Namaku Sandriza. Aku berumur 23 tahun, baru saja lulus dari S1 jurusan Sastra. Dalam hal ini aku masih menekuni duniaku di theater. Aku juga gemar membuat tulisan dalam bentuk puisi, cerpen maupun novel.
Saat ini aku tinggal bersama tanteku di kota besar. Kedua orang tua aku masih lengkap dan tinggal di kampung pulau Sumatera. Tante aku seorang janda dan memiliki 3 putra yang sudah remaja. Aku melihat nya kehidupan tanteku seperti tidak ada masalah dalam membesarkan ketiga anak- anaknya. Anak pertama usianya lebih tua dari aku tiga tahun. Anak kedua seusia dengan aku. Anak ketiga selisih dengan aku tiga tahun lebih muda. Aku akrab dengan ketiganya. Mereka begitu care terhadap aku.
Tante aku memang dalam ekonomi cukup dibilang mapan. Dia dari muda sudah terjun di bidang bisnis meneruskan perusahaan orang tuanya. Aku pikir, ketika gejolak rumah tangga nya mulai membuncah, tante terlihat santai dan tenang menghadapi semua nya. Tante tidak takut akan perceraian yang dihadapi nya. Lantaran dirinya memiliki kekuatan dalam bidang ekonomi. Tanpa suaminya pun, tante bisa hidup dan menghidupi ketiga putranya.
Cerita yang aku dengar, suami tante melakukan perselingkuhan dibelakang tante. Oh iya, tante aku ini bernama tante Melinda. Akhirnya karena suaminya tidak ingin meninggalkan wanita itu, keputusan cerai terjadi sudah.
Bukti- bukti perselingkuhan dari suami tante Melinda sudah terkumpul sehingga hak asuh anak berpihak kepada tante Melinda. Lagi pula tante Melinda memiliki tiga anak yang semuanya adalah laki-laki.
*******
Kembali ke aku. Aku Sandriza adalah cerpenis dan juga novelis walaupun uang yang didapat dari tulisan ini tidak seberapa. Paling tidak ada kepuasan sendiri ketika tulisan dari karya aku bisa dibaca dan diminati oleh banyak reader maupun penggemar.
Setelah aku lulus Sarjana ini aku mulai dilibatkan oleh tante aku ikut bergabung di perusahaan nya. Aku walaupun dengan jurusan sastra, namun aku pelan- pelan belajar di bidang bisnis seperti ini. Aku mulai sedikit paham akan kehidupan dan kalangan pengusaha.
Saat ini aku masih selalu mendampingi tante Melinda dalam kegiatan- kegiatan nya. Baik pertemuan dengan klien atau sekedar pertemuan makan siang oleh relasi. Kerjaan aku saat ini masih mengikuti atau menemani tante Melinda pergi. Aku seperti asisten pribadi tante Melinda yang selalu mengingatkan jadwal kegiatan nya setiap hari. Namun berbeda dengan sekretaris nya. Kerjaan aku tidak berat dan memberatkan.
Selain itu, tante Melinda mempercayai aku dalam menentukan pilihan untuk penampilan nya supaya terlihat lebih smart, energik dan terlihat muda dari usianya.
Baru sebulan ini aku selalu mendampingi tante Melinda. Sebulan ini pula, aku belum pernah melihat tante Melinda melenceng dari norma. Aku melihat tante Melinda masih lurus- lurus saja dalam menjalankan bisnisnya dan hobi nya masih wajar.
Terlintas aku pernah berpikir, apakah tante Melinda tidak pernah merasa kesepian atau tidak butuh belain seorang pria sedangkan tante Melinda sudah mulai menjanda sekitar lima tahun yang lalu. Apakah dihatinya tidak membuka hati kepada pria manapun sedangkan yang aku lihat, tante Melinda masih sangat cantik dan terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. Tante Melinda saat ini genap berusia 46 tahun namun terlihat masih seperti berumur tiga puluhan saja.
Ketika berjalan dengan tante Melinda aku seperti adiknya. Padahal usia aku dengan tante Melinda selisih 23 tahunan.
Kehidupan yang mapan dan serba kecukupan akan berpengaruh terhadap penampilan dan kecantikan seseorang. Percaya atau tidak, ini kenyataan nya.
*******
Kembali ke aku. Aku Sandriza adalah cerpenis dan juga novelis walaupun uang yang didapat dari tulisan ini tidak seberapa. Paling tidak ada kepuasan sendiri ketika tulisan dari karya aku bisa dibaca dan diminati oleh banyak reader maupun penggemar.
Setelah aku lulus Sarjana ini aku mulai dilibatkan oleh tante aku ikut bergabung di perusahaan nya. Aku walaupun dengan jurusan sastra, namun aku pelan- pelan belajar di bidang bisnis seperti ini. Aku mulai sedikit paham akan kehidupan dan kalangan pengusaha.
Saat ini aku masih selalu mendampingi tante Melinda dalam kegiatan- kegiatan nya. Baik pertemuan dengan klien atau sekedar pertemuan makan siang oleh relasi. Kerjaan aku saat ini masih mengikuti atau menemani tante Melinda pergi. Aku seperti asisten pribadi tante Melinda yang selalu mengingatkan jadwal kegiatan nya setiap hari. Namun berbeda dengan sekretaris nya. Kerjaan aku tidak berat dan memberatkan.
Selain itu, tante Melinda mempercayai aku dalam menentukan pilihan untuk penampilan nya supaya terlihat lebih smart, energik dan terlihat muda dari usianya.
Baru sebulan ini aku selalu mendampingi tante Melinda. Sebulan ini pula, aku belum pernah melihat tante Melinda melenceng dari norma. Aku melihat tante Melinda masih lurus- lurus saja dalam menjalankan bisnisnya dan hobi nya masih wajar.
Terlintas aku pernah berpikir, apakah tante Melinda tidak pernah merasa kesepian atau tidak butuh belain seorang pria sedangkan tante Melinda sudah mulai menjanda sekitar lima tahun yang lalu. Apakah dihatinya tidak membuka hati kepada pria manapun sedangkan yang aku lihat, tante Melinda masih sangat cantik dan terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. Tante Melinda saat ini genap berusia 46 tahun namun terlihat masih seperti berumur tiga puluhan saja.
Ketika berjalan dengan tante Melinda aku seperti adiknya. Padahal usia aku dengan tante Melinda selisih 23 tahunan.
Kehidupan yang mapan dan serba kecukupan akan berpengaruh terhadap penampilan dan kecantikan seseorang. Percaya atau tidak, ini kenyataan nya.
*******
Seperti saat ini aku mendampingi tante Melinda pertemuan dengan relasi. Sungguh sebelum bertemu dengan relasi ini, terlihat tante Melinda begitu gugup dan salah tingkah. Dari beberapa baju yang aku pilihkan masih saja dirasa belum pas dan cocok. Setelah kami bertemu dengan orang yang dimaksudkan, relasi tersebut ternyata dahulunya adalah kawan kuliah tante Melinda. Om- om yang seusia dengan tante Melinda dan satu laki-laki usia nya masih muda dibanding om- om kawannya tante Melinda itu.
Setelah dialog yang cukup panjang, akhirnya kami digiring ke acara santai. Laki-laki itu rasanya belum puas dengan pertemukan yang sangat formal yang pembicaraan berpusat pada bisnis saja. Mungkin dia ingin lebih santai mengobrol yang lain.
Suatu kafe yang cukup romantis akhirnya kita duduk- duduk dan menikmati suasana santai bersama. Entah mengapa aku diarahkan laki-laki teman dari om- om itu ke depan kafe. Sehingga aku sementara terpisah dengan tante Melinda dan Om Koko.
" Kita disini saja, yah!" kata laki-laki itu.
" Baiklah, aku mengerti!" sahutku sambil tersenyum.
" Panggil aku Zio!" kata laki-laki itu.
" Baiklah Zio! Bukankah tadi kita sudah berkenalan?" sahut Sandriza.
" Iya, aku tahu! Mana tahu kamu lupa nona Andri!" kata Zio.
Sandriza membulat matanya ketika laki-laki itu memanggilnya dengan Andri bukan Sandriza.
" Ada apa? Apakah aku salah sebut nama? Sandriza bisa dipanggil Driza dan juga Sandri. Tapi aku lebih menyukai memanggil kamu Andri saja." terang Zio.
" Terserah deh." sahut Sandriza.
*******
" Sudah beberapa jam Sandriza menunggu di tempat itu. Tante Melinda belum ada tanda- tanda mengajak pulang ke rumah.
" Kak Zio!" panggil aku sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
" Iya Andri!" sahut Zio ramah.
" Lama sekali tante Melinda dan om Koko berbincang." kata Sandriza yang sudah sangat bosen ditempat itu.
" Tampaknya mereka sudah tidak di dalam deh!" terang Zio.
" Hah? Mereka kemana? Aku ditinggal." panik Sandriza.
" Mungkin urusan orang dewasa. Kamu ingin kemana biar aku antar." kata Zio menenangkan.
" Aku ingin kembali pulang ke rumah saja. Tapi apakah tidak apa- apa yah, jika aku meninggalkan tante Melinda? Bukankah tante Melinda dengan om Koko." kata Sandriza minta pendapat.
" Aku rasa tidak apa- apa. Ayo, kalau mau pulang! Aku antar!" kata Zio sambil berdiri dari duduknya.
Melinda diajak Koko ke sebuah hotel tidak jauh dari kafe tadi. Melinda ada sedikit gugup dan takut dengan bayangannya dan pikirannya. Sudah lama sekali Melinda tidak mendapatkan sentuhan itu dari laki-laki mana. Koko tersenyum melihat kepanikan dari Melinda. Koko mulai berani memeluk tubuh Melinda dari belakang setelah sebelumnya dirinya melepas kemeja nya hingga Koko bertelanjang dada. Rasa aliran hangat mulai menjalar di tubuh Melinda ketika Koko mulai mendekapnya erat.
" Aku kangen kamu, Melinda! Aku sungguh merindukan suasana seperti ini." ucap Koko penuh hasrat.
Melinda tidak berbicara. Saat ini hanya menikmati segala dekapan hangat dari Koko. Perasaan itu jarang sekali dia rasakan. Koko dan Melinda dahulu nya adalah pasangan kekasih tidak sekedar teman kuliah saja. Betapa kerinduan itu membuncah dan perasaan saling menyayangi itu kembali hadir diantara mereka.
Koko mencium leher kanan milik Melinda. Diciumnya sampai lama. Dengan lembut masih mencium dan menyesap leher putih Melinda. Melinda memejamkan matanya. Perasaan hangat mulai kembali menjalar dan tubuhnya terasa bergetar hebat. Kenapa tidak, Melinda sudah tidak pernah lagi merasakan hal. seperti itu. Bercinta dengan laki-laki mana pun tidak pernah setelah bercerai dengan suaminya. Bahkan sebelum perceraian itu terjadi pun sudah jarang melakukan hubungan intim dengan suaminya.
Koko dengan nakal membalikkan tubuh Melinda hingga mereka saling berhadapan. Koko memegang rahang milik Melinda. Koko mulai mendekatkan bibirnya itu ke bibir Melinda. Akhirnya Koko dengan lembut mulai mencium bibir Melinda. Tidak hanya menciumnya namun Koko bermain- main di bibir tipis dan manis milik Melinda itu. Melinda masih belum membalasnya hanya mengikuti keaktifan Koko saja. Hingga Koko mulai gerah dibuatnya. Tangan Koko mulai masuk ke kemeja milik Melinda. Koko mencari pengait dari pakaian dalam yang menyanggah kedua daging yang kenyal itu. Setelah ketemu dilepas nya pengait itu. Lalu dengan leluasa memainkan nya di di daerah itu. Melinda mulai melenguh dan Koko malah membuka kancing kemeja Melinda satu demi satu sambil mencium bibir Melinda hingga turun ke leher dan bagian dada Melinda. Melinda pasrah dengan kelakuan Koko terhadap dirinya. Melinda seperti haus akan perlakuan seperti itu. Koko berhasil melepaskan semua kemeja milik Melinda hingga tinggal rok pendek Melinda yang di atas lutut itu yang masih tertinggal di tubuh Melinda.
Koko mulai mendorong Melinda ke peraduan kamar itu. Melinda tidak melawan dan memberontak. Koko mulai liar menurunkan rok yang dipakai Melinda hingga sekarang tinggal secuil kain milik Melinda yang masih menutupi bukit kecil itu.
Koko mulai menundukkan kepalanya mencium bagian inti yang masih tertutup kain itu. Tangannya mengusap dengan lembut hingga Melinda mulai menggelinjang dan menyuarakan keluhannya.
Koko makin nekat bermain- main di tempat terlarang tersebut. Jari- jarinya yang panjang dan lihai mulai menerobos bagian terlarang itu. Melinda makin menjerit ketika satu jari itu masuk ke bagian pribadi miliknya. Koko semakin senang melihat Melinda pasrah berbaring menikmati permainan nya. Akhirnya tidak cukup dengan itu, Koko menurunkan kain yang sedari tadi mengganggu pergerakannya hingga Melinda benar-benar polos. Melinda berteriak ketika aliran darahnya panas mulai menguasai tubuhnya yang semakin tegang. Melinda mulai mengangkat pinggulnya dan menekan kepala Koko sampai terbenam diantara kedua ujung pahanya. Teriakkan kecil terdengar merdu dari mulut Melinda. Akhirnya Melinda lemas setelah pelepasannya terjadi.
Koko tersenyum puas melihat Melinda tidak berdaya. Keduanya sama-sama melemparkan senyuman nya. Koko tidak melanjutkan aksinya. Koko hanya ikut berbaring di sisi Melinda dan Melinda memeluk Koko yang hanya bertelanjang dada namun masih mengenakan celana panjangnya.
" Kamu suka?" tanya Koko dengan tersenyum nakal. Melinda sangat malu hingga membenamkan kepalanya di dekat ketiak Koko. Koko memeluk Melinda penuh kasih sayang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!