NovelToon NovelToon

Permaisuri Tawanan Kaisar Kejam

Jumpa Pertama

Di sebuah wilayah terdapat tiga negri yang berdekatan dipimpin oleh masing masing raja. Kerajaan Barat yang merupakan kerajaan terkuat di pimpin oleh kaisar Alex. Ia naik tahta setelah Ayahnya meninggal. Hanya hidup dengan adik perempuan satu satunya bernama Arabella dan para abdinya yang setia. Rakyat hidup makmur karena Kaisar Alex yang jujur, pemberani dan adil di balik sikap kejam dan dinginnya. Kerajaan Timur dipimpin oleh raja Arthur yang bijak. Ia hidup tenang bahagia bersama istrinya Alexa dan anak perempuan satu satunya bernama Anastasia. Kerajaan yang di pimpin Raja Arthur juga makmur dan damai. Segala kebutuhan rakyat tercukupi dengan baik berkat tanah pertanian yang subur. Sedangkan di kerajaan Utara di pimpin oleh raja Gabriel. Ia memiliki anak laki laki bernama Joseph dan memiliki satu cucu perempuan yang cacat.

Alex tengah sibuk berkutat di meja kerjanya.

"Putri Arabella tiba." Teriakan dari luar tak membuat Alex mendongakkan kepalanya untuk menyambut kedatangan sang adik. Ia sudah tau apa yang akan dibahas gadis itu.

"Kakak kapan akan menikah? aku takut kerajaan ini akan berakhir jika kakak tak kunjung mengangkat seseorang sebagai permaisuri."

"Aku tidak tertarik untuk menikah. Kau menikahlah. Tidak ada yang bisa mengisi hatiku." Alex bangkit dari duduknya untuk meninggalkan Sang adik.

Baru beberapa langkah ingin pergi sebuah ketukan pintu diiringi sosok pria datang menemuinya. Pria itu menunduk dan memberi salam.

"Hormat hamba yang mulia. Kereta sudah siap. Kita akan segera berangkat untuk pertemuan di kerajaan Timur."

"Ya tunggulah di luar."

"Baik yang Mulia. Saya undur diri."

"Kakak mau pergi tidak bilang padaku." Rengeknya setelah asisten Alex pergi.

"Hanya dua hari. Kau jaga diri baik baik disini."

"Kakak."

"Aku pergi." Ia memeluk adiknya dengan hangat dan pergi secepatnya sebelum Arabella merengek lagi.

Arabella mengantar kepergian kakaknya dengan berat hati. Meskipun Alex orang yang dingin. Tapi Ia satu satunya yang Arabella punya. Dia sangat peduli dan perhatian dengan caranya sendiri dan gadis itu paham sepenuhnya.

Satu hari perjalanan Alex sudah sampai di kerajaan Timur. Ia di sambut langsung oleh Raja Arthur dan Istrinya.

"Selamat datang Raja Alex."

"Terimakasih Raja Arthur dan Ratu Alexa sudah menyambut saya."

"Sama sama Raja Alex. Silahkan beristirahat dulu. Pelayan kami akan antarkan. Raja Alex pasti lelah setelah perjalanan jauh."

"Terimakasih pengertiannya. Saya akan beristirahat. Permisi."

"Silahkan Raja Alex."

Alex dan asistennya pergi ke tempat istirahat diantar oleh beberapa pelayan. Keduanya dilayani dengan baik. Segala macam jamuan sudah tersedia di kamarnya yang mewah. Mereka tak ingin mengundang Alex makan kerena menurutnya terlalu lelah. Alex sangat mengapresiasi pengertian dan pelayanan luar biasa di kerajaan Timur.

"Duduk dan makan bersamaku."

"Tapi yang Mulia."

"Duduklah."

"Baik." Robert ikut duduk dan makan dengan canggung bersama junjungannya.

Alex yang merasa bosan hanya beristirahat memutuskan untuk berkeliling istana. Manik matanya tak sengaja melihat gadis cantik yang tengah berdiri di atas bangku hendak memetik apel. Para pelayan dengan wajah panik mencoba menasihati namun tidak di dengarkan. Alex tersenyum, Ia terkesan dan terpana dengan kecantikan paras bak Dewi itu.

Hatinya bergetar hebat saat senyum lembut terbit dari bibir mungilnya yang indah.

"Dia siapa?"

"Beruntung Yang Mulia bisa melihat. Dia putri Raja Arthur. Putri Anastasia. Dia selalu di sembunyikan oleh kedua orangtuanya."

"Kenapa? Setauku raja Arthur tak memiliki anak."

"Beliau memiliki seorang anak perempuan yaitu Putri Anastasia. Ia disembunyikan sejak kecil karena parasnya yang rupawan membuat siapapun ingin memilikinya."

"Termasuk aku juga." Batinnya mengamati gadis bergaun biru langit dengan mahkota kecil di kepalanya itu.

"Putri kami mohon turunlah. Nanti Putri jatuh." Kata mereka dengan wajah khawatir.

"Aku ingin apel."

"Biar saya ambilkan Putri."

"Aku ingin ambil sendiri." Katanya bersikeras tak mau turun.

Alex mendekat semua pelayan menunduk hormat tak berani mendongakkan kepala menatap wajah tegas itu. Sementara Anastasia tak menyadari keberadaan Alex masih berusaha meraih apel namun tak sampai juga. Ia melompat dan terpeleset jatuh. Alex dengan cepat menahan tubuh gadis itu. Anastasia memejamkan matanya. Ia kemudian membuka mata setelah mendapati tubuhnya jatuh pada tangan kekar dan dada bidang yang keras. Mata mereka bertemu. Anastasia tersenyum membuat Alex terpaku di tempatnya. Gadis itu segera berdiri.

"Maaf." Katanya sambil menunduk.

"Tidak apa." Alex memberi kode para pelayan untuk meninggalkan mereka.

"Siapa namamu Putri?" Tanya Alex lembut membuat Robert terkejut.

"Anastasia. Tuan.....?"

"Alex."

"Ah. Maaf. Kaisar Alex dari kerajaan Barat. Maafkan saya telah merepotkan dan tidak sopan kepada anda." Anastasia tak berani menatap Alex.

"Hey...Tidak apa. Berbicara santai saja. Aku tidak sekejam itu." Alex mengangkat dagu Anastasia untuk menatapnya. Pria itu tersenyum manis. Senyum yang belum pernah Robert lihat sebelumnya.

"Terimakasih telah menolong saya."

"Sama sama. Kamu mau apel itu?"

Anastasia mengangguk semangat membuatnya begitu imut.

"Aku ambilkan." Alex naik ke bangku dan memetik Apel untuk Anastasia. Lagi lagi itu membuat Robert terkejut. Bahkan adiknya sampai menangis pun Ia tak akan mau untuk memetik apel seperti yang dilakukan sekarang.

"Terimakasih." Kata Anastasia.

"Sama sama."

Anastasia duduk memakan apelnya diikuti Alex yang duduk di samping gadis itu.

"Manis." Katanya tersenyum senang.

"Kamu suka?"

"Iya. Terimakasih Yang Mulia."

"Sama sama. Jangan terlalu formal padaku."

"Tidak boleh Yang Mulia. Itu tidak sopan."

"Ini perintah. Jika kita sedang berdua. Tidak usah menggunakan bahasa formal. Mengerti?"

"Iya."

"Pintar." Alex mengusap kepala Anastasia dengan lembut. Jarak usia mereka yang jauh membuat orang tidak akan berfikir macam macam atas perlakuan Alex yang seperti itu.

"Hormat hamba pada yang Mulia Raja Alex dan Putri. Yang mulia Ratu menunggu Putri di kamarnya." kata Salah seorang pelayan menghampiri Mereka.

"Iya."

"Yang Mulia saya permisi. Terimakasih apelnya dan terimakasih telah menolong saya." Anastasia menunduk hormat dan berjalan pergi diikuti pelayan pelayannya. Alex tersenyum memandangi kepergian gadis itu. Hanya bertemu beberapa menit saja sudah mampu mengubah hidupnya.

"Semoga jodohmu Yang Mulia." Gumam Robert melihat kebahagiaan junjungannya.

Penolakan

Dua sosok pria tengah mengendap endap menuju kastil bagian barat yang merupakan hunian putri satu satunya raja Arthur.

"Yang Mulia. Apakah tidak bisa jika tidak melakukan ini?" Keluh Robert karena mereka harus terus menerus bersembunyi menghindari penjaga.

"Diamlah."

Setelah cukup lama mereka telah sampai dan masih harus menaiki tangga agar bisa sampai di kamar sang putri mahkota.

"Robert."

"Ya Yang Mulia."

"Benar lewat sini?"

"Benar yang Mulia. Ikuti tangga ini dan belok kanan. Disana kamar Putri Anastasia."

"Baiklah ayo." Katanya mengajak asistennya segera bergegas.

"Hachu...Hachu...Hachu..." Suara bersin terdengar dari sebuah ruangan. Alex mengintip dari jendela di depan tempat persembunyiannya yang aman. Ia melihat sosok gadis cantik dengan hidung yang memerah tangah bersin bersin. Alex tersenyum melihat pujaannya. Sementara Robert sibuk berjaga karena takut akan ketahuan.

"Sayang, minumlah dulu."

"Ibunda saja yang minum. Itu pahit."

"Kamu belum coba sayang. Ini tidak pahit. Ini jahe dan madu hangat."

"Benarkah?"

"Iya. Ini bisa menghangatkan tubuhmu."

"Baiklah. Aku minum." Anastasia meminumnya pelan.

"Terimakasih."

"Sama sama Sayang. Sekarang beristirahatlah. Ibunda akan keluar. Jika butuh sesuatu segera panggil Bibi Ema ya"

"Iya Ibunda."

"Selamat malam sayang." Ratu Alexa mengecup kening putrinya.

"Selamat malam Ibunda."

Setelah Ibunya pergi Anastasia beranjak dari ranjangnya. Ia duduk di depan meja rias mengeluarkan kotak berukuran sedang dari meja.

"Apa itu?" Gumam Alex.

Anastasia membuka kotak kemudian memakan isinya.

"Coklat." Alex tersenyum melihat gadis itu tengah makan coklat dengan lahap.

Sebuah ruangan sudah hadir empat orang yang tengah duduk untuk sarapan bersama.

"Silahkan Raja Alex, Raja Gabriel. Mohon maaf putri kami tidak bisa hadir karena sedang tidak enak badan."

"Terimakasih Raja Arthur dan Ratu Alexa. Kami bisa memaklumi. Saya dengar kemarin Putri Anastasia kehujanan dan sakit. Bagaimana kondisinya sekarang?" Tanya Raja Gabriel.

"Sekarang sudah membaik. Hanya bersin bersin saja. Demamnya juga sudah turun."

"Syukurlah."

"Yang Mulia. Bolehkah saya keliling keluar istana. Hanya ingin melihat lihat. Sudah lama saya tidak berkunjung kesini."

"Tentu saja Raja Alex. Silahkan. Jika perlu pengawal kami akan menemani."

"Ah. Saya akan pergi berdua dengan Pengawal pribadi saya Yang Mulia."

"Baiklah. Jika perlu sesuatu jangan sungkan untuk menyampaikan."

"Baik Yang Mulia. Terimakasih."

Mereka mulai memakan sarapannya bersama sambil membicarakan berbagai hal.

Seperti yang dikatakan sebelumnya Alex ditemani Robert sedang berjalan jalan di luar istana. Mereka rencananya akan pergi ke sungai. Manik mata Alex tak sengaja melihat sosok gadis bergaun putih dengan penutup wajah tengah dikejar oleh beberapa pengawal kerajaan. Alex mengikutinya. Ia menarik gadis itu untuk bersembunyi. Namun tanpa sengaja Ia malah memeluknya. Alex merasa nyaman bahkan aroma mawar gadis itu membuatnya tenang dan teringat oleh seseorang. Beberapa pengawal mendekat, Alex bergegas menggandeng tangan itu untuk berlari di tengah keramaian agar mereka terkecoh.

Disinilah sekarang. Alex dan gadis itu duduk di bawah pohon rindang di pinggir sungai yang mengalir jernih. Alex tersenyum mengamati hidung dan pipi gadis itu yang tampak memerah. Penutup wajahnya hilang terbawa angin saat berlari. Identitasnya terungkap. Dialah 'Anastasia' yang kabur dari kediamannya.

"Yang Mulia mohon jangan adukan ini kepada Ayah dan Ibunda." Katanya dengan khawatir.

"Kenapa kabur?"

"Saya bosan."

"Kenapa bosan?"

"Ibunda tidak memperbolehkan saya keluar karena sedang sakit."

"Oh...Sedang sakit." Alex mengangguk paham.

"Iya."

"Apakah sudah sembuh sekarang?"

"Sudah Yang Mulia."

"Tapi aku dengar kamu memang sering keluar."

"Yang mulia tau darimana?"

" Aku tau semuanya."

"Yang Mulia jangan adukan pada Ayah dan Ibunda ya. Saya bosan harus menyalin peraturan istana lagi."

"Iya tenanglah. Tapi kamu harus menemani aku jalan jalan."

"Baiklah. Ayo." Anastasia bangkit dari duduknya dan menarik tangan Alex.

"Maaf yang Mulia. Saya terlalu bersemangat."

"Tidak apa. Aku senang." Alex menggenggam tangan Anastasia dan mengajaknya untuk berjalan bersama.

Anastasia mengajak Alex mengunjungi tempat tempat favoritnya yang indah.

"Yang Mulia. Maaf sepertinya kita harus berhenti di sini."

"Ada apa? Apakah kamu tidak nyaman?"

"Bukan. Saya meninggalkan Bibi Elma di pasar. Saya akan mencarinya."

"Kita cari sama sama. Aku juga meninggalkan pengawalku disana."

"Baiklah Ayo."

Sampai di pasar mereka berjalan sambil mencari di sekeliling.

"Putri."

"Yang Mulia."

Kata dua orang itu bersamaan sambil berjalan menuju Alex dan Ananstasia.

"Bibi."

"Putri darimana saja? Mari kembali sebelum Yang mulia tau."

"Ah Iya. Yang mulia saya kembali dulu. Terimakasih karena telah menyelamatkan saya lagi. Permisi." Anastasia bergegas pergi setelah memberi hormat.

"Ah iya." Katanya tidak fokus.

"Yang Mulia bersenang senang?"

"Tentu saja." Jawabnya tersenyum bahagia sambil berlalu meninggalkan Robert.

"Dia bersenang senang aku yang repot." Gerutu Robert menyusul junjungannya.

Anastasia sudah siap dengan gaunnya. Ia akan pergi ke taman menyapa kedua orang tua dan tamunya.

Ia berjalan dengan anggun menuju gazebo tempat mereka duduk.

"Salam kepada Ayah dan Ibunda. Salam kepada Raja Gabriel dan Raja Alex." Kata Anastasia memberi salam sambil membungkukkan badannya.

"Salam Putri." Jawab keduanya tersenyum.

"Duduklah nak."

"Baik Ayah." Anastasia duduk bergabung bersama mereka.

"Kamu sangat cantik sayang."

"Terimakasih Raja Gabriel."

"Panggil paman saja Nak. Aku teman Ayahmu."

"Baik Paman."

Alex melemparkan senyum dan dibalas senyuman sopan dari Anastasia.

Mereka tengah berbicara serius setelah kepergian kepergian Raja Gabriel.

"Raja Arthur dan Ratu Anastasia. Ada yang ingin saya sampaikan."

"Silahkan Raja Alex."

"Saya meminta izin untuk menjadikan Anastasia permaisuri di kerjaan Barat. Saya ingin menikahi putri Anastasia." Kata Alex membuat Anastasia diam membeku di tempat. Inilah yang Ia takutkan.

"Maaf Raja Alex. Kami tidak melarang. Dengan senang hati kami akan menyetujui jika Anastasia juga setuju. Menurut kami apapun pilihan Putri kami akan selalu kami dukung."

"Bagaimana Putri Anastasia?"

"Mohon maaf Yang mulia. Saya belum siap untuk menikah." Tolaknya secara halus. Hati Alex mendidih baru kali ini Ia di tolak oleh seseorang.

Tepat tengah malam Alex berhasil menerobos kamar Anastasia. Ia mengamati gadis yang tengah tertidur itu. Alex mengelus pipinya lembut membuat Anastasia terbangun dari tidurnya.

"Yang mulia." Pekik Anastasia ketika Alex sudah berada di atasnya dengan jubah yang terbuka. Menampilkan tubuhnya yang atletis.

"St....Diamlah Sayangku. Jika kamu berteriak. Maka kamu akan mendapat masalah." Alex mulai menindihnya.

"Yang Mulia. Jangan macam macam."

"Kenapa kau menolakku?"

"Aku tidak ingin dan tidak siap menikah."

"Akan Aku buat kamu siap." Kata Alex menempelkan keningnya di kening Anastasia. Ia mulai mengelus leher jenjang mulus itu dengan jemarinya. Sebelum turun semakin ke bawah suara ketukan pintu membuat Alex mau tidak mau harus mundur. Ia mengecup kening Anastasia dengan lembut dan bergegas keluar dengan melompati jendela.

"Putri tidak apa?"

"Tidak apa apa Bibi Ema."

"Baiklah. Maaf mengganggu Putri."

"Ah tidak." Jawabnya sambil menutup pintu kembali.

Cara Terakhir

Alex merasa begitu tersiksa jauh dari Anastasia. Sudah sebulan ini Ia tak melihat wajah cantik Sang Putri Mahkota. Semenjak pulang dari sana Alex tak berhenti mengirimkan surat untuk gadis pujaannya. Hanya sekedar menanyakan kabar dan mengungkapkan kerinduan. Juga melamar untuk yang kesekian kalinya namun Ia tetap mendapat jawaban yang sama. Pria itu bahkan sengaja belajar merangkai kata kata manis dari beberapa orang sastrawan di Istana agar sang Putri terkesan.

Alex mendongak menatap sang adik yang tiba tiba sudah berada di depannya.

"Ada apa?" Tanyanya sambil membaca ulang satu persatu surat balasan dari Anastasia.

"Kakak...."

"Jangan katakan itu lagi. Aku sedang berusaha untuk mendapatkannya."

"Secantik apa Putri Anastasia sehingga kau menjadi seperti ini?"

"Kau tidak mungkin tidak tergila gila jika menjadi seorang laki laki normal."

"Apa yang dia katakan?"

"Tetap sama. Dia menolakku. Kau menikahlah. Aku masih memperjuangkan kakak iparmu."

"Ini yang ingin aku sampaikan." Katanya serius membuat Alex memincingkan matanya.

"Ada apa?"

"Kemarilah kak. Aku ingin berbicara penting denganmu." Arabella membawa kakaknya untuk duduk bersama.

Arabella menyesap tehnya dengan anggun kemudian meletakkan cangkir itu pelan. Ia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Kakak."

"Ya."

"Aku tidak mungkin menikah."

"Jangan konyol. Kegagalan dalam menjalin hubungan dengan seseorang dulu jangan kau jadikan alasan. Kau memang janda. Tapi pasti banyak yang menginginkanmu."

"Aku tau. Bukan masalah itu. Aku tidak takut gagal lagi. Aku juga ingin menikah."

"Lalu? Jangan buang waktumu. Menikahlah."

"Aku mandul." Katanya sambil menunduk. Alex terdiam membeku di tempatnya. Ia tak menyangka adik satu satunya seperti ini.

"Kau jangan bercanda Arabella."

"Aku tidak bercanda kak. Aku serius. Aku tidak bisa mempunyai anak. Dokter istana dan dokter lain juga mengatakan hal yang sama. Aku yang tidak normal. Aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku. Dia tidak salah. Aku yang salah sehingga dia meninggalkanku." Katanya mulai menangis.

"Maafkan aku. Aku membuatmu menanggung ini sendiri." Alex memeluk adiknya.

"Bukan salah kakak. Ini semua takdir."

"Tenanglah. Aku tau ini menyakitkan. Tapi kesehatanmu lebih penting. Jangan terlalu dipikirkan."

"Kakak."

"Iya."

"Seperti apa kakak ipar ku itu? Sehingga Ia di sembunyikan oleh Raja Arthur."

Alex tersenyum menatap adiknya itu. Wajah cantik Anastasia selalu ada di benaknya.

"Kau mau mendengar ceritaku?"

"Tentu saja."

"Baiklah. Umurnya sekarang 16 tahun, dia jauh lebih muda darimu?"

"Apa?" Pekik Arabella.

"Ya. Dia gadis cantik dan polos. Tutur katanya lembut dan dia juga gadis yang penyayang. Matanya biru saphir dengan rambut coklat yang indah. Kedua pipinya merah jambu, kontras dengan kulit putih susu yang mulus. Anastasia, bulu matanya lentik dengan hidung yang mancung. Setiap kali kakak melihat mata itu dan mencium aroma mawar dari tubuhnya. Kakak merasa tenang. Ketika memeluknya kakak merasa sangat nyaman."

"Kakak pernah memeluknya?"

"Pernah dua kali. Dia gadis yang ceria dan sedikit ceroboh. Pernah suatu ketika kakak menyelamatkannya karena dia akan terjatuh saat menaiki bangku untuk memetik apel." Alex tersenyum.

"Dia tersenyum membuat kakak membeku. Kakak lalu memetikkan apel untuknya. Dia sangat senang."

"Kakak memetikkan untuknya? aku saja...."

"Kakak lanjutkan." Potong Alex tau sang adik akan protes.

"Yang kedua ketika Ia di kejar prajurit istana karena kabur dari kediaman. Kakak memeluknya untuk membawanya pergi. Kita menikmati waktu bersama untuk jalan jalan kala itu."

"Kakak bahagia?"

"Sangat."

"Berjuanglah kak. Aku tau kau bisa mendapatkannya." Arabella menggenggam tangan saudaranya untuk memberi semangat.

Sementara di negri lain semua pelayan tengah sibuk mencari Anastasia. Gadis itu menghilang dan tidak menghadiri makan siang bersama orang tuanya.

"Putri." Kata para pelayan melihat Anastasia mengendap endap masuk ke kamarnya.

"Hormat hamba pada Putri. Putri diminta untuk menghadap yang mulia sekarang."

"Baiklah. Aku ganti pakaian dulu."

"Baik Putri. Kami siapkan." Kata mereka bergegas menyiapkan pakaian untuk Anastasia.

"Putri Anastasia memasuki ruangan." Teriakan dari luar membuat Raja Arthur dan Istrinya menghentikan pembicaraan.

"Hormat hamba pada Ayahanda dan Ibunda." Anastasia menunduk memberi hormat pada kedua orangtuanya.

"Kamu darimana saja sayang? Kamu keluar dari istana lagi kan?"

"Maaf Ayah. Anastasia hanya bosan di dalam Istana."

" Lakukan hukumanmu Sayang. Kerjakan disini saja. Ibunda dan Ayah akan mengawasi sendiri."

"Baik Ayah." Anastasia langsung duduk untuk menyalin tata Krama istana.

"Hubunganmu dengan raja Alex bagaimana Sayang?"

"Baik Ibunda."

"Dia masih mengirim surat?"

"Masih Ibunda. Bahkan juga beberapa hadiah."

"Lalu. Apakah jawabanmu masih sama Nak?"

"Masih Ayah." Jawab Anastasia sembari melakukan pekerjaannya.

"Yang Mulia. Mohon untuk berhenti dan Istirahat." Kata Robert Khawatir melihat junjungannya yang berlatih dari siang sampai menjelang malam tanpa henti. Ia tau Alex merasa frustasi karena penolakan yang dilakukan oleh Anastasia. Dia adalah satu satunya gadis yang bisa mengobrak abrik hati pria dingin nan kejam itu. Alex masih berkutat dengan pikirannya sedangkan tangan kokohnya mengayunkan pedang kesana kemari.

"Segera ke ruang kerjaku." Katanya berhenti kemudian meninggalkan Robert sendiri.

Robert berdiri di ruang kerja Alex. Ia menunggu junjungannya itu yang mungkin masih bersiap. Pintu terbuka membuat pria itu membalikkan badannya dan langsung memberi hormat.

"Salam Yang Mulia."

"Ya." Jawab Alex singkat langsung duduk di kursi kerjanya.

"Duduklah. Pembicaraan kali ini akan lama."

"Baik Yang Mulia." Robert duduk di kursi depan meja kerja Alex.

"Berapa pasukan yang kita miliki?"

"Sekitar sepuluh ribu pasukan. Terdiri dari tiga ribu jendral dan sisanya panglima beserta prajurit biasa. Mohon maaf yang Mulia. Apakah kita akan mengadakan perang atau ada yang mengusik kerajaan kita?"

"Tidak. Lalu, Berapa pasukan yang di miliki kerajaan Timur?"

"Yang Mulia. Jangan bertindak nekat." Kata Robert tau apa yang akan dilakukan pria di depannya itu.

"Aku tanya bukan meminta pendapatmu. Jawab saja." kata Alex mulai meninggikan nada bicaranya.

"Sekitar tujuh ribu pasukan yang Mulia."

"Siapkan pasukan kita. Kita akan ke kerajaan Timur."

"Tapi yang Mulia."

"Tidak akan ada pertumpahan darah. Kau tenang saja. Aku tidak akan menyakiti siapapun. Aku hanya ingin menggertak agar Anastasia bisa bersamaku. Aku dengar para prajurit akan ada pelatihan. Mereka akan meninggalkan istana dan hanya tersisa sedikit untuk melindungi Raja. Kapan itu?"

"Sekitar lima hari lagi yang Mulia."

"Baiklah. Siapkan pasukan untuk berangkat 6 hari lagi."

"Yang Mulia. Bagaimana jika nanti Putri malah membenci anda?"

"Aku tidak punya cara lain. Berbagai cara halus sudah aku lakukan namun tidak berhasil. Ini adalah jalan terakhir." Alex menghela nafasnya. Rencana Ini sudah Ia pikirkan matang matang sebelumnya.

Anastasia masih belum tertidur. Ia membaca kembali surat terakhir yang di kirim oleh Alex. Pria itu mengancamnya akan membawa pasukan jika Ia bersikeras tidak mau menerima lamaran dari kaisar kejam itu. Anastasia khawatir ini akan jadi kenyataan dan membahayakan kerajaannya. Apalagi saat ini kerajaan Barat merupakan kerajaan terkuat. Namun hatinya juga tak bisa dibohongi. Ia benar benar tak siap untuk menikah. Ia ingin jatuh cinta secara alami dan hidup bahagia dengan orang yang Ia cintai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!