Alam Semesta.
Alam semesta terbagi dari beberapa bahkan ratusan alam yang tersebar diseluruh jagat raya, namun alam tersebut terbagi menjadi 4 tingkatan alam yang sampai sekrang di ketahui oleh manusia yaitu alam rendah, alam menengah, alam langit dan alam surga.
Sebenarnya ada satu lagi alam khusus yang masuk dalam jajaran alam semesta yaitu alam bawah atau biasa disebut sebagai alam pengasingan bagi roh sebelum menjalani yang namanya reinkarnasi, akan tetapi alam tersebut jarang sekali diungkit dan bahkan sekarang alam tersebut seakan dilupakan karena tidak ada yang spesial dari alam bawah tersebut.
Alam rendah tidak hanya terdapat satu alam saja namun banyak alam yang termasuk dalam alam rendah, tapi karena manusia tidak terlalu menghiraukannya maka tidak ada catatan yang mencatat apa saja alam yang termasuk ke dalam tingkatan alam rendah.
Dari banyaknya alam yang termasuk pada tingkatan alam rendah, ada salah satu alam yang pernah terdapat kisah seru dari cerita cerita nenek moyang manusia yang mendiami alam tersebut.
Dimana di alam tersebut pernah terkisahkan sebuah kisah yaitu pertempuran manusia yang tiada jeda karena berlangsung selama ribuan tahun, pemicunya yaitu kehausan akan kekuasaan yang mengakibatkan keinginan untuk menjatuhkan dan menyingkirkan sesame.
Peperangan tersebut telang banyak memakan korban jiwa, bukan hanya dewasa bahkan anak anakpun ikut menjadi korban dari perang itu.
Puncak perang pada masa itu adalah kehadiran sosok agung yang mereka sebut dewa, sosok tersebut menghancurkan ego dan ambisi manusia dengan membantai penguasanya sehingga dengan kehilangan sosok penguasa maka peperangan langsung terhenti dan sosok itu mengambil alih kekuasaan tertinggi di alam rendah tersebut.
Seiring berjalannya waktu sosok agung tersebut yang bernama Tao Yun, membagi kembali wilayah daratan alam rendah menjadi 5 daratan yang dipisahkan oleh perairan yang bermaksud agar tidak adanya celah untuk saling menyinggung.
Dari pembagian tersebutlah sekarang 5 daratan itu dikenal menjadi benua tengah, benua timur, benua, barat, benua utara dan benua selatan.
Lambat laun, cerita tersebut menjadi dongeng penghantar tidur bagi anak anak generasi muda alam rendah tersebut, keagungan sosok Tao Yun sudah tidak lagi di hiraukan sehingga sekarang kembali terjadi berbagai konfik di berbagai benua.
………………………………
Keluarga Su adalah keluarga bangsawan yang menempati benua barat, keluarga ini merupakan keluarga bangsawan yang mendominasi dan berkuasa di dalam wilayah kekaisaran Qi.
Keluarga Su di pimpin oleh seorang patriak bernama Su Tang yang memiliki istri bernama Yu Ling dan seorang anak bernama Su Fan yang masih berumur 4 tahun, hari hari berlalu dengan tentram dan mereka menjalani kehidupan mereka dengan suka dan duka.
Bukan tidak ada keluarga bangsawan lain yang tidak iri dengan reputasi Keluarga Su, akan tetapi mereka masih tidak berani untuk mengusik keluarga Su dan untuk saat ini mereka sedang menghimpun rencana terbaik untuk melemahkan keluarga Su.
Contohnya keluarga bangsawan Li dan keluarga bangsawan Hu, Kedua keluarga ini sedang merencanakan langkah langkah yang akan mereka ambil untuk melemahkan keluarga Su bahkan dalam rencana mereka tersebut terselib pemusnahan keluarga Su apabila langkah pelemahan kekuatan tidak berjalan dengan semestinya.
(Kediaman keluarga Su)
Pagi ini patriak Su Tang mengumpulkan seluruh petinggi keluarga dalam membahas masalah yang tengah dihadapi, dimana masalah tersebut adalah ulah dari beberapa orang yang datang untuk mengacau di toko toko mereka yang ada di ibu kota kekaiasaran.
“Mungkin kalian semua sudah mengetahui masalah yang sudah terjadi, aku mengumpulkan kalian dengan maksud mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut”. Patriak Su Tang memulai pembicaraan kepada semua petingggi.
“Menurutku dalam menghadapi orang orang pembuat onar itu tidak lain adalah dengan menambah penjaga toko toko kita”, sahut tetua Pertama Su Hao.
“Aku setuju dengan usul tetua pertama tersebut patriak”, ujar tetua ke empat Su Gao.
Setelah pembicaraan yang panjang akhirnya mereka memutuskan bersama untuk menyetujui ususlan teta Pertama dengan meningkatkan penjagaan pada tiap tiap toko mereka, juga atas usul dari tetua Kedua maka patriak segera menghadap Kaisar Tang untuk meminta perlindungan dari pembuat onar berharap pihak kekaisaran dapat menurunkan tangannya dalam membantu.
Hari hari berlalu seperti sedia kala dalam ruang lingkup kediaman keluarga Su, demikian juga dengan Su Fan yang menjalani kesehariannya sebagai anak kecil dan tuan muda keluarga Su.
Su Fan termasuk anak yang periang dan mudah bergaul serta tidak memiliki sifat yang sombong walau umurnya masih sangat muda, namun dibalik itu ada beberapa orang yang tidak menyukai sifat tersebut karena beberapa tetua mengetahui ada sebuah rahasia yang di sembunyikan oleh patriak Su tang kepada khalayak ramai.
Tetua ketiga, tetua ke lima dan tetua ke enam adalah tiga tetua yang diam diam memiliki rencana terselubung kepada keluarga Su karena mereka menginginkan kekuasaan penuh atas keluarga Su, terutama tetua ke tiga yang memiliki kekuatan seimbang dengan tetua Pertama yang dimana tetua Pertama adalah adik dari patriak Su Tang.
Namun karena kekuatan patriak berada satu bintang di atasnya dia enggan untuk memulai konflik terbuka dan harus menempuh cara lain, sedangkan dua tetua lain hanya mengikuti rencana tetua ketiga karena mereka di iming imingi sesuatu oleh tetua ketiga setelah tetua ketiga berhasil menguasai keluarga Su seutuhnya.
Bukan hanya 3 tetua tersebut yang memiliki niat jahat bahkan anak anak mereka pun yang masih berumur sama dengan Su Fan selalu saja mengganggu Su Fan hingga membuli dan beberapa kali mereka mengeroyok Su Fan, kegilaan anak anak kecil tersebut entah apa penyebabnya yang pasti mereka mengikuti kegilaan orang tua mereka tanpa di suruh dan mungkin hal tersebut yang dikatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Seperti hari ini, ketiga anak anak itu kembali berulah dimana mereka berpasasan dengan Su Fan di jalanan kecil pasar ketika Su Fan berjalan jalan sendirian kesana.
“Hei anak lemah tidak berguna, mau kemana kau”. Ucap bocah anak tetua ketiga bernama Su Mu.
“aku heran dengan kalian bertiga yang selalu saja menggangguku Su Mu, apakah kalian tidak punya kerajaan lain selain berusaha terus menggangguku?”. Ujar Su Fan santai.
Meski dia sering di ganggu, namun dia tidak pernah mau untuk mengalah karena kenapa dalam dirinya dia memiliki sifat pantang untuk menyerah apalagi dengan ancaman.
“Masalahnya adalah karena kau tidak berguna yang dimataku kau itu hanya anak manja saja, dan aku paling tidak suka kau di lebih di perhatikan dari pada aku”. Jawab Su Mu yang di anggukin oleh Su Teo dan Su Jui anak tetua kelima dan tetua ke enam.
“Sudahlah Su Mu, kita tidak perlu banyak kata untuk sampah ini. Lebih baik langsung hajar saja”, sahut Su Jui.
“Hajar!” Teriak Su Mu.
Perkelahianpun tidak dapat di elakkan, tiga lawan satu yang dimana hal tersebut tidak menguntungkan Su Fan. Meski demikian, Su Fan tidak gentar dengan apapun konsekuensinya karena yang penting dia memberikan perlawanan.
Dan hasil akhirnya adalah Su Fan di buat babak belur hingga pingsan oleh ketiga anak anak tersebut, setelah selesai mereka pergi meninggalkan Su Fan seorang diri tergelatak tak sadarkan diri di pinggir jalan.
Beruntung saat itu istri tetua Pertama melewati jalan sepi tersebut sehingga dia langsung mengenali Su Fan yang pingsan, lalu dia membawa pulang ke kediaman keluarga Su dan menceritakan kejadian dimana dia menemukan Su Fan tapi tidak mengetahui penyebabnya.
Su Tang dan istrinya tentu sangat murka dengan hal yang menimpa Su Fan tersebut, tapi apa boleh buat mereka tidak dapat berbuat apa apa karena mereka tidak tahu apa penyebabnya dan juga mereka sekarang berada di sutuasi lumayan sulit sehingga mereka tidak bisa memerintahkan orang untuk menyelidiki karena jika mereka salah langkah maka akan berakibat fatal bagi seluruh keluarga Su.
Dari sore hari hingga pagi menyambut, Su Fan baru sadar dari pingsannya dan saat ia terbangun sudah jelas bahwa sekujur tubuhnya sangat sakit sehingga dia mengeluarkan keluhan kesakitan yang di dengar oleh ibunya Yu Ling.
Langsung saja Yu Ling bergegas kekamar Su Fan yang berada di sebelah kamarnya, hal tersebut juga tentunya membuat Su Tang mengikuti istrinya memasuki kamar anaknya.
“Nak jangan di paksa”, ucap Yu Ling setibanya di dalam kamar Su Fan dan langsung duduk di sebelah Su Fan diatas ranjangnya sambil mengelus kepala Su Fan dengan lembut.
“Sebentar nak, ayah akan mengambil obat oles yang diberikan tabib untuk meredakan rasa sakitmu”. Sahut Su Tang.
Tidak lama setelahnya, Su Tang kembali kedalam kamar Su Fan membawa botol kecil berisi obat oles yang dia katakan sebelumnya.
Tanpa menunggu respon apapun, Su Tang mengoleskan obat tersebut ketubuh Su Fan yang memar dan terasa sakit.
Setelah selesai, Su Tang memaksa Su Fan bicara jujur agar memberitahukan siapa yang menyebabkan dia bisa babak belur dan pingsan di pinggir jalan yang sepi hingga ditemukan oleh bibinya istri tetua pertama.
“Seperti biasa ayah, ketiga anak tetua yang selalu menggangguku”. Jawab Su Fan.
Sebenarnya Su Fan enggan untuk memberitahukannya karena dia tidak ingin mengadu apapun yang terjadi padanya yang membuat orang tuanya khawatir, tapi sedari kecil Su Fan selalu di ajarkan dan di tekankan untuk selalu jujur apapun itu sehingga dia tidak ada pilihan lain selain berkata jujur kepada kedua orang tuanya.
Mendengar hal itu membuat amarah Su Tang seketika naik, dia keluar dari kamar anaknya menuju ruang pertemuan keluarga lalu memanggil tetua ketiga, kelima dan tetua ke enam.
Tidak lama setelahnya ketiganya telah hadir dalam ruang pertemuan keluarga, tanpa banyak awal pembicaraan yang basa basi Su Tang langsung saja pada intinya.
“Tetua ketiga, kelima dan tetua ke enam, sudah berapa kali aku meminta kepada kalian bertiga untuk menegur anak kalian agar berhenti mengganggu Fan’er. Tapi hingga kini mereka masih saja tidak pernah berhenti hingga semalam membuat Fan’er pingsan di pinggir jalan”. Dia mengambil nafas.
“Apakah kalian sudah tidak menganggapku lagi sekarang?” lanjut Su Tang bertanya.
“Patriak, bukannya kami tidak menegur anak anak kami. Akan tetapi, yang namanya anak anak sudah hal biasa bila mereka terlibat konflik kecil antar anak anak seusia mereka juga patriak jangan terlalu membela Fan’er dalam hal ini karena tidak mungkin semuanya terjadi tanpa alasan”. Sahut tetua ketiga memberi alasan dan tentunya akan membela anaknya, hal itu juga di sambut dengan anggukan kepala oleh tetua kelima dan tetua ke enam tanda mereka setuju dengan kata kata tetua ketiga tersebut.
Pada akhirnya mereka berdebat agak lama, namun tetua ketiga serta tetua kelima dan tetua keenam tidak mau kalah dengan memberikan berbagai alasan untuk mendukung kata kata tetua ketiga yang membuat Su Tang tidak dapat berkata lagi.
Karena Su Tang sudah tidak tau harus berbuat apa, maka dia hanya berkata jika terjadi hal yang lebih parah dari itu kepada Su Fan sekali lagi maka dia tidak akan segan segan memakai habatannya sebagai patriak untuk memberi hukuman kepada tetua ke tiga, keliama dan tetua ke enam.
Su Tang bukannya ingin berbuat seperti itu, tetapi karena dia dan istrinya Yu Ling begitu menyayangi Su Fan di tambah dengan janji rahasia mereka kepada seorang sosok maka dia melakukan apapun untuk melindungi Su Fan.
Bukan hanya itu saja, sesuai dengan janjinya kepada sosok tersebut maka di umur 5 tahun dia akan memberi arahan kepada Su Fan untuk memnjadi seorang kultivator.
Maka sebelum menjadi seorang kultivator maka ia harus memberikan perlindungan agar tidak terjadi apa apa kepada Su Fan, jika sampai terjadi sesuatu maka dia tidak akan mampu menahan amarah sosok tersebut meskipun ribuan kultivator yang membantunya.
………………….
Waktu berjalan setahun, sekarang tepat dimana ulang tahun ke 60 Su Tang.
sebagai seorang patriak keluarga Su tentunya banyak orang memberikan selamat kepada Su Tang baik dari kerabat keluarga Su maupun dari orang orang luar yang memiliki kepentingan kepada keluarga Su karena keluarga Su di segani di wilayah kekaisaran Qi.
Di tengah tengah acara perayaan ulang tahunnya, dia berbisik kepada Su Fan yang berada di sebelahnya.
“Fan’er, 2 minggu lagi merupakan hari ulang tahunmu yang ke 5 dan sesuai dengan yang ayah katakan dulu maka ayah akan memulai latihanmu besok”. Ucap Su Tang.
“Apakah kamu mengerti Fan’er?” tanya Su Tang.
“Baik ayah, Fan’er mengerti”. Jawab Su Fan.
Angan hanya sebatas angan, harapan tinggallah harapan karena apa yang ia rencanakan akan berujung kesedihan tak berujung.
Saat ini adalah acara penyerahan kado untuk patriak keluarga Su yang berulang tahun, maka dari itu Su Tang dan Istrinya Yu Ling di persilahkan maju kedepan menyambut seserahan kado dari para tamu.
Sedangkan Su Fan berdiam diri di tempat duduk semula tanpa di temani oleh siapapun disana, dia malah asyik ngemil makanan yang disajikan oleh pelayan.
Satu persatu para tamu menyerahkan kado dengan berbagai bentuk mulai dari herbal langka sampai pada lukisan kaligrafi yang memang di persiapkan oleh tamu untuk diserahkan, namun tepat saat giliran patriak dari keluarga Li dan Keluarga Hu menyerahkan kado ulang tahun tiba tiba berkelabat seorang yang tidak di kenal dan dengan brutal menghabisi patriak Su Tang dan IStrinya Yu Ling.
Dengan sigap tetua pertama Su Lao dan tetua kedua Su Gui segera mengatasi pembunuh bayaran yang bergerak, tapi langkah mereka terlambat karena Patriak dan istrinya Yu Ling telah terkena serangan mematikan dan sekarang kondisi mereka tengah sekarat.
Su Fan yang menyaksikan hal tersebut segera berlari menghampiri kedua orang tuanya dengan berurai air mata, dia memeluk ibunya yang penuh darah di sekujur tubuhnya sehingga di waktu singkat Su Fan bermandikan darah.
Sudah tidak dapat tertolong lagi itulah kondisi saat ini yang tidak lama Yu Ling menghembuskan nafas terakhir dengan tatapan kesedihan terpatri di matanya, patriak Su Tang yang melihat anaknya menangis didekatnya segera memanggil untuk mendekatinya.
“Fan’er, ayah minta kau jangan bersedih. Selama ini ayah memiliki rahasia tentang dirimu dimana kau sebenarnya bukanlah anak andung ayah dan ibu tapi yang dititipkan kepada kami berdua”. Su Tang mengambul nafas dengan tersengal sengal.
“Mulai sekarang ayah dan ibu berharap kepadamu untuk mencari identitasmu tanpa ayah dan ibu karena mungkin paman Su Lao dan paman Su Gui tidak mampu membantu dengan situasi yang tengah kita hadapi saat ini, pergilah bersama Husan dari tempat ini segera”. Sambung Su Tang dan itu merupakan kata terakhirnya karena setelahnya ia pun menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Su Fan.
Meskipun Su Tang sebenarnya adalah seorang kultivator ranah Pembentukan energi * 5 tapi karena penyerangan tersebut terjadi secara tiba tiba dan juga patriak Li dengan patriak Hu ada andil maka insiden tersebut berhasil merenggut nyawanya, sedangkan penyerang tadi telah berdiri di sisi kedua patriak keluarga Li dan keluarga Hu di sertai oleh 20 pembunuh bayaran lain yang memakai baju hitam dengan penutup muka.
Kejadian tersebut sontak membuat kaget tetua pertama dan tetua kedua karena banyaknya pembunuh bayaran yang bisa melanggang masuk ke dalam kediaama keluarga mereka, seakan tidak percaya bagaimana bisa karena mereka memiliki penjaga yang bisa dikatakan ketat pada saat ini.
Pertanyaan mereka segera terjawab dengan munculnya tiga tetua keluarga Su yaitu Su Ghi, Su Nam, dan Su Bo yang tidak lain adalah tetua ketiga, tetua kelima dan tetua keenam.
Dalam situasi terkepung dan tidak ada celah untuk melarikan diri, tetua pertama tahu apa artinya ini yaitu tiga tetua dalam keluarga Su telah berhianat.
“Tidak kusangka ada bangkai didalam keluarga Su kami”, ujar tetua pertama.
Tetua ketiga yang mendengar itu mengerutkan keningnya lalu menyahut, “jangan besar mulutmu Su Lao karena sebentar lagi nasib kalian berdua sama seperti kakak kalian Su Tang baj**gan itu”.
Tanpa menunda lagi para pembunuh bayaran di perintahkan oleh patriak keluarga Li untuk membunuh siapa saja yang melawan, sedangkan Husan yang melihat gelagat tidak baik segera membawa kabur Su Fan ke tempat persembunyian yang telah disediakan oleh patriak Su Tang.
Husan mengambil kesempatan terebut saat para pembunuh bayaran menyerbu dan tetua kedua menyemburkan asap yang menghalangi pandangan musuh, sehingga saat Husan membawa kabur Su Fan tidak ada yang menyadarinya.
Tetua pertama dan tetua kedua juga mengetahui siapa sebenarnya Su Fan, maka dari itu mereka menyayangi Su Fan sejak dulu karena mereka sadar jika terjadi sesuatu kepada Su Fan maka mereka tidak akan mampu mempertanggung jawabkannya.
Penyerangan kediaman keluarga Su telah tersebar di seluruh wilayah kekaisaran Qi, dalam insiden tersebut telah menewaskan 500 orang keluarga Su baik muda atau tua termasuk patriak, istri, tetua Pertama dan tetua Kedua beserta keluarga mereka masing masing.
Seminggu telah berlalu dan sekarang Su Ghi adalah patriak baru keluarga Su sedangkan tetua Pertama adalah Su Nam dan tetua Kedua adalah Su Bo, tetapi orang orang tidak mengetahui kejadian yang sesungguhnya karena semua informasi sudah di tutupioleh keluarga Li dan keluarga Hu sedangkan keluarga kekaisaran yaitu keluarga Qi hanya mengirimkan perwakilan mereka saja dan tentunya sudah ikut mati pada insiden tersebut.
Sebelumnya keberadaan Su Fan tengah di cari oleh Su Ghi dan Kedua tetua yang bersamanya, kebetulan saat itu ada ruangan yang telah hancur dan di bakar oleh pembunuh bayaran dan hasilnya adalah saat puing puing tersebut di bongkar mereka menemukan tulang manusia yang mereka yakini tulang itu adalah tulang dari anak anak.
Jadi mereka mengambambil keseimpulan bahwa tulang yang mereka temukan itu adalah tulang dari mayat Su Fan yang telah hangus terbakar, tentunya mereka menganggap bahwa Su Fan telah mati.
Kesenangan dan kebahagiaan tercipta kepada mereka yang telah sukses menjalankan rencana yang telah lama mereka susun, dalam pikiran mereka hanya satu yaitu mereka akan menjalani kehidupan mereka dengan tentram dan penuh kedamaian menikmati seluruh angan angan mereka.
………………….
Jauh dari keramaian dan kediaman para keluarga bangsawan, tepatnya saat ini disalah satu pinggiran ibu kota kekaisaran atau desa tersebut sering di kenal dengan nama desa Tukaira.
Letak desa Tukaira ini terletak di bagian utara kekaisaran dan berada di luar tembok ibu kota, desa Tukaira juga merupakan desa yang berada di pinggiran gunung Tukendi yang menjulang ke langit dan didalam gunung tersebut sering dijadikan sebagai lahan berburu dan juga tempat mencari tumbuhan herbal.
Walaupun gunung Tukendi tidak berbahaya namun orang orang tidak akan pernah mau memasuki kawasan gunung Tukendi di saat tertentu terlebih untuk orang orang desa Tukaira, mereka mempercayai bahwa hari ke 15 setiap bulannya adalah hari larangan berkunjung ke gunung Tukendi sebab setiap tanggal 15 saatnya bagi penghuni gunung tersebut keluar untuk mencari makan.
Sebenarnya mereka tidak pernah melihat atau berpapasan dengan penghuni gunung Tukendi, tapi karena turun temurun adanya larangan keras maka mereka menganggap sangat mempercayainya bahkan ada beberapa orang dari desa Tukaira akan memberikan persembahan berupa hasil bumi mereka sebelum tanggal 15 atau tepatnya tanggal 14.
Mereka mempercayai bahwa mereka akan mendapatkan berkah yang melimpah dari para dewa jika mereka memberikan persembahan dengan tulus dan itulah yang mereka yakini hingga saat ini, terlepas benar atau tidaknya hanya mereka yang mengetahui dan si penghuni gunung Tukendi tersebut.
…………….
Sudah 3 minggu Su Fan dan Husan tinggal bersama di sebuah gubuk didesa Tukaira, mereka tidak pernah keluar dari gubuk tersebut karena takut akan ada yang mengintai dan keberadaan mereka akan ketahuan.
Sedangkan makanan dan keperluan mereka sehari hari telah tersedia di cincin penyimpanan Husan, walau tidak seberapa banyak tapi dapat bertahan hingga jangka 3 bulan lamanya.
Pagi hari Husan bangun dari tidurnya dan langsung menyiapkan sarapan untuk tuan mudanya, untungnya Su Fan tidak mengeluh dengan makanyan yang seadanya selama tiga minggu ini.
Tidak lama setelahnya dia membangunkan Su Fan untuk sarapan, dengan cepat pula Su Fan bangun dari tidurnya dengan agak malas tentunya karena telah terbiasa dengan kehidupan yang di ruang lingkup keluarga bangsawan.
Santapan pagi diselesaikan dengan cepat dan setelah itu mereka duduk untuk sebentar, Su Fan tiba tiba menangis tanpa suara, hanya terlihat bahwa air mata terjatuh mengalir melalui pipinya yang kecil.
“Tuan muda, hamba meminta maaf dengan kehidupan kita sekarang hingga membuat tuan muda menderita”. Ucap Husan merasa bersalah.
“Tidak apa apa paman, ini bukanlah kesalahan paman”. Sahut Su Fan.
“Aku sedih karena aku teringat dengan hari ulang tahunku kemarin karena biasanya ayah dan ibu akan selalu merayakannya, tapi sekarang semuanya telah berubah”. Lanjutnya lagi dan kali ini deraian air mata makin menjadi.
Karena tidak bisa menahan sedihnya dan Husan tidak bisa mengeluarkan kata kata untuk menghibur, Su Fan beranjak menuju kamarnya di gubuk tersebut dan melanjutkan kesedihannya dalam kamarnya sambil berkata lirih.
‘Di malam hari ketika bintang bintang menerangi kamarku’
‘Aku duduk sendiri’
‘Aku berpikir’
‘Apakah mereka tahu apa yang ku rasakan?’
‘Tidak, kurasa mereka tidak akan pernah tahu apa yang ku rasakan’
‘Mereka hanya tahu bahwa aku telah tiada dan mereka bersuka cita akan hal itu’
‘Mereka tertawa dengan keagungan mereka diatas dunia’
‘Kini aku menatap matahari yang terbenam’
‘Berharap rembulan akan hadir’
‘Menghibur hatiku yang sedih’
‘Aku hanya merindukan purnama’
‘Tidak seperti mereka yang merindukan keagungan’
‘Biarlah aku terus merindukan hadirnya rembulan’
‘Hingga batas waktu meskipun aku akan menghilang’
Karena kesedihannya dengan tangis kesedihan, Su Fan pun akhirnya tertidur kembali diatas tempat tidurnya yang agak lapuk tapi bagi Su Fan tempat tidur tersebut amatlah melegakan.
Husan dilain sisi hanya bisa merasa iba dengan tuan mudanya, dia yang di beri pesan untuk melindungi tuan mudanya hanya mampu memenuhi janji setianya kepada almarhum tuannya yaitu patriak Su Tang.
Didalam kamar, Su Fan yang telah terlelap dan berada di dunia mimpi bertemu dengan ayah ibunya Su Tang dan Yu ling.
Mereka tersenyum penuh kehangatan dan kasih sayang kepada Su Fan, karena rindu yang sangat besar akhirnya Su Fan mendekati mereka namun saat dia memeluk mereka yang terjadi adalah tangan dan tubuhnya menembus tubuh kedua orang tuanya itu.
“Kenapa yah?” tanya Su Fan kepada ayahnya.
Seakan tahu dengan pertanyaan anaknya, Su Tang menjawabnya “sekarang alam kita sudah berbeda nak. Kau teruskanlah kehidupanmu dan tIdak usah bersedih karena sekarang tugasmu adalah mencari identitasmu yang sebenarnya karena dalam dirimu ada rahasi terbesar alam semesta jadi kuatlah dalam kehidupan ini”, jelas Su Tang kepada Su Fan sambil mengelus kepala anaknya itu.
Anehnya Su Fan malah merasakan elusan ayahnya di atas kepalanya, air matanya kembali membasahi pipinya akan hal tersebut.
“Sudah nak, kau harus tahu bahwa kami selalu bersama dirimu dimana pun kau berada dan dalam kondisi apapun kami akan selalu menyayangimu karena kau adalah anak kami satu satunya”. Kali ini Yu Ling berkata untuk menghibur kesedihan anaknya.
“Fan’er, besok adalah tanggal 15 dan kau harus memasuki kawasan gunung Tukendi seorang diri karena disana kau akan berjum pada dengan seorang yang akan memberikanmu penjelasan dan arahan untuk memulai kehidupan baru, harapan kami padamu adalah kau kelak akan menjadi orang terkuat jadi kau tidak boleh lari atau menjauh dari jalan kebenaran juga kau tidak boleh bertindakarogan dan sombong akan semua pencapainmu serta jangan pernah berpuas diri karena jika itu terjadi kami sangat kecawa kepadamu nak”. Kata Su Fan mengingatkan dan menasehati anaknya.
“Jika itu adalah takdir Fan’er akan berjanji kepada ayah dan ibu bahwa Fan’er akanselalu mengingatnya dan tidak akan pernah membuat ayah dan ibu kecewa”, jawab Su Fan tegas dan mengambil nafas sejenak.
“Terima kasih sudah menyayangi dan menjadi orang tua Fan’er selama ini”, pungkasnya untuk terakhir kali dan setelahnya orang tuanya perlahan menghilang dan dengan itu juga Su Fan terbangun dari mimpinya.
Hari sudah menjelang sore ketika dia terbangun, jadi dia segera mencari keberadaan Husan yang saat itu tengah berada di belakang gubuk untuk memasak hidangan makan malam mereka.
“Paman, setelah makan malam nanti aku ingin paman menyiapkan keperluanku untuk besok karena besok aku harus pergi sendiri”. Ucap Su Fan tanpa basa basi setelah menemukan Husan.
Husan yang heran dengan perkataan dan maksud tuan mudanya mengerutkan kening, dia bingung kemana tuan mudanya pergi dan kenapa harus seorang diri segala dan bukankah dia harus selalu bersama tuan muda kemana pun? Tapi kenapa sekarang tuan mudanya berkata demikian.
Seakan mengerti dengan kebingungan Husan, Su Fan menjelaskan bahwa dia baru saja mendengar perintah bahwa dia harus pergi besok tidak bisa di tunda serta dia harus sendirian.
Karena sudah seperti itu Husan tidak bisa membantah karena dari kepercayaan leluhur yang turun temurun, jika seseorang mendengar bisikkan maka itu sama saja dengan bisikkan dewa dan tidak boleh di hindari.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!