"Maaf Bu, Kinan menunggu diluar saja" ucap Kinan. "Pakaian Kinan tidak sopan, takut mengganggu nanti" tambah Kinan.

"Tidak apa-apa nak" ucap kepala panti.

"Maaf bu, Kinan di luar saja" ucap Kinan sopan.

"Baiklah, jika itu mau mu. Kalau ada apa-ala kamu masuk saja nanti" ucap kepala panti.

"Iya Bu" jawab Kinan.

Hari ini panti asuhan diundang untuk berdoa di acara pembukaan sebuah perusahaan. Pakaian mereka tentunya rapi semua, sedangkan Kinan hanya memakai celana jins dan kaos polos, itupun celana nya sudah sobek di bagian kaki.

Kinan berjalan menyusuri sebuah taman, dia akan menunggu di taman saja. Tiba-tiba... bruk... Kinan menabrak seseorang. Karena Kinan tidak bisa menjaga keseimbangan Kinan terpeleset dan jatuh. Namun pria yang di tabrak Kinan dapat segera menangkap Kinan. Tatapan yang penuh arti pun terjadi, karena jarak wajah mereka sangat dekat. Suara batuk membuat mereka sadar, dan melepaskan pelukan.

"Maafkan saya" ucap Kinan.

Namun seseorang itu tidak menjawab, dia berlalu pergi meninggalkan Kinan.

"Halo Nona" sapa seseorang di belakang orang yang pergi begitu saja.

"Tuan Tama" ucap Kinan.

"Kayaknya nona berjodoh dengan bos saya" ucap Tama usil.

"Berjodoh" ucap Kinan tidak mengerti.

"Suatu saat nona pasti mengerti" ucap Tama. "Maaf ya Nona, saya masih ada urusan lain" ucap Tama kemudian pergi meninggalkan Kinan dan segera menyusul bosnya.

Kinan masih terdiam, dia benar-benar bingung atas ucapan Tama tadi. "Tunggu dulu, bukankah dia yang waktu itu aku tolong" ucap Kinan baru sadar. "Sombong sekali, bahkan tidak berterima kasih kepadaku. Menyesal aku menyelamatkan orang kayak dia" omel Kinan.

.

.

.

.

.

.

"Tuan Adnan, tidak mengenal wanita tadi?" tanya Tama.

"Buat apa aku mengenal wanita?" tanya balik Adnan dengan suara tingginya.

"Tadi kan nona Kinan" jawab Tama. "Wanita yang menolak balas budi dari tuan" tambah Tama.

Adnan kemudian berhenti "Dia sendiri yang menolaknya, ya sudah. Buat apa aku repot-repot membujuknya. Lagian aku juga sudah menolongnya waktu itu, jadi impas kan" ucap Adnan dengan kesal. "Aku kesini bekerja bukan untuk mengenal wanita. Kamu paham tuan Tama" ucap Adnan sedikit meninggi.

Tama tidak bisa menggoda tuannya lagi. Dia hanya bisa meminta maaf kepada Adnan. Namun dalam benaknya Tama berencana akan menjodohkan tuannya dengan Kinan, alasan Tama berani menjodohkan tuannya karena selama dia bekerja dengan Adnan, tuannya tidak pernah mau mobilnya di masuki wanita manapun dan dalam keadaan apapun. Namun saat Tama menemukan Kinan pingsan di pinggir jalan, Adnan yang semula menolak, akhirnya mau menolong Kinan dan memangku Kinan. Padahal bisa saja dia menyuruh Tama untuk memanggil taksi, namun Adnan tidak melakukannya. Tama juga sudah menyelidiki latar belakang Kinan, menurutnya Kinan sangat cocok dengan tuannya. Tama tidak mau tuannya menjadi bujangan seumur hidupnya, dia ingin tuannya juga bahagia memiliki keluarga.

.

.

.

.

.

.

.

.

bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!