NovelToon NovelToon

It'S Hard To Let You Go

Perjalananku

Langit jingga ditambah gumpalan awan mewarnai aktifitas setiap insan sore ini. Banyak keluarga yang berkumpul, muda-mudi yang bersenda gurau dan penuhnya taman kota dengan pengunjung yang membawa anak, orang tua, dan pasangannya untuk menikmati sore tersebut.

Berbeda dengan orang lain, terlihat seorang gadis yang sedang mengambil langkah seribu dari arah kampusnya untuk menuju ke sebuah restoran. Dirinya ke restoran bukan untuk menikmati hidangan, namun untuk memberikan hidangan suara kepada seluruh pengunjung restoran di sana.

Dengan nafas yang tersenggal, gadis itu membuka pintu samping restoran dan melihat kondisi.

“Huhh.. untung nggak telat,” ujar Kirana mengusap dadanya.

Ia pun bergegas menuju ruang ganti khusus karyawan untuk mengganti pakaian kuliahnya dengan dress selutut sederhana. Ditambahkan sedikit bedak dan lipstik, gadis berusia 20 tahun ini melihat pantulan dirinya di cermin.

“Perfect” itulah kata yang keluar dari bibir munyil gadis cantik ini.

Setelah mengganti pakaiannya ia segera menuju ruangan para karyawan restoran lainnya. Ia pun mendaratkan badannya ke kursi yang ada di sana. Ruangan ini memang hanya dipakai oleh karyawan restoran saat sedang istirahat.

Restoran tempat Kirana bekerja ini adalah salah satu cabang dari restoran bintang 5 yang ada di Kota Surabaya. Kirana bekerja part time di sana sudah selama kurang lebih 6 bulan, ia bekerja setiap harinya pada sore hari hingga pukul 22.00 WIB.

Selain untuk menyumbangkan suara emasnya yang menghibur para pengunjung restoran yang sedang menikmati hidangan mereka, sesekali dia juga ditugaskan untuk menjadi kasir, apabila ada salah satu karyawan yang bertugas di kasir berhalangan hadir. Bermula dari ketika Kirana ditugaskan menjadi kasir saat salah satu karyawan tersebut memiliki anak yang masih bayi, dan memerlukan sang ibu lebih sering di dekatnya. Sehingga pekerjaannya digantikan oleh Kirana.

“Omo omo omo... anak siapa inih cantik banget yak. Calon psikolog pula,” ujar seorang lelaki 24 tahunan berpostur tinggi dengan kulit putih bersih.

“Anak orang tuaku dong mas Hendri. Hehehe...aamiin,” ucap Kirana dengan senyumnya.

“Untung kamu tadi nggak telat Kirana..,(menatap Kirana dengan wajah panik)” panik seorang gadis berusia 25 tahun.

“Iya mbak, tadi dosennya ngelarin kelasnya lebih lama. Memangnya kenapa mbak Sri?” tanya Kirana.

“Anak pemilik restoran ini akan berkunjung. Kata karyawan dari resto pusat sih dia galak, nggak suka sama karyawan main langsung pecat!” ucapnya menjelaskan dengan sedikit bergidik ngeri.

“Haha, mbak ada-ada aja. Kan baru kata orang, belum tentu kata kita,” ucap Kirana menepuk-nepuk bahu Mbak sri yang sudah layak kakaknya di restoran ini.

“Adegan keluarga lagi nih, ayok Sri kita ke dapur. Kamu juga Na, gih siap-siap udah pukul 17.00 WIB ini,” ujar Hendri menghentikan adegan peluk-pelukan kakak beradik tersebut.

“Ihh, bilang aja lu ngiri Hen, gua bisa nih meluk-meluk Kirana. Haha,” ucap Sri dan memeletkan lidahnya kepada Hendri.

“Nggak lah ya, Kirana itu adek gua. Ngapain pakai ngiri sama perawan tua yang nggak laku kayak lu mbak,” ujar Hendri dan bergegas keluar dari ruangan tersebut, karena takut mendapatkan amukan dari perawan tua tersebut.

Kirana hanya menggeleng kepala melihat tingkah teman kerjanya itu.

“Sabar mbak. Ayuk ke depan,” ajak Kirana.

Merekapun menuju ke lapak kerja masing-masing. Kirana yang sudah sampai di daerah kekuasaannya ditemani oleh pemain gitar dan piano di panggung tersebut. Ia pun tersenyum kepada dua orang yang sudah ia anggap sebagai kakak lelakinya.

“Hari ini kita nyanyi apa Na?” tanya sang gitaris.

“Menjamu aja bang,” ucapnya dan diangguki oleh kedua orang tersebut.

Kirana pun membenarkan posisi duduknya dan menatap ke depan, puluhan manusia ada di depannya. Ia pun mendekatkan mic ke bibirnya.

“Baiklah para pengunjung, malam ini saya akan membawakan sebuah lagu. Semoga anda sekalian menikmatinya,” ujar seorang gadis yang berada di panggung restoran tersebut.

~ Brisia Joddie: Menunggu Jadi Pacarm (menjamu)

Tiap waktu

Ingat kamu

Jantungku...berdebar hebat

Tak sengaja Melihatmu

Ku ingin menyapa kamu

Tapi malu rasanya...

Diriku

Hooo uu...

Terbayang diingatan Kirana wajah lelaki yang selalu ia nantikan, wajah yang tersenyum ke arahnya. Kenangan mereka, membuat Kirana menutup matanya saat menyanyikan lagu tersebut.

Suaranya mengalir bagaikan alunan melodi penyanyi handal, dan mampu membuat para pendengar dapat merasakan apa yang dirasakan gadis ini. Bahagia, rindu, dan keinginan besar untuk memeluk sang pujaan hati.

Ku akan tetap menunggu

Sampai kau cintaiku

Meskipun banyak wanita

Yang kagumi dirimu

Ku menunggu tuk jadi pacarmu

I wait for you my love

To be with you my love

Sampai kau cinta..

Hoo

***

Terima kasih sudah mampir di karya author 😍😍😍

Dirimu

Setelah menyanyikan lirik akhir lagu, semua mata yang tertuju pada Kirana menatapnya dan memberikan tepukan tangan, serta ada juga yang menyoraki ingin mendengar suara merdu tersebut sekali lagi. Membuat gadis ini menampilkan senyum hangatnya dan kembali membawakan lagu berikutnya.

Rasa lelahnya seharian akan hilang setelah mengeluarkan suaranya. Saat magrib pun para karyawan akan istirahat kembali dan untuk yang di dapur akan berganti shif dengan karyawan selanjutnya. Begitupun dengan Hendri dan Sri yang sudah bersiap-siap pulang karena mendapatkan shif pagi.

Kirana kembali ke ruang istirahat karyawan dan melihat dua orang yang sedang saling berdebat untuk membawakan tas temannya. Siapa lagi kalau bukan Mas Hendri dan Mbak Sri.

Kirana pun menghampiri dan duduk di depan mereka. Sang lelaki pun berhasil menarik tas si perempuan, dan tampaknya si perempuan mengalah.

Perempuan itupun menatap Kirana “Kita balik duluan ya Na, kamu hati-hati pulangnya, kalau nggak ada ojol langganan minta anterin aja sama si Dio!” titah Sri kepada Kirana.

“Iya mbak, mas. Hati-hati di jalan!!! Kalau gini mah, langsung aja bawa mbak Srinya ke KUA mas,” ucap Kirana kepada dua orang didepannya tersebut.

“Hiih, apa kata dunia Na? masak mas sama perawan tua,” ujar Hendri menatap Sri.

“Siapa juga yang mau sama kamu Henn???,” ucap Sri memicingkan matanya.

“Yowes balek dewek lah kalau gitu,” ujar Hendri dengan nada mengejek. Sri pun menginjak keras kaki Hendri.

“Belum apa-apa aja udah KDRT nih mbak,” ucap Hendri.

“Bodo amat,” saut Sri.

“Eh nggak boleh gitu dong mbak mas, kan biasanya juga barengan,” ucap Kirana.

“Gih, sana pulangnya hati-hati ya mbak, mas. Hehe” ucap Kirana dan diangguki oleh kedua orang tersebut.

***

Selesai dengan pekerjaannya Kirana pun menelfon ojol langganannya dan menuju ke kontrakannya. Jarak antara restoran tempat ia bekerja dengan rumah sederhananya sekitar 10 menitan.

Sesampai di kontrakan ia menghidupkan semua lampu, dan beralih membersihkan dirinya. Kemudian Kirana berusaha menghubungi seseorang dengan telfonnya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi beberapa saat lagi atau tinggalkan pesan setelah nada berikut.

“Hufft, kamu kemana sih yang,” keluh Kirana.

Ia pun melempar handphonenya ke atas kasur dan merebahkan badannya. Kirana menatap langit-langit kamarnya dan terdiam sejenak.

“Kok perasaanku nggak enak gini yah?” Kirana kembali mengambil hp-nya, tetap saja tidak ada notif yang masuk.

Yang

Sayang

Cinta

Kamu sibuk yah?

Jangan sampai lupa shalat dan makan

Hmm

Yaudah nanti kalau udah nggak sibuk lagi kasih kabar ke aku ya.

Ia masih menatap handphone nya tersebut. Menunggu balasan dari kekasih yang telah menjadi pujaan hatinya kurang lebih 7 tahun ini. Ia pun membuka galeri di hp-nya, melihat kenangan dengan lelaki di dalam galerinya tersebut sudah menjadi kebiasaannya beberapa minggu ini. Entah kenapa ada perasaan lain yang terbesit di hatinya, seperti terluka tetapi tidak diketahui penyebabnya.

Selang beberapa menit kemudian,sebuah notif masuk ke dalam hp Kirana. Ia segera membuka notif tersebut. Berharap sang pujaan hati yang membalas, justru teman lelaki kampusnya lah yang mengirimi pesan kepadanya.

“Na, besok kita ada kelas pagi kan?” ujar seseorang.

“Iya Gar,” jawabnya singkat.

“Berangkat besok bareng aku aja, mau kan?” tanya lelaki tersebut.

“Err, nggak usah deh Gar aku berangkat pakai bus aja,” balas Kirana.

“Yah, kan sekalian lewat kosan kamu juga. Pokoknya besok aku jemput!” titah sang lelaki dalam pesannya.

“Nggak usah, aku berangkat sendiri aja,” ucapnya dengan wajah panik.

“Kamu kan sekretarisku! Apa salahnya kita berangkat bareng? Toh aku lewat sana juga kan. Ngirit Na, kan akhir bulan,” ucapnya dengan mengirimi banyak emoticon senyum.

“Heh, yaudah deh. Kamu yang maksa yah,” ujar Kirana mengalah karena memang cowok tersebut memaksa.

"Nah gitu dong, kan kamu nggak perlu repot-repot nunggu bus. Lagian besok kita sama bapak Denis, nggak boleh telat!" tambah lelaki tersebut.

"Iya-iya... dasar pemaksa," ucap Kirana.

Kirana pun segera keluar dari aplikasi obrolan tersebut dan beralih menuju meja belajarnya. Mengambil buku diary kesayangannya dan menuliskan apa yang ia rasakan hari ini.

Dear Honey

Aku tau kita LDR-an.

Aku tau kamu sedang mengejar impianmu dab berusaha untuk segera mewujudkanya.

Aku selalu mendukung-mu,

Tapi kenapa? Sekarang ada rasa lain yang menyakiti diriku?

Suara hati yang mengatakan kamu akan pergi

Suara hati yang menyiratkan hubungan ini takkan bertahan lebih lama lagi.

Apakah kamu tau, perasaan yang aku rasakan saat ini?

Sebegitu sulitkah dirimu memberi kabar?

Atau posisiku mulai tergantikan di dalam hatimu?

Usai menuliskan isi hatinya dan segera menghapuskan air yang membasahi pipinya. Ntah kenapa hatinya seperti benar-benar terluka. Cintanya, kasih sayangnya, dan rindunya bercampur menjadi satu dalam kesedihan yang tidak diketahui penyebabnya.

Kirana pun membersihkan wajahnya dan menuju ke ke tempat tidurnya, ia berusaha melelapkan tubuhnya yang sudah lelah seharian, tak lama setelah berbaring ia pun telah masuk ke alam mimpi.

***

Saat menjelang fajar, sebuah notif masuk ke dalam handphone gadis ini. Notifikasi khusus yang sudah disetel oleh Kirana tersebut membangunkannya. Ia bergegas membaca pesan tersebut dengan senyumannya.

Maaf baru balas ya.

Aku kemarin benar-benar sibuk, (emoticon sedih)

Senior mengadakan perkumpulan untuk anak coas.

Balasan singkat tersebut membuat lengkungan di bibir gadis ini memudar. Ia pun mendudukkan dirinya, dan segera menghubungi nomor lelakinya tersebut.

Tutt tutt tuut...

Lagi dan lagi panggilannya tidak diangkat oleh orang di seberang sana. Kirana pun berjalan lunglai menuju kamar mandi dan mensucikan diri untuk melaksanakan ibadah malamnya.

Hariku

Setelah bersiap Kirana pun menuju dapurnya, ia mengambil sepotong roti tawar dan menyeduh cappucino-nya.

Ia juga memasukkan satu lagi minuman cappucino-nya ke dalam botol minumnya. Kemudian, ia kembali mencek handphonenya, dan tidak menemukan balasan dari sang pujaan hati.

“Huftt, tenangkan dirimu Kirana... Ayo berpikir positif!!! Good Girls,” ujarnya sambil menarik nafas panjang dan membuangnya.

Saat masih fokus dengan hp-nya ia pun mendengar klakson motor dari luar kosannya tersebut. Ia pun segera mengambil tas kuliahnya dan mengunci pintu. Kemudian dirinya menghampiri lelaki yang sedang berdiri di samping motor matic merahnya.

“Pagi cantik,” ucap sang lelaki.

“Pagi juga, dah ah. Ayok nanti telat,” ajak Kirana

Sang lelaki pun menaiki motornya dan disusul oleh Kirana. Mereka pun melanjutkan perjalanannya yang sebenarnya hanya 10 menit dengan sepeda motor.

Motor matic tersebut dengan lambatnya, mungkin kalau sepeda motor ini balapan dengan kucing yang sedang bertengkar akan kalah telak. Kirana pun merasa lelah untuk terus memperhatikan jam tangannya.

“Buruan deh Gar! Nanti telat,” ucap Kirana.

“Biar lambat asal selamat,” ucap Tegar dengan senyumannya dan menatap Kirana melalui spion motornya.

Kirana memutar bola matanya jengah, tiba-tiba ada kucing yang melintas di depan motor mereka. Tegar pun menekan rem motornya kuat dan dibantu dengan kakinya. Membuat Kirana sedikit terdorong ke depan.

“Makanya, kalau nyetir itu matanya ke depan! Untung nggak nabrak,” omel Kirana dengan wajah kesalnya.

“Hehe, iya-iya kalau ngomel kek gitu kamu tambah imut,” ucap Tegar sembari menaik turunkan alisnya, wajahmu mengalihkan duniaku Na dalam hatinya.

Plakk

Kirana memukul kencang helm lelaki tersebut, membuat sang lelaki mengaduh kesakitan. “Masih pagi ne bang!!! Udah ngegombal aja. Untung aku nggak sama kayak cewek lain yang bakal ke makan rayuan buaya kayak kamu,” ucap Kirana dan tertawa.

“Sadis banget sih neng. Lagian itu salah si kucing, ngapain juga nyebrang nggak di zebracross!” ucap Tegar menolehkan wajahnya ke belakang sebentar, mereka pun tertawa lagi.

Entah rasa syukur atau rasa kesal yang dirasakan oleh Kirana saat ini. Ia merasa senang karena pikiran sedihnya pagi ini sedikit hilang. Kemudian rasa kesal, kenapa ia harus menjadi sekretaris dari ketua angkatan (komting) yang lebih tepat kalau menjadi raja kegilaan ini.

Selang beberapa lama mereka pun sampai dikampusnya, keduanya masih berada di parkiran.

“Ayok deh Gar, sangkutin aja dulu. Atau bawa aja ke kelas,” ucap Kirana yang telah memasang wajah paniknya. Karena 3 menit lagi kelas akan dimulai.

“Iya...iya bentar nih,” ucapnya menyelesaikan jepitan helmnya.

Mereka pun menuju kelas dengan berlari. Keberuntungan memang sedang berada di pihak mereka, sang dosen belum masuk kelas. Kirana pun menuju ke kursi paling depan dan duduk di sana dan diikuti oleh Tegar yang mengambil posisi kursi di sebelah Kirana.

“Na, aku minta ya?’ ucapnya melihat botol minum Kirana.

Kirana pun langsung mengernyitkan dahinya, kenapa komtingnya ini sangat lepas terhadapnya. Apakah ia tidak tau, kalau meminta minuman dari perempuan itu aneh. Terlebih lagi, mereka juga tidak terlalu dekat, walaupun sudah hampir 3 tahun sekelas dan menjalankan amanah bersama.

Melihat ekspresi Kirana, sang laki-laki hanya memasang wajah dengan senyum cengirannya.

“Tadi pagi aku nggak sempat sarapan. Karena lupa kalau jemput kamu, jadi nggak bisa ngebut kalau telat,” panjangnya menjelaskan kondisi dengan menggaruk belakang kepalanya.

Kirana pun menggeleng kepala melihat ulah temannya ini. Ia pun menyerahkan cappucinonya itu pada sang komting. Kirana juga membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa cemilan yang untuk diserahkan kepada orang disampingnya itu.

“Makanya, jadi orang jangan suka maksa!!! Udah dibilang nggak usah tetep aja ngeyel,” ucap Kirana. Ia juga memberikan cemilan ke beberapa teman yang duduk di dekatnya.

Selang beberapa menit pun dosen pun masuk. Hari ini mereka belajar Teori Cinta Strenberg, terdapat tiga dasar dalam cinta dan kasih sayang. Mempelajari hal itu, membuat Kirana kembali teringat dengan pasangannya. Badan berada di kelas. Pikiran menguap membayangkan apakah sang pujaan hati masih mencintainya.

***

Setelah kelas, Tegar pun mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan rapat angkatan siang ini. Titah sang komting tersebut membuat semua orang mengeluh. Sedangkan Kirana hanya diam dan menganggukkan kepalanya tanda menyetujui ucapan dari sang ketua tersebut.

Sebelum melaksanakan rapat mereka diberikan waktu untuk istirahat sholat dan makan. Mereka bergegas ada yang menuju mesjid, kantin, dan ada yang tetap di kelas. Kirana yang baru saja menyelesaikan kewajibannya, membuka pintu kelasnya. Di sana telah ramai teman-teman angkatannya berkumpul.

Tarara raffa..tarara rafa

Kau,

Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu

Ku bosan sudah mengimpan rasa kepadamu

Tapi tak mampu ku berkata...

Di depanmu...

Aku tak mudah mencintai

Tak mudah bilang cinta

Tapi mengapa?

Kini denganmu aku jatuh cinta

Tuhan tolong dengarkanku

Beri aku dia

Tapi jika...

Belum jodoh

Aku bisa apa...

Tak bisa ku paksakan dirimu

Tuk jadi kekasihku

Bila tak jodohku

Aku tak mudah mencintai

Tapi mengapa denganmu aku jatuh cinta...

Haa...

Lagu menyimpan rasa dari Devano Danendra yang dibawakan oleh ketua angkatan mereka tersebut sukses membuat para wanita disana berteriak histeris, tetapi tidak untuk Kirana. Ia hanya senyum melihat tingkah konyol komtingnya tersebut. Diakhir liriknya Tegar pun melirik kilas ke Kirana, semoga dirimu tau lagu ini mewakili perasaanku Na lirih batinnya.

Ia pun kembali mengalihkan pandangannya ke arah teman-teman angkatannya yang lain. “Baiklah karena semua anggota sepertinya sudah kembali, kita mulai rapatnya,” ujar Tegar dan menatap Kirana.

Seperti biasanya, Kirana akan mengeluarkan buku catatan angkatannya, karena ia akan mencatat poin-poin penting rapat tersebut. Yah, tugas ini sudah ia jalankan selama berkuliah di jurusan ini.

Jangan Lupa:

. VOTE

. LIKE

. COMMEND

. TERIMA KASIH UDAH BACA CERITAKU 😁😁😁😁😁😁

. SALAM HANGAT DARI AUTHOR 🤗🤗🤗😇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!