Jogjakarta, 2014
Di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Cipta Buana di Kota Pelajar, Yogyakarta. Seorang Ketua OSIS baru tengah dilantik saat itu di hadapan para guru dan siswa saat Upacara Bendera.
Pria tampan, yang merupakan Anak XI IPA 1 dengan semua pesona yang dimilikinya sebagai siswa tampan, pintar, dan kaya. Menjadikan Surya Dana Putra sebagai paket lengkap sebagai Ketua OSIS baru untuk masa jabatan 2014/2015.
Kepala Sekolah SMA Cipta Buana, dengan lantang menetapkan pelantikan Surya sebagai Ketua OSIS SMA Cipta Buana yang baru dalam suasana Upacara Bendera di hari Senin.
“Sebagaimana hasil pemilihan Ketua OSIS yang dilakukan pada dua minggu sebelumnya, maka hari ini Bapak akan melantik dan menetapkan Surya Dana Putra dari Kelas XI IPA 1 sebagai Ketua OSIS SMA Cipta Buana untuk periode 2014/2015.” Kepala Sekolah mengambil jeda sejenak.
“Sebagai Ketua OSIS maka Surya Dana Putra diharapkan bisa melakukan tugasnya sebagai seorang Ketua OSIS yang meliputi: memimpin organisasi OSIS SMA Cipta Buana dengan baik, mengordinasi semua rapat pengurus, menetapkan kebijakan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh rapat pengurus, memimpin rapat, dan selalu berkoordinasi dengan Pembina OSIS.”
Surya yang berdiri saat itu di hadapan Kepala Sekolah mengambil sikap siap secara khidmat. Diiringi oleh tepukan tangan dari para guru dan siswa maka secara resmi Surya telah menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Cipta Buana.
Seusai Upacara Bendera berakhir, Surya mendatangi sahabatnya sejak berada di kelas X, Bintang Alan Pratama.
“Selamat ya akhirnya lo sudah resmi menjadi Ketua OSIS,” ucap Bintang sembari menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.
“Makasih ya Bin, prestige enggak sih menjadi Ketua OSIS itu? Gimana menurut lo?” Surya mengangkat satu alisnya sembari terus berjalan menuju ruangan kelas bersama Bintang.
Bintang sejenak mengedikkan bahunya, “Ya tergantung sih. Tetapi, biasanya menjadi Ketua OSIS kan prestige tersendiri. Apalagi Ketua OSIS kayak lo. Udah pasti nilai brandingmu makin naik di kalangan murid-murid cewek ya gak?”
“Kenapa ya cewek-cewek selalu mengejar Ketua OSIS, padahal Ketos (singkatan untuk Ketua OSIS – selanjutnya akan disingkat Ketos) kan juga manusia,” ucap Surya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Namun pada kenyataannya, di Sekolah mana pun seorang Ketos tetap adalah idola para siswa. Jika Ketos nya pria sudah pasti para siswi yang akan mengidolakannya, sementara jika Ketosnya perempuan maka para siswa yang akan mengidolakannya. Seolah hukum ini berlaku di Sekolah mana pun.
Bintang tersenyum, ucapanmu barusan kayak lagu aja. “Rocker juga manusia, tetapi kata Rocker diganti sama Ketos. Bisa aja.”
Surya terkekeh mendengar celetukan sahabatnya itu, baginya Bintang termasuk teman yang tidak banyak berbicara. Bahkan Bintang cenderung memiliki kepribadian yang dingin.
Seperti nama keduanya yang berlawanan, kepribadian dua sahabat itu juga bertolak belakang. Surya adalah siswa dengan semangat tinggi, ramah, mudah bergaul dengan siapa pun. Kehadiran Surya layaknya Matahari yang memancarkan sinar dan panasnya bagi alam semesta. Sementara Bintang adalah pria tenang, enggan terlihat dalam organisasi, dan juga penyendiri di kelas.
Namun, dua orang dengan kepribadian yang bertolak belakang ini justru menjadi sahabat yang saling mengisi satu sama lain.
"Sebagai Ketos fokus deh sama tugas-tugas lo yang sedemikian banyak itu. Tanggung jawab ke Pembina dan Sekolah jangan lupa," ucap Bintang memperingatkan sahabatnya itu.
"Iya-iya, makasih ya udah diingatkan. Nanti malam ke Angkringan yuk mau enggak?" Surya mengajak Bintang untuk nongkrong di Angkringan.
Di kota Jogjakarta sendiri, Angkringan (tempat yang berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta) merupakan tempat yang hits bagi remaja, pemuda, hingga orang dewasa untuk sekadar berkumpul sembari menyantap menu khas Angkringan yaitu nasi kucing, berbagai gorengan seperti Mendoan, Bakwan, Aneka Tusukan Sate seperti Sate Usus, Sate Ampela Ati Ayam, Sate Keong, dan aneka tusukan lainnya, dan berbagai varian minuman yang dijual seperti Teh, Kopi, hingga Jahe Gepuk.
"Boleh deh, abis magrib aja ya. Mau Angkringan di mana?" Tanya Bintang kepada Surya.
"Angkringan Lek Man aja mau enggak? Kangen sama Kopi Joss (sajian kopi tradisional yang berasal dari Yogyakarta. Berupa kopi hitam yang diracik dengan gula dan air panas, lalu dicelupkan potongan arang panas.) Gimana mau enggak?"
"Boleh deh, abis magrib ya ketemuan di sana aja. Awas ya jangan telat." Bintang memperingatkan Surya supaya temannya itu tidak telat datang.
***
Petang menjelang malam di Angkringan Lek Man yang merupakan salah satu Angkringan legendaris di kota Jogjakarta.
Salah satu yang membuat Angkringan Lek Man sangat hits di Jogjakarta adalah sajian Kopi Joss yang merupakan menu minuman spesial yang dijajakan di sana. Sumber dari tradisi lisan beberapa masyarakat di Jogjakarta, Lek Man adalah Putra dari Mbah Pairo yang merupakan pedagang Angkringan pertama di Jogja yang berjualan pada tahun 1950an. Karena kelegendarisannya inilah Angkringan Lek Man tak pernah sepi pengunjung. Ditambah letaknya sangat strategis yaitu di dekat Stasiun Tugu membuat banyak pelancong mampir sejenak di Angkringan Legendaris ini. Dan, di Angkringan legendaris inilah Bintang telah menunggu kedatangan sahabatnya Surya.
Seperti biasa, Bintang menjadi orang yang selalu menunggu Surya. Walau pun sebelumnya sudah mengingatkan supaya Surya tidak ngaret (terlambat), tetapi nyatanya temannya itu selalu terlambat.
Sembari menunggu Surya, Bintang telah memesan Kopi Joss dan beberapa gorengan. Pria itu duduk di atas tikar yang digelar di atas trotoar. Setelah hampir 15 menit, barulah Surya menampakkan batang hidungnya.
"Sorry ya Bro, tadi diminta tolong nganterin Mbakku (sebutan untuk kakak perempuan di daerah Jawa) ke apotek beli obat." ucapnya sembari duduk di sebelah Bintang.
"Hm-hm, lagu lama Sur ... udah biasa juga kalau kamu suka dateng telat." jawab Bintang sembari menyeruput Kopi Jossnya.
"Sepurane (maaf) ya, soalnya Mbak minta dianter mendadak juga. Gimana sudah pesen?" Surya bertanya kepada Bintang apakah temannya itu sudah memesan terlebih dahulu.
"Sudah, nunggu lo datang keburu ngakik (menjadi layaknya batu akik)." jawabnya sembari terkekeh geli.
Surya dan Bintang akhirnya melewati malam ditemani Kopi Joss dan aneka menu Angkringan yang sudah berada di depannya. Sembari membahas tentang hobi, sekolahan, dan bercanda. Namun keduanya tiba-tiba diam, terpana saat seorang gadis berwajah ayu bak rembulan datang ke Angkringan itu untuk membeli wedang jahe gepuk.
"Tumbas (kata membeli dalam bahasa Jawa) wedang Jahe Gepuk satu dibungkus nggih Pak." Gadis cantik itu memesan sebuah wedang Jahe Gepuk. Suaranya mengalun lembut yang membuat Surya dan Bintang terpesona pada sosoknya.
Siapakah gadis itu?
"Tumbas (kata membeli dalam bahasa Jawa) wedang Jahe Gepuk satu dibungkus nggih Pak." Gadis cantik itu memesan sebuah wedang Jahe Gepuk. Suaranya mengalun lembut yang membuat Surya dan Bintang terpesona pada sosoknya.
Kedua pria yang sebelumnya tengah berceloteh ria sembari duduk-duduk santai di atas tikar kini tiba-tiba keduanya hening, mulutnya tercekat melihat gadis ayu nan lembut yang sedang memesan wedang Jahe Gepuk itu.
Selama hampir 10 menit gadis itu berdiri menunggu pesanannya selesai, baik Surya dan Bintang sama-sama diam.
Setelah gadis itu pergi lantaran pesanannya telah usai, barulah Surya dan Bintang nampak menghela nafas dan mulai membuka suaranya.
"Gimana cantik ya Bro?" tanya Surya kepada Bintang yang duduk di sebelah.
Bintang enggan menjawab, pria remaja itu memilih diam dan justru memakan sate Ampela Ati yang berada di depannya.
"Bro, ditanyain malahan makan sih. Cantik enggak cewek yang barusan?" Surya lagi-lagi bertanya kepada Bintang.
"Lo suka? Cinta pada pandangan pertama nih ceritanya?" Bintang balik bertanya kepada Surya.
"Kayaknya." Surya tersenyum sembari memegangi dadanya, terkesan lebay. "Baru lihat barusan gadis ayu dan suaranya lembut kayak gitu. Matanya bulat dengan bulu mata lentik, kulitnya kuning langsat, rambutnya terurai hitam dan panjang, dagunya tirus, dan suaranya lembut banget. Ayu tenan...."
Surya menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari menimpuk temannya itu dengan kulit kacang. "Lebay lebay."
"Emang menurutmu enggak cantik cewek barusan? Ngaku!" Surya lagi-lagi mencecar Bintang dengan pertanyaannya dan memintanya mengaku.
"Ya sebagai cowok, menurutku ayu sih. Cantik." jawab Bintang dengan wajahnya yang datar.
"Tuh kamu aja mengakui kalau cewek tadi cantik loh. Tetapi kita bikin janji ya Bro, kita gak boleh menyukai cewek yang sama. Biar pertemanan kita langgeng. Gimana?" ucap Surya sembari memincingkan matanya kepada Bintang.
"Iya-iya. Kamu suka sama gadis tadi kan? Kejar deh kejar." Sahut Bintang sembari meminum lagi kopinya.
"Thanks Bro. Pasti tak kejar deh."
"Dasar lebay." Bintang menggerutu melihat Surya yang seketika nampak lebay.
***
Keesokan harinya di SMA Cipta Buana, saat istirahat jam pertama saat Surya selesai berkoordinasi untuk melakukan Trip Sehari di Pantai Klayar, Pacitan - Jawa Timur. Dia dikejutkan dengan gadis ayu yang ia lihat di Angkringan Lek Man semalam.
Mungkinkah takdir atau nasib, faktanya saat itu Surya kembali kembali dengan gadis yang telah membuatnya terpesona pada pandangan pertama. Gadis itu tengah keluar dari ruang Guru dengan membawa beberapa buku. Tanpa basa-basi Surya berlari mengejar gadis ayu itu. Langkahnya mendahuluinya dan berdiri di hadapan gadis itu, seolah menghadangnya.
"Hai, boleh kenalan enggak?" sapa Surya sembari memberikan senyuman termanisnya kepada gadis ayu itu.
Gadis itu hanya mengangguk sekilas, tanpa menjawab perkataan Surya.
"Aku Surya. Nama kamu siapa?" Surya sembari mengulurkan tangannya hendak berkenalan dengan gadis yang tengah berdiri di depannya.
"Aku Bulan." Gadis ayu itu rupanya bernama Bulan.
Surya tertegun memandang gadis ayu bernama Bulan. Wajarlah dia bernama Bulan, kecantikannya memang seperti rembulan yang bersinar terang. Rembulan bulat penuh yang mempesona dengan cahayanya.
"Nama yang cantik, secantik orangnya." ucapan manis itu terlontar begitu saja dari ucapan Surya yang membuat Bulan tersenyum dan menundukkan kepalanya. "Hmm, besok sabtu One Day Trip ke Pantai Klayar kamu ikut kan?"
Bulan menganggukkan kepalanya, "Ya aku akan ikut."
Ketika Surya dan Bulan sedang berdiri berhadap-hadapan, tiba-tiba Bintang datang dan menepuk pundak Surya.
"Ayo masuk ke kelas. Jam istirahat sudah hampir selesai."
Namun pria itu pun seketika tertegun memandang gadis ayu yang juga dilihatnya di Angkringan semalam.
Memecah keheningan di antara ketiganya. Surya pun juga mengenalkan sahabatnya itu kepada Bulan. "Bulan, kenalin juga ini temen baikku, namanya Bintang."
Kedua orang itu pun berjabat tangan.
"Bintang."
"Bulan."
Merasa atmosfer seketika menjadi dingin, dan jam istirahat akan berakhir Bulan memutuskan untuk masuk ke kelasnya.
"Ya sudah aku masuk ke kelas dulu ya Surya dan Bintang." ucapnya sembari berjalan menuju kelasnya.
Baru beberapa langkah Bulan berjalan, Surya menghentikan gadis itu dengan memberikan pertanyaan. "Bulan, kamu kelas berapa?"
Bulan menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. "Aku anak XI IPS 3." ucapnya sembari menunjuk satu ruangan yang berada di dekat laboratorium di SMA itu.
"Oke, sampai ketemu di Trip nanti ya." ucap Surya sembari masih menatap punggung Bulan hingga akhirnya gadis itu telah memasuki kelas.
Bintang hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Surya yang seperti hendak tebar pesona di hadapan Bulan.
"Ingat Bro, lo itu Ketos. Jadi jangan lebay." Bintang memperingatkan sahabatnya itu.
"Aman Bro, masalah hati mau gimana lagi. Baru semalam ketemu, rupanya sekarang ketemu di sini. Satu sekolahan lagi. Nasib baikku atau takdir coba." gumamnya sembari menepuk-nepuk punggung Bintang.
"Biasa aja, mungkin hanya kebetulan." ucap Bintang sembari berjalan mendahului Surya.
"Kalau kebetulannya kayak gini sih, ya aku mau-mau aja. Namanya bagus ya Bulan. Masih jomblo enggak ya? Kalau jomblo, aku mau daftar jadi pacarnya." ucap Surya dengan nada penuh pengharapan.
"Kamu edan (gila), sudah enggak waras (sehat). Baru kenalan udah mau daftar jadi pacar." Bintang menepuk-nepuk dahinya, dia begitu pusing dengan kelakuan sahabatnya yang terkesan lebay.
"Iya aku udah edan. Edan karena cinta." jawab Surya sembari tertawa terbahak yang justru membuat Bintang semakin geleng kepala.
***
Hari Sabtu yang direncanakan untuk One Day Trip SMA Cipta Buana akhirnya tiba. Pada hari itu, seluruh siswa akan berpariwisata bersama ke Pantai Klayar, Pacitan, Jawa Timur.
Pantai Klayar menjadi pantai yang menjadi daya tarik tersendiri di wilayah Pacitan. Hamparan pasir putih yang membentang dengan deburan ombak yang sejernih kristal yang memecah di bibir pantai. Dengan diapit dua bukit karang di sisi kanan dan kiri. Pantai yang begitu berpadu sempurna dengan hamparan pasir, bukit karang, dan beratap angkasa biru nan luas.
Di pantai inilah seluruh siswa SMA Cipta Buana berwisata bersama. Seluruh siswa mendapat waktu bebas untuk bermain-main di sepanjang pantai yang menjadi primadona kota Pacitan ini.
Di sela-sela begitu banyaknya siswa yang asyik dengan kesibukan mereka, Surya tiba-tiba mendatangi Bulan yang hanya sebatas duduk-duduk, seolah berjemur beralasakan hamparan pasir putih.
"Bulan, ikut aku yuk. Naik ke bukit karang itu mau enggak?" Surya menunjuk pada bukit karang yang berada di sebelah kanannya.
Bulan kemudian membersihkan pasir yang menempel di celana jeansnya lalu mengikuti Surya menaiki bukit karang yang kokoh itu.
"Kita mau ngapain naik ke atas bukit ini Surya?" tanyanya sembari terus mengikuti Surya mendaki bukit karang.
Butuh waktu belasan menit, hingga kini keduanya telah berada di puncak bukit karang. Dari atas, birunya lautan kota Pacitan begitu terlihat jelas.
"Hmm, sebenarnya yang mau aku sampaikan sama kamu, Bulan." Pria itu menghela nafasnya sejenak. " ... aku tahu mungkin ini terlalu cepat, tetapi aku hanya ingin sebatas mengungkapkan kalau aku suka kamu, Bulan. Maukah kamu menjadi pacarku?"
Bulan hanya berdiri, terdiam. Ia tak pernah menyangka akan ditembak oleh cowok di atas bukit karang di mana lautan biru menghampar di bawah, dan langit biru menudungi dari atas. Dibarengi terpaan angin yang membuai keduanya.
Hening.
Bulan tak mampu berkata-kata. Gadis itu masih terdiam, berusaha menyelami hatinya.
"Jangan terbeban ya, karena aku hanya ingin mengatakan perasaanku. Sebelum semua terlambat. Kita bisa menjalani semua pelan-pelan." ucap Surya dengan matanya yang menatap tajam pada Bulan. "Disaksikan Segara Kota Biru, aku harap Pantai Klayar menjadi kenangan tersendiri. Di sini aku mengungkapkan perasaanmu kepadamu."
Hening. Hanya suara deburan ombak yang seolah memecah bebatuan karang di bibir pantai.
Perlahan Bulan menatap Surya. Seutas senyuman terbit di sudut bibirnya.
"Iya, aku terima perasaanmu."
Seolah tak percaya, Surya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pria tampan yang juga seorang Ketos itu tersenyum lebar. "Jadi, ini hari pertama jadian kita kan?" tanyanya seakan masih tak percaya.
"Iya...."
Masa indah di Putih Abu-Abu menjadi masa meraih cita dan cinta, secara khusus bagi Surya dan Bulan.
Sekolah sembari pacaran, membuat dua siswa itu lebih semangat ke sekolah, kemauan belajarnya lebih giat, dan juga membuktikan diri sebagai murid yang baik selama di Sekolah.
Pacaran rasanya memberi dampak yang positif bagi Surya dan Bulan. Belajar bersama di Perpustakaan, makan soto di kantin sekolah, atau pun pulang bareng dengan mengendarai sepeda motor. Kisah cinta manis dan sederhana antara dua anak manusia yang begitu istimewa. Seistimewa Kota Jogjakarta, tempat mereka tinggal. Mungkin bagi anak-anak yang lain pacaran di SMA hanya sebatas mengejar popularitas, mendapat gandengan, dan menjadi ajang coba-coba, tetapi semua itu tidak berlaku bagi Bulan dan Surya. Pacaran keduanya adalah pacaran sehat dan disertai dengan komitmen untuk saling setia dan menjaga.
Bahkan hubungan keduanya di SMA nampak adem, dan tidak dipenuhi trik dan intrik. Semua berjalan dengan indah, sampai akhirnya mereka lulus dan memasuki Universitas, kisah cinta Bulan dan Surya masih terus berjalan.
***
Jogjakarta, 2016
Babak baru bagi Surya dan Bulan, mereka tidak anak SMA lagi. Namun, kini mereka sudah menjadi mahasiswa. Surya mengambil jurusan Administrasi Negara, dan Bulan mengambil jurusan Keguruan.
Jangan lupakan juga Bintang, sahabat Surya yang begitu setia dan sering kali turut bergabung saat Surya tengah mengajak Bulan menikmati malam di Angkringan. Bintang juga masuk ke kampus yang sama dengan Surya dan Bulan, tetapi pria itu mengambil jurusan Teknik Informatika.
Sore ini ketika mereka bertiga usai mengikuti kuliah, mereka sudah berjanji untuk makan bersama di salah satu kafe yang berada tidak jauh dari kampus mereka. Bintang datang terlebih dahulu. Pria itu duduk menunggu kedatangan Surya dan Bulan, sembari sibuk dengan ponsel di tangannya.
Hampir 15 menit menunggu, akhirnya Bulan lah yang terlebih dahulu datang.
"Hai Bintang, sudah lama?" tanyanya sembari mengambil tempat duduk tepat di hadapan Bintang.
Bintang melihat Bulan sekilas, mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedari tadi dimainkannya, "Lumayan, kalau 15 menit juga udah ada sih. Surya mana?"
Bulan mengedikkan bahunya. "Aku gak tahu, begitu selesai kuliah aku langsung ke sini. Kamu masih adem-adem aja ya Bin?"
"Heh, adem-adem gimana maksudnya?" Bintang bertanya karena kata yang diucapkan Bulan begitu terdengar ambigu. 'Adem-adem' apa maksudnya?
"Ya adem aja, masih betah sendiri. Enggak pengen pacaran? Ada yang digandeng gitu." tanya Bulan sembari memilih-milih apa yang akan dia pesan dari buku menu.
"Pacaran sih bukan sebatas mendapat gandengan kalau menurutku sih, aku mending nunggu lama tapi dapat yang cocok. Ya semoga gak lama lagi ya." ucap pria itu yang selalu terlihat dingin dan cuek, tetapi selalu menjawab saat ditanyain oleh teman-temannya.
"Wah, malahan bagus. Begitu dapat langsung cocok. Udah punya gebetan emangnya?" Bulan bertanya penuh curiga.
Bintang hanya memberikan senyuman. "Belum sih. Udah kuliah dulu aja, baru aja Semester 1. Masih banyak waktu."
Bulan terkekeh mendengar jawaban Bintang, bagi Bulan memang sepertinya enggan berpacaran. Dia tipe sahabat setia, sudah 2 tahun Bulan menjalin pacaran dengan Surya, dan Bintang juga tidak selalu ngrecokin, Bintang pun juga menghargai Bulan. "Hmm, ini kita udah ngobrol-ngobrol di sini kok Surya masih belum dateng juga ya. Apa jangan-jangan dia lupa?"
Bintang sejenak menghela nafasnya, "Biasa, Surya kan memang ngaret orangnya. Kamu enggak pesan makanan dulu, laper kan? Mau aku pesenin?" Bintang menawarkan untuk memesan makanan bagi Bulan.
Gadis itu langsung menyergah Bintang. "Ehh, gak usah, Bin. Aku pesan sendiri aja. Makasih ya malahan ngrepotin kamu."
Bintang pun akhirnya kembali duduk, karena Bulan yang telah berdiri dan memesan kepada pelayan kafe.
"Udah pesannya?" Bintang bertanya kepada Bulan yang sudah kembali duduk di hadapannya.
"Iya sudah," jawab Bulan. " ... Kamu enggak pesan makanan, Bin?" Gadis itu bertanya karena hanya aja es teh manis yang tinggal separuh di hadapan Bintang.
Bintang melirik pada Bulan, kemudian matanya memindai pada segelas es teh manis di hadapannya. "Aku makan nanti di rumah aja, Ibuku masak soalnya. Aku biasanya lebih sering makan di rumah, makan masakan Ibu."
Bulan menganggukkan kepalanya, tidak hanya pria pendiam dan cenderung dingin, rupanya Bintang juga akan seorang anak yang begitu menggemari masakan Ibunya. Di saat anak-anak pria seumurannya sibuk sekolah, bermain, bermain futsal, bahkan pacaran, tetapi Bintang ternyata lebih fokus pada kuliahnya dan hanya keluar kalau Surya mengajaknya ke Angkringan.
"Kamu cowok unik ya Bin, menghargai banget masakan Ibu di rumah. Pasti kamu harapannya punya Istri yang jago masak seperti Ibu kamu ya?" Bulan bertanya sembari sedikit tersenyum pada Bintang.
"Hmm, kalau dapatnya yang pinter masak sih gak papa. Kalau enggak bisa masak ya gak papa. Penting saling sayang, saling percaya," jawab Bintang dengan tenang.
Sekian menit mengobrol sembari menunggu Surya, akhirnya orang yang ditunggu-tunggu itu pun datang.
"Kirain enggak jadi datang." Bulan yang semula nampak ceria dan mengobrol banyak hal dengan Bintang, tiba-tiba raut mukanya menjadi cemberut.
"Sorry ya, tadi kehabisan bensin. Jadi beli bensin dulu deh," jawab Surya sembari mengambil tempat duduk di sisi Bulan.
Bintang hanya mengedikkan bahunya. "Kirain nganter Mbakmu ke apotek lagi. Dasar ya manusia karet." Bintang tak kalah menggerutu, pasalnya dia adalah orang yang lebih lama menunggu di kafe itu.
"Sorry Bro, gak sengaja. Gimana udah pada pesen?" Surya bertanya memandang wajah Bulan dan Bintang.
"Sampai udah abis nih." Bintang menjulurkan gelasnya di mana es tehnya telah nyaris habis.
"Kamu nya lama sih. Kalau 5 menit enggak datang, aku mau pulang sama Bintang." Bulan pun turut menggerutu dan menggoda saja pada Pacarnya itu.
Surya mengusap wajahnya, dia memang sering kali terlambat hingga membuat Bintang bahkan Bulan pun harus menunggui kedatangannya. "Sekali lagi sorry ya." Surya menjeda sejenak bicaranya. "Oh iya, Bulan ... Libur semesteran ini aku mau ke Jakarta selama 2 minggu. Ke rumah Pakdhe yang ada di Jakarta."
Bulan menoleh pada Surya, "Liburan ke Jakarta lagi ya?" tanyanya dengan nada yang cukup lirih. "Enggak bisa liburan di sini aja? Di Jogja aja?"
Surya menggelengkan kepalanya. "Enggak bisa ... Maaf ya, aku harus ke Jakarta lagi. Jadi mulai minggu depan kita LDR lagi ya."
Dalam hatinya Bulan terasa sedih lantaran pacarnya harus ke Jakarta setiap liburan tiba. Keinginannya untuk bisa bersama Surya sirna sudah, menjalani long distance relationship agaknya menjadi rutinitas bagi Bulan dan Surya setiap liburan semester tiba.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!